際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
pengerusan
dalam islam
BAB 1: KONSEP DALAM ISLAM
amir Husairi Bin Zainuddinamir Husairi Bin Zainuddin
19daT14F200319daT14F2003
BuKHari Bin marZuKiBuKHari Bin marZuKi
19daT14F203119daT14F2031
muHd asraF HaKim BinmuHd asraF HaKim Bin
YusOFFYusOFF
19daT14F200119daT14F2001
mOHd ariFF Bin sarBanmOHd ariFF Bin sarBan
19eaT14F200319eaT14F2003
LIBERALISME
 Liberalismeialahfalsafah yang meletakkankebebasanindividu sebagai nilai politik tertinggi. Seseorang yang
menerima fahaman liberalisme dipanggil seorangliberal.Walau bagaimanapun, maksud perkataan liberal
mungkin berubah mengikut konteks sesebuahnegara. Liberalisme menekankanhak-hak
peribadisertakesamarataan peluang. Dalam fahaman liberalisme, pelbagai aliran dengan nama "liberal"
mungkin mempunyai dasar dan pandangan yang berlainan, tetapi secara umumnya aliran-aliran ini bersetuju
dengan prinsip-prinsip berikut termasukkebebasan berfikirdankebebasan bersuara, batasan kepada kuasa
kerajaan, kedaulatan undang-undang, hak individu ke atas harta persendirian,pasaran bebasdan ketelusan
sistem pemerintahan.Mereka yang liberal menyokong sistem kerajaan demokrasi liberal dengan pengundian
yang adil dan terbuka, di mana semua rakyat mempunyai hak-hak yang sama rata di bawah undang-undang.
Fahaman liberalisme moden berakar umbi dariZaman KesedaranBarat dan kini mengandungi pemikiran
politik yang luas dan kaya dari segi sumber. Liberalisme menolak kebanyakan tanggapan asas dalam hampir
semua teori pembentukan kerajaan awal seperti seperti hak-hakraja yang diberikan oleh tuhan, status yang
berasaskan keturunan dan institusi-institusiagama. Liberal beranggapan sistemekonomi pasaran bebas lebih
cekap dan menjana lebih banyak kemakmuran. Negara liberal moden awal adalahAmerika Syarikat, yang
didirikan di bawah prinsip "setiap manusia diciptakan sama taraf; bahawa mereka diberi pencipta mereka hak-
hak yang tidak boleh dinafikan; bahawa antara ini adalah kehidupan, kebebasan, dan mengejar kebahagiaan;
bahawa untuk melindungi hak-hak ini, kerajaan dibuat oleh manusia, yang menggunakan kuasa mereka secara
adil dengan izin mereka yang diperintah."
sejaraH Dilihat dari asal-usulnya, istilah liberalisme berasal dari bahasa Latin,liber, yang artinya bebas atau merdeka. Hingga penghujung abad
18 M, istilah ini terkait erat dengan konsep manusia merdeka, baik merdeka semenjak lahir ataupun merdeka sesudah dibebaskan dari
yang semula berstatus budak. Para sejarawan Barat biasanya menunjuk moto revolusi Perancis 1789 kebebasan, kesetaraan,
persaudaraan sebagai piagam agung liberalisme modern. Sebuah prinsip yang menyatakan bahwa tunduk kepada otoritas apapun
namanya adalah bertentangan dengan hak azasi, kebebasan dan harga diri manusia.Liberalisme yang sudah dikampanyekan sejak
abad 15 M oleh Locke, Hume , Rousseau, Diderot , Lessing dan Kant ini pada tahap selanjutnya menuntut kebebasan individu yang
seluas-luasnya, menolak klaim pemegang otoritas Tuhan, dan menuntut penghapusan hak-hak istimewa gereja maupun raja.Dalam
catatan Syamsuddin Arif, ideologi liberalisme yang kebablasan tersebut pada akhirnya menganjarkan tiga hal:pertama, kebebasan
berpikir tanpa batas alias free thingking.Kedua, senantiasa meragukan dan menolak kebenaran alias sophisme.Ketiga, sikap longgar
dan semena-mena dalam beragama. Menurut Adian Husaini, munculnya liberalisme yang seperti itu di Barat tidak terkepas dari tiga
faktor.Pertama,trauma sejarah,khususnya yang behubungan dengan dominasi agama Kristen di zaman pertengahan. Dalam
perjalanan sejarahnya, peradaban Barat telah mengalami masa yang pahit, yang mereka sebut zaman kegelapan . Mereka
menyebutnya juga sebagai zaman pertengahan. Zaman itu dimulai ketika Imperium Romawi Barat runtuh pada tahun 476 dan mulai
munculnya Gereja Kristen sebagai institusi dominan dalam masyarakat Kristen Barat. Gereja yang mengklaim sebagai institusi resmi
wakil Tuhan di muka bumi melakukan hegemoni terhadap kehidupan masyarakat dan melakukan tindakan brutal yang sangat tidak
manusiawi. Kedua,problem teks Bible. Masyarakat Krsiten Barat menghadapi problem otentisitas teks dengan kitabnya. Perjanjian
Lama (HebrewBible) sampai saat ini tidak diketahui siapa penulisnya. Padahal tidak ada satu ayat pun yang menyebutkan bahwa
Moses penulisnya. Sementara itu di dalam teksnya terdapat banyak kontradiksi. Demikian halnya dengan Perjanjian Baru (The New
Testament). Ada dua problem terkait dengan keberadaannya, yaitu tidak adanya dokumen Bible yng orginal saat ini, dan (2) bahan-
bahan yang ada pun sekarang ini bermacam-macam, berbeda satu dengan yang lainnya. Tidak kurang dari sekitar 5000 manuskrip
teks Bible dalam bahasa Greek (Yunani), yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ketiga, problem teologi Kristen. Sebuah kenyataan di
Barat yang sulit dielakkan adalah, Tuhan menjadi sesuatu yang problem. Menjelaskan bahwa Tuhan itu 1 dalam 3, 3 dalam 1, dan
menjelaskan apa sebenarnya hakikat Yesus, telah membuat seorang cendekiawan seperti Dr. C. Greonen Ofm lelah dan menyerah.
Ia lalu sampai pada kesimpulan bahwa Yesus memang misterius.Dari latar belakang seperti itu maka tidak heran jika kemudian
masyarakat Barat cenderung beragama tanpa berkeyakinan. Dalam artian, mereka beragama Kristen tapi mereka kemudian tidak
sepenuhnya meyakini doktrin-doktrin Kristen. Mereka meragukan eksistensi Tuhan yang bisa mengetahui segala sesuatu, doktrin
Trinitas, dan Bible sebagai wahyu Tuhan. Akibatnya mereka menerima secara mutlak pemisahan Gereja dan Negara, dan
mempercayai penuh doktrin kebebasan dan toleransi agama. Kebebasan yang juga termasuk kebebasan untuk tidak beragama dan
toleransi yang sampai meyakini kebenaran agama lain atau pluralisme agama
Ciri-ciri liberalisme

a. Bidang ekonomi menganut paham kapitalisme. Perekonomian
diserahkan kepada kepentingan perorangan sehingga menimbulkan
pertentangan dan ketimpangan karena yang kaya makin kaya dan
yangmiskinmakin bertambahmiskin. Ekonomi liberal-kapitalisme
memberikan kemerdekaan dankekayaankepada sekelompok kecil
masyarakat saja, tidak kepada rakyat banyak.
b. Bidang politik menonjolkanindividuartinya bisa saja orang menuntut
sesuatu kepada negara atas dasar prinsip liberal. Keadaan itu menjadikan
kehidupan politik menjadilabilsehingga pemerintahan sering berganti.
Selain itu didukung serta adanya partai oposisi (partai yang kalah dalam
pemilu) yang tugasnya mengawasi dan mengevaluasi pemerintah (partai
yang berkuasa).
c. Bidang sosial budaya, anggota masyarakatnya bersifatindividualdan
sangat mementingkan prestasi pribadi.
d. Bidang agama, mengenal pahamsekuler, artinya negara tidak ikut
campur atau menomorduakan dalam urusan agama sebab agama adalah
urusan masing-masing pribadi dan lembaga keagamaannya.
Kesan liberalisme
 Kesan liberalisasi juga telah merubah pendekatan dakwah kebanyakan gerakan Islam di
Malaysia tanpa melihat kepada perancangan musuh Islam yang terselindung.
Penggunaan perkataan Allah dalam kitab Bible terjemahan Bahasa Melayu disokong dan
dihujah secara syarak dan aqal tanpa melihat kepada kepentingannya di Malaysia dan
kesannya kepada bangsa Melayu khasnya. Ianya disokong tanpa melihat kepada apa
yang tersirat di sebalik penggunaan perkataan tersebut dalam kitab Bible terjemahan
Bahasa Melayu. Sedangkan masih ada pendapat yang mengatakan ia boleh dilarang
dengan alasannya yang tersendiri.
 Liberalisasi juga telah merubah strategi dakwah gerakan Islam. Daripada membela keadilan
untuk Islam kepada hanya berdialog dan berdiskusi kononnya secara hikmah.
Digambarkan seolah-olah Islam hanya mengutamakan dialog dan diskusi walaupun
Islam diserang dari segenap penjuru. Mana-mana gerakan Islam yang ke depan
membela Islam dengan agak agresif dituduh sebagai melampau atau tidak memahami
uslub dakwah. Sedangkan sebelum ini tindakan yang sama pernah mereka lakukan
ketika berhadapan dengan musuh Islam. Ketika itu mereka amat digeruni dan musuh
Islam amat berhati-hati untuk memperkatakan perkara yang buruk tentang Islam.
Liberalisasi telah mengkijangkan harimau. Perkataan musuh Islam telah ditukar
kepada madu kita walaupun ajaran tersebut jelas memusuhi Islam dengan pelbagai
perancangan secara senyap ataupun zahir. Bahkan orang Islam khasnya orang Melayu
dipersalahkan kerana tidak kuat aqidah sehingga boleh dipengaruhi oleh agama lain.
Katanya sepatutnya orang Melayu yang mesti perkuatkan aqidah mereka.
tokoh-tokohtokoh-tokoh
liberalismeliberalisme
tokoh-tokohtokoh-tokoh
liberalismeliberalisme
John Locke (1632-1704)
 Pemikiran Locke didasarkan pada premis semua pengetahuan datang dari
pengalaman. Ini berarti tidak ada yang dapat dijadikan idea atau konsep
tentang sesuatu yang berada dibelakang pengalaman, tidak ada idea yang
diturunkan seperti yang diajarkan Plato. Teori ini dikenal dengan teori tabula
rasa, sebuah teori epistemology dari faham empirisme. (Ibid; hal.173-176)
Locke malanjutkan argumennya bahwa sifat objek itu ada dua, pertama
primary qualities (sifat pertama) yaitu sifat asli yang dimiliki objek. Kedua
secondary qualities (sifat kedua), ini adalah sifat objek yang ditangkap oleh
indera. Keduanya berbeda. Ide-ide tentang primary qualities objek ada pada
objek itu, pola mereka ada pada objek itu sendiri, tetapi idea yang dihasilkan
dalam jiwa kita oleh secondary qualities tidak berada pada objek itu. Yang
kita ambil dari objek itu adalah power untuk menghasilkan sensasi itu dalam
diri kita.
Lalu mengenai substansi, Locke selalu berbicara mengenai intuisi untuk
menjawabnya. Pengetahuan kita itu kita peroleh lewat intuisi. Eksistensi
Tuhan, akallah yang memberitahukannya kepada kita. Disini Locke tampak
kebingungan maka akhirnya ia berkesimpulan, kita tidak tahu apa-apa
tentang substansi.
David Hume (1711-1776)
 Hume menyatakan, sebagaimana Locke, bahwa semua
pengetahuan dimulai dari pengalaman indera sebagai dasar,
kesan adalah basis pengetahuan.
Tapi kemudian Hume menjelaskan bahwa hubungan sebab akibat
tidak merupakan suatu hubungan antar idea (reation of ideas)
karena hal itu tidak mempunyai bukti. Itu terbentuk semata-mata
oleh akal, padahal hanya akal tidak akan menyampaikan pada
pengetahuan adanya sebab akibat. Akhirnya Hume menyimpulkan
bahwa idea kausalitas itu tidak juga dapat diperoleh melalui
persepsi (pengalaman). Pada akhirnya Hume menentang induksi.
Ia juga menentang prinsip induksi untuk memprediksi masa
depan. Jadi mula-mula ia menolak adanya pengetahuan a priori,
lalu ia juga menolak sebab akibat, menolak pula induksi yang
berdasarkan pengalaman. Jadi habislah segala macam cara untuk
memperoleh pengetahuan, semuanya ditolak. Inilah skeptis
tingkat tinggi.
The end
The end
The end
The end
The end
The end
The end
The end

More Related Content

PENGURUSAN DALAM ISLAM - KONSEP DALAM ISLAM

  • 1. pengerusan dalam islam BAB 1: KONSEP DALAM ISLAM amir Husairi Bin Zainuddinamir Husairi Bin Zainuddin 19daT14F200319daT14F2003 BuKHari Bin marZuKiBuKHari Bin marZuKi 19daT14F203119daT14F2031 muHd asraF HaKim BinmuHd asraF HaKim Bin YusOFFYusOFF 19daT14F200119daT14F2001 mOHd ariFF Bin sarBanmOHd ariFF Bin sarBan 19eaT14F200319eaT14F2003
  • 2. LIBERALISME Liberalismeialahfalsafah yang meletakkankebebasanindividu sebagai nilai politik tertinggi. Seseorang yang menerima fahaman liberalisme dipanggil seorangliberal.Walau bagaimanapun, maksud perkataan liberal mungkin berubah mengikut konteks sesebuahnegara. Liberalisme menekankanhak-hak peribadisertakesamarataan peluang. Dalam fahaman liberalisme, pelbagai aliran dengan nama "liberal" mungkin mempunyai dasar dan pandangan yang berlainan, tetapi secara umumnya aliran-aliran ini bersetuju dengan prinsip-prinsip berikut termasukkebebasan berfikirdankebebasan bersuara, batasan kepada kuasa kerajaan, kedaulatan undang-undang, hak individu ke atas harta persendirian,pasaran bebasdan ketelusan sistem pemerintahan.Mereka yang liberal menyokong sistem kerajaan demokrasi liberal dengan pengundian yang adil dan terbuka, di mana semua rakyat mempunyai hak-hak yang sama rata di bawah undang-undang. Fahaman liberalisme moden berakar umbi dariZaman KesedaranBarat dan kini mengandungi pemikiran politik yang luas dan kaya dari segi sumber. Liberalisme menolak kebanyakan tanggapan asas dalam hampir semua teori pembentukan kerajaan awal seperti seperti hak-hakraja yang diberikan oleh tuhan, status yang berasaskan keturunan dan institusi-institusiagama. Liberal beranggapan sistemekonomi pasaran bebas lebih cekap dan menjana lebih banyak kemakmuran. Negara liberal moden awal adalahAmerika Syarikat, yang didirikan di bawah prinsip "setiap manusia diciptakan sama taraf; bahawa mereka diberi pencipta mereka hak- hak yang tidak boleh dinafikan; bahawa antara ini adalah kehidupan, kebebasan, dan mengejar kebahagiaan; bahawa untuk melindungi hak-hak ini, kerajaan dibuat oleh manusia, yang menggunakan kuasa mereka secara adil dengan izin mereka yang diperintah."
  • 3. sejaraH Dilihat dari asal-usulnya, istilah liberalisme berasal dari bahasa Latin,liber, yang artinya bebas atau merdeka. Hingga penghujung abad 18 M, istilah ini terkait erat dengan konsep manusia merdeka, baik merdeka semenjak lahir ataupun merdeka sesudah dibebaskan dari yang semula berstatus budak. Para sejarawan Barat biasanya menunjuk moto revolusi Perancis 1789 kebebasan, kesetaraan, persaudaraan sebagai piagam agung liberalisme modern. Sebuah prinsip yang menyatakan bahwa tunduk kepada otoritas apapun namanya adalah bertentangan dengan hak azasi, kebebasan dan harga diri manusia.Liberalisme yang sudah dikampanyekan sejak abad 15 M oleh Locke, Hume , Rousseau, Diderot , Lessing dan Kant ini pada tahap selanjutnya menuntut kebebasan individu yang seluas-luasnya, menolak klaim pemegang otoritas Tuhan, dan menuntut penghapusan hak-hak istimewa gereja maupun raja.Dalam catatan Syamsuddin Arif, ideologi liberalisme yang kebablasan tersebut pada akhirnya menganjarkan tiga hal:pertama, kebebasan berpikir tanpa batas alias free thingking.Kedua, senantiasa meragukan dan menolak kebenaran alias sophisme.Ketiga, sikap longgar dan semena-mena dalam beragama. Menurut Adian Husaini, munculnya liberalisme yang seperti itu di Barat tidak terkepas dari tiga faktor.Pertama,trauma sejarah,khususnya yang behubungan dengan dominasi agama Kristen di zaman pertengahan. Dalam perjalanan sejarahnya, peradaban Barat telah mengalami masa yang pahit, yang mereka sebut zaman kegelapan . Mereka menyebutnya juga sebagai zaman pertengahan. Zaman itu dimulai ketika Imperium Romawi Barat runtuh pada tahun 476 dan mulai munculnya Gereja Kristen sebagai institusi dominan dalam masyarakat Kristen Barat. Gereja yang mengklaim sebagai institusi resmi wakil Tuhan di muka bumi melakukan hegemoni terhadap kehidupan masyarakat dan melakukan tindakan brutal yang sangat tidak manusiawi. Kedua,problem teks Bible. Masyarakat Krsiten Barat menghadapi problem otentisitas teks dengan kitabnya. Perjanjian Lama (HebrewBible) sampai saat ini tidak diketahui siapa penulisnya. Padahal tidak ada satu ayat pun yang menyebutkan bahwa Moses penulisnya. Sementara itu di dalam teksnya terdapat banyak kontradiksi. Demikian halnya dengan Perjanjian Baru (The New Testament). Ada dua problem terkait dengan keberadaannya, yaitu tidak adanya dokumen Bible yng orginal saat ini, dan (2) bahan- bahan yang ada pun sekarang ini bermacam-macam, berbeda satu dengan yang lainnya. Tidak kurang dari sekitar 5000 manuskrip teks Bible dalam bahasa Greek (Yunani), yang berbeda satu dengan yang lainnya. Ketiga, problem teologi Kristen. Sebuah kenyataan di Barat yang sulit dielakkan adalah, Tuhan menjadi sesuatu yang problem. Menjelaskan bahwa Tuhan itu 1 dalam 3, 3 dalam 1, dan menjelaskan apa sebenarnya hakikat Yesus, telah membuat seorang cendekiawan seperti Dr. C. Greonen Ofm lelah dan menyerah. Ia lalu sampai pada kesimpulan bahwa Yesus memang misterius.Dari latar belakang seperti itu maka tidak heran jika kemudian masyarakat Barat cenderung beragama tanpa berkeyakinan. Dalam artian, mereka beragama Kristen tapi mereka kemudian tidak sepenuhnya meyakini doktrin-doktrin Kristen. Mereka meragukan eksistensi Tuhan yang bisa mengetahui segala sesuatu, doktrin Trinitas, dan Bible sebagai wahyu Tuhan. Akibatnya mereka menerima secara mutlak pemisahan Gereja dan Negara, dan mempercayai penuh doktrin kebebasan dan toleransi agama. Kebebasan yang juga termasuk kebebasan untuk tidak beragama dan toleransi yang sampai meyakini kebenaran agama lain atau pluralisme agama
  • 4. Ciri-ciri liberalisme a. Bidang ekonomi menganut paham kapitalisme. Perekonomian diserahkan kepada kepentingan perorangan sehingga menimbulkan pertentangan dan ketimpangan karena yang kaya makin kaya dan yangmiskinmakin bertambahmiskin. Ekonomi liberal-kapitalisme memberikan kemerdekaan dankekayaankepada sekelompok kecil masyarakat saja, tidak kepada rakyat banyak. b. Bidang politik menonjolkanindividuartinya bisa saja orang menuntut sesuatu kepada negara atas dasar prinsip liberal. Keadaan itu menjadikan kehidupan politik menjadilabilsehingga pemerintahan sering berganti. Selain itu didukung serta adanya partai oposisi (partai yang kalah dalam pemilu) yang tugasnya mengawasi dan mengevaluasi pemerintah (partai yang berkuasa). c. Bidang sosial budaya, anggota masyarakatnya bersifatindividualdan sangat mementingkan prestasi pribadi. d. Bidang agama, mengenal pahamsekuler, artinya negara tidak ikut campur atau menomorduakan dalam urusan agama sebab agama adalah urusan masing-masing pribadi dan lembaga keagamaannya.
  • 5. Kesan liberalisme Kesan liberalisasi juga telah merubah pendekatan dakwah kebanyakan gerakan Islam di Malaysia tanpa melihat kepada perancangan musuh Islam yang terselindung. Penggunaan perkataan Allah dalam kitab Bible terjemahan Bahasa Melayu disokong dan dihujah secara syarak dan aqal tanpa melihat kepada kepentingannya di Malaysia dan kesannya kepada bangsa Melayu khasnya. Ianya disokong tanpa melihat kepada apa yang tersirat di sebalik penggunaan perkataan tersebut dalam kitab Bible terjemahan Bahasa Melayu. Sedangkan masih ada pendapat yang mengatakan ia boleh dilarang dengan alasannya yang tersendiri. Liberalisasi juga telah merubah strategi dakwah gerakan Islam. Daripada membela keadilan untuk Islam kepada hanya berdialog dan berdiskusi kononnya secara hikmah. Digambarkan seolah-olah Islam hanya mengutamakan dialog dan diskusi walaupun Islam diserang dari segenap penjuru. Mana-mana gerakan Islam yang ke depan membela Islam dengan agak agresif dituduh sebagai melampau atau tidak memahami uslub dakwah. Sedangkan sebelum ini tindakan yang sama pernah mereka lakukan ketika berhadapan dengan musuh Islam. Ketika itu mereka amat digeruni dan musuh Islam amat berhati-hati untuk memperkatakan perkara yang buruk tentang Islam. Liberalisasi telah mengkijangkan harimau. Perkataan musuh Islam telah ditukar kepada madu kita walaupun ajaran tersebut jelas memusuhi Islam dengan pelbagai perancangan secara senyap ataupun zahir. Bahkan orang Islam khasnya orang Melayu dipersalahkan kerana tidak kuat aqidah sehingga boleh dipengaruhi oleh agama lain. Katanya sepatutnya orang Melayu yang mesti perkuatkan aqidah mereka.
  • 7. John Locke (1632-1704) Pemikiran Locke didasarkan pada premis semua pengetahuan datang dari pengalaman. Ini berarti tidak ada yang dapat dijadikan idea atau konsep tentang sesuatu yang berada dibelakang pengalaman, tidak ada idea yang diturunkan seperti yang diajarkan Plato. Teori ini dikenal dengan teori tabula rasa, sebuah teori epistemology dari faham empirisme. (Ibid; hal.173-176) Locke malanjutkan argumennya bahwa sifat objek itu ada dua, pertama primary qualities (sifat pertama) yaitu sifat asli yang dimiliki objek. Kedua secondary qualities (sifat kedua), ini adalah sifat objek yang ditangkap oleh indera. Keduanya berbeda. Ide-ide tentang primary qualities objek ada pada objek itu, pola mereka ada pada objek itu sendiri, tetapi idea yang dihasilkan dalam jiwa kita oleh secondary qualities tidak berada pada objek itu. Yang kita ambil dari objek itu adalah power untuk menghasilkan sensasi itu dalam diri kita. Lalu mengenai substansi, Locke selalu berbicara mengenai intuisi untuk menjawabnya. Pengetahuan kita itu kita peroleh lewat intuisi. Eksistensi Tuhan, akallah yang memberitahukannya kepada kita. Disini Locke tampak kebingungan maka akhirnya ia berkesimpulan, kita tidak tahu apa-apa tentang substansi.
  • 8. David Hume (1711-1776) Hume menyatakan, sebagaimana Locke, bahwa semua pengetahuan dimulai dari pengalaman indera sebagai dasar, kesan adalah basis pengetahuan. Tapi kemudian Hume menjelaskan bahwa hubungan sebab akibat tidak merupakan suatu hubungan antar idea (reation of ideas) karena hal itu tidak mempunyai bukti. Itu terbentuk semata-mata oleh akal, padahal hanya akal tidak akan menyampaikan pada pengetahuan adanya sebab akibat. Akhirnya Hume menyimpulkan bahwa idea kausalitas itu tidak juga dapat diperoleh melalui persepsi (pengalaman). Pada akhirnya Hume menentang induksi. Ia juga menentang prinsip induksi untuk memprediksi masa depan. Jadi mula-mula ia menolak adanya pengetahuan a priori, lalu ia juga menolak sebab akibat, menolak pula induksi yang berdasarkan pengalaman. Jadi habislah segala macam cara untuk memperoleh pengetahuan, semuanya ditolak. Inilah skeptis tingkat tinggi.
  • 9. The end The end The end The end
  • 10. The end The end The end The end