1. PERCOBAAN IV
PEMERIKSAAN URIN TERHADAP GLUKOSA
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk menentukan adanya glukosa dalam urine.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang
(masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya
retroperitoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm)
dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah
kanan
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga
beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori.
Zat-zat yang terkandung di dalam urine antara lain seperti berikut :
1. Ureum
Ureum merupakan hasil akhir dari metabolisme protein. Ureum berasal asam
amino yang tidak mengandung asam amoniak lagi, karena amoniaknya sudah
dipindahkan ke hati. Ureum disekresikan rata-rata 30 gram per hari.
2. Kreatin
Yaitu Kreatin merupakan zat hasil buangan dari otot.
3. Asam urat
Asam urat memiliki kadar normal dalam darah kurang lebih 23 mg setiap 100
cc. Dari jumlah asam urat di atas sekitar 1,52 mg akan dikeluarkan melalui urin
setiap hari.
4. Natrium klorida (garam dapur) :
2. Garam seperti natrium dan kalium klorida masuk ke dalam tubuh melalui
makanan, untuk mengimbangi jumlah yang masuk melalui mulut maka zat ini akan
dikeluarkan melalui urin. Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa
metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi
pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah
sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa,
diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa.
Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi
yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang
dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan
dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu
penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan
mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.
Fungsi utama urine adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-
obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang
"kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau
saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri.
Namun jika urine berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis
urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea.
Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril Urin dapat
menjadi penunjuk dehidrasi.
Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening
seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau
cokelat. Terapi urin Amaroli adalah salah satu usaha pengobatan tradisional India,
Ayurveda.
Kegunaan lain Seorang Doktor sedang bereksperimen menggunakan urin untuk
membasuh luka luar sebagai pencegah infeksi dan diminum untuk meredakan sakit
lambung dan usus. Bangsa Romawi kuno menggunakan urin sebagai pemutih
pakaian. Di Siberia, orang Kroyak meminum urin orang yang telah mengkonsumsi fly
agaric (sejenis jamur beracun yang menyebabkan halusinasi bahkan kematian) atau
3. sejenisnya untuk berkomunikasi dengan roh halus. Dahulu di Jepang, urin dijual
untuk dibuat menjadi pupuk. Penggunaan urin sebagai obat telah dilakukan oleh
banyak orang, diantara mereka adalah Mohandas Gandhi, Jim Morrison, dan Steve
McQueen. Warna kuning keemasan dalam urin pernah dianggap berasal dari emas.
Para ahli kimia menghabiskan banyak waktu untuk mengekstrak emas dari urin yang
akhirnya justru menghasilkan white phosporous, yang ditemukan oleh ahli kimia
Jerman, Hennig Brand di tahun 1669 ketika ia sedang mendistilasi urin yang
difermentasikan. Pada tahun 1773, ahli kimia Perancis, Hilaire Rouelle, menemukan
urea ketika ia mendidihkan urin hingga kering.
PENGELUARAN URINE
Proses jalannya pengeluaran urine dalam tubulus kolektivus yang berada dalam ren
diteruskan oleh ureter menuju vessica urinaria menuju urethra dalam alat kelamin.
Pengeluaran urine diatur oleh hormone ADH (Anti Diuretika Hormone).
Bila air minum yang masuk banyak maka pengeluaran hormone ADH akan
berkurang, sehingga urine yang dikeluarkan juga banyak. Hal ini terjadi karena
penyerapan air terhadap hormone ADH sedikit.
Bila air minum yang masuk sedikit maka pengeluaran hormone ADH akan
terpacu menjadi lebih banyak, sehingga urine yang dikeluarkan akan menjadi sedikit.
Hal ini terjadi karena penyerapan air terhadap hormone ADH banyak.
Glukosa darah merupakan bahan bakar utama yang akan diubah menjadi energi
atau tenaga dan juga merupakan hasil yang paling besar (Baron, 1990). Sebagai
sumber energi, glukosa ditranspor dari sirkulasi darah kedalam seluruh sel-sel tubuh
untuk dimetabolisme. Sebagian glukosa yang ada dalam sel diubah menjadi energi
melalui proses glikolisis dan sebagian lagi melalui proses glikogenesis diubah
menjadi glikogen, dimana setiap saat dapat diubah kembali menjadi glukosa bila
diperlukan.
Kadar glukosa darah puasa normal sewaktu puasa adalah 80-90 mg/dL.
Konsentrasi tersebut meningkat menjadi 120-140 mg/dL selama jam pertama atau
lebih setelah makan dan normal dalam waktu 2 jam setelah absorpsi karbohidrat yang
terakhir.
4. Jika kadar urine terlalu besar dalam darah maka akan dibuang melalui urine, padahal
kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin
(kurang dari 130 mg/24 jam).
Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal
terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti
diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan
kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai
untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus. Untuk pengukuran glukosa urine,
reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna
PEMERIKSAAN URIN
Menurut Wulangi (1990), menyatakan bahwa analisa urin itu penting, karena banyak
penyakit dan gangguan metabolisme dapat diketahui dari perubahan yang terjadi
didalam urin. Zat yang dapat dikeluarkan dalam keadaan normal yang tidak terdapat
adalah glukosa, aseton, albumin, darah dan nanah (Wulangi, 1990). Pemeriksaan urin
merupakan pemeriksaan yang dipakai untuk mengetahui adanya kelainan di dalam
saluran kemih yaitu dari ginjal dengan salurannya, kelainan yang terjadi di luar ginjal,
untuk mendeteksi adanya metabolit obat seperti zat narkoba dan mendeteksi adanya
kehamilan (Medika, 2012).
Bahan urin yang biasa di periksa di laboratorium dibedakan berdasarkan
pengumpulannya yaitu : urin sewaktu, urin pagi, urin puasa, urin postprandial (urin
setelah makan) dan urin 24 jam (untuk dihitung volumenya). Tiap-tiap jenis sampel
urin mempunyai kelebihan masing-masing untuk pemeriksaan yang berbeda misalnya
urin pagi sangat baik untuk memeriksa sedimen (endapan) urin dan urin postprandial
baik untuk pemeriksaan glukosa urin. Jadi sebaiknya sebelum kita melakukan
pemeriksaan urin sebaiknya meminta keterangan dari petugas laboratorium tentang
bahan urin yang mana yang diperlukan untuk pemeriksaan (Djojodibroto, 2001).
Pemeriksaan urin terbagi menjadi dua jenis yaitu pemeriksaan kimiawi dan
pemeriksaan sedimen. Sebagaimana namanya dalam pemeriksaan kimia yang
diperiksa adalah pH urin / keasaman, berat jenis, nitrit, protein, glukosa, bilirubin,
urobilinogen,dll. Jenis zat kimia yang diperiksa merupakan penanda keadaan dari
5. organ2 tubuh yang hendak didiagnosa. Seperti penyakit kuning yang disebabkan
oleh bilirubin darah yang tinggi biasanya menghasilkan urin yang mengandung kadar
bilirubin diatas normal. Begitu pula zat kimia lainnya yang dihubungkan dengan
keadaan organ tubuh yang berbeda (Djojodibroto, 2001).
Dalam pemeriksaan sedimen yang diperiksa adalah zat sisa metabolisme yang
berupa kristal, granula termasuk juga bakteri. Dengan pemeriksaan sedimen maka
keberadaan suatu benda normal ataupun tidak normal yang terdapat dalam urin kita
akan dapat menunjukkan keadaan organ tubuh. Dalam urin yang ditemukan jumlah
eritrosit jauh diatas angka normal bisa menunjukkan terjadinya perdarahan di saluran
kemih bagian bawah.
Begitu juga dengan ditemukannya kristal-kristal abnormal dapat diprediksi jika
seseorang beresiko terkena batu ginjal, karena kristal-kristal dalam urin merupakan
pemicu utama terjadinya endapan kristal dalam saluran kemih terutama ginjal yang
jika dibiarkan berlanjut akan membentuk batu ginjal (Djojodibroto, 2001).
6. III. ALAT DAN BAHAN
ALAT :
Tabung reaksi
Penjepit buaya
Hot plate
Pipet tetes
Gelas ukur
Strip test
BAHAN :
Urine Pagi
Reagen Benedict
CuSO4.5H2O
IV. CARA KERJA
A. REAKSI BENEDICT
masukkan 2,5 ml reagen benedict kedalam tabung reaksi
tambaahkan 0,25 ml (4 tetes) urine/pembanding dan campurkan
letakkan dalam penangas air mendidih selama 2-3 menit
angkat dan langsung baca
B. Strip test
Sejumlah sampel urine dimasukkan dalam tabung reaksi
Celupkan strip kedalam urine lalu lakukan pembacaan sesuai skala yang tetera
pada tabung nya
7. V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Kelompk 4
Kelompok Pemeriksaan glukosa
1. -
2. -
3. -
4. -
5. -
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan analisis pendahuluan sampel urin
secara kimia menggunakan reagen Benedict dan reagent strip. Adapun tujuan
dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengevaluasi fungsi ginjal dengan cara
urinalisis dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan yang diperoleh.
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan
diagnosis infeksi saluran kemih,batu ginjal,skrining dan evaluasi berbagai jenis
penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan
tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.
Ginjal mempunyai kemampuan memilih dan menahan zat-zat esensial pada saat
mengekskresikan produk akhir metabolisme dan kelebihan zat dari makanan. Maka
No. Jenis pemeriksaan Hasil
1. Reagen Benedict Pembanding :
Coklat
Urin:
Biru hijau tidak ada endapan
2. Strip test Bilirubin 17
Glukosa,keton.(-)
Nitrit,urobilinogen,darah (0)
PH = 6,5
Bj = 1,010
8. untuk mengetahui fungsi ginjal diantaranya dapat dilkakukan dengan cara skrining
pada urin dengan metode urinalisis.
Pada urinalisis, banyak metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi zat-zat
yang terkandung di dalam urin. Analisis urin sebagai uji pendahuluan meliputi
analisis fisik, analisis kimiawi dan analisis secara mikroskopik.
Sampel urin yang digunakan adalah urin sewaktu namun yang digunakan pada
praktikum adalah urin pagi. Sampel urin yang digunakan untuk uji haruslah dalam
keadaan segar. Artinya, reagent strip langsung dicelupkan ke dalam urin yang baru
keluar dari tubuh. Alasannya karena ada kemungkinan urin mengalami perubahan
jika tidak segera dilakukan pengujian. Dimana perubahan ini akan mempengaruhi
hasil pemeriksaan. Pemeriksaan urin dengan menggunakan reagent strip mempunyai
beberapa keuntungan yaitu mudah dilakukan,cepat dan biaya relatif murah. Akan
tetapi, reagent strip tidak dapat dijadikan informasi yang akurat tentang adanya
kelainan karena analisis urin reagent strip ini merupakan tes secara kualitatif. Untuk
membuktikan adanya kelainan harus dilakukan tes lebih lanjut lagi
Cara analisis urin yaitu strip dicelupkan ke dalam sampel urin setelah itu dilihat
perubahan warna pada kotak-kotak kecil tersebut. Setiap perubahan pada kotak kecil
tersebut harus selalu diperhatikan dengan cermat dan dicatat karena warna pada
reagent strip mudah berubah. Perubahan warna ini terjadi setelah beberapa detik
hingga beberapa menit dari mencelupkan strip. Pembacaan tidak boleh terlalu cepat
atau terlalu lama agar didapat hasil yang akurat. Setiap perubahan warna pada kotak
tertentu mungkin menunjukkan kelainan tertentu dalam sampel urin yang disebabkan
oleh reaksi kimia tertentu. Acuan perubahan warna terdapat pada wadah botol plastik
strip tes urine, sehingga perubahan warna-warna tersebut dapat diinterpretasikan.
Di dalam darah kadang terdapat jumlah glukosa yang berlebihan karena kerja
hormon insulin yang tidak sempurna yang disebut dengan diabetes melitus. Keadaan
demikian maka ginjal tidak bisa mempertahankan kadar glukosa tersebut. Ginjal
meloloskan masuk kedalam tubulus ginjal sehingga urine yang dihasilkan akan
mengandung gula.
Hal tersebutlah yang menyebabkan glukosuria. Glukosuria atau glikosuria
adalah ekskresi glukosa ke dalam urin. Seharusnya air seni tidak mengandung
9. glukosa, karena ginjal akan menyerap glukosa hasil filtrasi kembali ke dalam sirkulasi
darah. Hampir dapat dipastikan bahwa penyebab glikosuria adalah simtoma
hiperglisemia yang tidak mendapatkan perawatan dengan baik, walaupun gangguan
instrinsik pada ginjal kadang-kadang juga dapat menginduksi glikosuria. Simtoma ini
disebut glikosuria renal dan sangat jarang terjadi.
Glikosuria akan menyebabkan dehidrasi karena air akan terekskresi dalam jumlah
banyak ke dalam air seni melalui proses yang disebut diuresis osmosis. Metode
pemeriksaan glukosa urin yang berdasarkan reaksi reduksi banyak macamnya, tetapi
metode benedict dengan menggunakan reagen kuprisulfat yang sampai saat ini masih
banyak dipakai di laboratorium sederhana untuk memeriksa glukosa urin.
CuSO4 + zat (red) Cu2O + zat (oks)
Hasil pemeriksaan bersifat kualitatif sehingga hanya digunakan untuk pemeriksaan
penyaring saja. Yang hanya bisa dinilai hanyalah dari segi warna dan adanya endapan
glukosa atau tidak.
Pada hasil praktikum uji glukosa pada urine ini,tidak menunjukkan gejala atau
terdapat nya glukosa pada urine sampel. Hal ini menandakan urine sampel bersifat
normal. Dan glukosa dalam darah tidak berlebih hingga tidak masuk atau di loloskan
ke dalam urine
Pada pemeriksaan menggunakan glukotest strip untuk glukosa dilekati dua
enzim,yaitu glukosa oksidase (GOD) dan peroksidase (POD), serta zat warna
(kromogen) seperti orto-toluidin yang akan berubah warna biru jika teroksidasi. Zat
warna lain yang digunakan adalah iodide yang akan berubah warna coklat jika
teroksidasi.
Pemeriksaan glukosa dalam urin berdasarkan pada glukosa oksidase yang akan
menguraikan glukosa menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida. Kemudian
hidrogen peroksida ini dengan adanya peroksidase akan mengkatalisis reaksi antara
kalium iodida dengan hidrogen proksidase menghasilkan H2O dan On (O nascens). O
nascens akan mengoksidasi zat warna kalium iodida dalam waktu 10 detik
membentuk warna biru muda, hijau sampai coklat.
10. VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapat kesimpulan sebagai berikut :
Ginjal merupakan alat ekskresi utama berjumlah sepasang dan terletak di kanan
an kiri dekat tulang pinggang. Dalam ginjal terjadi proses-proses pembentukan
urine,yang meliputi Tahap filtrasi ( penyaringan), Tahap reabsorbsi ( penyerapan
kembali), Tahap augmentasi (proses pengumpulan)
Evaluasi skrining terhadap fungsi ginjal dapat dilakukan dengan cara urinanalisis
menggunakan carik uji atau reagent strip dan pereaksi Benedict
Berdasarkan percobaan yang dilakukan diperoleh warna yang terjadi saat
benedict ditetesi urin dan dipanaskan adalah berwarna biru kehijauan serta tidak
didapatkan endapan atau sampel jernih. Ini berarti urin tersebut tidak
mengandung glukosa.
Bedasarkan percobaan yang dilakukan didapatkan warna strip biru setelah
dicelupkan ke dalam urin. Strip tersebut lalu dilihat pada parameter indikator.
Warna yang terbentuk menunjukkan angka 0 (normal), ini berarti urin tersebut
tidak mengandung glukosa.
11. VII. DAFTAR PUSTAKA
Ethel,S.2003.Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta.
Ganong, W. F. 1998. Fisiologi Kedokteran. Edisi XVI. Penerjemah: Widjajakusuma,
M.D. EGC. Jakarta
Karmana, Oman. 2007. Cerdas Belajar Biologi. Grafindo Media Pratama. Jakarta
Kurniati, Tuti dkk. 2009. Zoologi Vertebrata. Bandung: Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati.
Kusnadi. 2007. Biologi Umum.Piranti: Jakarta
Poedjiadi, A., Suryati, FMT. 2005. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta
Sudjadi, Bogod.,Siti Laiila. 2002. Biologi. Yudhis
Uliyah, Musrifatul. 2008. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Salemba Medika.
Jakarta.