際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Konsep dasar pertahanan tubuh
 Definisi Imunologi
 Ruang lingkup imunologi
 Pembagian sistem imunitas
Definisi
 Immunology (Latin): Immunis + Logos
 Imunologi (Immunology): Studi tentang
mekanisme biologis dari Seluler, Molekular serta
fungsional Sistim Imun.
 Sistim Imun (Immune System): Sistim yang
terdiri dari Molekuler, Seluler, Jaringan dan Organ
yang berperan dalam proteksi/ kekebalan tubuh
 Imunitas (Immunity): Proteksi dari Penyakit
Infeksi
 Dalam menetralisasi agen asing dalam tubuh
diperlukan komunikasi semua komponen
molekul imun yang dikenal dengan sistem imun
 Jika salah satu atau lebih komponen sistem imun
mengalami kegagalan maka mengakibatkan
imunodefisiensi
 Karakteristik utama imunodefisiensi, ditandai
oleh lebih meningkatnya kerentanan terhadap
infeksi, kanker, autoimunitas, dan gangguan
maturasi/aktivasi limfosit.
Agen Asing
 Agen infeksius (bakteri, virus, parasit dan
jamur)
 Agen noninfeksius (protein, hormon, peptida,
protein DNA, mRNA, polisakarida dll)
 Bahan asing tersebut disebut antigen
Sejarah Perkembangan Imunologi
 Disiplin ilmu imunologi muncul karena adanya
observasi secara individual akibat adanya penyakit
infeksi, dan selanjutnya individu yang telah sembuh
dari sakit ternyata terlindungi dari penyakit yang
sama jenisnya.
 Bhs Latin immunis artinya bebas penyakit
 Bhs Inggris immunity artinya terlindungi dari
penyakit infeksi.
Tahap perkembangan imunologi:
1. Tahap empiric
 Mithridates Eupatoris VI Raja di Pontis
(Yunani) 132-63 SM (bpk imunologi) :
 minum racun sedikit demi sedikit, agar kebal
 mithridatisme : upaya untuk mengebalkan
diri terhadap racun
Variolasi
 Pertama kali induksi imunitas dilakukan di China
dan Turki dengan cara memberikan kusta kering
dari pustula smallpox melalui inhalasi ke nostril,
atau memasukan potongan kecil kedalam kulit.
Teknik ini dikenal dengan variolasi
 Th 1798 Lady Mary Wortley Montagu melakukan
observasi, dan ternyata teknik variolasi sangat
positif dan selanjutnya diterapkan sendiri pada
anaknya.
 Dr. Edward Jenner (1749-1823) : vaksinasi
Tahap empirik : Edward Jenner
 Th 1798 penyakit yang tidak ganas dikenal
cowpox, cairan pustula dari sapi diberikan
kepada seorang anak laki-laki berumur 8 th.
Lalu secara intensif anak tersebut diinfeksi
dengan smallpox, dan ternyata smallpox
tersebut tidak dapat berkembang.
 Edward Jenner : pendiri imunologi
Tahap empirik
3 cara untuk mendapatkan kekebalan
1. Mithridatisasi : kebal dengan minum racun sedikit demi
sedikit
2. Variolasi : merangsang kekebalan terhadap cacar
dengan menggaruk kulit dengan purulensi dari
pustula smallpox.
3. Vaksinasi : kebal thd bibit penyakit yang telah
dilemahkan
Variolasi vs Vaksinasi
2. Tahap Ilmiah : Advance Immunology
 Perpaduan antara observasi secara
individu yang digabung dengan
pengalaman Jenner, maka munculah
major advance immunology yang telah
mengembangkan induksi imunitas
dengan menggunakan kuman cholera
(Pasteurella aviseptica) oleh Luis Pasteur.
 Louis Pasteur : melakukan vaksinasi
 Louis Pasteur : bapak imunologi
Louis Pasteur
 Berhasil mengkultur bakteri cholera
 Menginjeksikan pada ayam. Setelah ayam
diinjeksi dengan bakteri Cholera yang lama
(tidak terawat dan menjadi lemah), kemudian
ayam tersebut menjadi sakit. Selanjutnya
penelitian tersebut diulangi dengan
menggunakan bakteri cholera yang fresh dari
kultur ternyata ayam tidak sakit, maka
muncul istilah attenuated strain vaccine.
Louis Pasteur
Vaksin
 Bahasa latin vacca artinya sapi yang
diadopsi dari Jenner yang menginokulasi
cowpox pada anak,
 Pasteur th 1881 mengembangkan vaksin
antrax dengan cara memanaskan
kemudian diinjeksikan pada kambing, lalu
diuji tantang pada kambing yg tidak
divaksin, dan menjadi mati. Sedang
kambing yg divaksin, tetap hidup.
 Th 1885 Pasteur memberikan vaksin
pada joseph meister dengan rabid dog.
 Vaksin telah dikembangkan oleh Pasteur tapi tidak
dapat menjelaskan kejadian tersebut
 Emil Von Behring dan Shibasaburo Kitasato th 1890
pertama kali menemukan mekanisme imunitas dalam
bentuk serum (cairan nonseluler yang didapat
setelah darah membeku). Hal ini didapat dari hewan
yang diinfeksi dengan diptheria, serumnya kemudian
diberikan pada hewan yg tidak diimunisasi.
 Serum dpt menetralisasi toxin, presipitasi toxin dan
mengalutinasi kuman.
3. Tahap modern : Imunitas Humoral dan Seluler
Imunoglobulin
 Elvin Kabat th 1930 fraksinasi serum :
yg dikenal dengan gamma globulin
sekarang lebih dikenal imunoglobulin yg
bertanggung jawab terhadap imunitas.
Selanjutnya fraksi dari imunoglobulin
dikenal antibodi. Molekul ini
terkandung dalam cairan tubuh (humors)
maka lebih dikenal humoral immunity
(kekebalan humoral).
Imunitas seluler
 Th 1883 Elie Metchnikoff demonstrasi
kontribusi sel imun yaitu sel darah putih
yang berfungsi unt memfagosit
(phagocytes). Sel ini aktif ditemukan
pada hewan yg telah diimunisasi, sedang
pd hewan yg tidak diimunisasi tidak
aktif. Lalu ditemukan konsep cell
mediated immunity
 Th 1940 Merrill Chase berhasil
mengkulture sel darah dari babi
selanjutnya ditulari mycobacterium.
Tahap modern : Imunitas
Humoral dan Seluler
 Th 1950 mBruce Glick Missisipi University,
USA. Telah mengidentifikasi bahwa
lymphocyte yang bertanggung jawab
terhadap respons imun humoral dan seluler
 Lymphocyte T derivat dari thymus yang
memediasi sel imun dan lymphocyte B derivat
dari bursa fabricius yang bertanggung jawab
terhadap imunitas humoral. Kedua imunitas
ini ternyata saling menguntungkan
Komponen sistem imun
Terdiri atas :
1. Organ
2. Sel
3. Molekul
Immune System:
(1) organs
 Tonsils and adenoids
 Thymus pelindung terhadap infeksi
 Lymph nodes  filter : bakteri dan virus
 Limfa
 Payers patches Sensor imunitas pada intestine
 Appendix  sekresi Ig
 Lymphatic vessels  transport
 Bone marrow
Part 2- Konsep dasar pertahanan tubuh.pptx
Part 2- Konsep dasar pertahanan tubuh.pptx
ORGAN LIMFOID
 Organ limfoid terdiri dari :
- kelenjar limfe
- tonsil,
- spleen,
- kelenjar thymus, dan
- sumsum tulang.
 Kelenjar limfe berukuran 1-25 mm, ditemukan
sepanjang pembuluh limfatik dan dinamakan sesuai
dengan tempatnya. Kapsul mengelilingi 2 region yang
disebut kortex dan medulla yang terdiri dari limfosit.
 Tonsil: jaringan limfatik yang tidak berkapsul
berlokasi di sekitar faring. Dikenal tonsil
faringeal atau adenoid, berfungsi seperti
kelenjar limfe. Tonsil menghadapi patogen
pertama karena dekat hidung dan mulut.
 Spleen: berada di region kiri atas rongga
abdomen.
 Darah dibersihkan spleen, limfosit T
matur/matang di thymus, dan leukosit dibuat
di bone marrow
ORGAN LIMFOID
Immune system:
(2) cells
 Lymphocytes
 T-lymphocytes
 B-Lymphocytes, plasma cells
 natural killer lymphocytes
 Monocytes, Macrophage
 Granulocytes
 neutrophils
 eosinophils
 basophils
Immune system:
(3) molecules
 Antibodies
 Complement
 Cytokines
 Interleukines
 Interferons
Tahap:
Deteksi & mengenali benda
asing
Merespon antigenik terkait
dengan mikroba patogen
dan parasit yang dapat
 penyakit atau reaksi
alergi Komunikasi dgn sel
lain untuk
berespons
Rekruitmen bantuan &
koordinasi
respons
Destruksi atau supresi
penginvasi
Tahap:
1. Deteksi & mengenali
benda asing
2. Merespon antigenik
terkait dengan
mikroba patogen dan
parasit yang dapat
menyebabkan penyakit
atau reaksi alergi
3. Komunikasi dgn sel lain
untuk berespons
4. Rekruitmen bantuan &
koordinasi respons
5. Destruksi atau supresi
penginvasi
Respons Imun
Part 2- Konsep dasar pertahanan tubuh.pptx
Part 2- Konsep dasar pertahanan tubuh.pptx
RESPON IMUN ALAMIAH DAN ADAPTIF
 Bellanti: respon imun adaptif: spesifik, heterogen, memiliki
memory.
 Sistem imun alamiah (non spesifik):
Tanggapan pertama yang bersifat non spesifik dengan
mekanisme yang stereotipik. Tubuh menyediakan berbagai
enzim termasuk sistem komplemen dan interferon yang mrp
perangkat dalam mekanisme humoral. Mekanisme seluler
akan melibatkan sel-sel dengan kemampuan fagosit: netrofil
dan makrofag.
 Sistem imun spesifik: Humoral: menggunakan antibody
yang bersifat sangat spesifik. Seluler: melibatkan limfosit T
SISTEM IMUN NON SPESIFIK
 Pertahanan awal: kulit, membran mukosa
saluran pencernaan dan pernafasan, kelenjar
minyak, sel yang bersilia.
 Reaksi inflamasi
 Sel Natural Killer: membunuh virus dan tumor
dengan cara kontak sel ke sel.
 Protein protektif: sistem komplemen dan
interferon.
SISTEM IMUN SPESIFIK
 Bekerja ketika pertahanan non spesifik gagal.
 Imunitas terbentuk setelah terkena antigen
 Imunitas hasil kerja limfosit B dan limfosit T. Sel B matur di
bone marrow, sel T matur di kelenjar thymus
 Limfosit B membuat sel plasma menghasilkan antibodi, protein
yang mampu menetralkan antigen. Antibodi ini disekresikan ke
darah, limfa, dan cairan tubuh lain.
 Limfosit T menyerang langsung ke sel yang terkena antigen. Sel
T yang lain mengatur respons imun.
 Limfosit mengenal antigen karena memiliki molekul reseptor
pada permukaannya. Reseptor dan antigen sering disebut lock
and key.
 Jutaan antigen yang berbeda --- terjadi diversifikasi limfosit
selama proses maturasi.
SEL B DAN IMUNITAS YANG DIPERANTARAI
ANTIBODI
 Setiap sel B membawa antibodi yang spesifik
pada reseptornya.
 Ketika sel B dalam kelenjar limfe atau spleen
menghadapi sel bakteri atau toksin, ia akan
menjadi aktif pada waktu yang lain.
 Teori clonal selection (mekanisme yang digunakan
oleh system kekebalan tubuh untuk menyeleksi sel
yang akan diperbanyak)
 Sel B termasuk sistem imun humoral karena
antibodi ada di darah dan limfe.
KARAKTERISTIK SEL B
 Imunitas yang diperantarai antibodi
 Dihasilkan dan matur di bone marrow
 Tinggal di limfe dan kelenjar limfe, beredar di
darah dan limfe
 Secara langsung mengenal antigen dan
kemudian mengadakan seleksi klonal
 Ekspansi klonal menghasilkan antibodi hasil
sekresi sel plasma seperti sel B memori.
STRUKTUR Ig G
 Bentuk umum antibodi (Ig G): Y, protein molekul yang
memiliki 2 lengan. Lengan heavy (panjang) rantai polipeptida
dan rantai polipeptida light (short). Rantai ini memiliki
constant region, dimana sekuens asam amino diset dan
variabel region, dimana tdp sekuens variasi asam amino yang
bervariasi antara antibodi. Pada variabel region tdp antigen
binding site yang spesifik pada antigen tertentu.
 Reaksi antigen antibodi dapat terjadi dalam berbagai bentuk.
Seperti kompleks antigen antibodi dengan neutrofil atau
makrofag, komplemen membuat patogen mudah difagosit
(opsonisasi).
STRUKTUR IMUNOGLOBULIN
BENTUK-BENTUK ANTIBODI
Klas Tempat Fungsi
IgG Bentuk antibodi utama
di sirkulasi
Mengikat patogen, mengaktifkan
komplemen, meningkatkan
fagositosis
IgM Di sirkulasi, antibodi
terbesar
Aktifkan komplemen,
menggumpalkan sel
IgA Di saliva dan susu Mencegah patogen menyerang sel
epitel traktus digestivus dan
respiratori.
Ig D Di sirkulasi dan
jumlahnya paling
rendah
Menandai kematuran sel B
Ig E Membran berikatan
dengan reseptor basofil
dan sel mast dalam
jaringan
Bertanggung jawab dalam respon
alergi dan melindungi dari serangan
parasit cacing
FUNGSI RESPON IMUN
 Pertahanan tubuh terhadap paparan patogen
 Homeostasis : keseimbangan osmotik didalam sel
dan di luar sel
- mempertahankan keseragaman jenis sel
- membuang sel-sel yang rusak atau sudah tua
- Perondaan/pengawasan : bertugas untuk
waspada dan mengenal adanya perubahan-
perubahan dan secara cepat membuang sel-sel
yang abnormal tsb.
PENYIMPANGAN SISTEM IMUN
 Gangguan morfologis, contoh: tidak
berkembangnya kelenjar timus
 Gangguan fungsional: toleransi imunologik
karena lumpuhnya mekanisme respon imun,
reaksi alergik, anafilaksis atau hipersensitivitas
tipe lambat
 Gangguan fungsi homeostatik: autoimun
 Gangguan surveillance: pertumbuhan sel-sel
ganas
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to Part 2- Konsep dasar pertahanan tubuh.pptx (20)

sejara perkembangan imunologi pertemuan 1.ppt
sejara perkembangan imunologi pertemuan 1.pptsejara perkembangan imunologi pertemuan 1.ppt
sejara perkembangan imunologi pertemuan 1.ppt
arifapoteker99
Sistem Kekebalan pada Tubuh Manusia , imunologi
Sistem Kekebalan pada Tubuh Manusia , imunologiSistem Kekebalan pada Tubuh Manusia , imunologi
Sistem Kekebalan pada Tubuh Manusia , imunologi
IisPatmawati2
Sistem imun akper
Sistem imun akperSistem imun akper
Sistem imun akper
materi-x2
Imunologi darah
Imunologi darahImunologi darah
Imunologi darah
Widya Nastiti
Sistem imun 1
Sistem imun 1Sistem imun 1
Sistem imun 1
nhana margaretha
Bab 10 sistem pertahanan tubuh
Bab 10 sistem pertahanan tubuhBab 10 sistem pertahanan tubuh
Bab 10 sistem pertahanan tubuh
SMAN 2 Indramayu
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh - SMA Biologi XI [www.defantri.com].pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh - SMA Biologi XI [www.defantri.com].pptxBab 10 Sistem Pertahanan Tubuh - SMA Biologi XI [www.defantri.com].pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh - SMA Biologi XI [www.defantri.com].pptx
desisari06
Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptx
Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptxBab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptx
Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptx
GerlhyReynaldoWaworu
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptxBab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
DekaMuliya1
Ibd sistem imun
Ibd sistem imunIbd sistem imun
Ibd sistem imun
Yuli Thamrin
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptxBab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
avita12
Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktif
Septian Muna Barakati
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
MJM Networks
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
MJM Networks
Sistem-Imunitas-Alamiah-dan-Sistem-Imunitas-Adaptif.pptx
Sistem-Imunitas-Alamiah-dan-Sistem-Imunitas-Adaptif.pptxSistem-Imunitas-Alamiah-dan-Sistem-Imunitas-Adaptif.pptx
Sistem-Imunitas-Alamiah-dan-Sistem-Imunitas-Adaptif.pptx
norausrina87
Sistem Pertahanan Tubuh (Imunitas)
Sistem Pertahanan Tubuh (Imunitas)Sistem Pertahanan Tubuh (Imunitas)
Sistem Pertahanan Tubuh (Imunitas)
Ronald Siregar
Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktif
Warnet Raha
Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktif
Operator Warnet Vast Raha
sejara perkembangan imunologi pertemuan 1.ppt
sejara perkembangan imunologi pertemuan 1.pptsejara perkembangan imunologi pertemuan 1.ppt
sejara perkembangan imunologi pertemuan 1.ppt
arifapoteker99
Sistem Kekebalan pada Tubuh Manusia , imunologi
Sistem Kekebalan pada Tubuh Manusia , imunologiSistem Kekebalan pada Tubuh Manusia , imunologi
Sistem Kekebalan pada Tubuh Manusia , imunologi
IisPatmawati2
Sistem imun akper
Sistem imun akperSistem imun akper
Sistem imun akper
materi-x2
Bab 10 sistem pertahanan tubuh
Bab 10 sistem pertahanan tubuhBab 10 sistem pertahanan tubuh
Bab 10 sistem pertahanan tubuh
SMAN 2 Indramayu
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh - SMA Biologi XI [www.defantri.com].pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh - SMA Biologi XI [www.defantri.com].pptxBab 10 Sistem Pertahanan Tubuh - SMA Biologi XI [www.defantri.com].pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh - SMA Biologi XI [www.defantri.com].pptx
desisari06
Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptx
Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptxBab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptx
Bab_10_Sistem_Pertahanan_Tubuh.pptx
GerlhyReynaldoWaworu
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptxBab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
DekaMuliya1
Ibd sistem imun
Ibd sistem imunIbd sistem imun
Ibd sistem imun
Yuli Thamrin
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptxBab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
Bab 10 Sistem Pertahanan Tubuh.pptx
avita12
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
MJM Networks
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetikaMakalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
Makalah biologi tentang sistem imun dan rekayasa genetika
MJM Networks
Sistem-Imunitas-Alamiah-dan-Sistem-Imunitas-Adaptif.pptx
Sistem-Imunitas-Alamiah-dan-Sistem-Imunitas-Adaptif.pptxSistem-Imunitas-Alamiah-dan-Sistem-Imunitas-Adaptif.pptx
Sistem-Imunitas-Alamiah-dan-Sistem-Imunitas-Adaptif.pptx
norausrina87
Sistem Pertahanan Tubuh (Imunitas)
Sistem Pertahanan Tubuh (Imunitas)Sistem Pertahanan Tubuh (Imunitas)
Sistem Pertahanan Tubuh (Imunitas)
Ronald Siregar
Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktif
Warnet Raha

Recently uploaded (20)

Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.pptRencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Wahid Husein
Sepsis Introduction (diagnosis and management)
Sepsis Introduction (diagnosis and management)Sepsis Introduction (diagnosis and management)
Sepsis Introduction (diagnosis and management)
junita92
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdfmateri buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
dkmalhidayahbogor
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptxPPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
rinjani13
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
ssuserf5305e
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xiFARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
aripprihandoko1
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
Taufiqurrokhman Rofii
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptxAsuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
JulimuhamadKartiko
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus GestasionalAsuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Wahid Husein
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus GestasionalKonsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
Wahid Husein
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptxLaporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
idman3
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusiaPertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
TugasHSE
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologipemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
AgungIstri3
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remajakenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
annazzakariaarifin
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptxppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ekamaya6
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAPDokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
AstriYuliaSariLubis1
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdfpenyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
NuyungLuvlivi
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Wahid Husein
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.pptRencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Rencana kerja pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Sumatera Utara.ppt
Wahid Husein
Sepsis Introduction (diagnosis and management)
Sepsis Introduction (diagnosis and management)Sepsis Introduction (diagnosis and management)
Sepsis Introduction (diagnosis and management)
junita92
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdfmateri buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
materi buat PHBS penyakit tuberculosis.pdf
dkmalhidayahbogor
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptxPPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
PPT Amyloidosis Bioassay_Rinjani Ayundatika Putri_24030123420010.pptx
rinjani13
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
Cedera Kepala ringan sedang dan berat...
ssuserf5305e
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xiFARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
FARMAKOGNOSI 11 radx.pptx.pdf. untuk kelas xi
aripprihandoko1
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
MPI.1 - Pengelolaan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 Tingkat Primer seca...
Taufiqurrokhman Rofii
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptxAsuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ECT.pptx
JulimuhamadKartiko
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus GestasionalAsuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...
Wahid Husein
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus GestasionalKonsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
Konsep Dasar Diabetes Mellitus Gestasional
AstriYuliaSariLubis1
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...
Wahid Husein
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptxLaporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
Laporan Kasus Dislokasi Posterior Hip Joint.pptx
idman3
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusiaPertolongan Pertama Keracunan pada manusia
Pertolongan Pertama Keracunan pada manusia
TugasHSE
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologipemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
pemeriksaan fisik diagnostik kulit pada dermatologi
AgungIstri3
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remajakenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
kenakalan remaja pencegahan dan penaganan pada remaja
annazzakariaarifin
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptxppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ppt sunat pada perempuan dari sisi kesehatan.pptx
ekamaya6
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAPDokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
Dokumentasi Pada Kehamilan Dengan Manajemen Varney dan SOAP
AstriYuliaSariLubis1
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdfpenyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
penyuluhan prolanis PPT DM JANuari 25.pdf
NuyungLuvlivi
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Peran FAO ECTAD dalam Pencegahan zoonosis dan AMR serta Penerapan Konsep One ...
Wahid Husein

Part 2- Konsep dasar pertahanan tubuh.pptx

  • 1. Konsep dasar pertahanan tubuh Definisi Imunologi Ruang lingkup imunologi Pembagian sistem imunitas
  • 2. Definisi Immunology (Latin): Immunis + Logos Imunologi (Immunology): Studi tentang mekanisme biologis dari Seluler, Molekular serta fungsional Sistim Imun. Sistim Imun (Immune System): Sistim yang terdiri dari Molekuler, Seluler, Jaringan dan Organ yang berperan dalam proteksi/ kekebalan tubuh Imunitas (Immunity): Proteksi dari Penyakit Infeksi
  • 3. Dalam menetralisasi agen asing dalam tubuh diperlukan komunikasi semua komponen molekul imun yang dikenal dengan sistem imun Jika salah satu atau lebih komponen sistem imun mengalami kegagalan maka mengakibatkan imunodefisiensi Karakteristik utama imunodefisiensi, ditandai oleh lebih meningkatnya kerentanan terhadap infeksi, kanker, autoimunitas, dan gangguan maturasi/aktivasi limfosit.
  • 4. Agen Asing Agen infeksius (bakteri, virus, parasit dan jamur) Agen noninfeksius (protein, hormon, peptida, protein DNA, mRNA, polisakarida dll) Bahan asing tersebut disebut antigen
  • 5. Sejarah Perkembangan Imunologi Disiplin ilmu imunologi muncul karena adanya observasi secara individual akibat adanya penyakit infeksi, dan selanjutnya individu yang telah sembuh dari sakit ternyata terlindungi dari penyakit yang sama jenisnya. Bhs Latin immunis artinya bebas penyakit Bhs Inggris immunity artinya terlindungi dari penyakit infeksi.
  • 6. Tahap perkembangan imunologi: 1. Tahap empiric Mithridates Eupatoris VI Raja di Pontis (Yunani) 132-63 SM (bpk imunologi) : minum racun sedikit demi sedikit, agar kebal mithridatisme : upaya untuk mengebalkan diri terhadap racun
  • 7. Variolasi Pertama kali induksi imunitas dilakukan di China dan Turki dengan cara memberikan kusta kering dari pustula smallpox melalui inhalasi ke nostril, atau memasukan potongan kecil kedalam kulit. Teknik ini dikenal dengan variolasi Th 1798 Lady Mary Wortley Montagu melakukan observasi, dan ternyata teknik variolasi sangat positif dan selanjutnya diterapkan sendiri pada anaknya. Dr. Edward Jenner (1749-1823) : vaksinasi
  • 8. Tahap empirik : Edward Jenner Th 1798 penyakit yang tidak ganas dikenal cowpox, cairan pustula dari sapi diberikan kepada seorang anak laki-laki berumur 8 th. Lalu secara intensif anak tersebut diinfeksi dengan smallpox, dan ternyata smallpox tersebut tidak dapat berkembang. Edward Jenner : pendiri imunologi
  • 9. Tahap empirik 3 cara untuk mendapatkan kekebalan 1. Mithridatisasi : kebal dengan minum racun sedikit demi sedikit 2. Variolasi : merangsang kekebalan terhadap cacar dengan menggaruk kulit dengan purulensi dari pustula smallpox. 3. Vaksinasi : kebal thd bibit penyakit yang telah dilemahkan Variolasi vs Vaksinasi
  • 10. 2. Tahap Ilmiah : Advance Immunology Perpaduan antara observasi secara individu yang digabung dengan pengalaman Jenner, maka munculah major advance immunology yang telah mengembangkan induksi imunitas dengan menggunakan kuman cholera (Pasteurella aviseptica) oleh Luis Pasteur. Louis Pasteur : melakukan vaksinasi Louis Pasteur : bapak imunologi
  • 11. Louis Pasteur Berhasil mengkultur bakteri cholera Menginjeksikan pada ayam. Setelah ayam diinjeksi dengan bakteri Cholera yang lama (tidak terawat dan menjadi lemah), kemudian ayam tersebut menjadi sakit. Selanjutnya penelitian tersebut diulangi dengan menggunakan bakteri cholera yang fresh dari kultur ternyata ayam tidak sakit, maka muncul istilah attenuated strain vaccine.
  • 13. Vaksin Bahasa latin vacca artinya sapi yang diadopsi dari Jenner yang menginokulasi cowpox pada anak, Pasteur th 1881 mengembangkan vaksin antrax dengan cara memanaskan kemudian diinjeksikan pada kambing, lalu diuji tantang pada kambing yg tidak divaksin, dan menjadi mati. Sedang kambing yg divaksin, tetap hidup. Th 1885 Pasteur memberikan vaksin pada joseph meister dengan rabid dog.
  • 14. Vaksin telah dikembangkan oleh Pasteur tapi tidak dapat menjelaskan kejadian tersebut Emil Von Behring dan Shibasaburo Kitasato th 1890 pertama kali menemukan mekanisme imunitas dalam bentuk serum (cairan nonseluler yang didapat setelah darah membeku). Hal ini didapat dari hewan yang diinfeksi dengan diptheria, serumnya kemudian diberikan pada hewan yg tidak diimunisasi. Serum dpt menetralisasi toxin, presipitasi toxin dan mengalutinasi kuman. 3. Tahap modern : Imunitas Humoral dan Seluler
  • 15. Imunoglobulin Elvin Kabat th 1930 fraksinasi serum : yg dikenal dengan gamma globulin sekarang lebih dikenal imunoglobulin yg bertanggung jawab terhadap imunitas. Selanjutnya fraksi dari imunoglobulin dikenal antibodi. Molekul ini terkandung dalam cairan tubuh (humors) maka lebih dikenal humoral immunity (kekebalan humoral).
  • 16. Imunitas seluler Th 1883 Elie Metchnikoff demonstrasi kontribusi sel imun yaitu sel darah putih yang berfungsi unt memfagosit (phagocytes). Sel ini aktif ditemukan pada hewan yg telah diimunisasi, sedang pd hewan yg tidak diimunisasi tidak aktif. Lalu ditemukan konsep cell mediated immunity Th 1940 Merrill Chase berhasil mengkulture sel darah dari babi selanjutnya ditulari mycobacterium.
  • 17. Tahap modern : Imunitas Humoral dan Seluler Th 1950 mBruce Glick Missisipi University, USA. Telah mengidentifikasi bahwa lymphocyte yang bertanggung jawab terhadap respons imun humoral dan seluler Lymphocyte T derivat dari thymus yang memediasi sel imun dan lymphocyte B derivat dari bursa fabricius yang bertanggung jawab terhadap imunitas humoral. Kedua imunitas ini ternyata saling menguntungkan
  • 18. Komponen sistem imun Terdiri atas : 1. Organ 2. Sel 3. Molekul
  • 19. Immune System: (1) organs Tonsils and adenoids Thymus pelindung terhadap infeksi Lymph nodes filter : bakteri dan virus Limfa Payers patches Sensor imunitas pada intestine Appendix sekresi Ig Lymphatic vessels transport Bone marrow
  • 22. ORGAN LIMFOID Organ limfoid terdiri dari : - kelenjar limfe - tonsil, - spleen, - kelenjar thymus, dan - sumsum tulang. Kelenjar limfe berukuran 1-25 mm, ditemukan sepanjang pembuluh limfatik dan dinamakan sesuai dengan tempatnya. Kapsul mengelilingi 2 region yang disebut kortex dan medulla yang terdiri dari limfosit.
  • 23. Tonsil: jaringan limfatik yang tidak berkapsul berlokasi di sekitar faring. Dikenal tonsil faringeal atau adenoid, berfungsi seperti kelenjar limfe. Tonsil menghadapi patogen pertama karena dekat hidung dan mulut. Spleen: berada di region kiri atas rongga abdomen. Darah dibersihkan spleen, limfosit T matur/matang di thymus, dan leukosit dibuat di bone marrow
  • 25. Immune system: (2) cells Lymphocytes T-lymphocytes B-Lymphocytes, plasma cells natural killer lymphocytes Monocytes, Macrophage Granulocytes neutrophils eosinophils basophils
  • 26. Immune system: (3) molecules Antibodies Complement Cytokines Interleukines Interferons
  • 27. Tahap: Deteksi & mengenali benda asing Merespon antigenik terkait dengan mikroba patogen dan parasit yang dapat penyakit atau reaksi alergi Komunikasi dgn sel lain untuk berespons Rekruitmen bantuan & koordinasi respons Destruksi atau supresi penginvasi Tahap: 1. Deteksi & mengenali benda asing 2. Merespon antigenik terkait dengan mikroba patogen dan parasit yang dapat menyebabkan penyakit atau reaksi alergi 3. Komunikasi dgn sel lain untuk berespons 4. Rekruitmen bantuan & koordinasi respons 5. Destruksi atau supresi penginvasi Respons Imun
  • 30. RESPON IMUN ALAMIAH DAN ADAPTIF Bellanti: respon imun adaptif: spesifik, heterogen, memiliki memory. Sistem imun alamiah (non spesifik): Tanggapan pertama yang bersifat non spesifik dengan mekanisme yang stereotipik. Tubuh menyediakan berbagai enzim termasuk sistem komplemen dan interferon yang mrp perangkat dalam mekanisme humoral. Mekanisme seluler akan melibatkan sel-sel dengan kemampuan fagosit: netrofil dan makrofag. Sistem imun spesifik: Humoral: menggunakan antibody yang bersifat sangat spesifik. Seluler: melibatkan limfosit T
  • 31. SISTEM IMUN NON SPESIFIK Pertahanan awal: kulit, membran mukosa saluran pencernaan dan pernafasan, kelenjar minyak, sel yang bersilia. Reaksi inflamasi Sel Natural Killer: membunuh virus dan tumor dengan cara kontak sel ke sel. Protein protektif: sistem komplemen dan interferon.
  • 32. SISTEM IMUN SPESIFIK Bekerja ketika pertahanan non spesifik gagal. Imunitas terbentuk setelah terkena antigen Imunitas hasil kerja limfosit B dan limfosit T. Sel B matur di bone marrow, sel T matur di kelenjar thymus Limfosit B membuat sel plasma menghasilkan antibodi, protein yang mampu menetralkan antigen. Antibodi ini disekresikan ke darah, limfa, dan cairan tubuh lain. Limfosit T menyerang langsung ke sel yang terkena antigen. Sel T yang lain mengatur respons imun. Limfosit mengenal antigen karena memiliki molekul reseptor pada permukaannya. Reseptor dan antigen sering disebut lock and key. Jutaan antigen yang berbeda --- terjadi diversifikasi limfosit selama proses maturasi.
  • 33. SEL B DAN IMUNITAS YANG DIPERANTARAI ANTIBODI Setiap sel B membawa antibodi yang spesifik pada reseptornya. Ketika sel B dalam kelenjar limfe atau spleen menghadapi sel bakteri atau toksin, ia akan menjadi aktif pada waktu yang lain. Teori clonal selection (mekanisme yang digunakan oleh system kekebalan tubuh untuk menyeleksi sel yang akan diperbanyak) Sel B termasuk sistem imun humoral karena antibodi ada di darah dan limfe.
  • 34. KARAKTERISTIK SEL B Imunitas yang diperantarai antibodi Dihasilkan dan matur di bone marrow Tinggal di limfe dan kelenjar limfe, beredar di darah dan limfe Secara langsung mengenal antigen dan kemudian mengadakan seleksi klonal Ekspansi klonal menghasilkan antibodi hasil sekresi sel plasma seperti sel B memori.
  • 35. STRUKTUR Ig G Bentuk umum antibodi (Ig G): Y, protein molekul yang memiliki 2 lengan. Lengan heavy (panjang) rantai polipeptida dan rantai polipeptida light (short). Rantai ini memiliki constant region, dimana sekuens asam amino diset dan variabel region, dimana tdp sekuens variasi asam amino yang bervariasi antara antibodi. Pada variabel region tdp antigen binding site yang spesifik pada antigen tertentu. Reaksi antigen antibodi dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Seperti kompleks antigen antibodi dengan neutrofil atau makrofag, komplemen membuat patogen mudah difagosit (opsonisasi).
  • 37. BENTUK-BENTUK ANTIBODI Klas Tempat Fungsi IgG Bentuk antibodi utama di sirkulasi Mengikat patogen, mengaktifkan komplemen, meningkatkan fagositosis IgM Di sirkulasi, antibodi terbesar Aktifkan komplemen, menggumpalkan sel IgA Di saliva dan susu Mencegah patogen menyerang sel epitel traktus digestivus dan respiratori. Ig D Di sirkulasi dan jumlahnya paling rendah Menandai kematuran sel B Ig E Membran berikatan dengan reseptor basofil dan sel mast dalam jaringan Bertanggung jawab dalam respon alergi dan melindungi dari serangan parasit cacing
  • 38. FUNGSI RESPON IMUN Pertahanan tubuh terhadap paparan patogen Homeostasis : keseimbangan osmotik didalam sel dan di luar sel - mempertahankan keseragaman jenis sel - membuang sel-sel yang rusak atau sudah tua - Perondaan/pengawasan : bertugas untuk waspada dan mengenal adanya perubahan- perubahan dan secara cepat membuang sel-sel yang abnormal tsb.
  • 39. PENYIMPANGAN SISTEM IMUN Gangguan morfologis, contoh: tidak berkembangnya kelenjar timus Gangguan fungsional: toleransi imunologik karena lumpuhnya mekanisme respon imun, reaksi alergik, anafilaksis atau hipersensitivitas tipe lambat Gangguan fungsi homeostatik: autoimun Gangguan surveillance: pertumbuhan sel-sel ganas