ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
Pengamatan kualitas dengan standar BULOG

     Pengamatan               Kelompok A                                              Kelompok B
                             Kel 1   Kel 2         Kel 3      Kel 4    Rata     -    Kel 5   Kel 6      Kel 7    Kel 8     Rata     -
                                                                       Rata                                                Rata
Kadar air                    13.4       13.06      13.47      12.76      13.173       13.47    13.37     13.46    13.16      13.365
% menir                       5.8       12.61        1.5       0.69        5.15        6.74     12.3      8.87      6.6       8.628
% b. pecah                   27.4       15.28       28.4       23.6       23.67       20.74     17.5      24.3      26       22.135
%b. utuh                     76.8       62.89       69.2       67.7       69.15         72      68.2     65.55     65.4       67.79
Alasan TMS                 % menir    % menir      % b.       % b.                  % menir % menir % menir % menir
                          dan % b.    > standar   pecah >    pecah >                dan % b. > standar dan % b. dan % b.
                          pecah >     BULOG       standar    standar                pecah > BULOG pecah > pecah >
                          standar                 BULOG      BULOG                   standar            standar  standar
                          BULOG                                                     BULOG              BULOG BULOG


  Berdasarkan data yang diperoleh maka didapat nilai rata-rata sebagai berikut :

     1. Kadar air       : 13.269 %
     2. % menir         : 6.889 %
     3. % b. pecah      : 22.9025 %
     4. % b. utuh       : 68.47 %

  Menurut Inpres Nomor 7 tahun 2009 persyaratan kualitas beras yang diterima BULOG adalah beras dengan kadar air maksimal 14%,
  butir patah maksimum 20%, butir menir maksimum 2% dan derajat sosoh minimal 95%

  Dari data rata-rata tersebut di atas, maka beras yang digunakan sesuai kadar airnya dengan standar BULOG , namun untuk % menir
  dan % beras pecah tidak sesuai karena melebihi standar yang telah ditentukan.
Pembahasan

Masalah utama dalam penanganan pasca panen padi yang sering dialami oleh petani adalah
tingginya kehilangan hasil selama pasca panen. Kegiatan pasca panen meliputi proses
pemanenan padi, penyimpanan padi, pengeringan gabah, dan penggilingan gabah hingga menjadi
beras. BPS (1996) menyebutkan kehilangan hasil panen dan pasca panen akibat dari
ketidaksempurnaan penanganan pasca panen mencapai 20,51%, dimana kehilangan saat
pemanenan 9,52%, perontokan 4,78 %, pengeringan 2,13% dan penggilingan 2,19%. Besarnya
kehilangan pasca panen terjadi kemungkinan dikarenakan sebagian besar petani masih
menggunakan cara-cara tradisional atau meskipun sudah menggunakan peralatan mekanis tetapi
proses penanganan pasca panennya masih belum baik dan benar.

Penggilingan padi mempunyai peranan yang sangat vital dalam mengkonversi padi menjadi
beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai cadangan. Dalam
kaitan dengan proses penggilingan padi, karakteristik fisik padi sangat perlu diketahui karena
proses penggilingan padi sebenarnya mengolah bentuk fisik dari butiran padi menjadi beras putih.
Butiran padi yang memiliki bagian-bagian yang tidak dapat dimakan atau tidak enak dimakan,
sehingga perlu dipisahkan. Selama proses penggilingan, bagian-bagian tersebut dilepaskan
sampai akhirnya didapatkan beras yang enak dimakan yang disebut dengan beras sosoh (beras
putih).

Dari bentuk gabah kering giling sampai menjadi beras sosoh, berat biji padi akan berkurang
sedikit demi sedikit selama proses penggilingan akibat dari pengupasan dan penyosohan. Bagian-
bagian yang tidak berguna akan dipisahkan sedangkan bagian utama yang berupa beras
dipertahankan. Namun tidak dapat dihindarkan sebagian butiran beras akan patah selama proses
penggilingan.

Kualitas fisik gabah terutama ditentukan oleh kadar air dan kemurnian gabah. Yang dimaksud
dengan kadar air gabah adalah jumlah kandungan air dalam butiran gabah. Sedangkan tingkat
kemurnian gabah merupakan persentase berat gabah bernas terhadap berat keseluruhan campuran
gabah. Makin banyak benda asing atau gabah hampa atau rusak dalam campuran gabah maka
tingkat kemurnian gabah makin menurun.
Kualitas gabah akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas beras yang dihasilkan. Kualitas gabah
yang baik akan berpengaruh pada tingginya rendemen giling. Hasil rendemen yang diperoleh
kelompok kami dalam praktikum kali ini sebesar 61%. Nilai ini belum mancapai kriteria
rendemen yang baik karena menurut literatur, proses penyosohan berjalan baik bila rendemen
beras yang dihasilkan sama atau lebih dari 65% dan derajat sosoh sama atau lebih dari 95%.

Menurut Nugraha et al. (1998), nilai rendemen giling dipengaruhi oleh banyak faktor yang
terbagi ke dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah faktor yang mempengaruhi rendemen
melalui pengaruhnya terhadap mutu gabah sebagai bahan baku dalam proses penggilingan, yang
meliputi varietas, teknik budidaya, cekaman lingkungan, agroekosistem, dan iklim. Kelompok
kedua merupakan faktor penentu rendemen yang terlibat dalam proses koversi gabah menjadi
beras, yaitu teknik penggilingan dan alat/mesin penggilingan. Kelompok ketiga menunjukkan
kualitas beras terutama derajar sosoh yang diinginkan, karena semakin tinggi derajat sosoh, maka
rendemen akan semakin rendah.

Beras sosoh dipisahkan menjadi beberapa ukuran, yaitu beras kepala, beras patah, dan menir.
Mutu beras giling dikatakan baik apabila hasil dari proses penggilingan diperoleh beras kepala
yang banyak dengan beras patah dan menir minimal. Dari hasil percobaan yang kami peroleh,
didapat persentase beras kepala adalah sebesar 41.2%, beras patah 16.6%, dan menir 42.2%.
Besarnya persentase menir paling tinggi dibandingkan dengan persentase beras kepala dan beras
patah. Hal ini menunjukkan mutu beras masih rendah.

Pada proses penggilingan, beras patah dan menir tidak dikehendaki. Yang dikehendaki adalah
sebanyak mungkin beras kepala. Namun timbulnya beras patah dan menir tidak dapat dihindari.
Timbulnya beras patah dan menir terutama terjadi pada proses penyosohan, yaitu pada saat
menggosok permukaan beras untuk melepaskan bagian bekatul.

Selain kinerja mesin penggiling, terjadinya beras patah juga ditentukan oleh kualitas gabah
sebelum digiling. Dengan penanganan yang kurang tepat, gabah dapat menjadi mudah patah atau
retak, atau bahkan telah patah sebelum digiling. Gabah dapat patah atau retak selama
penanganan pasca panen sebagia kaibat dari adanya perubahan cuaca, terutama fluktuasi suhu
dan kelembaban relatif udara. Ini bisa terjadi apabila perubahan hari panas dan hujan terjadi
berkali-kali dalam jangka waktu yang lama. Fluktuasi ini menyebabkan butiran gabah mengkerut
dan mengembang dengan interval tidak teratur sehingga terjadi keretakan. Keretakan serupa juga
dapat terjadi apabila dilakukan metode pengeringan yang tidak tepat.

Sumber :

Alur Pengadaan. http://www.bulog.co.id/alurada_v2.php

Anonim. 2011. Penggilingan Padi. Diakses melaui http://jai.staff.ipb.ac.id/tag/beras-menir/

More Related Content

Pengamatan kualitas dengan standar bulog

  • 1. Pengamatan kualitas dengan standar BULOG Pengamatan Kelompok A Kelompok B Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Rata - Kel 5 Kel 6 Kel 7 Kel 8 Rata - Rata Rata Kadar air 13.4 13.06 13.47 12.76 13.173 13.47 13.37 13.46 13.16 13.365 % menir 5.8 12.61 1.5 0.69 5.15 6.74 12.3 8.87 6.6 8.628 % b. pecah 27.4 15.28 28.4 23.6 23.67 20.74 17.5 24.3 26 22.135 %b. utuh 76.8 62.89 69.2 67.7 69.15 72 68.2 65.55 65.4 67.79 Alasan TMS % menir % menir % b. % b. % menir % menir % menir % menir dan % b. > standar pecah > pecah > dan % b. > standar dan % b. dan % b. pecah > BULOG standar standar pecah > BULOG pecah > pecah > standar BULOG BULOG standar standar standar BULOG BULOG BULOG BULOG Berdasarkan data yang diperoleh maka didapat nilai rata-rata sebagai berikut : 1. Kadar air : 13.269 % 2. % menir : 6.889 % 3. % b. pecah : 22.9025 % 4. % b. utuh : 68.47 % Menurut Inpres Nomor 7 tahun 2009 persyaratan kualitas beras yang diterima BULOG adalah beras dengan kadar air maksimal 14%, butir patah maksimum 20%, butir menir maksimum 2% dan derajat sosoh minimal 95% Dari data rata-rata tersebut di atas, maka beras yang digunakan sesuai kadar airnya dengan standar BULOG , namun untuk % menir dan % beras pecah tidak sesuai karena melebihi standar yang telah ditentukan.
  • 2. Pembahasan Masalah utama dalam penanganan pasca panen padi yang sering dialami oleh petani adalah tingginya kehilangan hasil selama pasca panen. Kegiatan pasca panen meliputi proses pemanenan padi, penyimpanan padi, pengeringan gabah, dan penggilingan gabah hingga menjadi beras. BPS (1996) menyebutkan kehilangan hasil panen dan pasca panen akibat dari ketidaksempurnaan penanganan pasca panen mencapai 20,51%, dimana kehilangan saat pemanenan 9,52%, perontokan 4,78 %, pengeringan 2,13% dan penggilingan 2,19%. Besarnya kehilangan pasca panen terjadi kemungkinan dikarenakan sebagian besar petani masih menggunakan cara-cara tradisional atau meskipun sudah menggunakan peralatan mekanis tetapi proses penanganan pasca panennya masih belum baik dan benar. Penggilingan padi mempunyai peranan yang sangat vital dalam mengkonversi padi menjadi beras yang siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai cadangan. Dalam kaitan dengan proses penggilingan padi, karakteristik fisik padi sangat perlu diketahui karena proses penggilingan padi sebenarnya mengolah bentuk fisik dari butiran padi menjadi beras putih. Butiran padi yang memiliki bagian-bagian yang tidak dapat dimakan atau tidak enak dimakan, sehingga perlu dipisahkan. Selama proses penggilingan, bagian-bagian tersebut dilepaskan sampai akhirnya didapatkan beras yang enak dimakan yang disebut dengan beras sosoh (beras putih). Dari bentuk gabah kering giling sampai menjadi beras sosoh, berat biji padi akan berkurang sedikit demi sedikit selama proses penggilingan akibat dari pengupasan dan penyosohan. Bagian- bagian yang tidak berguna akan dipisahkan sedangkan bagian utama yang berupa beras dipertahankan. Namun tidak dapat dihindarkan sebagian butiran beras akan patah selama proses penggilingan. Kualitas fisik gabah terutama ditentukan oleh kadar air dan kemurnian gabah. Yang dimaksud dengan kadar air gabah adalah jumlah kandungan air dalam butiran gabah. Sedangkan tingkat kemurnian gabah merupakan persentase berat gabah bernas terhadap berat keseluruhan campuran gabah. Makin banyak benda asing atau gabah hampa atau rusak dalam campuran gabah maka tingkat kemurnian gabah makin menurun.
  • 3. Kualitas gabah akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas beras yang dihasilkan. Kualitas gabah yang baik akan berpengaruh pada tingginya rendemen giling. Hasil rendemen yang diperoleh kelompok kami dalam praktikum kali ini sebesar 61%. Nilai ini belum mancapai kriteria rendemen yang baik karena menurut literatur, proses penyosohan berjalan baik bila rendemen beras yang dihasilkan sama atau lebih dari 65% dan derajat sosoh sama atau lebih dari 95%. Menurut Nugraha et al. (1998), nilai rendemen giling dipengaruhi oleh banyak faktor yang terbagi ke dalam tiga kelompok. Kelompok pertama adalah faktor yang mempengaruhi rendemen melalui pengaruhnya terhadap mutu gabah sebagai bahan baku dalam proses penggilingan, yang meliputi varietas, teknik budidaya, cekaman lingkungan, agroekosistem, dan iklim. Kelompok kedua merupakan faktor penentu rendemen yang terlibat dalam proses koversi gabah menjadi beras, yaitu teknik penggilingan dan alat/mesin penggilingan. Kelompok ketiga menunjukkan kualitas beras terutama derajar sosoh yang diinginkan, karena semakin tinggi derajat sosoh, maka rendemen akan semakin rendah. Beras sosoh dipisahkan menjadi beberapa ukuran, yaitu beras kepala, beras patah, dan menir. Mutu beras giling dikatakan baik apabila hasil dari proses penggilingan diperoleh beras kepala yang banyak dengan beras patah dan menir minimal. Dari hasil percobaan yang kami peroleh, didapat persentase beras kepala adalah sebesar 41.2%, beras patah 16.6%, dan menir 42.2%. Besarnya persentase menir paling tinggi dibandingkan dengan persentase beras kepala dan beras patah. Hal ini menunjukkan mutu beras masih rendah. Pada proses penggilingan, beras patah dan menir tidak dikehendaki. Yang dikehendaki adalah sebanyak mungkin beras kepala. Namun timbulnya beras patah dan menir tidak dapat dihindari. Timbulnya beras patah dan menir terutama terjadi pada proses penyosohan, yaitu pada saat menggosok permukaan beras untuk melepaskan bagian bekatul. Selain kinerja mesin penggiling, terjadinya beras patah juga ditentukan oleh kualitas gabah sebelum digiling. Dengan penanganan yang kurang tepat, gabah dapat menjadi mudah patah atau retak, atau bahkan telah patah sebelum digiling. Gabah dapat patah atau retak selama penanganan pasca panen sebagia kaibat dari adanya perubahan cuaca, terutama fluktuasi suhu dan kelembaban relatif udara. Ini bisa terjadi apabila perubahan hari panas dan hujan terjadi
  • 4. berkali-kali dalam jangka waktu yang lama. Fluktuasi ini menyebabkan butiran gabah mengkerut dan mengembang dengan interval tidak teratur sehingga terjadi keretakan. Keretakan serupa juga dapat terjadi apabila dilakukan metode pengeringan yang tidak tepat. Sumber : Alur Pengadaan. http://www.bulog.co.id/alurada_v2.php Anonim. 2011. Penggilingan Padi. Diakses melaui http://jai.staff.ipb.ac.id/tag/beras-menir/