1) Perang obor adalah tradisi turun-temurun masyarakat Tegalsambi, Jepara yang bertujuan sebagai ritual tolak bala dan syukur atas panen melimpah.
2) Tradisi ini berawal dari kisah Mbah Babadan dan Mbah Gemblong yang saling memukul dengan obor hingga tanpa sengaja membakar kandang ternak.
3) Meskipun berbahaya, tradisi ini terus dilestarikan masyarakat setempat setiap musim pan
1 of 1
More Related Content
Analisis Perang Obor (Semiotika Roland Barthes)
1. Satu lagi kebudayaan unik Indonesia dari daerah Jepara, persisnya di desa Tegalsambi
kecamatan Tahunan. Perang Obor sebuah tradisi di Jepara yang sudah dilakukan turun
temurun oleh masyarakat sekitar. Selain sebagai daya tarik wisatawan untuk datang ke daerah
ini, tradisi perang obor ini ternyata bertujuan sebagai ritual tolak bala dan ucapan syukur
masyarakat Tegalsambi atas panen yang melimpah, Tradisi ini dianggap sebagai doa kepada
yang Maha Kuasa agar tetap dilimpahkan rejeki dan keselamatan masyarakat sekitar.
Perang obor itu sendiri adalah ritual yang dilakukan dengan cara berperang untuk saling
menghantam menggunakan obor yang dibuat dari daun pisang kering dan sabut kelapa
kering. Pesertanya adalah warga yang ditugaskan sebagai ‘tentara’ untuk saling berperang
satu sama lain. Mereka haruslah orang yang berani dan tidak takut dengan api. Tradisi ini
dilakukan turun temurun. Meskipun tidak ada tanggal pasti tradisi ini berlangsung, yang jelas
tradisi ini dilakukan saat musim panen pada hari Senin Pahing sesuai kalender Jawa.
Tradisi obor ini berawal dari kisah seorang petani kaya bernama Mbah Babadan. Beliau
sangat kaya raya dan memiliki banyak sekali hewan ternak. Saking banyaknya, Mbah
Babadan tidak sanggup mengurus hewan ternaknya seorang diri. Akhirnya seorang warga
desa menawarkan dirinya untuk mengurusi hewan ternak Mbah Babadan. Warga tersebut
bernama Mbah Gemblong. Kesepakatan pun dibuat, Mbah Gemblong mengurusi hewan
ternak milik Mbah Babadan.
Mbah Gemblong sangat piawai dalam mengurusi hewan ternak. Terbukti hewan ternak milik
Mbah Babadan gemuk-gemuk saat diurusi oleh mbah Gemblong. Suatu hari Mbah Gemblong
sedang menggembalakan hewan ternak ke tepian sungai. Di sungai Mbah Gemblong melihat
banyak ikan. Karena lapar Mbah Gemblong pun menangkap dan membakar ikan tersebut
untuk dimakan. Ternyata ikan-ikan disungai tadi sangat enak sehingga membuat mbah
Gemblong rutin pergi ketepian sungai tersebut sehingga dia melupakan hewan ternak milik
Mbah Babadan. Ternaknya pun menjadi kurus-kurus karena tidak terurus.
Mendengar hal tersebut Mbah Babadan marah dan memanggil Mbah Gemblong. Mbah
Babadan kemudian memukul Mbah Gemblong dengan sabut kelapa yang sudah dibakar.
Tidak terima dengan hal tu, Mbah Gemblong pun membalas dengan memukul balik Mbah
Babadan. Akhirnya mereka saling memukul dengan obor hingga tanpa disadari membakar
kandang ternak milik Mbah Babadan. Namun anehnya hewan ternaknya pun tidak mati
melainkan justru berubah menjadi gemuk kembali. Sejak saat itulah warga percaya untuk
mengusir penyakit dan bala, tradisi ini harus terus dilakukan.
Meskipun sedikit berbahaya, tradisi ini terus dilestarikan oleh warga sekitar setiap masa
panen tiba. Warga pun tidak takut untuk melakukan tradisi ini meskipun menimbulkan luka
bakar cukup serius bagi para peserta maupun penontonnya. Namun, mereka telah
menyiapkan ramuan khusus sebagai obat luka bakar yang dipercaya mampu menyembuhkan
luka tersebut. Bahkan penyembuhan dengan obat ini lebih cepat dibanding dengan obat
dokter.
Tradisi perang obor ini memang sangat unik dan menantang. Terlepas benar atau tidaknya
cerita dan manfaat dari tradisi ini dilakukan. Yang jelas tradisi ini harus dipertahankan dan
dilestarikan karena sebagai simbol dan identitas kebudayaan Indonesia.