際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Ditinjau
dari Self Regulation
Paparan Sidang Skripsi Sarjana Pendidikan Matematika UPI Tahun 2020
Dendy Maulana Gusmawan
Pendidikan Matematika UPI
dendymaulana19@student.upi.edu
Latar Belakang
Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan apek kemampuan yang
termasuk dalam HOTS dan 4Cs.
Self-Regulation berhubungan dengan Berpikir
Kritis
Secara teori, sisi afektif self-regulation memiliki
hubungan erat dengan kemampuan berpikir kritis.
Perkembangan Teknologi
Mendorong Inovasi di berbagai aspek kehidupan,
tidak terkecuali di bidang Pendidikan
Berpikir kritis Siswa Indonesia Masih Rendah
Berdasarkan data TIMMS 2015, kemampuan
berpikir kritis Indonesia masih rendah. Didukung
data hasil UNBK SMA yang menunjukkan hal serupa.
Analisis kemampuan berpikir kritis yang ditinjau
dari tingkat self-regulation yang berbeda
Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran kemampuan berpikir kritis matematis
siswa SMA?
Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis
matematis antar siswa ditinjau dari masing-masing dimensi
self-regulation?
Bagaimana gambaran self-regulation siswa SMA?
Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis
matematis antar siswa ditinjau dari self-regulation?
01
02
03
04
Berpikir Kritis
Definisi Langkah-langkah
Indikator
Definisi
John Dewey (1910)
active, persistent, and
careful consideration
of any belief or
supposed form of
knowledge in the light
of the grounds that
support it, and the
further conclusions to
which it tends
Glaser (1942)
as an attitude and
logical application of
skills in problem-
solving contexts
Horenstein (2011)
berpikir kritis adalah
sebuah proses refleksi
yang membutuhkan
berpikir logis, yang
dilanjutkan pada
pengambilan
keputusan
Filosofi Psikologi Pendidikan
Langkah-langkah
Mengenali
masalah
Menilai
informasi yang
relevan
Pemecahan
masalah atau
penarikan
kesimpulan
(The Statewide History)
Indikator
No. Indikator Subindikator
1.
Elementary clarification
(memberikan penjelasan
sederhana)
 Memfokuskan diri pada pertanyaan
 Menganalisis dan mengklarifikasi
pertanyaan, jawaban, dan argumen
2.
Basic support (membangun
keterampilan dasar)
 Mempertimbangkan apakah sumber
dapat dipercaya atau tidak
3. Inference (membuat simpulan)
 Mengamati dan menganalisis deduksi
 Menginduksi dan menganalisis induksi
4.
Advanced clarification (membuat
penjelasan lebih lanjut)
 Merumuskan eksplanatori,
kesimpulan, dan hipotesis
 Menarik pertimbangan yang bernilai
5.
Strategies and tactics
(menentukan strategi dan taktik
untuk menyelesaikan masalah)
 Menetapkan suatu aksi
(Ennis dalam Lestari dan Yudhanegara, 2015)
Self-Regulation
Fase - fase
Definisi
Indikator
Definisi
Proses proaktif dimana
individu secara konsisten
mengatur dan mengelola
pikiran, emosi, perilaku dan
lingkungan mereka untuk
mencapai tujuan akademik
Boekarets (1997)
Kemampuan seorang
individu tentang bagaimana Ia
mampu mengatur dirinya
sendiri, mempengaruhi
tingkah lakunya dengan cara
mengatur lingkungan,
menciptakan dukungan
kognitif, serta mengadakan
konsekuensi bagi tingkah
lakunya sendiri
Bandura (1991)
Tingkatan bagaimana
seseorang dapat
menggunakan dirinya untuk
mengatur strategi dalam
bertingkah laku serta
mengatur lingkungannya
untuk mencapai suatu tujuan
dalam rangka peningkatan
kualitas diri
Zimmerman (1989)
Fase - fase
02
05
04
03
06
01
Self-determined
standard and goals
Emotional regulated
Self-instruction
Self-monitoring
Self-evaluation
Self-imposed Contingencies
Bandura (1991)
Domain
Strategy
Regulatory
Boekarets (1997)
Self reflection
Forethought
performance or
volitional control
Zimmerman
(1989)
No. Dimensi Indikator
1. Attitude
 Mengatur tujuan (goals) dalam belajar sesuai dengan kemampuan diri
 Menyadari pentingnya kegiatan pembelajaran bagi dirinya
2. Motivation
 Menerima suatu beban belajar secara menyeluruh
 Memiliki kepercayaan diri terhadap kemampuan diri dalam suatu pembelajaran
 Memiliki keyakinan diri dapat mencapai kriteria ketuntasan yang ditentukan dalam suatu
pembelajaran
3. Anxiety
 Mengatasi kecemasan terhadap hal-hal yang mengenai dengan pembelajaran
(kemampuan diri, beban belajar, interaksi dalam kelompok, dll)
 Mengurangi kekhawatiran terhadap tugas-tugas belajar yang dianggap berat
4. Concentration
 Mengarahkan fokus dan perhatiannya dalam pembelajaran
 Mempertahankan fokus dan perhatiannya dalam pembelajaran
5. Time management
 Merencanakan waktu belajar secara mandiri
 Dapat menangani hal-hal dari dalam diri dan lingkungan yang mengganggu kegiatan
belajar
6. Self-testing
 Memonitor diri sendiri dalam kegiatan pembelajaran
 Mengulas kembali pembelajaran untuk mengetahui tingkatan capaian belajar
7. Using academic resources
 Menggunakan sumber belajar secara efektif
 Mengidentifikasi informasi-informasi yang dibutuhkan untuk mencapai suatu tujuan
Indikator
(Weinstein, Palmer, dan Acee, 2016)
Hubungan Berpikir Kritis dengan Self-Regulation
Hubungan Berpikir Kritis dan Self-Regulation Menurut
Kuhn, Flavell (1979)
Hubungan Berpikir Kritis dan Self-Regulation Menurut
Gelder (2005), Halonen (1995), Halpern (1998)
Hubungan Berpikir Kritis dengan Self-Regulation
Self-Regulated
Learning
Metakognisi Motivasi Kognitif
Berpikir Kritis
Hubungan Berpikir Kritis dan Self-Regulation Menurut
Konsensus APA (American Philosophical Association) Hubungan Berpikir Kritis dan Self-Regulation
Menurut Schraw (2006)
Hipotesis Penelitian
01
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis yang signifikan
antar siswa ditinjau dari self-regulation.
02
Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis yang signifikan
antar siswa ditinjau dari masing-masing dimensi self-regulation.
Metode Penelitian
Variabel Penelitian
Variabel Bebas: Self Regulation
Variabel Terikat: Berpikir Kritis
Instrumen Penelitian
Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Angket Penelusuran Self Regulation
Metode
Pendekatan Kuantitatif, Statistik
Deksriptif Komparatif.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi : Siswa SMA Negeri 3 Yogyakarta Jurusan IPA
Sampel : 4 Kelas XI Jurusan IPA
Uji Hipotesis
Uji Prasyarat : Normalitas, Homogenitas data
Uji Perbedaan Rata-rata : ANOVA, Welch Anova, Kruskall Wallis
Uji Post-Hoc : Benferroni, Games-Howell, Dunn-Benferroni
No Nama Score BK
1 X1 .
2 X2 .
3 X3 .
4 X4 .
5 X5 .
6 X6 .
7 X7 .
8 X8 .
9 X9 .
10 X10 .
11  .
12 .. .
13 .. .
14 .. .
Kelompok 1
Siswa dengan Self Regulation
Kategori Tinggi
Kelompok 2
Siswa dengan Self Regulation
Kategori Sedang
Kelompok 2
Siswa dengan Self Regulation
Kategori Rendah
Dimensi
Attitude
Motivation
Anxiety
Concentration
Time management
Self-testing
Using academic resources
Temuan
dan
Pembahasan
Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
No Kategori Interval () Banyak
(N)
Prosentase (%)
1 Rendah  < 39,68 20 19,05 %
2 Sedang 39,68    87,46 71 67,62 %
3 Tinggi 87,46 <  14 13,33 %
Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
70.00
59.52
63.33
70.24
54.76
E LE ME NT A RY
CLA RIF ICA T IO N
BA SIC SUP P O RT INF E RE NCE A DVA NCE
CLA RIF ICA T IO N
ST RA T E GIE S A ND
T A CT ICS
SKOR BERPIKIR KRITIS (%)
Deskripsi Data Self-Regulation
63.14
64.23
55.41
63.67
60.85
72.95
65.96
A T T MOT A NX C ON T M S T UA R
PERSENTASE SKOR (%)
Deskripsi Data Self-Regulation
No Kategori Interval () Banya
k (N)
Prosentase (%)
1 Rendah  < 92,09 23 21,9 %
2 Sedang 91,88  
 148,85
50 47,6 %
3 Tinggi 148,85 <  32 30,4 %
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Self-Regulation
Uji Normalitas
Uji Homogenitas
H0 diterima,
 Pengujian dilanjutkan pada
Uji Homogenitas
H0 ditolak dan H1 diterima,
 Pengujian perbedaan rata-rata
menggunakan Welch ANOVA
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Self-Regulation
H0 ditolak atau H1 diterima,
 Selanjutnya yaitu diselidiki
perbedaan mean antar
kelompok kategori mana yang
signifikan berbeda satu sama
lainnya (post hoc)
Karena variansi ketiga data tidak memiliki keseragaman (homogenitas), maka uji Post-
Hoc menggunakan uji Games-Howell
Uji Welch ANOVA
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Self-Regulation
Uji Post-Hoc Games-Howell
H0 ditolak atau H1 diterima,
 Selanjutnya diselidiki urutan
ketiga data
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Dimensi Self-Regulation
Frekuensi data tiap kategori berdasarkan dimensi
No
Dimensi Self-
Regulation
Rendah Sedang Tinggi
N Persentase N Persentase N Persentase
1 Attitude 17 16,2 % 72 68,6 % 16 15,6 %
2 Motivation 21 20 % 72 68,6 % 12 11,4 %
3 Anxiety 17 16,2 % 72 68,6 % 16 15,6 %
4 Concentration 17 16,2 % 68 64,8 % 20 19 %
5
Time
Management
15 14,3 % 76 72,4 % 14 13,3 %
6 Self Testing 20 19 % 74 70,5 % 11 10,5 %
7
Using
Academic
Resources
17 16,2 % 69 65,7 % 19 18,1 %
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Dimensi Self-Regulation
No
Dimensi Self-
Regulation
Kenormalan Data Berdasarkan Kategori
Rendah Sedang Tinggi
1 Attitude
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
2 Motivation
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
Berdistribusi
Normal
3 Anxiety
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
4 Concentration
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
5
Time
Management
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
6 Self Testing
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
Berdistribusi
Normal
7
Using Academic
Resources
Tidak
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
Tidak
Berdistribusi
Normal
Uji Normalitas
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Dimensi Self-Regulation
Seluruh pengujian berkesimpulan
menolak H0 atau H1 diterima,
 Selanjutnya yaitu diselidiki perbedaan
mean antar kelompok kategori mana
yang signifikan berbeda satu sama
lainnya (post hoc)
Uji Kruskall Wallis
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Dimensi Self-Regulation
Uji Post Hoc Dunn-Benferroni
No Dimensi
Self-
Regulation
Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata
Rendah-Sedang Rendah-Tinggi Sedang-Tinggi
1 Attitude Tidak signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
2 Motivation Signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
3 Anxiety Tidak signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
4 Concentrati
on
Tidak signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
5 Time
Manageme
nt
Signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
6 Self-Testing Signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
7 Using
Academic
Resources
Signifikan
berbeda
Signifikan
berbeda
Tidak signifikan
berbeda
Mean Rank tiap Dimensi
Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Dimensi Self-Regulation
Ranking mean dari semua data (tiap Dimensi) menunjukkan hal serupa yaitu
rank mean dari tinggi ke rendah adalah;
Kategori Tinggi
Kategori Sedang
Kategori Rendah
Kesimpulan
Siswa dengan tingkat kemampuan berpikir kritis matematis pada kategori sedang sebanyak 67,61%, kemudian diikuti dengan
kategori rendah sebanyak 19,04%, dan kategori tinggi sebanyak 13,33%. Kemampuan berpikir kritis siswa yang paling kuat ke
paling lemah adalah; (1)advance clarification (70,24%), (2)elementary clarification (70%), (3)inference (63,33%), (4)basic
support (59,52%), dan (5)strategies and tactics (54,76%)
Terdapat perbedaan skor hasil tes berpikir kritis matematis yang signifikan antara siswa ditinjau dari tiap-tiap dimensi self-
regulation. Perbedaan rata-rata skor berpikir kritis matematis, ditinjau dari kategori dimensi self-regulation sebagian besar
memiliki perbedaan yang signifikan. Hanya beberapa perbandingan rata-rata skor pasangan kategori (pairwise comparison)
yang tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Walaupun secara perhitungan statistik terdapat beberapa perbandingan
rata-rata yang tidak signifikan berbeda, namun nilai rata-rata masing-masing kategori pada tiap dimensi berbeda. Secara
hirarkis, rata-rata skor tes berpikir kritis matematis siswa ditinjau dari tiap dimensi self-regulation memiliki susunan yang
sama yaitu (besar ke kecil); kategori tinggi, sedang, rendah.
Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis matematis antara masing-masing kategori (rendah, sedang,
tinggi). Secara hirarkis, rata-rata skor tes berpikir kritis matematis siswa yang ditinjau dari self-regulation yaitu (besar ke
kecil); kategori tinggi, sedang, rendah
30%
Siswa dengan perolehan self-regulation pada kategori sedang adalah 47,6% yang selanjutnya diikuti kategori tinggi sebanyak
30,4%, dan kategori rendah sebanyak 21,9%. Self-regulation siswa berdasarkan pada dimensi-dimensi yang paling kuat ke
paling lemah adalah; (1)Self-Testing (72,95%), (2)Using Academic Resources (65,96%), (3)Motivation (64,23%),
(4)Concentration (63,67%), (5)Attitude (63,14%), (6)Time Management (60,85%), dan (7)Anxiety (55,41%)
Sekian
Dendy Maulana Gusmawan
Pendidikan Matematika UPI
dendymaulana19@student.upi.edu

More Related Content

Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMA Ditinjau dari Self Regulated Learning

  • 1. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA Ditinjau dari Self Regulation Paparan Sidang Skripsi Sarjana Pendidikan Matematika UPI Tahun 2020 Dendy Maulana Gusmawan Pendidikan Matematika UPI dendymaulana19@student.upi.edu
  • 2. Latar Belakang Berpikir Kritis Berpikir kritis merupakan apek kemampuan yang termasuk dalam HOTS dan 4Cs. Self-Regulation berhubungan dengan Berpikir Kritis Secara teori, sisi afektif self-regulation memiliki hubungan erat dengan kemampuan berpikir kritis. Perkembangan Teknologi Mendorong Inovasi di berbagai aspek kehidupan, tidak terkecuali di bidang Pendidikan Berpikir kritis Siswa Indonesia Masih Rendah Berdasarkan data TIMMS 2015, kemampuan berpikir kritis Indonesia masih rendah. Didukung data hasil UNBK SMA yang menunjukkan hal serupa. Analisis kemampuan berpikir kritis yang ditinjau dari tingkat self-regulation yang berbeda
  • 3. Rumusan Masalah Bagaimana gambaran kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMA? Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis antar siswa ditinjau dari masing-masing dimensi self-regulation? Bagaimana gambaran self-regulation siswa SMA? Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis antar siswa ditinjau dari self-regulation? 01 02 03 04
  • 5. Definisi John Dewey (1910) active, persistent, and careful consideration of any belief or supposed form of knowledge in the light of the grounds that support it, and the further conclusions to which it tends Glaser (1942) as an attitude and logical application of skills in problem- solving contexts Horenstein (2011) berpikir kritis adalah sebuah proses refleksi yang membutuhkan berpikir logis, yang dilanjutkan pada pengambilan keputusan Filosofi Psikologi Pendidikan
  • 7. Indikator No. Indikator Subindikator 1. Elementary clarification (memberikan penjelasan sederhana) Memfokuskan diri pada pertanyaan Menganalisis dan mengklarifikasi pertanyaan, jawaban, dan argumen 2. Basic support (membangun keterampilan dasar) Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak 3. Inference (membuat simpulan) Mengamati dan menganalisis deduksi Menginduksi dan menganalisis induksi 4. Advanced clarification (membuat penjelasan lebih lanjut) Merumuskan eksplanatori, kesimpulan, dan hipotesis Menarik pertimbangan yang bernilai 5. Strategies and tactics (menentukan strategi dan taktik untuk menyelesaikan masalah) Menetapkan suatu aksi (Ennis dalam Lestari dan Yudhanegara, 2015)
  • 9. Definisi Proses proaktif dimana individu secara konsisten mengatur dan mengelola pikiran, emosi, perilaku dan lingkungan mereka untuk mencapai tujuan akademik Boekarets (1997) Kemampuan seorang individu tentang bagaimana Ia mampu mengatur dirinya sendiri, mempengaruhi tingkah lakunya dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, serta mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri Bandura (1991) Tingkatan bagaimana seseorang dapat menggunakan dirinya untuk mengatur strategi dalam bertingkah laku serta mengatur lingkungannya untuk mencapai suatu tujuan dalam rangka peningkatan kualitas diri Zimmerman (1989)
  • 10. Fase - fase 02 05 04 03 06 01 Self-determined standard and goals Emotional regulated Self-instruction Self-monitoring Self-evaluation Self-imposed Contingencies Bandura (1991) Domain Strategy Regulatory Boekarets (1997) Self reflection Forethought performance or volitional control Zimmerman (1989)
  • 11. No. Dimensi Indikator 1. Attitude Mengatur tujuan (goals) dalam belajar sesuai dengan kemampuan diri Menyadari pentingnya kegiatan pembelajaran bagi dirinya 2. Motivation Menerima suatu beban belajar secara menyeluruh Memiliki kepercayaan diri terhadap kemampuan diri dalam suatu pembelajaran Memiliki keyakinan diri dapat mencapai kriteria ketuntasan yang ditentukan dalam suatu pembelajaran 3. Anxiety Mengatasi kecemasan terhadap hal-hal yang mengenai dengan pembelajaran (kemampuan diri, beban belajar, interaksi dalam kelompok, dll) Mengurangi kekhawatiran terhadap tugas-tugas belajar yang dianggap berat 4. Concentration Mengarahkan fokus dan perhatiannya dalam pembelajaran Mempertahankan fokus dan perhatiannya dalam pembelajaran 5. Time management Merencanakan waktu belajar secara mandiri Dapat menangani hal-hal dari dalam diri dan lingkungan yang mengganggu kegiatan belajar 6. Self-testing Memonitor diri sendiri dalam kegiatan pembelajaran Mengulas kembali pembelajaran untuk mengetahui tingkatan capaian belajar 7. Using academic resources Menggunakan sumber belajar secara efektif Mengidentifikasi informasi-informasi yang dibutuhkan untuk mencapai suatu tujuan Indikator (Weinstein, Palmer, dan Acee, 2016)
  • 12. Hubungan Berpikir Kritis dengan Self-Regulation Hubungan Berpikir Kritis dan Self-Regulation Menurut Kuhn, Flavell (1979) Hubungan Berpikir Kritis dan Self-Regulation Menurut Gelder (2005), Halonen (1995), Halpern (1998)
  • 13. Hubungan Berpikir Kritis dengan Self-Regulation Self-Regulated Learning Metakognisi Motivasi Kognitif Berpikir Kritis Hubungan Berpikir Kritis dan Self-Regulation Menurut Konsensus APA (American Philosophical Association) Hubungan Berpikir Kritis dan Self-Regulation Menurut Schraw (2006)
  • 14. Hipotesis Penelitian 01 Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis yang signifikan antar siswa ditinjau dari self-regulation. 02 Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis yang signifikan antar siswa ditinjau dari masing-masing dimensi self-regulation.
  • 15. Metode Penelitian Variabel Penelitian Variabel Bebas: Self Regulation Variabel Terikat: Berpikir Kritis Instrumen Penelitian Tes Kemampuan Berpikir Kritis Angket Penelusuran Self Regulation Metode Pendekatan Kuantitatif, Statistik Deksriptif Komparatif. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi : Siswa SMA Negeri 3 Yogyakarta Jurusan IPA Sampel : 4 Kelas XI Jurusan IPA Uji Hipotesis Uji Prasyarat : Normalitas, Homogenitas data Uji Perbedaan Rata-rata : ANOVA, Welch Anova, Kruskall Wallis Uji Post-Hoc : Benferroni, Games-Howell, Dunn-Benferroni
  • 16. No Nama Score BK 1 X1 . 2 X2 . 3 X3 . 4 X4 . 5 X5 . 6 X6 . 7 X7 . 8 X8 . 9 X9 . 10 X10 . 11 . 12 .. . 13 .. . 14 .. . Kelompok 1 Siswa dengan Self Regulation Kategori Tinggi Kelompok 2 Siswa dengan Self Regulation Kategori Sedang Kelompok 2 Siswa dengan Self Regulation Kategori Rendah Dimensi Attitude Motivation Anxiety Concentration Time management Self-testing Using academic resources
  • 18. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
  • 19. No Kategori Interval () Banyak (N) Prosentase (%) 1 Rendah < 39,68 20 19,05 % 2 Sedang 39,68 87,46 71 67,62 % 3 Tinggi 87,46 < 14 13,33 % Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kritis Matematis 70.00 59.52 63.33 70.24 54.76 E LE ME NT A RY CLA RIF ICA T IO N BA SIC SUP P O RT INF E RE NCE A DVA NCE CLA RIF ICA T IO N ST RA T E GIE S A ND T A CT ICS SKOR BERPIKIR KRITIS (%)
  • 21. 63.14 64.23 55.41 63.67 60.85 72.95 65.96 A T T MOT A NX C ON T M S T UA R PERSENTASE SKOR (%) Deskripsi Data Self-Regulation No Kategori Interval () Banya k (N) Prosentase (%) 1 Rendah < 92,09 23 21,9 % 2 Sedang 91,88 148,85 50 47,6 % 3 Tinggi 148,85 < 32 30,4 %
  • 22. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Self-Regulation Uji Normalitas Uji Homogenitas H0 diterima, Pengujian dilanjutkan pada Uji Homogenitas H0 ditolak dan H1 diterima, Pengujian perbedaan rata-rata menggunakan Welch ANOVA
  • 23. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Self-Regulation H0 ditolak atau H1 diterima, Selanjutnya yaitu diselidiki perbedaan mean antar kelompok kategori mana yang signifikan berbeda satu sama lainnya (post hoc) Karena variansi ketiga data tidak memiliki keseragaman (homogenitas), maka uji Post- Hoc menggunakan uji Games-Howell Uji Welch ANOVA
  • 24. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Self-Regulation Uji Post-Hoc Games-Howell H0 ditolak atau H1 diterima, Selanjutnya diselidiki urutan ketiga data
  • 25. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Dimensi Self-Regulation Frekuensi data tiap kategori berdasarkan dimensi No Dimensi Self- Regulation Rendah Sedang Tinggi N Persentase N Persentase N Persentase 1 Attitude 17 16,2 % 72 68,6 % 16 15,6 % 2 Motivation 21 20 % 72 68,6 % 12 11,4 % 3 Anxiety 17 16,2 % 72 68,6 % 16 15,6 % 4 Concentration 17 16,2 % 68 64,8 % 20 19 % 5 Time Management 15 14,3 % 76 72,4 % 14 13,3 % 6 Self Testing 20 19 % 74 70,5 % 11 10,5 % 7 Using Academic Resources 17 16,2 % 69 65,7 % 19 18,1 %
  • 26. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Dimensi Self-Regulation No Dimensi Self- Regulation Kenormalan Data Berdasarkan Kategori Rendah Sedang Tinggi 1 Attitude Berdistribusi Normal Tidak Berdistribusi Normal Tidak Berdistribusi Normal 2 Motivation Berdistribusi Normal Tidak Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal 3 Anxiety Berdistribusi Normal Tidak Berdistribusi Normal Tidak Berdistribusi Normal 4 Concentration Berdistribusi Normal Tidak Berdistribusi Normal Tidak Berdistribusi Normal 5 Time Management Berdistribusi Normal Tidak Berdistribusi Normal Tidak Berdistribusi Normal 6 Self Testing Berdistribusi Normal Tidak Berdistribusi Normal Berdistribusi Normal 7 Using Academic Resources Tidak Berdistribusi Normal Tidak Berdistribusi Normal Tidak Berdistribusi Normal Uji Normalitas
  • 27. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Dimensi Self-Regulation Seluruh pengujian berkesimpulan menolak H0 atau H1 diterima, Selanjutnya yaitu diselidiki perbedaan mean antar kelompok kategori mana yang signifikan berbeda satu sama lainnya (post hoc) Uji Kruskall Wallis
  • 28. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Dimensi Self-Regulation Uji Post Hoc Dunn-Benferroni No Dimensi Self- Regulation Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Rendah-Sedang Rendah-Tinggi Sedang-Tinggi 1 Attitude Tidak signifikan berbeda Signifikan berbeda Signifikan berbeda 2 Motivation Signifikan berbeda Signifikan berbeda Signifikan berbeda 3 Anxiety Tidak signifikan berbeda Signifikan berbeda Signifikan berbeda 4 Concentrati on Tidak signifikan berbeda Signifikan berbeda Signifikan berbeda 5 Time Manageme nt Signifikan berbeda Signifikan berbeda Signifikan berbeda 6 Self-Testing Signifikan berbeda Signifikan berbeda Signifikan berbeda 7 Using Academic Resources Signifikan berbeda Signifikan berbeda Tidak signifikan berbeda
  • 29. Mean Rank tiap Dimensi Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau dari Dimensi Self-Regulation Ranking mean dari semua data (tiap Dimensi) menunjukkan hal serupa yaitu rank mean dari tinggi ke rendah adalah; Kategori Tinggi Kategori Sedang Kategori Rendah
  • 30. Kesimpulan Siswa dengan tingkat kemampuan berpikir kritis matematis pada kategori sedang sebanyak 67,61%, kemudian diikuti dengan kategori rendah sebanyak 19,04%, dan kategori tinggi sebanyak 13,33%. Kemampuan berpikir kritis siswa yang paling kuat ke paling lemah adalah; (1)advance clarification (70,24%), (2)elementary clarification (70%), (3)inference (63,33%), (4)basic support (59,52%), dan (5)strategies and tactics (54,76%) Terdapat perbedaan skor hasil tes berpikir kritis matematis yang signifikan antara siswa ditinjau dari tiap-tiap dimensi self- regulation. Perbedaan rata-rata skor berpikir kritis matematis, ditinjau dari kategori dimensi self-regulation sebagian besar memiliki perbedaan yang signifikan. Hanya beberapa perbandingan rata-rata skor pasangan kategori (pairwise comparison) yang tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Walaupun secara perhitungan statistik terdapat beberapa perbandingan rata-rata yang tidak signifikan berbeda, namun nilai rata-rata masing-masing kategori pada tiap dimensi berbeda. Secara hirarkis, rata-rata skor tes berpikir kritis matematis siswa ditinjau dari tiap dimensi self-regulation memiliki susunan yang sama yaitu (besar ke kecil); kategori tinggi, sedang, rendah. Terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis matematis antara masing-masing kategori (rendah, sedang, tinggi). Secara hirarkis, rata-rata skor tes berpikir kritis matematis siswa yang ditinjau dari self-regulation yaitu (besar ke kecil); kategori tinggi, sedang, rendah 30% Siswa dengan perolehan self-regulation pada kategori sedang adalah 47,6% yang selanjutnya diikuti kategori tinggi sebanyak 30,4%, dan kategori rendah sebanyak 21,9%. Self-regulation siswa berdasarkan pada dimensi-dimensi yang paling kuat ke paling lemah adalah; (1)Self-Testing (72,95%), (2)Using Academic Resources (65,96%), (3)Motivation (64,23%), (4)Concentration (63,67%), (5)Attitude (63,14%), (6)Time Management (60,85%), dan (7)Anxiety (55,41%)
  • 31. Sekian Dendy Maulana Gusmawan Pendidikan Matematika UPI dendymaulana19@student.upi.edu