1. Pengaruh Buah Merah Terhadap Tekanan Darah
Buah merah mengandung beberapa unsur senyawa aktif yang dapat
mempengaruhi tekanan darah seperti betakaroten, tokoferol, dan asam lemak tidak
jenuh terutama asam linolenat (omega-3) dan asam oleat (omega-9 ).
Betakaroten dalam sari buah merah berfungsi sebagai antioksidan yang dapat
menetralkan efek radikal bebas. Makin kuat warna merah pada tanaman buah merah,
menunjukkan makin tinggi kandungan karotennya. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh I Made (2001) menunjukkan berat rata-rata 2,24 gram sari buah merah
mengandung 300 ppm betakaroten. Jumlah ini lebih banyak dari minyak sawit yang
hanya mengandung 250 ppm (Budi & Paimin, 2004).
Gambar 2.4 Struktur Kimia Betakaroten
(Harbone, 1987)
Karotenoid merupakan golongan pigmen yang mudah teroksidasi dan larut
dalam lemak. Dalam tumbuhan tingkat tinggi, sebagian besar karotenoid yang
terkandung adalah betakaroten. Betakaroten merupakan provitamin A dan berfungsi
sebagai antioksidan yang dapat menetralkan radikal bebas akibat berbagai proses
kimia normal dalam tubuh. Betakaroten dapat mencegah kanker, melindungi asam
lemak tidak jenuh ganda dari proses oksidasi, dan mencegah terbentuknya
penumpukan plak kolesterol yang dapat menggumpal dalam darah sehingga dapat
2. mengurangi resistensi perifer total yang pada akhirnya dapat menurunkan tekanan
darah (Harbone, 1987; Dalimartha, 2003; Trubus, 2005).
Kolesterol merupakan unsur penting dalam membran sel dan digunakan oleh
sel kelenjar untuk membentuk hormon steroid serta komponen yang dibutuhkan oleh
tubuh dalam jumlah cukup. Kolesterol dalam tubuh dibawa ke dalam darah oleh suatu
kompleks protein kecil yang dinamakan lipoprotein.
Lipoprotein yang berperan adalah LDL (Low Density Lipoprotein) yang
disintesis di hati. Hati juga memproduksi HDL (High Density Lipoprotein) yang
bekerja dengan mencari kelebihan kolesterol di dalam sirkulasi dan membawanya
kembali ke hati untuk di buang. Gangguan dalam sirkulasi akan terjadi apabila kadar
LDL lebih tinggi dari batas normal yaitu 130 mg/dL dan kadar HDL lebih rendah dari
40 mg/dL, akibatnya terjadi penumpukan kolesterol di jaringan dan pembuluh darah.
Penumpukan kolesterol di pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan
pembuluh darah sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat (Guyton & Hall,
2007; Roser, 2000).
Tokoferol yang terkandung dalam sari buah merah terdiri dari alfa, beta,
gamma dan delta-tokoferol. Tokoferol atau vitamin E mempunyai fungsi yang hampir
sama dengan betakaroten dalam mencegah penyakit degeneratif yang disebabkan oleh
zat-zat radikal bebas dalam tubuh (Trubus, 2005). Tokoferol terutama alfa-tokoferol
berperan sebagai antioksidan pemutus rantai (chain breaking anti oxidant) pada
membran sel dan lipoprotein plasma. Tokoferol bereaksi dengan radikal lipid
peroksida, akibatnya alfa-tokoferol ini teroksidasi menjadi radikal tokoferoksil.
3. Umumnya, radikal tokoferoksil direduksi kembali oleh vitamin C (asam askorbat)
sebagai antioksidan yang dapat mereduksi senyawa radikal bebas seperti speroksida,
hidroksil, dan asam hipoklorida menjadi senyawa radikal askorbil yang tidak reaktif
sehingga mencegah terjadinya arterosklerosis dan peningkatan tekanan darah di
dalam pembuluh darah (McGrew-Hill, 2006; Winarsi, 2007).
Selain betakaroten dan tokoferol, sari buah merah juga mengandung asam
lemak tidak jenuh antara lain omega-9 (oleat), omega-3 (linolenat) dan omega-6
(linoleat) yang berpengaruh terhadap tekanan darah. Penelitian yang dilakukan Prof.
Jeremiah Stamler dari Universitas Northwestern, Chicago menunjukkan bahwa
seseorang dengan pola diet yang kaya akan omega-3 memiliki tekanan darah lebih
rendah daripada seseorang dengan pola diet yang kurang omega-3. Hasil penelitian
serupa juga dikemukakan oleh Patrick dan Schaible (1980) bahwa asam lemak
omega-3 (tidak jenuh) akan menghambat terjadinya biosintesis kolesterol serta
menurunkan trigliserida dan VLDL (Very Low Density Lipoproetein) kolesterol
dalam plasma. Asam lemak oleat memiliki daya perlindungan yang mampu
menurunkan LDL kolesterol darah dan meningkatkan HDL kolesterol yang lebih
besar dibanding Omega 3 dan Omega 6 (Silalahi, 1994; Trubus, 2005). Asam
linolenat juga berperan penting untuk mengatur kerja kardiovaskuler, seperti tekanan
darah, kadar kolestrol, fungsi hormonal, kekebalan tubuh, serta memperbaiki sel-sel
membran yang rusak. Dalam tubuh, asam lemak linolenat disintesis menjadi GLA
(Gama Linoliec Acid), DGLA (dihomogamma linoleic acid) dan AA (Asam Amino).
Dari senyawa tersebut yang terpenting adalah DGLA, oleh tubuh zat tersebut
4. disintesa menjadi prostalglandin tipe 1 (PGE1). PGE1 dalam tubuh mempunyai
fungsi pengaturan kardiaovaskuler, penurun kolesterol, anti inflamasi, vasodilator,
dan membantu kerja insulin. Penelitian yang dilakukan Mensink dan Katan (1992)
menunjukkan bahwa penggantian diet asam lemak jenuh seperti asam stearat dengan
asam lemak tidak jenuh seperti asam linoleat, asam linolenat dan asam oleat dapat
menurunkan kolesterol dalam darah, sehinga tekanan darah menjadi lebih rendah.
Hasil penelitian yang sama juga dikemukakan oleh Kamega Takeshi bahwa konsumsi
asam lemak linoleat yang teratur dapat menurunkan tekanan darah (Kamega Takeshi
et all, 2005).
By, Alex B