Serangga hama gudang yang ditemukan dalam dokumen tersebut adalah Tenebrio molitor, Tenebrio obscures, Sitophilus oryzae, Cylas formicarius, dan Callosobruchus chinensis. Serangga-serangga tersebut merupakan hama utama pada berbagai komoditas pangan penyimpanan seperti dedak, kedelai, beras, ubi jalar, dan kacang hijau.
1 of 14
Download to read offline
More Related Content
Pasca
1. BAB I
PENDAHULUAN
Kerusakan bahan pakan akibat serangan serangga merupakan kasus yang paling sering
terjadi. Serangga mengambil dan memakan zat makanan dari bahan baku dan menyebabkan
kerusakan lapisan pelindung bahan. Selain kerusakan secara fisik, karena sifat serangga yang
suka bermigrasi, serangga juga dapat memindahkan spora jamur perusak bahan pakan dan
membuka jalan bagi kontaminasi jamur atau kapang yang menghasilkan mikotoksin. Serangga
perusak bahan pakan antara lain ngengat, penggerek dan kumbang.
Serangga hama gudang mempunyai ciri-ciri umum (a) Tubuhnya terbagi atas 3
bagian kepala, dada (toraks) dan perut (abdomen), (b) Bagian luar tubuh tertutup oleh
kulit luar (eksoskeleton), (c) Selama hidupnya mengalami perubahan bentuk (metamorfosa)
yang sempurna dan tidak sempurna/ dan (d) Serangga dewasa mempunyai tiga pasang kaki.
Serangga hama gudang baik yang berasal dari kelompok kumbang maupun ngengat
mengalami metamorfosis sempurna yaitu dari telur , larva , pupa, dan dewasa (imago).
Pengenalan akan jenis-jenis serangga hama gudang adalah sangat penting untuk
menentukan prioritas dan cara pengendaliannya. Pada umumnya serangga hama gudang dapat
dibagi menjadi hama primer dan hama sekunder. Hama primer yaitu serangga hama gudang yang
mampu menyerang biji-bijian yang masih utuh, seperti Sitophilus spp. (weevil), Rhyzopherta
dominica (lesser grain borer) dan Sitotroga cerealella.( Angoumoisg rain moth). Sedangkan
hama sekunder adalah serangga hama yang hanya mampu menyerang biji-bijian yang sudah
rusak, seperti Tribolium spp . (flour beetle) dan Plodia interpunctella (Indian meal moth)
Pembagian serangga hama gudang menjadi hama primer dan sekunder tidak mengacu
kepada arti pentingnya ditinjau dari segi ekonomi, melainkan hanya kepada urut -urutannya.
Serangga hama gudang yang menyerang komoditi yang mahal dan banyak menimbulkan
kerugian disebut hama ekonomi, sedangkan hama yang tidak banyak menimbulkan kerugian
disebut hama non ekonomis.
2. BAB II
PEMBAHASAN
Beberapa hama gudang yang didapat dari hasil praktikum yaitu sebagai berikut :
1. Tenebrio molitor pada Dedak
Kingdom: Animalia
Phylum: Arthropoda
Class: Insecta
Order: Coleoptera
Family: Tenebrionidae
Genus: Tenebrio
Species: T. molitor
Tenebrio molitor L. berwarna kuning, dan merupakan
bagian terbesar dari kumbang yang menyerang bahan yang disimpan dengan panjang 1,25 cm
(Cotton and St.G e o r g e , 1 9 2 9 ) . K e b e r a d a a n s e r a n g g a i n i b a n y a k t e r d a p a t p a d a
serealia y a n g t e l a h r u s a k d i t e m p a t g e l a p d a n k o n d i s i y a n g l e m b a b ,
t e t a p i kumbang ini menyerang semua bahan pangan yang di simpan. Kumbang
betina dapat bertelur sebanyak 100 telur dan hidup beberapa bulan. Ulat
dapat bertahan pada kondisi yang kurang menguntungkan dan dapat t e r s e b a r s a n g a t
j a u h d a r i t e m p a t m e n e t a s n y a . K u m b a n g d e w a s a s u k a terbang dan mendekati arah
datangnya cahaya.
3. 2. Tenebrio obscures pada kedelai dan ketan hitam
Class: Insecta
Order: Coleoptera
Family: Tenebrionidae
Genus: Tenebrio
Species: obscurus
Tenebrio obscurus dewasa adalah kumbang hitam kusam dengan bentuk datar dan sisi
paralel. Larva berwarna coklat gelap. Kumbang dewasa ini mirip dengan kumbang Tenebrio
molitor yang memiliki penampilan yang lebih mengkilap, dan larva coklat kekuningan. Ukuran
panjang kumbang dewasa 18mm, dan larva 25mm. Habitat ditemukan di sekitar produk yang
disimpan lembab dan berjamur dan bahan hewani.
Kumbang betina bertelur putih berbentuk kacang yang menetas menjadi mealworm (grub
seperti larva) setelah sekitar satu minggu. Pakan larva pada tanaman atau bahan hewani sebelum
terbentuk pupa.
3. Sitophilus oryzae pada beras dan gaplek
Kingdom: Animalia
Phylum: Arthropoda
Class: Insecta
Order: Coleoptera
4. Family: Curculionidae
Genus: Sitophilus
Species: S. oryzae
Kumbang bubuk beras (Sitophilus oryzae atau Calandra oryzae) j u g a biasa
disebut kumbang penggerek beras. Kumbang ini merupakan hama utama pada beras
yang disimpan. Serangan kumbang ini ditandai dengan butir beras berlubang -
lubang atau hancur menjadi tepung karena gerekan k u m b a n g . A k i b a t h a m a i n i ,
b e r a s d a p a t k e h i l a n g a n b e r a t ( s u s u t b e r a t mencapai 23% setelah disimpan beberapa
bulan. Imago dapat terbang karena memiliki sayap yang berkembang sempurna, tetapi
penyebarannya lebih banyak terbawa oleh beras yang terserang.
Morfologi. Kedua jenis Sitophilus termasuk ke dalam Famili Curculionidae. Kedua jenis
kumbang dewasa ini secara fisik sangat mirip sekali dan dapat dikenali dari bentuk kepalanya
yang berbentuk moncong. Pada ujung moncong terdapat mandibula yang kuat, yang berguna
untuk melubangi kulit biji-bijian ketika makan dan ketika hendak meletakan telur. Tubuh
Sitophilus berwarna coklat sampai coklat gelap, berbentuk silindris berukuran 2,5 - 3 mm,
tergantung besar kecilnya butiran komoditi yang diserangnya. Bagian depan kepala membentuk
tonjolan sampai melewati kedua pasang mata dan berbentuk seperti moncong (snout). Pada
bagian alat mulut terdapat mandibula yang kuat yang berfungsi sebigai gigi. Antena berbentuk
siku dan seperti gada, terdiri dari 7-9 ruas. Pada elitera (sayap depan) terdapat 4 noktah yang
agak besar berwarna merah kecoklat-coklatan. Elitera dengan sempurna menutupi seluruh bagian
abdomen. Tarsi kaki depan, tengah dan belakang berjumlah 4 ruas.
Jenis kerugian yang ditimbulkan. Kumbang bubuk merupakan hama primer (dapat
menyerang suatu bahan tanpa ada pertolongan hama lain). Butir-butir komoditi yang diserang
hama ini berlubang-lubang sehingga menyebabkan berkurangnya bobot komoditi secara drastis
dan menurunkan kandungan gizi komoditi.
Di pabrik pangan kumbang bubuk merupakan hama utama pada komoditi jagung di
tempat penyimpanan. Butiran biji jagung menjadi berlubang-lubang dan beratnya menjadi turun
secara drastis. Akibat lain dari serangan kumbang bubuk ini menyebabkan kenaikkan suhu
komoditi sehingga merangsang pertumbuhan cendawan untuk berkembang. Akibat dua serangan
dari kumbang dan cendawan komoditi jagung menjadi rusak sama sekali.
5. Tingkat intensitas serangan hama dan nilai kerugian. Tingkat serangan kumbang ini akan
sangat signifikan (kerusakan di atas 40%) setelah bulan ke 5 sejak dimulainya serangan, apabila
tindakan pengendalian sama sekali tidak dilakukan.
Preferensi makanan. Kumbang bubuk ini merupakan hama utama pada komoditi beras,
iagung, cantel dan gabah.
Ekologi hama. Kumbang Sitophilus spp. dapat berkembang biak dengan baik pada
kondisi optimum ( temperature=28°C dan kelembaban relatif 70%). Pada kondisi seperti di atas
kumbang bubuk ini dapat berkembang dengan baik pada biji-bijian yang bersih sekalipun bila
kadar airnya >14%. Pada temperatur 15,5°C imago betina masih bisa meletakkan telur serta
stadia larva dan pupa masih berkembang dengan sempurna meskipun memerlukan waktu yang
lebih lama. Pada suhu ±7°C masih bisa bertahan hidup selama beberapa minggu walaupun dalam
keadaan dorman.
4. Cylas formicarius pada ubi jalar
Siklus hidup C. formicarius memerlukan waktu 1–2 bulan, secara umum 35–40 hari pada
musim panas. Generasinya tidak merata, demikian pula jumlah generasi selama setahun. Di
Indonesia, terdapat 9 generasi C. formicarius dalam setahun, (Nonci dan Sriwidodo 1993;
Supriyatin 2001), di Florida 6–8 generasi, di Texas 5 generasi, dan di Louisiana Amerika Serikat
8 generasi (Waddil 1982; Capinera 1998). Serangga dewasa tidak berdiapause, tetapi cenderung
tidak aktif bila kondisi lingkungan kurang sesuai. Semua fase pertumbuhan dapat ditemukan
sepanjang tahun jika tersedia makanan yang sesuai.
Telur diletakkan di dalam rongga kecil yang dibuat oleh kumbang betina dengan cara
menggerek akar, batang, dan umbi. Telur diletakkan di bawah kulit atau epidermis, secara
tunggal pada satu rongga dan ditutup kembali sehingga sulit dilihat (Morallo dan Rejesus 2001).
6. Menurut Supriyatin (2001), telur C. formicarius sulit dilihat karena ditutup dengan bahan
semacam gelatin yang berwarna cokelat.
Telur C. formicarius berwarna putih krem, berbentuk oval tak beraturan, berukuran 0,46–
0,65 mm (Supriyatin 2001), sedangkan menurut Capinera (1998) panjang telur 0,77 mm dengan
lebar 0,50 mm. Di Florida, lama fase telur berkisar 5 hari pada musim panas dan 11–12 hari bila
musim dingin (Capinera 1998). Periode inkubasi telur beragam sesuai dengan suhu, yakni 4 hari
pada suhu 30oC dan 7, 9 hari pada suhu 20oC. Di Indonesia, rata-rata lama fase telur adalah 7
hari (Supriyatin 2001). Seekor kumbang betina meletakkan telur 3–4 butir/hari atau 75–90 butir
selama hidupnya (30 hari). Di laboratorium, setiap ekor kumbang betina mampu meletakkan
telur 122–250 butir (Capinera 1998), sedangkan menurut Supriyatin (2001) sekitar 90–340 butir.
Larva yang baru menetas berukuran lebih besar dari telur, tanpa kaki, berwarna putih dan
lambat laun berubah menjadi kekuningan. Larva yang baru menetas langsung menggerek batang
atau umbi. Bila larva menggerek batang, biasanya arah gerekan menuju umbi.
Larva C. formicarius terdiri atas tiga instar dengan periode instar pertama 8– 16 hari,
instar kedua 2–21 hari, dan instar ketiga 35–56 hari (Capinera 1998). Supriyatin (2001)
melaporkan bahwa larva C. formicarius terdiri atas 5 instar dalam waktu 25 hari. Suhu
merupakan faktor utama yang mempengaruhi tingkat perkembangan larva. Perkembangan larva
mencapai 10 dan 35 hari berturut-turut pada suhu 30°C dan 24°C (Capinera 1998). Larva instar
akhir berukuran panjang 7,50– 8 mm dan lebar 1,80–2 mm, berwarna putih kekuningan.
Caput besar berukuran sepertiga dari panjang badan dan seperdua dari lebar badan.
Kepala berwarna kuning hingga cokelat, mandibula kuning hampir hitam dan abdomen larva
agak besar.
Larva instar akhir membentuk pupa pada umbi atau batang, berbentuk oval, kepala dan
elytra bengkok secara ventral. Panjang pupa berkisar 6–6,50 mm (Capinera 1998). Pupa
berwarna putih, tetapi seiring dengan waktu dan perkembangannya, berubah menjadi abu-abu
dengan kepala dan mata gelap. Lama masa pupa berkisar 7–10 hari, tetapi pada cuaca dingin
dapat mencapai 28 hari (Capinera 1998). Di laboratorium di India, rata-rata stadium pupa adalah
4,10 hari (Rajamma 1983).
Kumbang yang baru keluar dari pupa tinggal 1–2 hari di dalam kokon, kemudian keluar
dari umbi atau batang. CABI (2001) melaporkan bahwa kumbang C. formicarius menyerupai
semut, mempunyai abdomen, tungkai, dan caput yang panjang dan kurus. Kepala berwarna hitam,
7. antena, thoraks, dan tungkai oranye sampai cokelat kemerahan, abdomen dan elytra biru metalik
(Capinera 1998; Morallo dan Rejesus 2001). Supriyatin (2001) juga menyatakan bahwa C.
formicarius mempunyai kepala, abdomen, dan sayap depan berwarna biru metalik, sedangkan
kaki dan dadanya cokelat.
5. Callosobruchus chinensis pada kacang hijau
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Bruchidae
Genus : Callosobruchus
Spesies : Callosobruchus chinensis
Salah satu serangga hama yang sangat potensial merusak biji kacang hijau di gudang
adalah Callosobruchus chinensis. Serangga hama ini disebut kumbang biji. Kumbang Biji
(Callosobruchus chinensis) mempunyai moncong yang pendek dan femur tungkai belakang yang
membesar. Bentuk tubuh kumbang dewasa kebanyakan bulat atau lonjong. bentuk tubuhnya
bulat telur dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Pada sayap depannya terdapat gambaran
gelap yang menyerupai huruf U dan pronotumnya halus. Warna sayap depannya coklat
kekuning-kuningan (Rioardi,2009)
Pada kumbang jantan mempunyai ukuran tubuh 2,4 mm – 3 mm sedangkan kumbang
betina mempunyai ukuran tubuh 2,76 mm – 3,49 mm. Imago betina dapat menghasilkan telur
8. sampai 700 butir. Telur berbentuk lonjong agak transparan atau kekuning-kuningan atau
berwarna kelabu keputih-putihan. Panjang telur 0,57 mm, berbentuk cembung pada bagian dorsal,
dan rata pada bagian yang melekat pada biji.
Tanaman inang
Inang utama Callosobruchus chinensis ialah biji kacang hijau yang sudah berada di
gudang. Hama ini menyerang kacang hijau yang sudah ada di gudang karena untuk peletakan
telur. Telur diletakkan pada permukaan biji dan direkatkan dengan semacam perekat.
Kacang hijau merupakan salah satu komoditas kacang-kacangan yang rentan terhadap
infestasi hama gudang. Hama gudang yang sering menyerang biji kacang hijau adalah
Callosobruchus chinensis. Hama ini tersebar di seluruh dunia terutama daerah tropis dan
subtropis (Kartasaputra 1987).
Preferensi hama terhadap kacang hijau sebagai inang ditentukan oleh bentuk polong, bulu
polong, kekerasan kulit biji, dan kandungan zat kimia (aroma) yang cocok untuk
pertumbuhannya (Talekar dan Lin 1981). Induk C. Chinensis mempunyai peranan penting dalam
pemilihan inang untuk meletakkan telurnya (Avidov et al. 1965).
Menurut Kartasaputra (1987), C. chinensis mulai menyerang biji sejak di lapang sampai
tempat penyimpanan. Kehilangan hasil akibat infestasi C. chinensis mencapai 70%. Kumbang
betina dapat memproduksi telur hingga 150 butir. Telur ditempatkan pada permukaan biji yang
disimpan dan umumnya menetas setelah 3-4 hari pada suhu 24,4-30,7°C dengan kelembapan
nisbi 67,5-82,6%. Masa larva berlangsung sekitar 14 hari dan masa kepompong 4-6 hari
(Kartasaputra 1987).
Gejala serangan
Setelah imago betina bertelur, maka telur diletakkan pada permukaan produk kekacangan
dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi
hanya merobek bagian kulit telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar
tempat telur diletakkan. Lama stadia larva adalah 10-13 hari. Produk yang diserang akan tampak
berlubang, karena larva terus menggerek biji dan berada di dalam biji sampai menjadi imago.
Setelah menjadi imago, maka lubang pada biji menjadi tempat keluar imago dari dalam biji.
9. 6. Sithopilus zeamais pada jagung
Kumbang bubuk S. zeamais merupakan hama gudang utama di Indonesia. Haman ini
tersebar di daerah tropis dan subtropics dan menyerang biji-bijian yang disimpan, seperti beras
dan jagung.
Kumbang bubuk mengalami metamorphosis sempurna dari stadium telur sampai menjadi
imago. Larva tidak bertungkai, berwarna putih jernih. Ketika bergerak,larva agak mengkerut,
sedang kepompongnya tampak seolah telah dewasa. Imago mempunyai kepala yang memanjang
membentuk moncong (snout). Sayap mempunyai dua bercak yang berwarna agak pucat. Sayap
dapat berkembang sempurna, sayap belakang berfungsi untuk terbang. Panjang tubuhnya 3,5-5
mm (Kartasapoetra 1987).
10. Perkembangbiakan. Aktivitas, dan kopulasi dilakukan pada isang hari dan berlangsung
lebih lama dibandingkan dengan masa kopulasi hama gudang lainnya. Lama hidup induk hama
ini berlangsung 3-5 bulan. Setiap induk mampu menghasilkan 300-400 butir telur (Kartasapoetra
1987).
Siklus hidup hama ini berlangsung 28-90 hari, tetapi umumnya sekitar 31 hari. Siklus
hidup hama ini bergantung pada tempratur ruang penyimpanan, kelembapan atau kandungan air
produk yang disimpan, dan jenis produk yang diserang. Pada kelembapan 70% dan temperature
18°C, siklus hidupnya dari telur menjadi dewasa atau imago mencapai 91 hari, namun pada
kelembapan 80% dengan temperature yang sama siklus hidup S. zeamais hanya 79 hari
(Kartasapoetra 1987).
11. BAB III
KESIMPULAN
Kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan serangga berupa kerusakan fisik dan kimiawi.
Kerusakan secara fisik terjadi akibat kontaminasi bahan pakan oleh kotoran, jaring, bagian tubuh
dan bau kotoran. Serangga memakan dan merusak struktur fisik bahan pakan, seperti berlubang,
hancur dan memicu pertumbuhan mikroorganisme lain. Aktivitas makan yang dilakukan oleh
serangga menyebabkan bahan pakan kehilangan berat.
Upaya untuk mengurangi resiko kerusakan akibat serangan serangga dapat dilakukan
dengan memperbaiki manajemen penyim-panan. Sistem penyimpanan sifatnya buatan sehingga
dapat diatur sesuai kebutuhan. Pengendalian serangan serangga melalui sistem penyimpanan
dapat dilakukan dengan membaiki struktur bangunan tempat penyimpanan, penerapan sistem
FIRST IN FIRST OUT dan mengendalikan kondisi bahan pakan yang disimpan.
12. Daftar Pustaka :
Anonym. Tanpa tahun. Tenebrio obscures. Diakses melalui
http://www.ozanimals.com/Insect/Dark-Mealworm/Tenebrio/obscurus.html
Hanafi, M. 2011. Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis). Diakses melalui
http://www.agrilands.net/read/full/agriwacana/hama-penyakit/2011/02/20/kumbang-biji-
callosobruchus-chinensis.html
Khalim, Abdul. 2011. Pengendalian Hama Pasca Panen Hama Gudang Tanaman Kacang Hijau.
Institute Pertanian Yogyakarta. Diakses melalui
http://institutyogyakarta.multiply.com/journal?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal
Nonci, Nurnina. 2005. BIOEKOLOGI DAN PENGENDALIAN KUMBANG Cylas formicarius
Fabricius (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE). Jurnal Litbang Pertanian, 24(2), 2005
Rivai dan Wirawan. Hama Pemukiman Indonesia. Diakses melalui
http://www.sith.itb.ac.id/publikasi-ia/Entomologi-Permukiman/6-Hama%20Gudang.pdf
Suparjo. 2010. Teknik Penyimpanan Pakan : Kerusakan Bahan Pakan Selama Penyimpanan.
Jambi: Laboratorium Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Jambi
Surtikanti. 2004. Kumbang Bubuk Sitophilus zeamais Motsch. dan Strategi Pengendaliannya.
Jurnal Litbang Pertanian, 23(4), 2004
Teknologi Pascapanen
13. Laporan Praktikum Hama Gudang Pada Produk Pascapanen
Diajukan untuk memenuhi laporan praktikum mata kuliah Teknologi Pascapanen
Disusun oleh
Kelompok 4 :
Rizky Hadi Rahmannia 150110080211
Mayang Winoti 150110080216
Annisa Handayani 150110080217
Redy Aditya P. 150110080220
Rizqi Laila Annisa 150110080221
Agroteknologi E
Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran
2011