1. PERCOBAAN III
PEMERIKSAAN URIN TERHADAP PROTEIN
I. TUJUAN PRAKTIKUM
ï‚· Untuk mengetahui adanya protein dalam urine
ï‚· Untuk menentukan adanya indikasi kelainan-kelainan pada fungsi renal
II. TINJAUAN PUSTAKA
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Pengeluaran urin diperlukan untuk mem-buang molekul-molekul sisa dalam darah
yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Secara umum
urin berwarna kuning. Urin encer warna kuning pucat (kuning jernih), urin kental ber-
warna kuning pekat, dan urin baru / segar berwarna kuning jernih. Urin yang
didiamkan agak lama akan berwarna kuning keruh. Urin berbau khas jika dibiarkan
agak lama berbau Amonia. pH urin berkisar antara 4,8 – 7,5,urin akan menjadi lebih
asam jika mengkonsumsi banyak protein,dan urin akan menjadi lebih basa jika
mengkonsumsi banyak sayuran. Berat jenis urin 1,002 – 1,035.
Secara kimiawi kandungan zat dalan urin diantaranya adalah sampah nitrogen
(ureum, kreatinin dan asam urat), asam hipurat zat sisa pencernaan sayuran dan buah,
badan keton zat sisa metabolisme lemak, ion-ion elektrolit (Na+, Cl-, K+, Amonium,
sulfat, Ca2+ dan Mg2+), Hormone, zat toksin (obat, vitamin dan zat kimia asing), zat
abnormal (protein, glukosa, sel darah Kristal kapur dsb).
Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam
seseorang.
a. Keruh, Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin
seperti bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral.
b. Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya disebabkan oleh
efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti Bluebery dan gula-
2. gula, warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di
system urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau
pembengkakkan kelenjar prostat.
c. Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indikator adanya
kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau sirosis.
d. Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B
kompleks yang banyak ter-dapat dalam minuman berenergi.
Proses Terbentuknya Urine :
Penyaringan darah pada ginjal lalu terjadilah urine. Darah masuk ginjal
melalui pembuluh nadi ginjal. Ketika berada di dalam membrane glomenulus, zat-zat
yang terdapat dalam darah (air, gula, asam amino dan urea) merembes keluar dari
pembuluh darah kemudian masuk kedalam simpai/kapsul bowman dan menjadi urine
primer. Proses ini disebut filtrasi. Urine primer dari kapsul bowman mengalir melalui
saluran-saluran halus (tubulus kontortokus proksimal). Di saluran-saluran ini zat-zat
yang masih berguna, misalnya gula, akan diserap kembali oleh darah melalui
pembuluh darah yang mengelilingi saluran tersebut sehingga terbentuk urine
sekunder. Proses ini disebut reabsorpsi.
Urine sekunder yang terbentuk kemudian masuk tubulus kotortokus distal dan
mengalami penambahan zat sisa metabolism maupun zat yang tidak mampu disimpan
dan akhirnya terbentuklah urnine sesungguhnya yang dialirkan ke kandung kemih
melalui ureter. Proses ini disebut augmentasi. Apabila kandung kemih telah penuh
dengan urine, tekanan urine pada dinding kandung kamih akan menimbulkan rasa
ingin buang air kecil atau kencing.
Banyaknya urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh seseorang yang normal
sekitar 5 liter setiap hari. Faktor yang mempengaruhi pengeluaran urine dari dalam
tubuh tergantung dari banyaknya ar yang diminum dan keadaan suhu apabila suhu
udara dingin, pembentukan urine meningkat sedangkan jika suhu panas, pembentukan
urine sedikit.
Pada saat minum banyak air, kelebihan air akan dibuang melalui ginjal. Oleh
karena itu jika banyak minum akan banyak mengeluarkan urine. Warna urine setiap
3. orang berbeda-beda. Warna urine biasanya dipengaruhi oleh jenis makanan yang
dimakan, jenis kegiatan atau dapat pula disebabkan oleh penyakit. Namun biasanya
warna urine normal berkisar dari warna bening sampai warna kuning pucat.
PROTEINURIA
Proteinuria yaitu urin manusia yang terdapat protein yang melebihi nilai
normalnya yaitu lebih dari 150 mg/24 jam atau pada anak-anak lebih dari 140
mg/m2.Dalam keadaan normal, protein didalam urin sampai sejumlah tertentu masih
dianggap fungsional.
Sejumlah protein ditemukan pada pemeriksaan urin rutin, baik tanpa gejala,
ataupun dapat menjadi gejala awal dan mungkin suatu bukti adanya penyakit ginjal
yang serius.Walaupun penyakit ginjal yang penting jarang tanpa adanya proteinuria,
kebanyakan kasus proteinuria biasanya bersifat sementara, tidak penting atau
merupakan penyakit ginjal yang tidak progresif.Lagipula protein dikeluarkan urin
dalam jumlah yang bervariasi sedikit dan secara langsung bertanggung jawab untuk
metabolisme yang serius.adanya protein di dalam urin sangatlah penting, dan
memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan adanya penyebab/penyakit
dasarnya.Adapun proteinuria yang ditemukan saat pemeriksaan penyaring rutin pada
orang sehat sekitar 3,5%.Jadi proteinuria tidak selalu merupakan manifestasi kelainan
ginjal.
Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya diatas
200mg/hari.pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda.Ada yang
mengatakan proteinuria persisten jika protein urin telah menetap selama 3 bulan atau
lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit diatas nilai normal.Dikatakan proteinuria
massif bila terdapat protein di urin melebihi 3500 mg/hari dan biasanya mayoritas
terdiri atas albumin.
Dalam keadaan normal, walaupun terdapat sejumlah protein yang cukup besar
atau beberapa gram protein plasma yang melalui nefron setiap hari, hanya sedikit
yang muncul didalam urin.Ini disebabkan 2 faktor utama yang berperan yaitu:
1. Filtrasi glomerulus
2. Reabsorbsi protein tubulus
4. Patofisiologi Proteinuria
Proteinuria dapat meningkatkan melalui salah satu cara dari ke-4 jalan yaitu:
1. Perubahan permeabilitas glumerulus yang mengikuti peningkatan filtrasi dari
protein plasma normal terutama abumin.
2. Kegagalan tubulus mereabsorbsi sejumlah kecil protein yang normal difiltrasi.
3. Filtrasi glomerulus dari sirkulasi abnormal,Low Molecular Weight Protein
(LMWP) dalam jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.
4. Sekresi yang meningkat dari mekuloprotein uroepitel dan sekresi IgA dalam
respon untuk inflamasi.
Derajat proteinuria dan komposisi protein pada urin tergantung mekanisme jejas
pada ginjal yang berakibat hilangnya protein.Sejumlah besar protein secara normal
melewati kapiler glomerulus tetapi tidak memasuki urin.Muatan dan selektivitas
dinding glomerulus mencegah transportasi albumin, globulin dan protein dengan
berat molekul besar lainnya untuk menembus dinding glomerulus.Jika sawar ini
rusak, terdapat kebocoran protein plasma ke dalam urin (proteinuria glomerulus).
Protein yang lebih kecil (100 kDal) sementara foot processes dari epitel/podosit
akan memungkinkan lewatnya air dan zat terlarut kecil untuk transpor melalui saluran
yang sempit.Saluran ini ditutupi oleh anion glikoprotein yang kaya akan
glutamat,aspartat, dan asam silat yang bermuatan negatif pada pH fisiologis.Muatan
negatif akan menghalangi transpor molekul anion seperti albumin.
Mekanisme lain dari timbulnya proteinuria ketika produksi berlebihan dari
proteinuria abnormal yang melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.Ini biasanya sering
dijumpai pada diskrasia sel plasma (mieloma multipel dan limfoma) yang
dihubungkan dengan produksi monoklonal imunoglobulin rantai pendek.
Rantai pendek ini dihasilkan dari kelainan yang disaring oleh glomerulus dan di
reabsorbsi kapasitasnya pada tubulus proksimal.Bila ekskersi protein urin total
melebihi 3,5 gram sehari, sering dihubungkan dengan hipoalbuminemia,
hiperlipidemia dan edema (sindrom nefrotik).
5. Proteinuria Patologis
Sebaliknya, tidak semua penyakit ginjal menunjukkan proteinuria, misalnya
pada penyakit ginjal polikistik, penyakit ginjla obstruksi, penyakit ginjal akibat obat-
obatan analgestik dan kelainan kongenital kista, sering tidak ditemukan
proteinuria.Walaupun demikian proteinuria adalah manifestasi besar penyakit ginjal
dan merupakan indikator perburukan fungsi ginjal.Baik pada penyakit ginjal diabetes
maupun pada penyakit ginjal non diabetes.
Kita mengenal 3 macam proteinuria yang patologis: Proteinuria yang berat,
sering kali disebut masif, terutama pada keadaan nefrotik, yaitu protein didalam urin
yang mengnadung lebih dari 3 gram/24 jam pada dewasa atau 40 mg/m2/jam pada
anak-anak, biasanya berhubungan secara bermakna dengan lesi/kebocoran
glomerulus.Sering pula dikatakan bila protein di dalam urin melebihi 3,5 gram/24
jam.
Penyebab proteinuria masif sangat banyak, yang pasti keadaan diabetes
melitus yang cukup lama dengan retinopati dan penyakit glomerulus.Terdapat 3 jenis
proteinuria patologis:
1. Proteinuria glomerulus, misalnya: mikroalbuminuria, proteinuria klinis.
Bentuk proteinuria ini tampak pada hampir semua penyakit ginjal dimana
albumin adalah jenis protein yang paling dominan pada urin sedangkan sisanya
protein dengan berat molekul rendah ditemukan hanya sejumlah kecil saja.
Dua faktor utama yang menyebabkan filtrasi glomerulus protein plasma
meningkat: 1). Ketika barier filtrasi diubah oleh penyakit yang dipengaruhi
glomerulus, protein plasma, terutama albumin, mengalami kebocoran pada filtrat
glomerulus pada sejumlah kapasitas tubulus yang berlebihan yang menyebabkan
proteinuria. Pada penyakit glomerulus dikenal penyakit perubahan minimal,
albuminuria disebabkan kegagalan selularitas yang berubah. 2). Faktor-faktor
hemodinamik menyebabkan proteinuria glomerulus oleh tekanan difus yang
meningkat tanpa perubahan apapun pada permeabilitas intrinsik dinding kapiler
glomerulus.
Proteinuria ini terjadi akibat kebocoran glomerulus yang behubungan dengan
kenaikan permeabilitas membran basal glomerulus terhadap protein.
6. 2. Proteinuria tubular
Jenis proteinuria ini mempunyai berat molekul yang rendah antara 100-150
mg/hari, terdiri atas β-2 mikroglobulin dengan berat molekul 14000 dalton. Penyakit
yang biasanya menimbulkan proteinuria tubular adalah: renal tubular acidosis (RTA),
sarkoidosis, sindrom Faankoni, pielonefritis kronik dan akibat cangkok ginjal.
3. Overflow proteinuria
Diskrasia sel plasma (pada mieloma multipel) berhubungan dengan sejumlah
besar ekskresi rantai pendek/protein berat molekul rendah (kurang dari 4000 dalton)
berupa Light Chain Imunoglobulin, yang tidak dapat di deteksi dengan pemeriksaan
dipstick.
7. III. ALAT DAN BAHAN
ALAT :
ï‚· Tabung reaksi
ï‚· Centrifuge dan tabungnya
ï‚· Penjepit
ï‚· Hot plate
ï‚· Pipet tetes
ï‚· Strip test
BAHAN :
ï‚· Urine pagi
ï‚· Asam asetat 10 %
ï‚· Pereaksi Bang
ï‚· Aqua dest
ï‚· CuSO4.5H2O
IV. CARA KERJA
1. PEMANASAN DENGAN ASAM ASETAT
ï‚· Pembuatan reagen asam asetat 10%
 Tabung diisi dengan urin sebanyak ¾ nya
ï‚· Didihkan selama 1-2 menit
ï‚· Kekeruhan yang terjadi disebabkan oleh fosfat, karbonat atau albumin
ï‚· Tambahkan 3 tetes asam asetat 10% tetes demi tetes dalam keadaan mendidih,
amati.
2. PEMERIKSAAN SECARA BANG
ï‚· 5 ml urine ditambah 0,5 ml reagen bang,kemudian dipanaskan dalam air
mendidih selama 5 menit amati.
ï‚· Bila timbul kekeruhan berarti terdapat endapan protein.
8. V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
No. Jenis Pemeriksaan Hasil
1. Pemanasan dengan asam asetat Pembanding
Kekeruhan sedikit ( tanpa butir-butir)
Urine :
Tidak ada kekeruhan
2. Pemeriksaan secara BANG Tidak ada kekeruhan
3. Reagen Strip Protein,keton (-)
Darah,urobilinogen,nitrit (0)
Bj : 1,010
PH : 6,5
kelompok Protein
1. -
2. -
3. -
4. -
5. -
B. PEMBAHASAN
Fungsi ginjal merupakan membuang sisa metabolisme yang tidak diperlukan oleh
tubuh dan mengatur keseimbangan cairan serta elektrolit tubuh. Setiap saat,secara
teratur darah yang beredar di tubuh kita akan melewati ginjal untuk menjalani proses
filtrasi di ginjal. Proses filtrasi tersebut akan menghasilkan urin yang membawa serta
sisa metabolisme tubuh yang tidak diperlukan lagi. Sedangkan zat-zat yang berguna
bagi tubuh, seperti protein tidak terfiltrasi dan tidak keluar di urin.
Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah
yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Dalam
9. mempertahankan homeostasis tubuh peranan urin sangat penting, karena sebagian
pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urin. Selain urin juga terdapat
mekanisme berkeringat dan juga rasa haus yang kesemuanya bekerja sama dalam
mempertahankan homeostasis ini
Proses metabolisme protein di dalam sistem pencernaan akan menghasilkan asam
amino yang kemudian ikut dalam peredaran darah. Di dalam sel akan disintesa dan
sebagai hasil akhir adalah asam urat. Asam urat merupakan suatu zat racun jika ada di
dalam tubuh maka hepar akan dirombak sedikit demi sedikit menjadi urea dan
dikeluarkan ginjal. Jika urine mengandung protein biasanya berupa asam amino.
Keadaan demikian merupakan kelainan pada hepar ginjal.
Urine yang terdapat atau ditemukan protein disebut proteinuria. Proteinuria ini
ditandai dengan adanya kekeruhan setelah diuji dengan suatu metode. Proteinuria
ditentukan dengan berbagai cara yaitu: asam sulfosalisilat,pemanasan dengan asam
asetat,carik celup (hanya sensitif terhadap albumin).
Pada praktikum ini kita melakukan dengan metode pemanasan asama asetat,carik
celup dan bang. Pada metode pemanasan dengan asam asetat,carik celup dan metode
bang ini terbentuknya protein disebabkan sifat asam atau suasana asam. Setelah diuji
didapat hasil negatif yaitu dengan melihat ada atau tidak adanya kekeruhan. Berarti
fungsi renal bekerja dengan baik dan tidak ada indikasi kelainan.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi pada urin orang yang sehat karena
perubahan fisiologis. Selama olah raga,stres atau diet yang tidak seimbang dengan
daging dapat menyebabkan proteinuria transien. Pra-menstruasi dan mandi air panas
juga dapat menyebabkan proteinuria. Bayi baru lahir dapat mengalami peningkatan
proteinuria selama usia 3 hari pertama. Proteinuria biasanya disebabkan oleh penyakit
ginjal akibat kerusakan glomerulus dan atau gangguan reabsorbsi tubulus ginjal.
Pengukuran proteinuria dapat dipakai untuk membedakan antara penderita yang
memiliki risiko tinggi menderita penyakit ginjal kronik yang asimptomatik dengan
yang sehat. Proteinuria yang persistent (tetap ≥ +1, dievaluasi 2-3x / 3 bulan)
10. biasanya menunjukkan adanya kerusakan ginjal. Proteinuria persistent juga akan
memberi hasil ≥ +1 yang terdeteksi baik pada spesimen urine pagi maupun urine
sewaktu setelah melakukan aktivitas.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin Peningkatan ekskresi albumin
merupakan pertanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan
karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan peningkatan
ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda yang sensitif
untuk beberapa tipe penyakit tubule interstitiel.
Proteinuria positif perlu dipertimbangkan untuk analisis kuantitatif protein dengan
menggunakan sampel urine tampung 24 jam. Jumlah proteinuria dalam 24 jam
digunakan sebagai indikator untuk menilai tingkat keparahan ginjal. Proteinuria
rendah (kurang dari 500mg/24jam). Pengaruh obat : penisilin, gentamisin,
sulfonamide, sefalosporin, media kontras, tolbutamid (Orinase), asetazolamid
(Diamox), natrium bikarbonat.
Proteinuria sedang (500-4000 mg/24 jam) dapat berkaitan dengan
glomerulonefritis akut atau kronis, nefropati toksik (toksisitas obat aminoglikosida,
toksisitas bahan kimia), myeloma multiple, penyakit jantung, penyakit infeksius akut,
preeklampsia. Proteinuria tinggi (lebih dari 4000 mg/24 jam) dapat berkaitan dengan
sindrom nefrotik, glomerulonefritis akut atau kronis, nefritis lupus, penyakit amiloid.
Proteinuria dapat meningkatkan melalui salah satu cara dari ke-4 jalan yaitu:
ï‚· Perubahan permeabilitas glumerulus yang mengikuti peningkatan filtrasi dari
protein plasma normal terutama abumin.
ï‚· Kegagalan tubulus mereabsorbsi sejumlah kecil protein yang normal difiltrasi.
ï‚· Filtrasi glomerulus dari sirkulasi abnormal,Low Molecular Weight Protein
(LMWP) dalam jumlah melebihi kapasitas reabsorbsi tubulus.
ï‚· Sekresi yang meningkat dari mekuloprotein uroepitel dan sekresi IgA dalam
respon untuk inflamasi.
11. VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum didapat kesimpulan bahwa :
ï‚· Evaluasi skrining terhadap fungsi ginjal dapat dilakukan dengan cara urinanalisis
menggunakan carik uji atau reagent strip,pemanasan dengan asam asetat,dan
pemeriksaan secara bang.
ï‚· Pada saat dilakukan dengan pemanasan dengan asam asetat hasil negatif, yaitu
urine tidak mengalami kekeruhan atau berwarna kuning jernih. Artinya urine
tidak mengandung protein.
ï‚· Begitu dengan Pemeriksaan Secara Bang Hasil negatif, sama dengan hasil uji
pemanasan dengan asam asetat. Tidak terdapat kekeruhan, yaitu tidak terdapat
protein dalam urine.
ï‚· Dari hasil pemerikasaan disimpulkan bahwa pada sampel urin semua parameter
(protein,eritrosit,nitrit,keton,urobilinogen,bilirubin,BJ dan PH menunjukkan nilai
normal.
12. VII. DAFTAR PUSTAKA
Baron,D.N,1990, Patologi Klinik, Ed IV, Terj. Andrianto P dan Gunakan J, Penerbit
EGC, Jakarta.
Djojodibroto, R.D. 2001. Seluk Beluk Pemeriksaan Kesehatan (Medical Check Up):
Bagaimana Menyikapi Hasilnya. Pustaka Populer Obor. Jakarta.
Depkes, 1991,Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium Puskesmas,vJakarta,Depkes RI
Guyton, A.C, 1983,Buku Teks Fisiologi Kedokteran,edisi V, bagian 2, terjemahan
Adji Dharma et al.,E.G.C., Jakarta.
Poedjiadi,Supriyanti, 2007, Dasar-Dasar Biokimia,Bandung,UI Press
Toha, 2001, Biokimia,Metabolisme Biomolekul,Bandung,Alfabeta