際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
PATOFISOLOGI
(Epilepsi)
oleh
Nova Lestari
Yumi Rahmatika
1411011043
DEFENISI
 Epilepsi : kejadian kejang
yang terjadi berulang
(kambuhan)
 Kejang : manifestasi klinik
dari aktivitas neuron yang
berlebihan di dalam korteks
serebral
 Manifestasi klinik kejang
sangat bervariasi tergantung
dari daerah otak fungsional
yang terlibat
Epidemiologi
 Agak sulit mengestimasi jumlah kasus epilepsy
 pada kondisi tanpa serangan, pasien terlihat
normal dan semua data lab juga normal, selain itu
ada stigma tertentu pada penderita epilepsy 
malu/enggan
mengakui
 Insiden paling tinggi pada umur 20 tahun
pertama,menurun sampai umur 50 th, dan
meningkat lagi setelahnya terkait dg kemungkinan
terjadinya penyakit cerebrovasular
 Pada 75% pasien, epilepsy terjadi sebelum umur
18 th
Prognosis
 Prognosis umumnya baik, 70  80% pasien yang
mengalami epilepsy akan sembuh, dan kurang lebih
separo pasien akan bisa lepas obat
 20 - 30% mungkin akan berkembang menjadi
epilepsi kronis pengobatan semakin sulit  5 % di
antaranya akan tergantung pada orang lain dalam
kehidupan sehari-hari
 Pasien dg lebih dari satu jenis epilepsi, mengalami
retardasi mental, dan gangguan psikiatri dan
neurologik  prognosis jelek
Etiologi
  Epilepsi mungkin disebabkan oleh:
 aktivitas saraf abnormal akibat proses patologis
yang mempengaruhi otak
 gangguan biokimia atau metabolik dan lesi
mikroskopik di otak akibat trauma otak pada saat
lahir atau cedera lain
 pada bayi  penyebab paling sering adalah asfiksi
atau hipoksia waktu lahir, trauma intrakranial waktu
lahir, gangguan metabolik, malformasi congenital
pada otak, atau infeksi
 pada anak-anak dan remaja  mayoritas adalah
epilepsy idiopatik, pada umur 5-6 tahun disebabkan
karena febril
 pada usia dewasa  penyebab lebih bervariasi 
idiopatik, karena birth trauma, cedera kepala, tumor
Patofisologi farmasi semster2
Patogenesis
Kejang disebabkan karena ada
ketidakseimbangan antara
pengaruh inhibisi dan eksitatori
pada otak
Ketidakseimbangan bisa terjadi
karena :
 Kurangnya transmisi inhibitori
 Contoh: setelah pemberian
antagonis GABA, atau selama
penghentian pemberian agonis
GABA (alkohol, benzodiazepin)
 Meningkatnya aksi eksitatori 
meningkat
Patofisologi farmasi semster2
Diagnosis
 Pasien didiagnosis epilepsi jika mengalami
serangan kejang secara berulang
 Untuk menentukan jenis epilepsinya, selain
dari
gejala, diperlukan berbagai alat diagnostik :
 EEG
 CT-scan
 MRI
 Lain-lain
A CT or CAT scan (computed tomography)
is a much more sensitive imaging
technique than X-ray, allowing high
definition not only of the bony structures,
but of the soft tissues.
Klasifikasi epilepsi
 Berdasarkan tanda klinik
dan data EEG, kejang dibagi
menjadi :
 kejang umum(generalized
seizure)  jika aktivasi
terjadi pd kedua hemisfere
otak secara bersama-sama
 kejang parsial/focal  jika
dimulai dari daerah tertentu
dari otak
Kejang umum terbagi atas:
 Tonic-clonic convulsion = grand mal
 merupakan bentuk paling banyak terjadi
 pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-engah,
keluar air liur
 bisa terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah
 terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah,
kebingungan, sakit kepala atau
 Abscense attacks = petit mal
 jenis yang jarang
 umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau
awal
remaja
 penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-
kedip,
dengan kepala terkulai
 kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering
tidak
disadari
 Myoclonic seizure
 biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur
 pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba
 jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada
pasien normal
 Atonic seizure
 jarang terjadi
 pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan
Otot  jatuh, tapi bisa segera recovered]
Petit mal
Kejang parsial terbagi menjadi :
 Simple partial seizures
 pasien tidak kehilangan kesadaran
 terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu
dari
tubuh
 Complex partial seizures
 pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali:
gerakan mengunyah, meringis, dll tanpa kesadaran
Kejang parsial
Sasaran Terapi
Mengontrol supaya tidak terjadi
kejang dan meminimalisasi
adverse effect of drug
Strategi Terapi
mencegah atau menurunkan lepasnya muatan listrik
syaraf yang berlebihanmelalui perubahan pada
kanal ion atau mengatur ketersediaan
neurotransmitter
Prinsip umum terapi epilepsi:
 monoterapi lebih baikmengurangi potensi
adverse effect, meningkatkan kepatuhan pasien,
tidak terbukti bahwa politerapi lebih baik dari
monoterapi
 hindari atau minimalkan penggunaan
antiepilepsi sedatiftoleransi, efek pada
intelegensia, memori, kemampuan motorik bisa
menetap selama pengobatan
 jika mungkin, mulai terapi dgn satu antiepilepsi
non-sedatif, jika gagal baru diberi sedatif atau
politerapi
 berikan terapi sesuai dgn jenis epilepsinya
 mulai dengan dosis terkecil dan dapat
ditingkatkan
sesuai dg kondisi klinis pasien  penting :
kepatuhan pasien
 adavariasi individual terhadap respon obat
antiepilepsi  perlu pemantauan ketat dan
penyesuaian dosis
 jika suatu obat gagal mencapai terapi yang
diharapkan  pelan-pelan dihentikan dan diganti
dengan obat lain (jgn politerapi)
 lakukan monitoring kadar obat dalam darah  jika
mungkin, lakukan penyesuaian dosis dgn melihat
juga kondisi klinis pasien
Tatalaksana terapi
 Non farmakologi:
 Amati faktor pemicu
 Menghindari faktor pemicu (jika ada),
misalnya : stress, OR, konsumsi kopi atau
alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat
makan, dll.
 Farmakologi : menggunakan obat-obat
antiepilepsi
Obat-obat anti epilepsi
Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na+:
 Inaktivasi kanal Na  menurunkan kemampuan syaraf untuk
menghantarkan muatan listrik
 Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin okskarbazepin, valproat
Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAergik:
 agonis reseptor GABA  meningkatkan transmisi inhibitori dg
mengaktifkan kerja reseptor GABA  contoh: benzodiazepin,
barbiturat
 menghambat GABA transaminase  konsentrasi GABA meningkat
 contoh: Vigabatrin
 menghambat GABA transporter  memperlama aksi GABA
contoh: Tiagabin
 meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal pasien
mungkin dg menstimulasi pelepasan GABA dari non-vesikular
pool  contoh: Gabapentin
Target aksi obat epilepsi
Kanal ion Na
Reseptor GABA (terkait dg kanal Cl)
Pemilihan obat : Tergantung pada jenis epilepsinya
Patofisologi farmasi semster2
Etiologi
Patofisologi farmasi semster2
Patofisologi farmasi semster2

More Related Content

Patofisologi farmasi semster2

  • 2. DEFENISI Epilepsi : kejadian kejang yang terjadi berulang (kambuhan) Kejang : manifestasi klinik dari aktivitas neuron yang berlebihan di dalam korteks serebral Manifestasi klinik kejang sangat bervariasi tergantung dari daerah otak fungsional yang terlibat
  • 3. Epidemiologi Agak sulit mengestimasi jumlah kasus epilepsy pada kondisi tanpa serangan, pasien terlihat normal dan semua data lab juga normal, selain itu ada stigma tertentu pada penderita epilepsy malu/enggan mengakui Insiden paling tinggi pada umur 20 tahun pertama,menurun sampai umur 50 th, dan meningkat lagi setelahnya terkait dg kemungkinan terjadinya penyakit cerebrovasular Pada 75% pasien, epilepsy terjadi sebelum umur 18 th
  • 4. Prognosis Prognosis umumnya baik, 70 80% pasien yang mengalami epilepsy akan sembuh, dan kurang lebih separo pasien akan bisa lepas obat 20 - 30% mungkin akan berkembang menjadi epilepsi kronis pengobatan semakin sulit 5 % di antaranya akan tergantung pada orang lain dalam kehidupan sehari-hari Pasien dg lebih dari satu jenis epilepsi, mengalami retardasi mental, dan gangguan psikiatri dan neurologik prognosis jelek
  • 5. Etiologi Epilepsi mungkin disebabkan oleh: aktivitas saraf abnormal akibat proses patologis yang mempengaruhi otak gangguan biokimia atau metabolik dan lesi mikroskopik di otak akibat trauma otak pada saat lahir atau cedera lain pada bayi penyebab paling sering adalah asfiksi atau hipoksia waktu lahir, trauma intrakranial waktu lahir, gangguan metabolik, malformasi congenital pada otak, atau infeksi pada anak-anak dan remaja mayoritas adalah epilepsy idiopatik, pada umur 5-6 tahun disebabkan karena febril pada usia dewasa penyebab lebih bervariasi idiopatik, karena birth trauma, cedera kepala, tumor
  • 7. Patogenesis Kejang disebabkan karena ada ketidakseimbangan antara pengaruh inhibisi dan eksitatori pada otak Ketidakseimbangan bisa terjadi karena : Kurangnya transmisi inhibitori Contoh: setelah pemberian antagonis GABA, atau selama penghentian pemberian agonis GABA (alkohol, benzodiazepin) Meningkatnya aksi eksitatori meningkat
  • 9. Diagnosis Pasien didiagnosis epilepsi jika mengalami serangan kejang secara berulang Untuk menentukan jenis epilepsinya, selain dari gejala, diperlukan berbagai alat diagnostik : EEG CT-scan MRI Lain-lain A CT or CAT scan (computed tomography) is a much more sensitive imaging technique than X-ray, allowing high definition not only of the bony structures, but of the soft tissues.
  • 10. Klasifikasi epilepsi Berdasarkan tanda klinik dan data EEG, kejang dibagi menjadi : kejang umum(generalized seizure) jika aktivasi terjadi pd kedua hemisfere otak secara bersama-sama kejang parsial/focal jika dimulai dari daerah tertentu dari otak
  • 11. Kejang umum terbagi atas: Tonic-clonic convulsion = grand mal merupakan bentuk paling banyak terjadi pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-engah, keluar air liur bisa terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah, kebingungan, sakit kepala atau
  • 12. Abscense attacks = petit mal jenis yang jarang umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip- kedip, dengan kepala terkulai kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak disadari Myoclonic seizure biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien normal Atonic seizure jarang terjadi pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan Otot jatuh, tapi bisa segera recovered] Petit mal
  • 13. Kejang parsial terbagi menjadi : Simple partial seizures pasien tidak kehilangan kesadaran terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu dari tubuh Complex partial seizures pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali: gerakan mengunyah, meringis, dll tanpa kesadaran Kejang parsial
  • 14. Sasaran Terapi Mengontrol supaya tidak terjadi kejang dan meminimalisasi adverse effect of drug Strategi Terapi mencegah atau menurunkan lepasnya muatan listrik syaraf yang berlebihanmelalui perubahan pada kanal ion atau mengatur ketersediaan neurotransmitter
  • 15. Prinsip umum terapi epilepsi: monoterapi lebih baikmengurangi potensi adverse effect, meningkatkan kepatuhan pasien, tidak terbukti bahwa politerapi lebih baik dari monoterapi hindari atau minimalkan penggunaan antiepilepsi sedatiftoleransi, efek pada intelegensia, memori, kemampuan motorik bisa menetap selama pengobatan jika mungkin, mulai terapi dgn satu antiepilepsi non-sedatif, jika gagal baru diberi sedatif atau politerapi berikan terapi sesuai dgn jenis epilepsinya
  • 16. mulai dengan dosis terkecil dan dapat ditingkatkan sesuai dg kondisi klinis pasien penting : kepatuhan pasien adavariasi individual terhadap respon obat antiepilepsi perlu pemantauan ketat dan penyesuaian dosis jika suatu obat gagal mencapai terapi yang diharapkan pelan-pelan dihentikan dan diganti dengan obat lain (jgn politerapi) lakukan monitoring kadar obat dalam darah jika mungkin, lakukan penyesuaian dosis dgn melihat juga kondisi klinis pasien
  • 17. Tatalaksana terapi Non farmakologi: Amati faktor pemicu Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalnya : stress, OR, konsumsi kopi atau alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dll. Farmakologi : menggunakan obat-obat antiepilepsi
  • 18. Obat-obat anti epilepsi Obat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na+: Inaktivasi kanal Na menurunkan kemampuan syaraf untuk menghantarkan muatan listrik Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin okskarbazepin, valproat Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAergik: agonis reseptor GABA meningkatkan transmisi inhibitori dg mengaktifkan kerja reseptor GABA contoh: benzodiazepin, barbiturat menghambat GABA transaminase konsentrasi GABA meningkat contoh: Vigabatrin menghambat GABA transporter memperlama aksi GABA contoh: Tiagabin meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal pasien mungkin dg menstimulasi pelepasan GABA dari non-vesikular pool contoh: Gabapentin
  • 19. Target aksi obat epilepsi Kanal ion Na Reseptor GABA (terkait dg kanal Cl)
  • 20. Pemilihan obat : Tergantung pada jenis epilepsinya