1. PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI
PENYABUNAN ETIL ASETAT
Dian Mustikasari, Agnes Ikawati
Laboraturium Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang
Gedung D8 Lt 2 Sekaran Gunungpati 50229, Semarang, Indonesia
mustikadian94@gmail.com, 085712399023
Abstrak
Percobaan penetuan laju reaksi dan tetapan laju reaksi penyabunan etil asetat bertujuan
untuk membuktikan bahwa reaksi penyabunan etil asetat merupakan reaksi orde dua.
Penentuan ini dilakukan dengan metode titrasi. Titrasi dilakukan pada beberapa variasi
waktu yaitu pada menit ke-0, 3, 8, 15, 25, 40, 65 terhitung ketika NaOH bereaksi dengan
etil asetat. Percobaan ini berlaku pada kondisi dimana semua larutan berada pada
konsentrasi yang sama dimana x/a(a-x) = kt. Larutan NaOH mempunyai konsentrasi
0,0209 M, larutan HCl 0,0178 M dan larutan etil asetat 0,02 M. Berdasarkan data
didapatkan perhitungan konsentrasi NaOH yang bereaksi berturut-turut adalah 0,011572;
0,011577; 0,011582; 0,011611; 0,011507 dan 0,011503 M. Konstanta laju reaksi diperoleh
dari grafik x/a(a-x) terhadap waktu (t) adalah 0,026. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
garis lurus yang terbentuk pada grafik menujukkan reaksi penyabunan etil asetat dan ion
hidroksida merupakan reaksi orde dua. Laju reaksi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu konsentrasi dari spesi yang bereaksi, temperature, ada tidaknya katalis dan sifat dari
rekatan sendiri.
Kata kunci: laju reaksi; penyabunan etil asetat; tetapan laju reaksi;; titrasi
Abstract
The determination of reaction rate and reaction rate constant experiment of ethyl acetate
saponification in order to prove that ethyl acetate saponification reaction is the second
order reaction. The determination was done by titration method. The titration was done on
some variation of time at the 0th
, 3rd
, 8th
, 15th
, 40th
, and 65th
minutes counted NaOH is react
with ethyl acetate. This experiment is applied at certain condition when all of the solution
is having a same concentration where, x/a(a-x) = kt. The NaOH solution was made have
concentration 0,0209 M, HCl was standaridized have oncentration 0,0178 M and the ethyl
acetate have concentration 0,02 M. The calculation based on data of the NaOH
concentration that reacted ly is 0,011572; 0,011577; 0,011582; 0,011611; 0,011507 and
0,011503 M. the constant of reaction rate was get from the graph of x/a(a-x) against time
is 0,026. Then, it can be concluded that the straight line will be formed on the graph show
as the ethyl acetat saponification reaction with hydroxide ions is the second order reaction.
The reaction rate can be influenced by some factor is the concentration of the reactant,
temperature, the presence of catalyst and the reactant characteristic.
Keywords: ethyl acetat saponification; reaction rate; reaction rate constant; titration
Pendahuluan
Percobaan penentuan laju reaksi dan konstanta laju reaksi ini dilakukan dengan
tujuan untuk menunjukkan bahwa reaksi saponifikasi etil asetat oleh ion hidroksida adalah
2. reaksi orde dua. Selain itu juga untuk menentukan konstanta laju reaksinya. Menurut
Pahari (2006), laju reaksi merupakan perubahan konsentrasi dari reaktan atau produk tiap
satuan waktu. Sedangkan konstanta laju reaksi merupakan laju reaksi ketika konsentrasi
reaktan bersatu. (Upadhyay: 2007)
Setiap reaksi mempunyai laju atau kecepatan. Ada reaksi yang berlangsung cepat
dan ada juga reaksi yang berlangsung sangat lambat. Ilmu yang mempelajari tentang laju
reaksi dan mekanisme reaksi dikenal sebagai kinetika kimia. Laju reaksi adalah sebuah
variabel yang bergantung pada konsentrasi dari spesi yang bereaksi, suhu, ada tidaknya
katalis, dan sifat dari reaktan itu sendiri. (Hein, 2011).
Laju reaksi yang sederhana dapat ditentukan oleh persamaan stoikiometri.
Sebaliknya, ada laju reaksi yang bersifat kompleks yang tidak dapat ditentukan oleh reaksi
stoikiometri (Connors,1990). Laju reaksi tersebut apabila diberi katalis asam dapat
menjadi lebih cepat (Chang, 2005).
Laju reaksi sering dituliskan dengan persamaan k[A]n
[B]m
, dimana konstanta k
(disebut sebagai konstanta laju reaksi spesifik atau konstanta laju reaksi) tidak bergantung
pada konsentrasi dari semua spesi. Eksponen n dan m disebut dengan orde reaksi untuk
masing-masing komponen A dan B, sedangkan penjumlahan dari n dan m disebut sebagai
orde reaksi keseluruhan.Ada beberapa orde reaksi, meliputi reaksi orde satu, reaksi orde
dua, reaksi orde tiga, dan reaksi orde pseudo. (Remington: 2006)
Salah satu contoh reaksi orde dua adalah reaksi hidrolisis etil asetat pada kondisi
basa, atau biasa disebut dengan reaksi saponifikasi etil asetat. Reaksi yang berlangsung
adalah sebagai berikut:
CH3COOC2H5 + OH- CH3COO- + C2H5OH
Penentuan tetapan laju reaksi dari reaksi tersebut dapat ditentukan dengan metode titrasi,
konsentrasi dari ion hidroksida yang tersisa, yang tidak bereaksi pada saat reaksi
berlangsung. Data tersebut dan konsentrasi awal etil asetat dan ion hidroksida dapat
digunakan untuk menentukan konstanta laju reaksi (Remington, 2006).
Laju reaksi = k [CH3COOC2H5][OH-
]
Persamaan yang dapat digunakan dalam menentukan laju reaksi orde dua adalah
=
1
[
1
1
]
=
( )
3. =
$( )
=
( )
(Florence: 2011)
Persamaan-persamaan di atas dapat membentuk persamaan y = mz + b. Jika sebuah
reaksi merupakan reaksi orde 2, maka grafik
()
versus t akan membentuk garis linear.
Jika garis lurus terbentuk, maka itu membukatikan bahwa reaksi tersebut benar-benar
reaksi orde dua, dengan konstanta laju reaksi yang didapatkan dari kemiringan garis
tersebut. (Moore: 2010)
Metode
Bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah NaOH p.a padat dari Merck,
larutan etil asetat pekat 10 M, larutan HCl 12 M, dan indicator fenolphtalein. Alat yang
digunakan seperti gelas arloji, labu ukur 250, 200, 100 ml, pipet ukur 1 ml, pipiet volume
10 ml, spatula, ball pipette, stopwatch, pengaduk, corong, botol semprot, Erlenmeyer
Duran 250 ml, 600 ml, buret 25 ml, baskom, klem, statif, dan thermometer.
Untuk titrasi dan campuran dalam larutan, NaOH 0,02 M dibuat dalam 0,367 gram
untuk dilarutkan dalam 450 ml aquades yang mana diperlukan untuk titrasi sebanyak 200
ml NaOH dan 250 ml untuk campuran etil asetat. Larutan etil asetat 0,02 M dibuat
sebanyak 200 ml, dan larutan HCl 0,02 M sebanyak 200 ml. Untuk proses standarisasi
menggunakan 10 ml larutan HCl dengan NaOH titran.
Metode titrasi merupakan salah satu cara untuk dapat menentukan laju reaksi dan
konstanta laju reaksi. Oleh karena itu, dalam praktikum ini dilakukan penyamaan suhu
terlebih dahulu anatar NaOH 250 ml dengan 200 ml etil asetat. Kedua botol diletakkan
dalam wadah terbuka (baskom) yang diisi air, kemudian didapatkan temperaturnya adalah
26o
C. setelah temperature sama, kedua larutan dicampur, pada detik pertama dicampur
inilah stopwatch mulai berjalan karena keduanya mulai bereaksi. Tiga menit pertama
setelah reaksi berlangsung (stopwatch tetap berjalan) 10 ml campuran NaOH dan etil
asetat diambil menggunakan pipet volume 10 ml, kemudian campurkan pada 20 ml larutan
HCl yang telah disiapkan pada tabung Erlenmeyer. Tambahkan beberapa tetes indicator
fenolphtalein. Kelebihan HCl pada reaksi akan dinetralisir oelh NaOH titran sampai warna
4. berubah menjadi merah muda. Langkah ini diulangi hingga menit ke-8, 15, 25, 40, 65
setelah reaksi dimulai. Maka akan didapatlkan beberapa data untuk penentuan laju.
Dari data yang diperoleh akan didapatkan banyak mol NaOH awal yang bereaski
dengan etil asetat dan konsentrasi NaOH yang mana dapat digunakan untuk menentukan
tetepan laju dengan membentuk grafik x/a(a-x) terhadap t. konstanta lju reaksi adalah
slope (Kemiringan) dari grafik tersebut. Garis lurus yang terbentuk pada grafik x/a(a-x)
terhadap t yang menunjukkan bahwa proses penyabunan etil asetat denagn ion hidroksida
merupaka reaksi orde dua.
Hasil dan Pembahasan
Dibutuhkan NaOH sebanyak 8,5 ml pada proses standarisasi HCl sehingga
didapatkan molaritas HCl adalah 0,0178 M. Volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi
pada proses penyabunan etil asetat dapat dihitung berdasarkan reaksi :
CH3COOC2H5 + NaOH campuran CH3COONa + C2H5OH
NaOH sisa + HCl awal NaCl + H2O
HCl sisa + NaOH titran NaCl + H2O
Dimana didapatkan data dari hasil percobaan adalah volume NaOH pada menit ke-
0, 3, 8, 15, 25, 40, 65 secara berturut-turut adalah 14,2; 16,2; 16,3; 16,4; 17,0; 14,8 dan
14,7 ml. Data ini dapat diolah untuk mengetahui banyak mol NaOH yang bereaksi dan
konsentrasi NaOH untuk menghitung besarnya laju pada praktikum tersebut.
Prinsip praktikum ini adalah larutan NaOH berlebih bereaksi dengan etil asetat
ketika kedua larutan, sisa NaOH akan bereaksi dengan larutan asam berlebih yaitu HCl
yang telah ditambahkan oleh pp indicator. Sisa HCl itu lah yang nanti akan bereaksi
dengan larutan NaOH titran. Sehingga dapat diketauhui jumlah mol HCl sisa dari volume
NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan HCl.
Penentuan molaritas NaOH yang bereaksi didapatkan dari jumlah mol NaOH awal
yang bereaksi berdasarkan hsil perhitungan data pengamatan. Hasil perhitungan dapat
dilihat pada tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Penentuan mmol NaOH yang bereaksi
Waktu V NaOH titran
(ml)
mmol NaOH titran
= mmol HCl sisa
Mmol HCl reaksi =
mmol NaOH sisa
mmol NaOH reaksi
(mmol)
5. (mmol) (mmol)
Menit ke-3 16,2 0,33858 0,01742 5,20758
Menit ke-8 16,3 0,34067 0,01533 5,20967
Menit ke-15 16,4 0,34276 0,01324 5,21176
Menit ke-25 17,0 0,3553 0,0007 5,2243
Menit ke-40 14,8 0,30932 0,04668 5,17832
Menit ke-65 14,7 0,30723 0,04877 5,17632
Tabel 2. Penentuan Molaritas NaOH yang bereaksi
Waktu (s) Molaritas NaOH yang bereaksi (M)
180 0,011572
480 0,011577
900 0,011582
1500 0,011611
2400 0,011507
3900 0,011503
Dari tabel 1 dan 2 dapat terlihat bahwa volume NaOH yang bereaksi cenderung
mengalami kenaikan sebanding dengan waktu pencampuran. Hal ini disebabkan semakin
lama larutan NaOH dan etil asetat bercampur, semakin banyak pula NaOH titran yang
dibutuhkan untuk menetralkan HCl sisa.
Untuk mengetahui besar laju pada reaksi dapat dihitung berdasarkan rumus berikut,
pada kondisi dimana kedua larutan mempunyai konsentrasi yang sama (Flourence: 2011).
=
1
.
( )
( )
= .
Dimana a merupakan konsentrasi awal etil asetat, x merupakan konsentrasi NaOH yang
bereaksi dan t merupakan waktu dalam satuan detik. Data-data tersebut dapat dilihat dalam
tabel 3.
6. Tabel 3. Hasil persamaan reaksi orde dua
t (s) a (M) x x/a(a-x) k
180 0,02 0,011572 68,652112 0,381401
480 0,02 0,011577 68,722545 0,143172
900 0,02 0,011582 68,793062 0,076437
1500 0,02 0,011611 69,203719 0,046136
2400 0,02 0,011507 67,744024 0,028227
3900 0,02 0,011503 67,688596 0,017356
Grafik 1. Grafik x/a(a-x) terhadap waktu
Tabel 3 memperlihatkan harga k yang berbanding terbalik dengan pertambahan
waktu. Dari grafik dapat dilihat bahwa kemiringan dari grafik tersebut adalah 0,026. Hal
ini berarti konstanta laju reaksinya adalah. Reaksi penyabunan etil asetat dengan ion
hidroksida termasuk reaksi orde dua karena garis yang terbentuk adalah garis lurus dengan
kemiringan tertentu (Moore: 2010).
Kesimpulan
Dari percobaan ini didapatkan bahwa penentuan laju reaksi dan konstanta laju reaksi
penyabunan etil asetat dengan ion hidroksida adalah reaksi orde dua yang mana
0.000000
20.000000
40.000000
60.000000
80.000000
100.000000
120.000000
180 480 900 1500 2400 3900
Penentuan Konstanta Laju
Reaksi
Linear x/a(a-x)
x/a(a-x)
waktu (s)
7. merupakan hasil dari grafik x/a(a-x) terhadap t membentuk garis lurus dengan kemiringan
adalah harga k = 0,026.
Daftar Pustaka
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar : Konsep-konsep Inti. Jakarta:Erlangga, ed.2
Connors, Kenneth A. 1990. Chemical Kinetics: The Study of Reaction Rate in Solution.
Winconsin : VCH Publishers, Inc.
Florence, Alexander T dan David Attwood. 2011. Physiochemical Principles of Pharmacy.
London: Pharmaceutical Press.
Hein, Morris. 2011. Introduction to Chemistry. Louisiana : John Wiley and Sons, Inc, ed
13.
Moore, John W, dkk. 2010. Principles of Chemistry: The Molecular Science. Belmont: Cengage
Learning.
Pahari, A. K. dan Chauhan B. S. 2006. Engineering Chemistry. New Delhi: Laxmi Publication.
Remington, Joseph P. 2006. The Science and Practice of Phamacy. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Upadhyay, Santosh K. 2007. Chemical Kinetics and Reaction Dynamics. New York: Springer.