Studi ini menganalisis perubahan penggunaan lahan di sekitar Kali Surabaya antara tahun 1990-1997 dengan menggunakan penginderaan jauh dan SIG. Hasilnya menunjukkan penurunan lahan sawah sebesar 5,72%, peningkatan permukiman 15,16%, dan peningkatan industri 36,67%, yang mempengaruhi kualitas air sungai.
1 of 7
Downloaded 123 times
More Related Content
Penerapan indraaja
1. PENERAPAN METODE PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM
INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISA PERUBAHAN
PENGGUNAAN LAHAN (Studi Kasus: Wilayah Kali Surabaya)
Bangun Muljo Sukojo dan Diah Susilowati
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 60111, Indonesia
Abstrak
Penelitian analisis perubahan penggunaan lahan telah dilakukan menggunakan metode penginderaan
jauh (inderaja) dan sistem informasi geografis (SIG). Identifikasi peta perubahan penggunaan lahan
dilakukan dengan menggunakan proses tumpang susun peta penggunaan lahan tahun 1990 (hasil digitasi
skala 1:50.000) dan peta penggunaan lahan tahun 1997 hasil interpretasi citra Landsat TM (Thematic
Mapper) tahun 1997 dengan koordinat UTM (Universal Transverse Mercator). Perbaikan kontras citra
melalui perataan histogram dilakukan dengan teknik klasifikasi terawasi yang terbagi menjadi 7 (tujuh)
klas (sawah, perkampungan, tegalan, industri, tambak, lapangan olah raga dan semak). Analisis
perubahan penggunaan lahan dan tingkat pencemaran air sungai BOD (Biological Oxygen Demand), COD
(Chemical Oxygen Demand) dan TSS (Total Suspended Solid) dilakukan dalam sistim informasi geografis
hingga diperoleh database dengan format link spasial dan tabular. Perubahan penggunaan lahan
dianalisis berdasarkan pembagian segmen mengacu arah kontur sepanjang Kali Surabaya. Hasil analisis
memperlihatkan perubahan penggunaan lahan pada tahun 1990-1997 yakni sawah berkurang 5,72 %,
perkampungan bertambah 15,16 %, tegalan bertambah 0,54 %, tambak berkurang 9,67 %, industri
bertambah 36,67 % dan semak berkurang 26,67 %.Hasil analisis tingkat pencemaran air dengan regresi
linier berganda menunjukkan BOD (koefisien determinan 56 %) dan TSS (koefisien determinan 65 %)
masih dipengaruhi oleh perubahan penggunaan lahan, tidak demikian halnya dengan COD (koefisien
determinan 24 %).
Abstract
Application of Remote Sensing and Geographic Information System Methods for Land Using Difference.
Land using difference analysis has been done using remote sensing and Geographic Information System
(GIS) methods. Identification of land using difference was conducted using map overlaying process of
1990s (digitized scalling 1:50.000) and 1997s land using map (interpreted from Landsat TM (Thematic
Mapper) Image 1997) with UTM (Universal Transverse Mercator) coordinate. Image enhancement was
done through histogram equalization with supervised classification devided into 7 classes: rice field,
settlement, dry field, industry, pond, sport field and bush. Land using difference and river pollution BOD
(Biological Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand) and TSS (Total Suspended Solid) analysis
were done through GIS to get database in spasial link and tabular format. Land using difference was done
based on division segment of Kali Surabaya contour as reference. The result shows that there were
changes on land using from 1990 until 1997 that rice field reduced by 5.72 %; settlement increased by
15,16 %; dry field increased by 0.54 %; industry increased by 36.67 % and bush reduced by 26.67 %.
Water pollution analysis results which was done using multiple linier regression show both BOD
(determinant coefficient 56 %) and TSS (determinant coefficient 65 %) are affected by difference in land
using, but COD (determinant coefficient 24 %) is not affected. Keywords: land use, water pollution,
Landsat TM, supervised classification
1. Pendahuluan
Semakin pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang telah dilaksanakan akan
berpengaruh cukup besar terhadap perubahan tatanan lingkungan berupa menurunnya kualitas
lingkungan, degradasi lingkungan/kerusakan lingkungan serta berkurangnya sumberdaya alam maupun
perubahan tata guna lahan. Pola penggunaan lahan di suatu wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai) yang
tidak sesuai dengan kaidah-kaidah penataan ruang di wilayah DAS dapat menimbulkan berbagai masalah
seperti terbentuknya lahan kritis maupun terjadinya pencemaran. Diantara ruas-ruas sungai di DAS
Brantas yang mendapatkan beban pencemaran paling berat adalah Kali Surabaya, yang daerah
pengalirannya meliputi Dati II Kabupaten/Kotamadya Mojokerto, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Gresik
dan Kotamadya Surabaya. Peningkatan berbagai aktivitas di wilayah Kali Surabaya yang tidak
memperhatikan penataan wilayah akan mengakibatkan dampak negatif berupa menurunnya kualitas air
sungai. Degradasi lingkungan tersebut terkait dengan pola penggunaan lahan di sekitar yang tidak
memperhatikan kaidah-kaidah penataan ruang, yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap
2. tingkat pencemaran di wilayah tersebut. Perubahan penggunaan lahan mempengaruhi keseimbangan
lingkungan yang dapat memberi pengaruh positif maupun negatif, terutama pengaruh terhadap limpasan
permukaan, erosi dan pencemaran.
Analisis Dampak Perubahan Penggunaan Lahan terhadap Tingkat Pencemaran di Wilayah Kali
Surabaya merupakan salah satu langkah untuk mengetahui seberapa jauh dampak yang ditimbulkan oleh
perubahan penggunaan lahan di sekitar Kali Surabaya terhadap tingkat pencemaran yang terjadi. Analisis
dilakukan dengan menggunakan metoda Inderaja (Penginderaan Jauh) [1] dan model monitoring kualitas
air melalui SIG (Sistem Informasi Geografis) [2] untuk mengevaluasi dan memonitor penataan dan
pengelolaan lingkungan, khususnya Kali Surabaya. Hasil analisis tersebut diharapkan dapat digunakan
dalam pengendalian pemanfaatan lahan di wilayah Kali Surabaya.
2. Metode
Konsep penyusunan model hubungan antara dampak perubahan penggunaan lahan
terhadap tingkat pencemaran di wilayah Kali Surabaya, dilakukan berdasarkan analisis terhadap
perubahan penggunaan lahan dan tingkat pencemaran yang terjadi pada titik titik pantau masing-masing
segmen. Pada tahap awal dilakukan pemrosesan Citra Landsat TM (Thematic Mapper) tahun 1997 [3]
dengan proses pengolahan data citra menggunakan software DIMPLE yang diinterpretasikan menjadi
peta penggunaan lahan tahun 1997. Sedangkan peta penggunaan lahan (landuse) tahun 1990 diperoleh
dengan cara digitasi terhadap peta penggunaan lahan skala 1:50.000. Pengolahan database SIG [4],
pengolahan analisis spasial [5] dan statistik [6] dengan menggunakan software Arcview Spasial.
Analysis versi 1.0 untuk membuat model perubahan penggunaan lahan terhadap tingkat
pencemaran yang dianalisis dari nilai kandungan BOD (Biological Oxygen Demand), COD (Chemical
Oxygen Demand) dan TSS (Total Suspended Solid) pada tiap titik pantau dalam suatu segmen (area) Kali
Surabaya. Metode pendekatan dalam pengumpulan data adalah teknologi penginderaan jauh yang
digunakan untuk inventarisasi data, meliputi identifikasi dan alokasi penyebaran secara spasial dan
ditunjang dengan survey lapangan [7]. Data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder
sebagai berikut:
Data primer: Citra Landsat TM tahun 1997; Data sekunder: (a) Peta penggunaan lahan tahun 1990 skala
1:50.000; (b) Peta topografi tahun 1990 skala 1:50.000; (c) Data hasil uji analisis kualitas air COD, BOD,
TSS tahun 1990 dan tahun 1997.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Perangkat keras : komputer; digitizer; plotter
b. Perangkat Lunak: Software Dimple 3.0 untuk pengolahan citra; Arc View Spasial Analisis 3.1
untuk analisis data dan pemetaan/SIG; Microsoft Office 97 untuk pengolahan database.
c. Peralatan untuk pengumpulan data lapangan meliputi: GPS (Global Positioning System) tipe
Garmin untuk menentukan koordinat titik control geometri citra dan untuk mengetahui
koordinat titik sampling contoh air sungai;
d. Peralatan laboratorium kualitas air (tipe Horiba) berupa alat spektrofotometer untuk uji
sampling sekali setiap bulan.
Berdasarkan tumpang susun antara peta penggunaan lahan tahun 1990 dan peta
penggunaan lahan tahun 1997 (hasil interpretasi citra) dapat diketahui perubahan penggunaan lahan di
sekitar Kali Surabaya. Terjadinya perubahan penggunaan lahan di daerah penelitian, didasarkan pada
peta dasar berupa peta topografi dengan skala 1: 50.000 yang ditentukan batasan wilayah penelitian,
selain itu juga peta-peta pendukung seperti peta penggunaan lahan, peta sempadan sungai. SIG untuk
monitoring kualitas air diperoleh melalui perhitungan dan kajian terhadap kondisi sungai akibat
pencemaran meliputi uji laboratorium untuk kualitas air dan perhitungan terhadap sedimen/kekeruhan.
Analisis dan bagan alir proses penelitian dilakukan melalui tahap
a. pemrosesan citra meliputi proses pengolahan data satelit Landsat TM, pengolahan peta landuse
dengan metoda SIG, pengolahan analisis spasial dan analisis statistik, dilanjutkan dengan tahap
b. proses analisis citra secara berjenjang yang ditujukan untuk mendapatkan informasi variabel-
variabel yang dapat digunakan untuk menentukan jenis tutupan lahan hasil analisis citra.
Tahap pemrosesan citra dilakukan sebagai berikut
a. perbaikan geometrik dan spasial citra yang meliputi seluruh band yang digunakan
b. pembuatan composite warna untuk band 3 warna merah (R), untuk band 2 warna hijau (G) dan
untuk band 1 warna biru (B)
c. interpretasi citra penggunaan lahan dengan pendekatan liputan lahan
3. d. klasifikasi pengelompokkan piksel ke dalam kelas-kelas obyek yang akan diklasifikasikan, yang
dilanjutkan dengan pengecekan lapangan untuk mengetahui kebenaran lokasi dan penentuan
titik-titik sampel
e. deliniasi terhadap citra yang dihasilkan berdasarkan hasil pengecekan lapangan, dengan
demikian diperoleh peta penggunaan lahan skala 1:50.000 tahun 1997 dari citra satelit.
Tahap pembuatan database SIG dilakukan melaluitahap-tahap berikut:
a. pengelolaan data sekunder yang berasal dari peta penggunaan lahan tahun 1990, peta topografi,
dan data lapangan mengenai kondisi kualitas air di Kali Surabaya serta penentuan lokasi titik
pantau;
b. digitalisasi peta penggunaan lahan (landuse) berikut penyesuaian sistem proyeksinya dari
koordinat meja ke koordinat UTM (Universal Transverse Mercator), penyuntingan peta dan
memasukkan data atribut
c. tumpang susun (overlay) peta penggunaan lahan tahun 1997 dengan peta penggunaan lahan
tahun 1990. Kemudian dengan memanfaatkan fasilitas sofware yang ada dilakukan analisis dan
penyusunan data atribut, sehingga diperoleh format data perubahan penggunaan lahan dalam
SIG.
Perubahan penggunaan lahan dibagi menjadi 9 segmen (area titik pantau) sesuai dengan unit
lahan titik pantau pencemarannya. Tahap analisis spasial dan analisis statistik dilakukan melalui beberapa
perhitungan terhadap perubahan penggunaan lahan. Perhitungan perubahan penggunaan lahan (tahun
1990 dan 1997) dilakukan dengan metode SIG [9] dan Indraja. Metode Indraja dilakukan untuk
memperoleh klasifikasi landuse sedangkan SIG untuk menghitung perubahannya. Perubahan
pencemaran yang diamati pada titik pantau dihitung mulai tahun 1990 sampai dengan 1997 demikian
pula dengan perubahan polusi dari hasil uji analisis laboratorium, kemudian model statistik dengan
analisis regresi linier disusun untuk mengetahui hubungan antara perubahan lahan (landuse) dengan
tingkat pencemaran yang diasumsikan berakumulasi sedangkan faktor yang mengurangi pencemaran
seperti curah hujan dan lain lain diabaikan.
3. Hasil dan Pembahasan
Daerah penelitian meliputi wilayah Kali Surabaya yang terdiri atas wilayah Kabupaten
Mojokerto, Gresik, Sidoarjo dan Kotamadya Surabaya. Pada peta citra tahun 1997 daerah penelitian
dibatasi oleh grid UTM zona 49 Selatan, dengan elevasi permukaan tanah sebesar 0 - 20 meter di atas
permukaan laut dan batasbatasnya sebagai berikut :
- E minimum = 655765.98 meter
- E maksimum = 720326.86 meter
- N minimum = 9170681.95 meter
- N maksimum = 9225929.43 meter
mencakup 9 titik pantau di sepanjang Kali Surabaya. Pengolahan citra dimaksudkan untuk mengekstrak
informasi-informasi yang terdapat pada citra baik yang bersifat informasi spasial maupun informasi
deskriptik, dimana semua proses pengolahan dilakukan secara digital dengan bantuan komputer.
Pengolahan citra dilakukan dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu : (a) pemulihan
citra; (b) penajaman citra; (c) klasifikasi citra.
Proses pemulihan citra dilakukan melalui koreksi geometrik yang disebabkan oleh pergeseran
posisi terhadap sistem koordinat referensi dengan menggunakan data titik kontrol tanah (Tabel 1), yang
prosesnya disebut “resampling”, koreksi radiometric tidak dilakukan karena telah dikoreksi oleh pemasok
citra. Koreksi radiometrik dilakukan untuk kesalahan yang disebabkan waktu perekaman maupun
kesalahan yang diakibatkan oleh perjalanan sinar matahari dari suatu obyek ke kamera perekam melalui
media atmosfer. Resampling adalah suatu proses transformasi citra diskrit dari suatu sistem koordinat ke
system kordinat lain yang merupakan fungsi pemetaan transformasi spasial (Tabel 2). Proses
transformasi tersebut menggunakan titik kontrol tanah untuk menentukan fungsi pemetaan. Data dan
hasil proses resampling adalah sebagai berikut:
a. Koreksi Geometrik : Linier (6 titik kontrol)
b. Resampling : Linier
c. Referensi : Universal Transverse Mercator(UTM) Zona 49 Selatan.
4. Karakteristik data Citra Landsat TM diuraikan sesuaiband-nya sebagaimana Tabel 3.
Penajaman kontras dilakukan dengan memodifikasi nilai citra masing-masing band, agar diperoleh
informasi yang lebih jelas. Proses penajaman citra dilakukan dengan membuat paduan citra komposit
untuk band 3, 1, 2 yang dipilih berdasarkan diskriminasi warna yang paling representatif untuk
mendapatkan obyek yang terbaik.
Tabel 1. Data Koordinat Citra dan Koordinat Titik Kontrol Tanah.
No Kolom Baris Easting Northing Diskripsi
1 365 695 670505.1 9180117 Jembatan Cangkir
2 1233 858 696485.1 9175317 Dam Gunungsari
3 1083 210 692045.1 9194787 Pertigaan Jln Gedangan
4 976 320 688835.1 9191517 Sawah Ds Jrebeng
5 988 56 689195.1 9199437 Tegalan Perning Gresik
6 966 185 688565.1 9195897 Dam Lengkong Mojokerto
Tabel. 2. Data Koordinat Resampling
No X Y Residual X Residual Y
1 670505.1 9180117 -1.22 E-06 -1.71 E-05
2 696485.1 9175317 -3.18 E-06 -4.45 E-05
3 692045.1 9194787 -1.21 E-06 -1.69 E-05
4 688835.1 9191517 -1.43 E-06 -2.0 E-05
5 689195.1 9195897 -7.86 E-07 -1.10 E-05
6 688565.1 9195897 -1.10 E-06 -1.54 E-05
Tabel 3. Resolusi Spectral Landsat TM
Band Panjang gelombang Satuan µm Karakteristik
1 0.45 - 0.52 Resolusi spasial 30 m, sal biru.
2 0.52 - 0.60 Resolusi spasial 30 m, sal hijau
3 0.63 - 0.69 Resolusi spasial 30 m, sal merah
4 0.76 - 0.90 Resolusi spasial 30 m, reflected IR
5 1.55 - 1.75 Resolusi spasial 30 m, reflected IR
6 2.06 - 2.35 Resolusi spasial 30 m, reflected IR
Tabel 4. Matrik Korelasi Citra Landsat TM
No 1 2 3 4 5 6
1 1 0.930251 0.823902 0.028402 0.301483 0.420219
2 0.930251 1 0.869175 -0.010514 0.262202 0.378686
3 0.8239902 0.869175 1 0.138489 0.551984 0.679578
4 0.028402 -0.010514 0.138489 1 0.775157 0.586838
5 0.301483 0.262202 0.551984 0.775157 1 0.948626
6 0.420219 0.378686 0.679578 0.586838 0.948626 1
Tabel 5. Data Training Sample
No Kode SIG Jml Pixel Band Min Max Mean Std Deviasi
3 24 38 31,26 1,77
1 KLAS 1 408 1 84 101 92,45 2,04
2 30 39 34,58 1,19
3 49 65 57,12 1,96
2 KLAS 2 279 1 103 119 111,39 1,91
2 39 53 46,34 1,77
3 40 53 46,33 1,64
3 KLAS 3 180 1 86 100 93,14 1,75
2 33 44 38,20 1,40
3 21 40 30,62 2,45
4 KLAS 4 648 1 71 92 81,41 2,70
2 26 41 33,39 1,96
3 43 60 51,65 2,10
5 KLAS 5 110 1 94 117 105,90 2,84
2 37 49 43,39 1,50
3 22 50 36,34 2,95
6 KLAS 6 313 1 76 97 86,44 2,55
2 26 43 34,64 2,20
3 41 50 45,66 1,18
5. 7 KLAS 7 228 1 81 96 88,72 1,84
2 25 47 35,83 2,74
Berdasarkan analisis komponen utama (Principle Component Analysis/PCA) untuk keenam
band tersebut, diperoleh hasil sebagaimana Tabel 4. Berdasarkan hasil analisis komponen PCA, dilakukan
sampel latihan (training sample), dengan membuat citra gabungan (composite) RGB PCA band 3, 1, 2.
Diskriminasi obyek yang heterogen diperoleh dengan melakukan perbaikan kontras citra (image
stretching) melalui perataan histogram (histogram equalization). Nilai frekuensi terbesar dari histogram
yang memiliki puncak tertinggi dapat dipilih sesuai kombinasi gabungan citranya. Selanjutnya dari citra
komposit yang dihasilkan dapat dilakukan interpretasi secara visual pada layar monitor, sehingga dapat
dideteksi pembagian kelas dengan proses klasifikasi.
Proses klasifikasi citra dilakukan melalui training set dengan membuat deliniasi vektor yang
mengelilingi obyek yang dituju untuk dinilai representatif dan dijadikan suatu kelas. Deliniasi dilakukan
dengan memberikan identitas (ID) numerik berdasarkan angka keabuannya. Hasil delianiasi tersebut
berupa sekumpulan poligon pembatas terhadap sekumpulan feature-feature terseleksi. Setelah proses
deliniasi vektor dinilai cukup mewakili lalu dilanjutkan proses pembuatan signature. Hasil dari proses ini
berupa harga jumlah piksel dalam suatu training set, harga maksimum, harga minimum, dan harga rata-
rata dari angka digital (digital number grey scale) serta harga deviasi standar yang dinyatakan dalam
persen. Analisis statistik masing-masing signature menghasilkan nilai deviasi standar yang memenuhi
syarat, yakni < 3 %. Nilai terkecil terdapat pada kombinasi band 2,1,3 sebagaimana citra komposit. Hasil
contoh latihan ditampilkan dalam Dimple Training Set (Tabel 5.).
Dalam proses klasifikasi citra digunakan teknikMaximum Likelihood (Keserupaan Maksimum).
Hasil citra terklasifikasi berupa penggunaan lahan yang terdiri atas sembilan jenis penggunaan.
Selanjutnya dilakukan interpretasi terhadap obyek untuk masing-masing klas sesuai dengan karakteristik
dan grafik reflektan pada modul signature comparation. Berdasarkan hasil interpretasi tersebut,
selanjutnya dilakukan ground truth dan verifikasi lapangan untuk mendapatkan informasi yang sesuai
dengan keadaan lapangan. Ground truth adalah proses pencocokan hasil klasifikasi citra yang telah
diinterpretasi dengan keadaan tutupan lahan di lapangan, sedangkan verifikasi lapangan adalah suatu
tahapan untuk mendapatkan kepastian obyek-obyek yang diklasifikasikan berdasarkan data-data
sekunder maupun diskripsi/hasil pengamatan.
Penggunaan lahan di wilayah Kali Surabaya tahun 1990 diperoleh dari peta penggunaan
lahan skala 1 : 50.000 yang didigitasi dengan menggunakan software Arc View untuk analisis spasial.
Perhitungan analisis penggunaan lahan terhadap tingkat pencemaran dikaji berdasarkan luas perubahan
penggunaan lahan pada tiap-tiap segmen. Sedangkan data tentang jenis dan luas penggunaan lahan
keseluruhan untuk wilayah Kali Surabaya tahun 1990 dan 1997 dapat dilihat pada Tabel 6, 7 dan 8.
Berdasarkan data penggunaan lahan tahun 1990 dan tahun 1997 dapat dihitung perubahan penggunaan
lahan rata-rata yang terjadi pada masing-masing segmen, sedangkan perubahan penggunaan lahan rata-
rata secara keseluruhan di wilayah Kali Surabaya, diuraikan sebagai berikut (Tabel 9):
Sawah adalah areal pertanian basah atau sering digenangi air secara periodik atau terus
menerus. Perubahan lahan sawah berkurang sebesar 5,72 %.
Perkampungan adalah kelompok bangunan tempat tinggal penduduk yang terdiri atas kampung,
perumahan, kuburan dan emplasemen. Perubahan lahan perkampungan bertambah sebesar
23,31%.
Tegalan adalah usaha pertanian tanah kering yang penggarapannya dilakukan secara permanen.
Perubahan penggunaan lahan tegalan bertambah sebesar 0,15%.
Industri adalah bidang tanah yang digunakan untuk kegiatan usaha produktif. Perubahan lahan
industry bertambah sebesar 36,67%.
Semak adalah areal terbuka yang ditumbuhi tumbuhan rendah seperti rumput dan semak
belukar. Perubahan lahan semak berkurang sebesar 26,67%.
Tabel 6. Hasil interpretasi dari citra terklasifikasi
No. Kode Signature Interpretasi
1 KLAS 1 Sawah
2 KLAS 2 Perkampungan
3 KLAS 3 Tegalan
4 KLAS 4 Tambak
5 KLAS 5 Industri
6 KLAS 6 Lapangan OR
7 KLAS 7 Semak
6. Tabel 7. Data penggunaan lahan tahun 1990
No Jenis PenggunaanLahan Luas (m2) Luas(%)
1 Sawah 439.294.101,74 55,97
2 Perkampungan 386.231.147,29 23,01
3 Tegalan 153.525.836,86 9,15
4 Tambak 175.901.347,48 10,48
5 Industri 2.267.385,08 14
6 Lapangan Olahraga 3.162.405,50 0,19
7 Semak 1.790.040,85 0,11
Jumlah 1.678.163.341,37
Tabel 8. Data penggunaan lahan tahun 1997
No Jenis penggunaan Lahan Luas (m2) Luas(%)
1 Sawah 8.855.928.876,26 52,77
2 Perkampungan 503.657.827,02 30,01
3 Tegalan 154.361.169,25 9,20
4 Tambak 110.505.188,44 6,58
5 Industri 3.580.081,70 0,21
6 Lapangan Olahraga 3.162.405,507 0,19
7 Semak 1.312.696,622 0,08
Jumlah 1.678.163.341,38
Pencemaran lingkungan khususnya pencemaran air wilayah Kali Surabaya diasumsikan
terjadi karena penurunan kualitas air sungai yang meliputi parameter kunci BOD, COD, TSS. Data kualitas
air Kali Surabaya diperoleh berdasarkan hasil pemantauan kualitas air pada 9 titik pantau secara kontinu.
Pengambilan data kualitas air dilakukan setiap bulan baik musim kemarau maupun musim hujan.
Pengaruh perubahan lahan diasumsikan terjadi sesuai dengan pembagian segmen berdasarkan arah
konturnya seperti digambarkan pada peta Gambar 2. Data kualitas air rata-rata pada tahun 1990 dan
1997 diperlihatkan pada Tabel 10.
Tabel 9. Data perubahan penggunaan lahan rata-rata
No Jenis Penggunaan Lahan Perubahan (m2) Perubahan (%)
1 Sawah - 53.701.225,48 - 5,72
2 Perkampungan + 117.426.679,73 23,31
3 Tegalan + 835.352,40 0,54
4 Tambak 0,000 0,00
6 Industri + 1.312.696,62 36,67
8 Lapangan Olahraga 0,000 0,00
9 Semak - 447.344,22 - 26,67
Tabel 10. Data kualitas air rata-rata 1990 1997
No Kode BOD COD TSS BOD COD TSS
1 1000 5.02 9.87 65.67 15.29 39.93 260.33
2 1020 5.99 12.15 148.00 12.22 33.81 250.92
3 1030 6.20 13.20 70.33 13.86 31.02 421.08
4 1035 13.10 28.52 105.83 17.20 41.68 407.89
5 1040 6.52 13.28 51.83 14.39 37.95 305
6 1045 12.20 25.65 54.50 14.91 34.53 290.92
7 1050 10.08 21.43 68.17 15.76 39.38 371.92
8 1060 8.69 19.04 88.17 14.89 40.67 378
9 1100 8.43 16.40 52.67 16.04 39.83 306.75
Sumber : Hasil pemantauan kualitas air.
Tabel 11. Data perubahan parameter kualitas air
No Kode Perubahan tahun 1990-1997 BOD COD TSS
1 1000 10.28 30.06 194.67
2 1020 6.23 21.66 102.92
3 1030 7.66 17.82 350.75
4 1035 1.02 5.91 257.71
5 1040 7.87 24.67 253.17
6 1045 2.70 8.88 236.42
7 1050 5.68 17.95 303.75
8 1060 6.20 21.63 289.83
7. 9 1100 7.62 23.43 254.08
Gambar 2. Hasil Klasifikasi Citra Kali Surabaya Tahun 1997
Gambar 3. Peta Pencemaran Wilayah Kali Surabaya
Berdasarkan data hasil pemantauan kualitas air secara kontinu tahun 1990 dan 1997 dapat dihitung rata-
rata perubahan kadar BOD, COD dan TSS yang disajikan pada Tabel 11. Berdasarkan data perubahan
kualitas air tersebut diperoleh hasil kecenderungan meningkatnya nilai parameter BOD, COD dan TSS
yang hampir merata pada tiap segmen, dengan kenaikan BOD, COD dan TSS rata-rata 50-70 % untuk
tahun 1990 – 1997.
Selanjutnya dilakukan pembuatan model Sistem Informasi Geografis, yang memadukan
overlay data perubahan penggunaan lahan hasil data citra terklasifikasi dan peta penggunaan lahan.
Kemudian dibuat coverage dengan menggunakan Software ArcView Spasial Analysis dan ditambahkan
atribut khusus untuk tingkat pencemaran (BOD, COD, TSS) pada titik pantau masing-masing segmen.
Proses pembuatan basis data tersebut setiap saat dapat diakses sesuai keperluan. Adapun tahapan
pembuatan model SIG, sebagai berikut:
Proses digitasi peta penggunaan lahan hasil citra terklasifikasi skala 1:50.000 untuk wilayah Kali
Surabaya, dengan menggunakan digitizer yang kemudian dilakukan transformasi dari raster ke
vektor dengan hasil coverage penggunaan lahan;
Overlay geometrik antara layer lahan dan sungai, lokasi industri dan titik-titik pantau dengan
input data skala 1 : 50.000 dan hasil overlay skala 1 : 250.000
Pembuatan Sistem Informasi Geografiss (SIG) dilakukan dengan menambahkan basis data BOD,
COD, TSS dan data-data atribut seperti jenis industri, kode titik pantau dan jenis parameter.
4. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan ini, maka dapat disimpulkan bahwa metode Penginderaan
Jauh dan Sistem Informasi Geografiss dapat digunakan sebagai alat bantu dalam melakukan analisis
perubahan penggunaan lahan. Hasil analisis menentukan terjadinya perubahan lahan di wilayah Kali
Surabaya yakni sawah berkurang sebesar 53.701.225,48 m2 (5,72%), perkampungan bertambah sebesar
117.426.679,73 m2 (23,31%), tegalan bertambah 835.352,40 m2 (0,54%) dan industri bertambah
1.312.696,62 m2 (36,67%). Pengetahuan tentang perubahan lahan dapat digunakan untuk mengetahui
kualitas lingkungan berdasarkan data perubahan kualitas air yang diperoleh dari hasil kecenderungan
nilai parameter BOD, COD dan TSS yang hampir merata pada tiap segmen, dengan kenaikan BOD, COD
dan TSS rata-rata 50-70 % untuk tahun 1990 – 1997.
Daftar Acuan
i. Sutanto, Penginderaan Jauh Jilid II, Edisi 2, GajahMada University Press, Yogyakarta, 1994.
ii. P.A. Burrough, Principles of Geographic Information for Land Resource Assesment, Oxford
Univercity Press, New York, 1986.
iii. D.P. Shrestha, Remote Sensing Techniques And Digital Image Processing, International Institute
for Aerospace Survey and Earth Sciences, 1994.
iv. S. Aranof, Geographic Information System: A Management Perspective, WDL Plubications,
Ottawa, 1989.
v. R.J. Schalkoff, Digital Image Processing and Computer Vision, Jonh Wiley and Sons, New York,
1989.
vi. A. Murni, Pengantar Pengolahan Citra, Elex Media Komputindo, Jakarta, 1992.
vii. R.C. Gonzales, P. Wintz, Digital Image Processing, Addison Wesly Publishing Co. Massachusetts,
1987.
viii. T.M. Lillesand, R.W. Kiefer, Remote sensing and Image Interpretation, Jonh Wiley and Sons, New
York, 1979.
ix. R. Mastra, Konsep Sistem Informasi Geografis, Toturial Workshop, Bandung, 1993.