Penerapan model pembelajaran kooperatif murder dalam upaya meningkatkan hasil belajar tik siswa(ismaya melaningsih)
1. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
MURDER DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR TIK SISWA
Ismaya Melaningsih
Pendidikan Ilmu Kompter
FPMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung
my_amotchu@yahoo.com
Dr. Dedi Rohendi, M.T
Pendidikan Ilmu Kompter
FPMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung
dedir@upi.edu
Drs. Heri Sutarno, M.T
Pendidikan Ilmu Kompter
FPMIPA
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung
heriupi@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar pada ranah
kognitif siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
MURDER dengan siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional dan untuk mengetahui apakah peningkatan hasil
belajar pada ranah kognitif siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif MURDER lebih baik daripada hasil
belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen
(nonequivalent control group design). Populasi penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas XI SMAN 1 Baleendah, dan sampelnya
adalah siswa kelas XI IPS 1 dan XI IPS 3 masing-masing kelas
terdiri dari 32 siswa. Data penelitian dikumpulkan melalui
instrumen tes yang berbentuk pilihan ganda dan pengujian
hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t. Berdasarkan
analisis uji-t dari nilai posttest, dengan 留=0,05 diperoleh thitung >
ttabel atau 4,257 > 1,7. Hal ini dapat ditafsirkan hasil belajar siswa
dengan model kooperatif MURDER lebih baik daripada hasil
belajar siswa model konvensional. Berdasarkan analisis gain dari
pretest-posttest didapat rata-rata skor gain kelas eksperimen dan
control masing-masing 0,49 dan 0,15 dapat diinterprestasikan gain
kelas eksperimen masuk kriteria sedang dan gain kelas kontrol
masuk kriteria rendah. Dari analisis gain peningkatan pembelajaran
kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
Kategori dan Deskripsi Subjek
Bidang kajian pada paper ini adalah kuasi eksperimen dan
pendidikan
Kata Kunci
Model Pembelajaran Kooperatif, MURDER, TIK, Hasil belajar.
1. PENDAHULUAN
Salah satu upaya meningkatkan kualitas SDM adalah pendidikan.
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar adalah
kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran adalah kualitas dalam
melakukan kegiatan pembelajaran. Sehingga penguasaan guru
terhadap model pembelajaran mempengaruhi hasil belajar siswa.
Hasil belajar meliputi tiga aspek sebagaimana klasifikasi hasil
belajar Bloom [3] yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor. Menurut Triatno [5] KTSP menuntut perubahan
paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran. Komarudin [5]
salah satu perubahan paradigma pembelajaran adalah orientasi
pembelajaran yang semula berpusat kepada guru (teacher centered)
beralih berpusat kepada murid (student centered), metode yang
semula lebih didominasi ekspositori berganti ke partisipatori dan
pendekatan yang semula lebih bersifat tekstual berubah menjadi
kontekstual. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk
memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil
pendidikan. Sedangkan pembelajaran yang biasa dilakukan
berpusat kepada guru. Untuk sekarang ini, siswa sudah mengenal
komputer, akan tetapi jika diberikan tes kognitif, hasilnya tidak
sebagus psikomotor.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu model
pembelajaran yang bisa meningkatkan kemampuan hasil belajar
kognitif siswa. Salah satu model yang menekankan kognitif dalam
proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe
MURDER (Mood, Understand, Recall, Detect, Elaborate, Review)
yaitu suatu model pembelajaran kooperatif yang dihasilkan dari
perspektif psikologi kognitif [1].
Berdasarkan uraian permasalahan diatas penulis ingin mengkaji
lebih dalam mengenai penerapan model pembelajran kooperatif
MURDER dalam upaya meningkatkan hasil belajar TIK siswa.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya [3]. Hasil belajar mata
pelajaran TIK tidak hanya penguasaan terhadap materi saja tetapi
harus mencangkup segala aspek baik itu kognitif (intelektual),
2. afektif (sikap) dan psikomotor. Namun pada penelitian ini hasil
belajar dibatasi pada ranah kognitif (pengetahuan).
2.2 Model Kooperatif MURDER
MURDER merupakan salah satu model kooperatif yang
dihasilkan dari perspektif psikologi kognitif [1]. Pembelajaran
MURDER dari enam prosedur yaitu : (1) Mood, mengatur suasana
hati yang tepat dengan cara relaksasi dan berfokus pada tugas
belajar; (2) Understand, membaca bagian materi tertentu dari
naskah tanpa menghafalkan; (3) Recall, salah satu anggota
kelompok merangkum dan memberikan sajian lisan dengan
mengulang rangkuman materi yang dibaca; (4) Detect yang
dilakukan oleh anggota yang lain mendengarkan munculnya
kesalahan atau kealpaan catatan; (5) Elaborate telaah gagasan
setiap sesi dengan contoh, keterhubungan, opini, oleh sesama
pasangan; langkah-langkah 2, 3, 4, 5 diulang untuk bagian materi
selanjutnya; (6) Review hasil pekerjaannya dan mentransmisikan
pada pasangan lain dalam kelompoknya.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Metode dan Desain Penelitian
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode
quasi eksperimen. Desain penelitian yg digunakan adalah
nonequivalent control group design [4].
Pada desain ini terdapat dua kelompok yaitu kelas ekperimen dan
kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan yaitu penerapan
pembelajaran kooperatif MURDER dalam proses pembelajaran
TIK. Sedangkan kelas kontrol tidak diberlakukan perlakuan
khusus hanya menggunakan pembelajaran konvensional.
3.2 Variabel dan Prosedur Penelitian
3.2.1 Variabel Penelitian
Variabel bebas : Penerapan model pembelajaran kooperatif
MURDER dalam proses pembelajaran TIK.
Variabel terikat : Hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran.
3.2.2 Prosedur Penelitian
a. Tahap persiapan dilakukan penentuan populasi dan
sampel yang akan digunakan, pembuatan RPP, bahan ajar
dan instrument penelitian.
b. Tahap pengujian instrument, validitas, reliabilitas, indeks
kesukaran dan daya pembeda.
c. Tahapan pretes, untuk menguji kemampuan awal siswa
sebelum diberi perlakuan
d. Tahapan pembelajaran, kelas eksperimen menggunakan
model pembelajaran kooperatif MURDER, sedangkan
kelas kontrol menggunakan model pembelajaran
konvensional.
e. Tahapan posttest, untuk mengetahui hasil belajar siswa
setelah diberi perlakuan.
f. Tahapan analisis data hasil pretes dan posttest.
g. Tahapan pengujian hipotesis.
h. Tahapan penarikan kesimpulan.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas
XI SMAN 1 Baleendah. Adapun sampel data dalam penelitian ini
yaitu siswa kelas XI IPS 1 sebanyak 32 orang sebagai kelas
eksperimen dan kelas XI IPS 3 sebanyak 32 orang sebagai kelas
kontrol. Pemilihan sampel diambil secara Cluster Sampling.[4]
3.4 Instrumen Penellitian
Instrumen penelitian ini digunakan untuk mengukur sejauh mana
penerapan model pembelajaran kooperatif MURDER
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran TIK.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes awal
(pretest) dan tes akhir (posttest) dengan teknik pilihan ganda
(multiple choice), serta lembar observasi.
3.5 Teknik Analisis Data
a. Uji Normalitas
1. Menyusun data skor gain yang diperoleh kedalam tabel
distribusi frekuensi, dengan susunan berdasarkan kelas
interval. Untuk menentukan banyak kelas interval dan
panjang kelas setiap interval digunakan aturan Sturges yaitu
sebagai berikut :
- Menentukan banyak kelas (K)
K = 1 + 3,3 log N. [2]
- Menentukan panjang kelas interval (P)
P = [2]
Keterangan:
R=rentang kelas
K=banyak kelas
2. Menentukan batas atas dan batas bawah setiap kelas interval.
Batas atas diperoleh dari ujung kelas atas ditambah 0,5,
sedangkan batas bawah diperoleh dari ujung kelas bawah
dikurangi 0,5. [2]
3. Menentukan skor rata-rata untuk masing-masing kelas,
dengan menggunakan rumus:
i
ii
f
xf
X [2]
R
K
3. dengan X yaitu skor rata-rata, Xi yaitu skor setiap siswa
dan f1 yaitu jumlah siswa dengan skor Xi .
4. Menghitung standar deviasi dengan rumus :
1)-(nn
xfxfn
S
2
ii
2
ii2
[2]
dengan n yaitu jumlah siswa seluruhnya.
5. Menghitung z skor batas nyata masing-masing kelas interval
dengan menggunakan rumus z skor :
S
XX
Z ii
. [2]
6. Menghitung luas daerah tiap-tiap kelas interval sebagai
berikut :
21 III [2]
dengan I yaitu luas kelas interval, I1 yaitu luas daerah batas
atas kelas interval, I2 yaitu atas daerah bawah kelas interval.
7. Menentukan frekuensi ekspektasi (Ei):
Ei = N x l. [2]
8. Menghitung harga frekuensi dengan rumus Chi-Kuadrat:
i
ii
hitung
E
EO
2
2
[2]
dengan Oi yaitu frekuensi observasi (pengamatan), Ei yaitu
frekuensi ekspektasi (diharapkan) dan 2
hitung yaitu harga chi
kuadrat yang diperoleh dari hasil perhitungan
9. Mengkonsultasikan harga 2
dari hasil perhitungan dengan
tabel Chi-Kuadrat pada derajat kebebasan tertentu sebesar
jumlah kelas interval dikurangi tiga (dk = k-3). Jika diperoleh
harga 2
hitung < 2
tabel , pada taraf nyata tertentu, maka
dikatakan bahwa sampel berdistribusi normal
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah
dua sampel yang diambil yaitu kelompok eksperimen dan
kontrol mempunyai varians yang homogen atau tidak. Uji
homogenitas dilakukan dengan menggunakan rumus:
F= [2]
dengan SA
2
= varians terbesar
SB
2
= varians terkecil
c. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Uji perbedaan dua rata-rata bertujuan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan rata-rata secara signifikan antara
kemampuan kelompok eksperimen dan kontrol. Jika data
memenuhi asumsi distribusi normal dan memiliki varians yang
homogen maka pengujiannya menggunakan uji-t, yaitu dengan
menggunaka rumus sebagai berikut:
2121
2
22
2
11
21
11
2
)1()1(
nnnn
snsn
xx
t
[2]
d. Uji Indeks Gain
Uji indeks gain bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran TIK, dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Indeks gain =
4. HASIL PENELITIAN
Data yang didapat dari penelitian ini adalah data hasil pretest dan
posttest siswa pada kelas eksperimen dan kelas control.
Selanjutnya akan dianalisis untuk diuji hipotesis. Uji hipotesis
dilakukan dengan uji t. Tapi sebelumnya perlu dilakukan uji
normalitas untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau
tidak. Setelah uji normalitas untuk mengetahui homogenitas data
dilakukan uji varians. Jika kedua asumsi diatas terpenuhi, data
terdistribusi normal dan homogen barulah bisa uji hipotesis.
Dari penelitian ini didapat data bahwa hasil uji normalitas kelas
eksperimen dan kelas control menunjukkan terdistribusi normal
berdasarkan perhitungan data maka diperoleh tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Tabel deskripsi pretes dan posttest
Ukuran
Statistika
Kelas Ekperimen Kelas Kontrol
Pretes Postes Pretes Postes
Rata-rata 11,00 17,5 13,00 14,75
Simpangan
baku
3 2,33 3,29 2,82
2
hitung 7,56 4,52 5,54 1,88
skor postes skor pretes
skor maksimum skor pretes
SA
2
SB
2
4. 2
tabel 7,815 7,815 7,815 7,815
kesimpulan Normal Normal Normal Normal
Berdasarkan tabel di atas, pada kelas ekperimen untuk pretes
diperoleh nilai 2
hitung = 7,56, postest 2
hitung = 4,54 Dengan
mengambil taraf signifikasi 5% dan dk = k -3 = 6 3 = 3, maka
diperoleh 2
tabel = 7,815. Hal ini berarti 2
hitung < 2
tabel.
Berdasarkan kriteria pengujian, maka dapat disimpulkan bahwa
data pretes dan postes dari kelas eksperimen berdistribusi normal.
Begitu pula dengan kelas kontrol, menujukan bahwa baik pretes
maupun postes berdistribusi normal.
Uji Homogenitas (Kesamaan Varians) Kedua Kelompok, Kriteria
pengujian dalam [3]
Fhitung < Ftabel = data skor tes akhir kedua kelompok homogen
Fhitung > Ftabel = data skor tes akhir kedua kelompok tidak
homogen
Besaran yang diperlukan untuk menguji homogenitas skor tes akhir
kedua kelompok adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Tabel Deskripsi Varian pretes dan postes
Nilai Fhitung ini kemudian dibandingkan dengan nilai Ftabel pada taraf
signifikasi 5% dengan derajat kebebasan pembilang = 31 dan
derajat kebebasan penyebut = 31 . Maka diperoleh Ftabel = 1,82.
Hal ini berarti Fhitung < Ftabel , yang artinya data skor tes dari kedua
kelompok homogen.
Setelah kedua asumsi terpenuhi yaitu data terdistribusi normal dan
homogen barulah bisa dilakukan uji hipotesis dengan uji t, dengan
hipotesi :
H0: tidak ada perbedaan peningkatan hasil belajar siswa antara
kelompok siswa yang memperoleh model pembelajaran
kooperatif MURDER dan kelompok siswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional.
H1: Peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif MURDER lebih baik daripada hasil
belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Dari data hasil penelitian didapat nilai rata-rata kelas eksperimen
sebesar 17,5 dan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 14,75. Setelah
dilakukan uji t didapat nilai thitung sebesar 4,257 Pada taraf
signifikasi 5% dan dk = 31 diperoleh harga ttabel = 1,7. Artinya thitung
= 4,257 > ttabel =1,7 hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima.
Artinya hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran
kooperatif MURDER lebih baik daripada hasil belajar siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional.
Temuan lain dari penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil
belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif
MURDER lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang menggunakan
pembelajaran konvensional. Pernyataan ini di dapat dari rata-rata
indeks gain kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram rata-rata indeks gain.
Gambar 1. Skor rata-rata gain eksperimen dan kontrol
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan bab sebelumnya dan analisis data yang
diperoleh pada pretest dan posttest, dan lembar observasi yang
dilakukan di kelas XI IPS SMAN 1 Baleendah maka diperoleh
kesimpulan hasil penelitian sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperaif
MURDER lebih baik daripada hasil belajar siswa dengan
pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat dari rata-rata
hasil posttest.
2. Peningkatan hasil belajar kelas eksperimen dengan model
pembelajaran kooperatif MURDER lebih baik daripada
peningkatan hasil belajar siswa kelas kontrol dengan
Ukuran
Statistika
Tes awal Tes akhir
Kelas
Ekperimen
Kelas
Kontrol
Kelas
Ekperimen
Kelas
Kontrol
Varians 9,032 10,839 5,419 7,935
Fhitung 1,2 1,46
Ftabel 1,82 1,82
5. pembelajaran konvensional. Hal ini dilihat dari rata-rata skor
gain ternormalisasi yang didapat kelas eksperimen lebih
besar daripada skor gain ternormalisasi kelas kontrol.
5.2 Saran
Saran bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan masalah
penelitian ini hendaknya mengembangkan instrumen yang
digunakan pada subjek dan kajian berbeda, serta dengan
permasalahan yang lebih variatif. Sehingga dapat dipakai sebagai
bahan studi yang lebih baik dan bermanfaat.
6. REFERENSI
[1]. Lee, Christine at..l (1997). Cooperative learning in the
thinking classroom Research and Theoretical Perspectives.
Paper presented at the International Conference on Thinking,
Singapore. [online] http://eric.ed.gov/PDFS/ED408570.pdf
[2]. Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
[3]. Sudjana, Nana (2008) Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
[4]. Sugiyono (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R &D). Bandung: Alfabeta.
[5]. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif
Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.