The document analyzes the critical thinking abilities of high school students in light of their self-regulation abilities. It finds that students' critical thinking skills are generally low or moderate based on test scores. There are differences in critical thinking scores between students with high, moderate, and low levels of self-regulation. Specifically, students with higher self-regulation scores tended to have higher critical thinking scores. When analyzing the dimensions of self-regulation, differences were found between students scoring high versus low on most dimensions, such as motivation, time management, and self-testing. The study concludes self-regulation abilities are positively correlated with stronger critical thinking skills in mathematics among high school students.
1 of 31
Download to read offline
More Related Content
Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA Ditinjau dari Self Regulated Learning
1. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Ditinjau
dari Self Regulation
Paparan Sidang Skripsi Sarjana Pendidikan Matematika UPI Tahun 2020
Dendy Maulana Gusmawan
Pendidikan Matematika UPI
dendymaulana19@student.upi.edu
2. Latar Belakang
Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan apek kemampuan yang
termasuk dalam HOTS dan 4Cs.
Self-Regulation berhubungan dengan Berpikir
Kritis
Secara teori, sisi afektif self-regulation memiliki
hubungan erat dengan kemampuan berpikir kritis.
Perkembangan Teknologi
Mendorong Inovasi di berbagai aspek kehidupan,
tidak terkecuali di bidang Pendidikan
Berpikir kritis Siswa Indonesia Masih Rendah
Berdasarkan data TIMMS 2015, kemampuan
berpikir kritis Indonesia masih rendah. Didukung
data hasil UNBK SMA yang menunjukkan hal serupa.
Analisis kemampuan berpikir kritis yang ditinjau
dari tingkat self-regulation yang berbeda
3. Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran kemampuan berpikir kritis matematis
siswa SMA?
Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis
matematis antar siswa ditinjau dari masing-masing dimensi
self-regulation?
Bagaimana gambaran self-regulation siswa SMA?
Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis
matematis antar siswa ditinjau dari self-regulation?
01
02
03
04
5. Definisi
John Dewey (1910)
active, persistent, and
careful consideration
of any belief or
supposed form of
knowledge in the light
of the grounds that
support it, and the
further conclusions to
which it tends
Glaser (1942)
as an attitude and
logical application of
skills in problem-
solving contexts
Horenstein (2011)
berpikir kritis adalah
sebuah proses refleksi
yang membutuhkan
berpikir logis, yang
dilanjutkan pada
pengambilan
keputusan
Filosofi Psikologi Pendidikan
7. Indikator
No. Indikator Subindikator
1.
Elementary clarification
(memberikan penjelasan
sederhana)
Memfokuskan diri pada pertanyaan
Menganalisis dan mengklarifikasi
pertanyaan, jawaban, dan argumen
2.
Basic support (membangun
keterampilan dasar)
Mempertimbangkan apakah sumber
dapat dipercaya atau tidak
3. Inference (membuat simpulan)
Mengamati dan menganalisis deduksi
Menginduksi dan menganalisis induksi
4.
Advanced clarification (membuat
penjelasan lebih lanjut)
Merumuskan eksplanatori,
kesimpulan, dan hipotesis
Menarik pertimbangan yang bernilai
5.
Strategies and tactics
(menentukan strategi dan taktik
untuk menyelesaikan masalah)
Menetapkan suatu aksi
(Ennis dalam Lestari dan Yudhanegara, 2015)
9. Definisi
Proses proaktif dimana
individu secara konsisten
mengatur dan mengelola
pikiran, emosi, perilaku dan
lingkungan mereka untuk
mencapai tujuan akademik
Boekarets (1997)
Kemampuan seorang
individu tentang bagaimana Ia
mampu mengatur dirinya
sendiri, mempengaruhi
tingkah lakunya dengan cara
mengatur lingkungan,
menciptakan dukungan
kognitif, serta mengadakan
konsekuensi bagi tingkah
lakunya sendiri
Bandura (1991)
Tingkatan bagaimana
seseorang dapat
menggunakan dirinya untuk
mengatur strategi dalam
bertingkah laku serta
mengatur lingkungannya
untuk mencapai suatu tujuan
dalam rangka peningkatan
kualitas diri
Zimmerman (1989)
10. Fase - fase
02
05
04
03
06
01
Self-determined
standard and goals
Emotional regulated
Self-instruction
Self-monitoring
Self-evaluation
Self-imposed Contingencies
Bandura (1991)
Domain
Strategy
Regulatory
Boekarets (1997)
Self reflection
Forethought
performance or
volitional control
Zimmerman
(1989)
11. No. Dimensi Indikator
1. Attitude
Mengatur tujuan (goals) dalam belajar sesuai dengan kemampuan diri
Menyadari pentingnya kegiatan pembelajaran bagi dirinya
2. Motivation
Menerima suatu beban belajar secara menyeluruh
Memiliki kepercayaan diri terhadap kemampuan diri dalam suatu pembelajaran
Memiliki keyakinan diri dapat mencapai kriteria ketuntasan yang ditentukan dalam suatu
pembelajaran
3. Anxiety
Mengatasi kecemasan terhadap hal-hal yang mengenai dengan pembelajaran
(kemampuan diri, beban belajar, interaksi dalam kelompok, dll)
Mengurangi kekhawatiran terhadap tugas-tugas belajar yang dianggap berat
4. Concentration
Mengarahkan fokus dan perhatiannya dalam pembelajaran
Mempertahankan fokus dan perhatiannya dalam pembelajaran
5. Time management
Merencanakan waktu belajar secara mandiri
Dapat menangani hal-hal dari dalam diri dan lingkungan yang mengganggu kegiatan
belajar
6. Self-testing
Memonitor diri sendiri dalam kegiatan pembelajaran
Mengulas kembali pembelajaran untuk mengetahui tingkatan capaian belajar
7. Using academic resources
Menggunakan sumber belajar secara efektif
Mengidentifikasi informasi-informasi yang dibutuhkan untuk mencapai suatu tujuan
Indikator
(Weinstein, Palmer, dan Acee, 2016)
12. Hubungan Berpikir Kritis dengan Self-Regulation
Hubungan Berpikir Kritis dan Self-Regulation Menurut
Kuhn, Flavell (1979)
Hubungan Berpikir Kritis dan Self-Regulation Menurut
Gelder (2005), Halonen (1995), Halpern (1998)
13. Hubungan Berpikir Kritis dengan Self-Regulation
Self-Regulated
Learning
Metakognisi Motivasi Kognitif
Berpikir Kritis
Hubungan Berpikir Kritis dan Self-Regulation Menurut
Konsensus APA (American Philosophical Association) Hubungan Berpikir Kritis dan Self-Regulation
Menurut Schraw (2006)
14. Hipotesis Penelitian
01
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis yang signifikan
antar siswa ditinjau dari self-regulation.
02
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis yang signifikan
antar siswa ditinjau dari masing-masing dimensi self-regulation.
15. Metode Penelitian
Variabel Penelitian
Variabel Bebas: Self Regulation
Variabel Terikat: Berpikir Kritis
Instrumen Penelitian
Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Angket Penelusuran Self Regulation
Metode
Pendekatan Kuantitatif, Statistik
Deksriptif Komparatif.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi : Siswa SMA Negeri 3 Yogyakarta Jurusan IPA
Sampel : 4 Kelas XI Jurusan IPA
Uji Hipotesis
Uji Prasyarat : Normalitas, Homogenitas data
Uji Perbedaan Rata-rata : ANOVA, Welch Anova, Kruskall Wallis
Uji Post-Hoc : Benferroni, Games-Howell, Dunn-Benferroni
16. No Nama Score BK
1 X1 .
2 X2 .
3 X3 .
4 X4 .
5 X5 .
6 X6 .
7 X7 .
8 X8 .
9 X9 .
10 X10 .
11 .
12 .. .
13 .. .
14 .. .
Kelompok 1
Siswa dengan Self Regulation
Kategori Tinggi
Kelompok 2
Siswa dengan Self Regulation
Kategori Sedang
Kelompok 2
Siswa dengan Self Regulation
Kategori Rendah
Dimensi
Attitude
Motivation
Anxiety
Concentration
Time management
Self-testing
Using academic resources
19. No Kategori Interval () Banyak
(N)
Prosentase (%)
1 Rendah < 39,68 20 19,05 %
2 Sedang 39,68 87,46 71 67,62 %
3 Tinggi 87,46 < 14 13,33 %
Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
70.00
59.52
63.33
70.24
54.76
E LE ME NT A RY
CLA RIF ICA T IO N
BA SIC SUP P O RT INF E RE NCE A DVA NCE
CLA RIF ICA T IO N
ST RA T E GIE S A ND
T A CT ICS
SKOR BERPIKIR KRITIS (%)
21. 63.14
64.23
55.41
63.67
60.85
72.95
65.96
A T T MOT A NX C ON T M S T UA R
PERSENTASE SKOR (%)
Deskripsi Data Self-Regulation
No Kategori Interval () Banya
k (N)
Prosentase (%)
1 Rendah < 92,09 23 21,9 %
2 Sedang 91,88
148,85
50 47,6 %
3 Tinggi 148,85 < 32 30,4 %
22. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Self-Regulation
Uji Normalitas
Uji Homogenitas
H0 diterima,
Pengujian dilanjutkan pada
Uji Homogenitas
H0 ditolak dan H1 diterima,
Pengujian perbedaan rata-rata
menggunakan Welch ANOVA
23. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Self-Regulation
H0 ditolak atau H1 diterima,
Selanjutnya yaitu diselidiki
perbedaan mean antar
kelompok kategori mana yang
signifikan berbeda satu sama
lainnya (post hoc)
Karena variansi ketiga data tidak memiliki keseragaman (homogenitas), maka uji Post-
Hoc menggunakan uji Games-Howell
Uji Welch ANOVA
24. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Self-Regulation
Uji Post-Hoc Games-Howell
H0 ditolak atau H1 diterima,
Selanjutnya diselidiki urutan
ketiga data
25. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Dimensi Self-Regulation
Frekuensi data tiap kategori berdasarkan dimensi
No
Dimensi Self-
Regulation
Rendah Sedang Tinggi
N Persentase N Persentase N Persentase
1 Attitude 17 16,2 % 72 68,6 % 16 15,6 %
2 Motivation 21 20 % 72 68,6 % 12 11,4 %
3 Anxiety 17 16,2 % 72 68,6 % 16 15,6 %
4 Concentration 17 16,2 % 68 64,8 % 20 19 %
5
Time
Management
15 14,3 % 76 72,4 % 14 13,3 %
6 Self Testing 20 19 % 74 70,5 % 11 10,5 %
7
Using
Academic
Resources
17 16,2 % 69 65,7 % 19 18,1 %
26. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Dimensi Self-Regulation
No
Dimensi Self-
Regulation
Kenormalan Data Berdasarkan Kategori
Rendah Sedang Tinggi
1 Attitude
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
2 Motivation
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
Berdistribusi
Normal
3 Anxiety
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
4 Concentration
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
5
Time
Management
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
6 Self Testing
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
Berdistribusi
Normal
7
Using Academic
Resources
Tidak
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
Uji Normalitas
27. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Dimensi Self-Regulation
Seluruh pengujian berkesimpulan
menolak H0 atau H1 diterima,
Selanjutnya yaitu diselidiki perbedaan
mean antar kelompok kategori mana
yang signifikan berbeda satu sama
lainnya (post hoc)
Uji Kruskall Wallis
28. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Dimensi Self-Regulation
Uji Post Hoc Dunn-Benferroni
No Dimensi
Self-
Regulation
Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata
Rendah-Sedang Rendah-Tinggi Sedang-Tinggi
1 Attitude Tidak signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
2 Motivation Signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
3 Anxiety Tidak signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
4 Concentrati
on
Tidak signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
5 Time
Manageme
nt
Signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
6 Self-Testing Signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
7 Using
Academic
Resources
Signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
Tidak signifikan
berbeda
29. Mean Rank tiap Dimensi
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Dimensi Self-Regulation
Ranking mean dari semua data (tiap Dimensi) menunjukkan hal serupa yaitu
rank mean dari tinggi ke rendah adalah;
Kategori Tinggi
Kategori Sedang
Kategori Rendah
30. Kesimpulan
Siswa dengan tingkat kemampuan berpikir kritis matematis pada kategori sedang sebanyak 67,61%, kemudian diikuti dengan
kategori rendah sebanyak 19,04%, dan kategori tinggi sebanyak 13,33%. Kemampuan berpikir kritis siswa yang paling kuat ke
paling lemah adalah; (1)advance clarification (70,24%), (2)elementary clarification (70%), (3)inference (63,33%), (4)basic
support (59,52%), dan (5)strategies and tactics (54,76%)
Terdapat perbedaan skor hasil tes berpikir kritis matematis yang signifikan antara siswa ditinjau dari tiap-tiap dimensi self-
regulation. Perbedaan rata-rata skor berpikir kritis matematis, ditinjau dari kategori dimensi self-regulation sebagian besar
memiliki perbedaan yang signifikan. Hanya beberapa perbandingan rata-rata skor pasangan kategori (pairwise comparison)
yang tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Walaupun secara perhitungan statistik terdapat beberapa perbandingan
rata-rata yang tidak signifikan berbeda, namun nilai rata-rata masing-masing kategori pada tiap dimensi berbeda. Secara
hirarkis, rata-rata skor tes berpikir kritis matematis siswa ditinjau dari tiap dimensi self-regulation memiliki susunan yang
sama yaitu (besar ke kecil); kategori tinggi, sedang, rendah.
Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis matematis antara masing-masing kategori (rendah, sedang,
tinggi). Secara hirarkis, rata-rata skor tes berpikir kritis matematis siswa yang ditinjau dari self-regulation yaitu (besar ke
kecil); kategori tinggi, sedang, rendah
30%
Siswa dengan perolehan self-regulation pada kategori sedang adalah 47,6% yang selanjutnya diikuti kategori tinggi sebanyak
30,4%, dan kategori rendah sebanyak 21,9%. Self-regulation siswa berdasarkan pada dimensi-dimensi yang paling kuat ke
paling lemah adalah; (1)Self-Testing (72,95%), (2)Using Academic Resources (65,96%), (3)Motivation (64,23%),
(4)Concentration (63,67%), (5)Attitude (63,14%), (6)Time Management (60,85%), dan (7)Anxiety (55,41%)