Perekonomian Indonesi: Pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi
1 of 9
Downloaded 274 times
More Related Content
Perekonomian Indonesi: Pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi
1. MAKALAH PEREKONOMIA INDONESIA
Pertumbuhan Dan Perubahan Struktur Ekonomi
Oleh:
HANDY J WATUNG 120614357
C5 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO 2014
2. PERTUMBUHAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
A. Definisi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses perubahan kondisi perekonomian suatu
negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Subandi, dalam bukunya Sistem Ekonomi Indonesia, menulis bahwa factor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara umum, adalah:
1. factor produksi
2. factor investasi
3. factor perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran
4. factor kebijakan moneter dan inflasi
5. factor keuangan negara
Sedangkan Tambunan, dalam bukunya Perekonomian Indonesia, menulis bahwa di dalam
teoti-teori konvensional, pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh ketersediaan dan
kualitas dari factor-faktor produksi seperti SDM, kapital, teknologi, bahan baku,
enterpreneurship dan energi. Akan tetapi, factor penentu tersebut untuk pertumbuhan
ekonomi jangka panjang, bukan pertumbuhan jangka pendek.
Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan lebih baik, sama atau lebih
buruk dari tahun 2000 lebih ditentukan oleh factor-faktor yang sifatnya lebih jangka pendek,
yang dapat dikelompokkan ke dalam factor internal dan eksternal.
Factor eksternal didominasi oleh faktor-faktor ekonomi, seperti perdagangan internasional
dan pertumbuhan ekonomi kawasan atau dunia.
1. Faktor-faktor Internal
a. Factor ekonomi, antara lain:
Buruknya fundamental ekonomi nasional
Cadangan devisa
Hutang luar negeri dan ketergantungan impor
Sector perbankan dan riil
Pengeluaran konsumsi
3. b. Faktor non ekonomi, antara lain:
Kondisi politik, social dan keamanan
PMA dan PMDN
Pelarian modal ke luar negeri
Nilai tukar rupiah
2. Faktor-faktor Eksternal
Kondisi perdagangan dan perekonomian regional atau dunia
B. Pendapatan Nasional
Pendaoata Nasional yaitu jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh masyarakat di suatu
negara dalam satu periode,biasanya selama satu tahun.
Tiga Metode Perhitungan Pendapatan Nasional
1. Metode Prosuksi
Pendapatan nasional merupakan penjumlahan dari seluruh nilai barang dan jasa yang
dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi masyarakat dalam periode tertentu
Y = [(Q1 X P1) + (Q2 X P2) + + (Qn X Pn)]
Keterangan:
Y : National Income (Pendapatan Nasional)
P : Prices (Harga)
Q : Quantity (kuantitas)
Menurut metode ini, PDB adalah total output (produksi) yang dihasilkan oleh suatu
perekonomian. Cara penghitungan dalam praktik adalah dengan membagi-bagi
perekonomian menjadi beberapa sektor produksi (industrial origin). Jumlah output
masing-masing sektor merupakan jumlah output seluruh perekonomian. Hanya saja,
ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian berasal
dari output sektor lain. Atau bisa juga merupakan input bagi sektor ekonomi yang lain
lagi. Dengan kata lain, jika tidak berhati-hati akan terjadi penghitungan ganda (double
counting) atau bahkan multiple counting. Akibatnya angka PDB bisa menggelembung
beberapa kali lipat dari angka yang sebenarnya. Untuk menghindari hal tersebut,
maka dalam perhitungan PDB dengan metode produksi, yang dijumlahkan adalah
nilai tambah (value added) masing-masing sektor.
2. Metode Pendapatan
Pendapatan nasional merupakan hasil penjumlahan dari seluruh penerimaan yang
diterima oleh pemilik faktor produksi dalam suatu negara selama satu periode.
Y = R + W + I + P
Ket :
Y = pendapatan nasional
R = rent = sewa
4. W = wage = upah/gaji
I = interest = bunga modal
P = profit = laba
Metode pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai nilai total balas
jasa atas faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Kemampuan
entrepreneur ialah kemampuan dan keberanian mengombinasikan tenaga kerja,
barang modal, dan uang untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan
masyarakat. Balas jasa untuk tenaga kerja adalah upah atau gaji. Untuk barang modal
adalah pendapatan sewa. Untuk pemilik uang/aset finansial adalah pendapatan bunga.
Sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan. Total balas jasa atas seluruh faktor
produksi disebut Pendapatan Nasional (PN).
3. Metode Pengeluaran
Pendapatan nasional merupakan penjumlahan dari seluruh pengeluaran yang
dilakukan oleh seluruh rumah tangga ekonomi dalam suatu negara selama satu tahun
Y = C + I + G + (X - M)
Ket :
Y = Pendapatan Nasional
C = konsumsi masyarakat
I = investasi
G = pengeluaran pemerintah
X = ekspor
M = impor
Menurut metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total dalam perekonomian
selama periode tertentu. Menurut metode ini ada beberapa jenis agregat dalam suatu
perekonomian:
1) Konsumsi Rumah Tangga (Household Consumption)
Pengeluaran sektor rumah tangga dipakai untuk konsumsi akhir, baik barang
dan jasa yang habis dalam tempo setahun atau kurang (durable goods) maupun
barang yang dapat dipakai lebih dari setahun/barang tahan lama (non-durable
goods).
2) Konsumsi Pemerintah (Government Consumption)
Yang masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah adalah pengeluaran-pengeluaran
pemerintah yang digunakan untuk membeli barang dan jasa akhir
(government expenditure). Sedangkan pengeluaran-pengeluaran untuk
tunjangan-tunjangan sosial tidak masuk dalam perhitungan konsumsi
pemerintah.
3) Pengeluaran Investasi (Investment Expenditure)
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) merupakan
pengeluaran sektor dunia usaha. Yang termasuk dalam PMTDB adalah
perubahan stok, baik berupa barang jadi maupun barang setengah jadi.
4) Ekspor Neto (Net Export)
Yang dimaksud dengan ekspor bersih adalah selisih antara nilai ekspor dengan
impor. Ekspor neto yang positif menunjukkan bahwa ekspor lebih besar
daipada impor. Perhitungan ekspor neto dilakukan bila perekonomian
melakukan transaksi dengan perekonomian lain (dunia).
C. Teori Pertumbuhan Ekonomi
5. 1. Aliran Klasik
1) Teori Adam Smith
Pertumbuhan ekonomi bertumpu pada adanya pertambahan penduduk. Dengan
adanya pertam-bahan penduduk maka akan terdapat pertambahan output.
2) Teori David Ricardo
Pertumbuhan penduduk yang semakin besar akan menyebabkan jumlah tenaga
kerja melimpah. Kelebihan tenaga kerja akan mengakibatkan upah menjadi turun.
2. Aliran Neo Klasik
1) Teori Robert Solow
Pertumbuhan ekonomi bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknol
ogi modern dan hasil atau output.
2) Teori Joseph Scumpeter
Proses pertumbuhan ekonomi merupakan proses inovasi ( pembaharuan dalam cara
berproduksi yang lebih efisien ) yang dilaksanakan oleh para
innovator/wirausahawan.
3. Alira Moderen
1) Kualitas SDM dan kemajuan teknologi
2) Energi
3) Kewirausahaan
4) Bahan baku
5) Material
Analisis Empiris Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Orde Lama -Sekarang
Melihat kondisi pembangunan ekonomi Indonesia selama pemerintahan orde baru
(sebelum krisis ekonomi 1997)dapat dikatakan bahwa Indonesia telah mengalami suatu
proses pembangunan ekonomi yang sepektakuler, paling tidak pada tingkat makro (agregat).
Keberhasilan ini dapat diukur dengan sejumlah indicator ekonomi makro. Yang umum
digunakan adalah tingkat PN perkapita dan laju pertumbuhan PDB pertahun. Pada tahun
1968 PN per kapita masih sangat rendah, hanya sekitar US$60.
Namun, sejak pelita 1 dimulai PN Indonesia perkapita mengalami peningkatan relatif
tinggi setiap tahun dan pada akhir dekade 1980-an telah mendekati US$500. Hal ini
disebabkan oleh pertumbuhan PDB rata-rata pertahun juga tinggi 7%-8% selama 1970-an dan
turunke 3%-4% pertahun selama 1980-an. Selama 70-an dan 80-an, proses yang cukup serius,
yang terutama disebabkan oleh faktor-faktor eksternal, seprti merosotnya harga miyak
mentah di pasar internasional menjelang pertengahan 1980-an dan resensi ekonomi dunia
pada decade yang sama. Karena Indonesia sejak pemerintahan orde baru menganut system
ekonomi terbuka, 18 goncangan-goncangan eksternal seperti itu sangat terasa sangat
dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi.
Selain faktor harga, ekspor Indonesia, baik komoditas primer maupun barang-barang
industri maju, seperti jepang, as, dan eropa barat yang merupahkan pasar penting ekspor
indonesia. Dampak negative dari resensi ekonomi dunia tahun 1982 terhadap perekonomian
6. Indonesia terutama terasa dalam laju perumbuhan ekonomi selama 1982- 1988 jauh lebih
rendah dibandingkan periode sebelumnya. Karena pengalaman menujukan bahwa biasanya
resensi ekonomi dunialebih mengakibatkan permintaan dunia berkurang terhadap bahan-bahan
baku ( yang sebagian besar di ekspor oleh NSB) daripada permintaan terhadap barang-baraang
konsumsi, seperti alat-alat rumah tangga dari elektronik dan mobil (yang pada
umumnya adalah ekspor Negara-negara maju).
Pada saat krisis ekonomimencapai klimaksnya, yakni tahun 1998, laju pertumbuhan
PDB jatuh dratis hingga 13,1%. Namun, padatahun 1999 kembali positif walaupun kecil
sekitar 0,8% dan tahun 2000ekonomi Indonesia sampai mengalami laju pertumbuhan yang
tinggi hampir mencapai 5%. Namun, tahun 2001 laju pertumbuhan ekonomi kembali merosot
hinngga 3.8% akibat gejolak politikyang sempat memanas kembali dan pada tahun 2007 laju
pertumbuhan tercatat sedikit diatas 6%.
Antara tahun 1990 hingga setahun menjelang krisis ekonomi, ekonomi indonesia
tumbuh rata-rata pertahun diatas 8%. Kemajuan yang dicapai oleh cina dan india memang
sangat menakjubkan. Pada awal dekade 90-an, pertumbuhan ekonomi dikedua Negara besar
tersebut masing-masing tercatat hanya 3,8% dan 5,3%. Namun, pada pertengahan dekade 90-
an, pertumbuhan kedua Negara itu sudahmenyamai bahkan melewati persentasi Indonesia.
Dari sejumlah Negara ASEAN yang juga dihantam oleh krisis 1997/98, Indonesia memang
paling parah dengan pertumbuhan negative hingga 13,1%,disusul kemudian oleh Thailand
dengan -10,5%dan Malaysia-7,4%. Namun, yang menakjubkan dari kedua Negara tersebut
setahunsetelah itu ekonomi mereka mengalami pulih lebih cepat dibandingkan ekonomi
Indonesia yang hanya 0,8%.
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin membaik setelah 1998
tercerminkan pada peningkatanPDB perkapita atas dasar harga berlaku tercatatsekitar 4,8 juta
rupiah. Tahun 1999 naik menjadi 5,4 juta rupiah dan berlangsung sehingga mencapai sekitar
10,6 juta rupiah tahun 2004, perkapita Indonesia pada tahun 2006 mencapai 1420 dalar AS,
di atas india, tetapi masih jauh lebih rendah dibandingkan china.
Tahun 1998, sebagai akibat dari krisis ekonomi, semua komponen pengeluaran
mengalami penurunan, terkecuali X, yang maengakibatkan kontraksi AD sekitar 13%.
Sedangkan perkembangan X bias bertahan positif selama masa krisis terutama, seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya. Komponen AD yang paling besar penurunannya selama 1998
adalah pembentukan modal bruto (investasi) yang merosot sekitar 33,01% dibandingkan
kontraksi dari pengeluara konsumsi swasta (rumah tangga) sebesar 6,40% dan pengeluaran
pemerintah sekitar 15,37%.besarnya penurunan investasi tersebut juga kelihatan jelas dari
penurunan persentasenya terhadap PDB pada tahun 2000 pertumbuhan investasi (tidak
termasuk perubahan stok) sempat mencapai hampir 18%, namun setelah itu merosot terus
hingga negative pada tahun 2002.
Pada awalnya, salah satu factor penting yang menyebabkan merosotnya kegiatan
investasi didalam negri selama masa krisis,seperti juga dinegara-negara asia lain yang terena
krisis (korea selatan dan Thailand), adalah karena kerugian besar yang dialami oleh
perusahan swasta akibat depresiasi rupiah yang besar, sementara utang luar negri (ULN) nya
dalam mata uang dolar AS tidak dilindungi (hedging) sebelumnya dengan kurs tertentu di
pasar berjangka waktu kedepan (forward). Factor-faktor lain yang membuat lesunya
komponen investasi didalam AS diantaranya adalah jatuhnya harga saham, pelarian moda (
atau arus modal keluar lebih banyak daripada arus masuk), dan resiko premium yang
meningkat drastis.
7. Dua factor terakhir ini didorong terutama oleh kondisi politik, social, keamanan dan
penegakan hukum yang buruk. Sedangkan dari ekspor meningkat karena memang depresiasi
rupiah terhadap dolar As waktu itu membuat sebagian produk Indonesia, khususnya
perkebunan, mengalami peningkatan daya saing harga.
D. PERUBAHAN STRUKTUR PEREKONOMIAN NASIONAL
Pembangunan ekonomi dalam jangka panjang, mengikuti pertumbuhan pendapatan
nasional, akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi
tradisional dengan pertanian sebagai sector utama ke ekonomi modern yang didominasi
sector non primer, khususnya industri manufaktur dengan increasing return to scale (relasi
positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai
mesin utama pertumbuhan ekonomi (Weiss, 1988).
Meminjam istilah Kuznets, perubahan struktur ekonomi umum disebut transformasi
structural dan dapat didefinisikan sebagai rangkaian perubahan yang saling terkait satu
dengan lainnya dalam komposisi permintan agregat, perdagangan luar negeri (ekspor dan
impor), dan penawaran agregat (produksi dan penggunaan factor-faktor produksi seperti
tenaga kerja dan modal) yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (Chenery, 1979).
Teori perubahan structural menitikberatkan pembahasan pada mekanisme
transformasi ekonomi yang dialami oleh negara-negara sedang berkembang, yang semula
bersifat subsisten (pertanian tradisional) dan menitikberatkan sector pertanian menuju
struktur perekonomian yang lebih modern yang didominasi sector non primer, khususnya
industri dan jasa. Ada 2 teori utama yang umum digunakan dalam menganalisis perubahan
struktur ekonomi yakni dari Arthur Lewis (teori migrasi) dan Hollis Chenery (teori
transformasi structural).
Teori Arthur Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan ekonomi yang
terjadi di pedesaan dan perkotaan (urban). Dalam teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa
perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu perekonomian modern
di perkotaan dengan industri sebagai sector utama. Di pedesaan, karena pertumbuhan
penduduknya tinggi, maka kelebihan suplai tenaga kerja dan tingkat hidup masyarakatnya
berada pada kondisi subsisten akibat perekonomian yang sifatnya juga subsisten. Over
supply tenaga kerja ini ditandai dengan nilai produk marjinalnya nol dan tingkat upah riil
yang rendah.
Di dalam kelompok Negara LDCs, banyak Negara yang juga mengalami transisi
ekonomi yang pesat dalam tiga dekade terakhir ini, walaupun pola dann prosesnya berbeda
antarnegara. Variasi ini disebabkan oleh perbedaan antarnegara dalam sejumlah faktor-faktor
internal berikut :
1. Kondisi dan Struktur awal Ekonomi dalam Negeri (Economic Base)
Suatu Negara yang pada wal pembangunan ekonomi atau industry-industri
dasar (seperti mesin, besi, dan baja) yang relative akan mengalami proses
industrialisasi yang lebih pesat atau cepat dibandingkan yang hanya memiliki indistri-industri
ringan (seperti tekstil, pakaian jadi, alas kaki, makanan, dan minuman).
2. Besarnya Pasar Dalam Negeri.
8. Dalam hal ini besarnya pasar dalam negeri yang ditentukan oleh kombinasi
antara jumlah populasi dan tingkat pendapatan riil per kapita. Pasar dalam negeri yang
besar seperti Indonesia dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta orang
(walau tingkat pendapatan per kapita rendah), merupakan salah satu faktor insentif
pertumbuhan kegiatan ekonomi, termasuk industry, karena menjamin adanya skala
ekonomis dan efisiensi dalam proses produksi (dengan asumsi bahwa faktor-faktor
penentu lainnya mendukung).
3. Pola Distribusi Pendapatan
Faktor ini sangat mendukung faktor pasar di atas. Walaupun tingkat
pendapatan rata-rata per kapita pesat, tetapi kalau distribusinya sangat pincang,
kenaikan pendapatan tersebut tidak terlalu berarti bagi pertumbuhan industry-industri
selain industry-industri yang membuat barang-barang sederhana, seperti makanan,
minuman, sepatu, dan pakaian jadi.
4. Karakteristik Industrialisasi
Karakter industrialisasi antara lain mencakup cara pelaksanaan atau strategi
pengembangan industry yang diterapkan, jenis industry yang diunggulkan, pola
pembangunan industry, dan insentif yang diberikan. Aspek-aspek ini biasanya
berbeda antar Negara yang menghasilkan pola industrialisasi yang juga berbeda
antarnegara.
5. Keberadaan Sumber Daya Alam (SDA)
Ada kecenderungan bahwa Negara yang kaya SDA mengalami pertumbuhan
ekonomi yang lebih rendah atau terlambat diversifikasi ekonomi (perubahan struktur)
daripada Negara yang miskin SDA. Sebagai contoh Indonesia yang awalnya sangat
mengandalkan kekayaan SDAnya, terutama migas, dapat dikatakan relative terlambat
melakukan industrialisasi dibandingkan Negara-negara kecil dan miskin SDA di Asia
Tenggara dan Timur, seperti Jepang, Singapura, Korea Selatan, dan Singapura.
6. Kebijakan Perdagangan Luar Negeri
Fakta menunjukkan bahwa di Negara yang menerapkan kebijakan ekonomi
tertutup atau inward looking policy, pola dan hasil industrialisasinya berbeda
dibandingkan di Negara-negara yang menerapkan outward looking policy. Banyak
LDCs, termasuk Indonesia, pada awal pembangunan menerapkan kebijakan protektif
terhadap sector industrinya, kebijakan yang umum disebut impor substitution policy.
Hasilnya, sector industry mereka berkembang tidak efisien, sangat tergantung pada
impor, dan tingkat diversifikasinya rendah, khususnya lemah dikelompok midstream
industries (seperti industry barang modal, input perantara, dan komponen-komponen
untuk industry-industri hilir) yang pada umumnya menerapkan system produksi
assembling.
Sedangkan Negara-negara berpendapatan tinggi di Asia Tenggara dan Timur,
seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Singapura, dan Hongkong, yang berhasil
dalam menstransformasikan struktur ekonomi mereka dengan tingkat efisiensi dan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam periode yang relative tidak terlalu lama.
9. E. Kesimpulan
Pembangunan ekonomi yang menekankan pertumbuhan dapat berjalan relatif efisien dengan
adanya kebijakan politik yang otoriter. Arus modal asing yang berelasi dengan modal dalam
negeri pada akhirnya dapat berkembang dengan pesat sehingga banyak mendorong pertumbuhan
ekonomi nasional secara makro.
REFERENSI
http://irdye07.blogspot.com/2010/11/pertumbuhan-ekonomi-indonesia-sejak.html
http://tiwimuliawan.blog.com/2009/10/13/ekonomi-indonesia/
http://makalah-artikel-online.blogspot.com/2009/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
http://ibnusina.my-place.us/index.php/sina-overview/35-teknologi/68-faktor-penentu-prospek-perekonomian-
indonesia