際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
PERILAKU
PROSOSIAL
Pengertian Perilaku Prososial
                                M
                                 e
                                 n
                                 u
                                 r
                                 u
                                 t
                                 B
                                 a
                                 r
                                 o
                                 n
                                 d
                                 a
                                 n
                                2B
 Perilaku yang menguntungkan orang lain, perilaku
  prososial mencakup tindakan  tindakan : Sharing atau
  berbagi, cooperating atau kerjasama, donating atau
  menyumbang, helping atau menolong, generosity atau
  dermawan dan juga perilaku  perilaku yang
  mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain
  (Mussen dkk, 1979)
 Tujuan perilaku prososial menurut Staub (1978) adalah
  lebih dikaitkan untuk memperoleh internal reward, misalnya
  perasaan bahagia dapat menolong orang lain, atau
  menurut teori Freud, bahwa dengan menolong orang lain,
  akan terbebas dari perasaan bersalah, dan berdosa. Dan
  Staubpun (1978) melihat, bahwa tujuan perilaku prososial
  agar dapat memenuhi kebutuhan, kehendak atau hasyrat
  orang lain.

                                                         3
 Dalam beberapa literatur, selain istilah prososial sering
  dijumpai pula istilah altruisme yang mempunyai arti
  hampir sama dengan istialh prososial. Altruisme
  merupakan bentuk khusus dari perilaku menolong yang
  dilakukan secara sukarela, dan cenderung mengeluarkan
  biaya atau pengorbanan yang besar dan tidak
  mengharapkan imbalan (Wrightsman dan Deux, 1979;
  Bartal dkk, 1980). Perilaku ini menuntut pengorbanan diri
  yang besar, yang semata  mata bertujuan untuk
  menguntungkan orang lain (Staub, 1978)
 William (1981) membedakan antara perilaku altruistik
  dengan perilaku prososial yang titik tinjaunya dikaitkan
  dengan motivasi dasarnya. Perilaku Altruistik merupakan
  salah satu tindakan prososial yang didorong semata 
  mata oleh hasrat untuk memberikan pada orang lain
  perasaan lebih baik dengan melakukan suatu tindakan
  yang mencirikan semangat berkorban.                    4
Faktor  faktor yang mempengaruhi perilaku prososial

Menurut Staub (1978), beberapa faktor yang mempengaruhi
perilaku prososial adalah sebagai berikut :
   a. Modeling
          Melalui observasi terhadap orang lain, individu akan
          belajar sesuatau yang secara kontinyu akan
          mempengaruhi dirinya. Menurut Staub (1978) model
          dapat memberi informasi tentang perilaku yang
          sebaiknya dilakukan di dalam menghadapi situasi
          tertentu,                                         5
membantu menciptakan norma  norma standar, dan
memberikan informasi tentang akibat  akibat yang
munkin timbul apabila seseorang melakukan suatu
tindakan tertentu

Brian dan London yang dikutip oleh King (1975)
menerangkan bahwa anak belajar perilaku prososial
dengan meniru orang tuanya. Dengan demikian
perilaku prosoial mendapatkan dasarnya dalam
keluarga, dan orang tua yang memberi kesempatan
pada anak untuk melatih diri sebagai seorang helper
dan cooperativer dan menghasilakan anak yang
lebih prososial. Contohnya : seorang ayah yang
bersama waraga desa lainnya ikut serta
memperbaiki tanggul desa, merupakan model bagi
anaknya    untuk   berperilaku    prososial   untuk
membangun desa .
                                                6
b. Teman, famili dan orang  orang yang mempunyai
   kesamaan
    Hubungan antar teman atau famili akan menimbulkan
    saling ketergantungan dan kewajiban untuk memberikan
    pertolongan. Kesamaan ideologi, ras dan kebangsaan
    akan meningkatkan perilaku prososial seseorang
    (Wrightsman dan Deaux, 1979).
c. Penguat
    Suatu cara yang sederhana untuk meningkatkan
    kekuatan dari kebanyakan perilaku adalah dengan
    mengikutsertakan akibat  akibat yang positif. Tingkah
    laku prososial dapat memberikan suatu dorongan
    tambahan apabila diikuti dengan imbalan positif yang
    didapat dari lingkungan, sehingga akan memberi
    dorongan pada individu yang bersangkutan untuk
    meningkatkan perilaku prososial pada masa yang akan
    datang.                                              7
Sebaliknya perilaku prososial dapat berkurang pada
    masa yang akan datang apabila diikuti dengan hukuman
    (Wrightsman dan Deuxs, 1979)
d. Kesuksesan dan suasana hati gembira
    Individu akan lebih suka memberi pertolongan kepada
    orang lain bila sebelumnya mengalami kesuksesan atau
    hadiah dalam menolong orang lain. Sedang pengalaman
    yang gagal akan mengurangi perilaku prososialnya. Hal
    ini disebabkan karena kesuksesan akan membawa
    positive mood pada diri individu, sehingga menjadi
    pengukuh untuk mengulangi tindakannya tersebut.
    Demikian pula orang yang berada dalam susana hati
    gembira atau good mood akan lebih suka berperilaku
    prososial, sedangkan dalam suasana sedih akan kurang
    suka untuk berperilaku prososial (william, 1981)

                                                       8
e. Kepribadian
    Dalam penelitian Eisenberg  Berg (1979), Satow
    (1973), Staub (1974), Schwartsz & Clausen (1970) serta
    Rushton (1975), ditemukan bahwa variabel  variabel
    kepribadian seperti kematangan penalaran moral,
    kecenderungan mengangap tanggung jawab kepada
    orang lain adalah terletak pada dirinya, serta self
    esteem, dapat digunakan untuk memprediksi perilaku
    prososial seseorang (Wrightsman dan Deaux, 1979)
f. Empati
     Kemapuan dan kecenderunagn untuk melakukan empati
     dengan orang lain merupakan kunci pendorong bagi
     perilaku prososial (Wrightsman dan Deaux, 1979)



                                                        9
g. Kejelasan Stimulus
    Semakin tidak jelas stimulus dari situasi darurat atau
    samar  samar, akan sedikit kemungkinan terjadinya
    perilaku prososial. Sebaliknya semakin jelas stimulus
    darurat, akan meningkatkan bystander untuk bereaksi
    (Staub, 1979)

h. Ketergantungan
    Individu akan memberi pertolongan pada orang lain
    yang memiliki ketergantungan yang tinggi dengannya,
    daripada yang rendah ketergantungannya. Menurut
    Berkowitz dan Daniels, persepsi tentang hubungan
    ketergantungan    akan   membangkitkan     perasaan
    tanggung jawab terhadap penderitaan orang lain,
    sehingga ada dorongan untuk berperilaku prososial
    (Staub, 1978)
                                                             10
i. Tanggung Jawab
     Latane dan Darley menyelidiki fenomena Diffusion of
     responsibility yang menunjukan, bahwa kekaburan
     tanggung jawab akan menyebabkan orang tidak segera
     memberikan pertolongan (Worcel & Cooper, 1976) karena
     masing  masing pribadi merasa tidak mempunyai
     tanggung jawab untuk melakukan tindakan, adapun
     asumsinya adalah akan ada orang lain yang bertindak
     (William, 1983)
j. Biaya yang dikeluarkan atau pengorbanan
     Semakin besar biaya atau pengorbanan yang dikeluarkan
     untuk menolong, maka semakin kecil kemungkinan orang
     akan melakukan perilaku prososial apalagi dengan
     penguat yang rendah (Worcel & cooper, 1976).


                                                       11
Oleh karena itu bystander akan menyerahkan tanggung
  jawab kepada orang lain, dan akan meninggalkan tempat.
  Sebaliknya, kalau dengan biaya yang rendah dengan
  pengukuh yang kuat, orang akan lebih siap menolong
  (Baron & Byren, 1977)

Pengaruh Usia terhadap perilaku prososial
  Beberapa Penelitian yang mencoba mengungkap
  pengaruh usia terhadap perilaku prososial pada umumnya
  menunjukan keajegan hasil penemuan, yaitu terdapat
  korelasi yang positif antara usia dengan perilaku prososial,
  yang berarti dengan meningkatnya usia akan meningkat
  pula kecenderungan untuk bertindak prososial. Hal ini
  terbukti dalam penelitian yang dilakukan oleh Bartal,
  Raviv, dan Leiser (1980) tentang perilaku altruistik yang
  menunjukan kualitas perilaku altruistik yang diekspresikan
  melalui perilaku untuk melakukannya, berkembang sesuai
  dengan bertambahnya usia                                 12
 Selanjutnya dalam   penelitian Lenrow (1965)
    ditemukan bahwa ada korelasi yang positif antara
    tingkat kompetensi dengan perilaku prososial
    (Peterson, 1983)
   Sedang Harstone dan May juga menemukan adanya
    perubahan  perubahan yang konsisten yang
    berhubungan dengan usia. Anak yang lebih tua
    cenderung lebih konsisten dalam kelakuan  kelakuan
    moralnya dibanding anak yang lebih muda (Staub,
    1979)

Pengaruh jenis kelamin terhadap perilaku
prososial
 Adanya perbedaan jenis kelamin membawa konsekuensi
 perbedaan perkembangan fisik, dan psikis pada pria dan
 wanita (Daniel, 1965)
                                                          13
 Dalam penelitian Denmark dan Watere menunjukan,
  bahwa Stereotipe peran sex yang tradisional masih
  tetap dipegang sampai sekarang ini, yaitu wanita harus
  pasif, tergantung, merendahkan diri, dan dijaga; sedang
  pria harus dominan, agresif dan tidak tergantung
  (Bonang, 1968)
 Menurut Sadli (1980) dalam lingkungan masyarakat
  Jawa, wanita cenderung lebih dilindungi, diharapkan
  bersikap lembut, dan dituntut tingkah laku konform
  terhadap aturan  aturan dalam masyarakat. Pendapat
  diatas didukung oleh Kartini  Kartono (1977) bahwa
  wanita diharapkan bersikap lembut, ramah, rendah hati,
  cinta kasih, lebih memusatkan pada kepentingan orang
  lain dan bersikap memelihara. Hal ini berlaku bagi
  semua suku bangsa.

                                                        14
Oleh karena itu, secara stereotipe dalam budaya
  indonesia, wanita dianggap sebagai insan yang lemah,
  dan pria diharapkan membantu sejauh mungkin. Dengan
  demikian, wanita akan cenderung lebih banyak menerima
  pertolongan daripada pria.
Pengaruh Perubahan Nilai terhadap perilaku
prososial
  Kesadaran akan adanya kemajuan, merupakan kondisi
  yang memacu menusia untuk mengembangkan dan
  mengaktualisasikan    segala   potensi   yang     ada.
  Pembangunan di segala bidang diusahakan merata di
  seluruh pelosok kota dan desa. Meskipun demikian tidak
  dapat    dipungkiri   bahwa    pembangunan      selain
  menghasilkan efek yang positif bagi masyarakat, juga
  menghasilkan efek yang negatif sebagai fenomena
  modernisasi
                                                     15
 Masyarakat desa sebagai masyarakat yang masih banyak
  memiliki nilai  nilai tradisional, dengan masuknya
  pembangunan didaerahnya membawa arus perubahan,
  yaitu perubahan sebagai akibat dari pembangunan itu
  sendiri
 Transformasi      pembangunan       ini    menggerakkan
  masyarakat dari struktur tradisional ke struktur modern.
  Transformasi ini tercermin dalam fenomena  fenomena
  seperti mobilitas sosial yang meningkat, perubahan gaya
  hidup, perubahan nilai  nilai dan sebagainya, ini
  semuanya membawa kompleksitas kehidupan sosial
  dalam masyarakat
 Membahas tentang nilai  nilai hidup masyarakat, dari
  beberapa penelitian menunjukan bahwa nilai  nilai yang
  dimiliki masyarakat maupun sistem nilai pada seseorang
  ternyata tidak slalu stabil (Susanti, 1984)
                                                       16
Menurut Allport dkk (1970), faktor yang paling besar
pengaruhnya terhadap perubahan nilai pada seseorang adalah
faktor pengalaman




                                                      17

More Related Content

Perilaku prososial

  • 2. Pengertian Perilaku Prososial M e n u r u t B a r o n d a n 2B
  • 3. Perilaku yang menguntungkan orang lain, perilaku prososial mencakup tindakan tindakan : Sharing atau berbagi, cooperating atau kerjasama, donating atau menyumbang, helping atau menolong, generosity atau dermawan dan juga perilaku perilaku yang mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain (Mussen dkk, 1979) Tujuan perilaku prososial menurut Staub (1978) adalah lebih dikaitkan untuk memperoleh internal reward, misalnya perasaan bahagia dapat menolong orang lain, atau menurut teori Freud, bahwa dengan menolong orang lain, akan terbebas dari perasaan bersalah, dan berdosa. Dan Staubpun (1978) melihat, bahwa tujuan perilaku prososial agar dapat memenuhi kebutuhan, kehendak atau hasyrat orang lain. 3
  • 4. Dalam beberapa literatur, selain istilah prososial sering dijumpai pula istilah altruisme yang mempunyai arti hampir sama dengan istialh prososial. Altruisme merupakan bentuk khusus dari perilaku menolong yang dilakukan secara sukarela, dan cenderung mengeluarkan biaya atau pengorbanan yang besar dan tidak mengharapkan imbalan (Wrightsman dan Deux, 1979; Bartal dkk, 1980). Perilaku ini menuntut pengorbanan diri yang besar, yang semata mata bertujuan untuk menguntungkan orang lain (Staub, 1978) William (1981) membedakan antara perilaku altruistik dengan perilaku prososial yang titik tinjaunya dikaitkan dengan motivasi dasarnya. Perilaku Altruistik merupakan salah satu tindakan prososial yang didorong semata mata oleh hasrat untuk memberikan pada orang lain perasaan lebih baik dengan melakukan suatu tindakan yang mencirikan semangat berkorban. 4
  • 5. Faktor faktor yang mempengaruhi perilaku prososial Menurut Staub (1978), beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku prososial adalah sebagai berikut : a. Modeling Melalui observasi terhadap orang lain, individu akan belajar sesuatau yang secara kontinyu akan mempengaruhi dirinya. Menurut Staub (1978) model dapat memberi informasi tentang perilaku yang sebaiknya dilakukan di dalam menghadapi situasi tertentu, 5
  • 6. membantu menciptakan norma norma standar, dan memberikan informasi tentang akibat akibat yang munkin timbul apabila seseorang melakukan suatu tindakan tertentu Brian dan London yang dikutip oleh King (1975) menerangkan bahwa anak belajar perilaku prososial dengan meniru orang tuanya. Dengan demikian perilaku prosoial mendapatkan dasarnya dalam keluarga, dan orang tua yang memberi kesempatan pada anak untuk melatih diri sebagai seorang helper dan cooperativer dan menghasilakan anak yang lebih prososial. Contohnya : seorang ayah yang bersama waraga desa lainnya ikut serta memperbaiki tanggul desa, merupakan model bagi anaknya untuk berperilaku prososial untuk membangun desa . 6
  • 7. b. Teman, famili dan orang orang yang mempunyai kesamaan Hubungan antar teman atau famili akan menimbulkan saling ketergantungan dan kewajiban untuk memberikan pertolongan. Kesamaan ideologi, ras dan kebangsaan akan meningkatkan perilaku prososial seseorang (Wrightsman dan Deaux, 1979). c. Penguat Suatu cara yang sederhana untuk meningkatkan kekuatan dari kebanyakan perilaku adalah dengan mengikutsertakan akibat akibat yang positif. Tingkah laku prososial dapat memberikan suatu dorongan tambahan apabila diikuti dengan imbalan positif yang didapat dari lingkungan, sehingga akan memberi dorongan pada individu yang bersangkutan untuk meningkatkan perilaku prososial pada masa yang akan datang. 7
  • 8. Sebaliknya perilaku prososial dapat berkurang pada masa yang akan datang apabila diikuti dengan hukuman (Wrightsman dan Deuxs, 1979) d. Kesuksesan dan suasana hati gembira Individu akan lebih suka memberi pertolongan kepada orang lain bila sebelumnya mengalami kesuksesan atau hadiah dalam menolong orang lain. Sedang pengalaman yang gagal akan mengurangi perilaku prososialnya. Hal ini disebabkan karena kesuksesan akan membawa positive mood pada diri individu, sehingga menjadi pengukuh untuk mengulangi tindakannya tersebut. Demikian pula orang yang berada dalam susana hati gembira atau good mood akan lebih suka berperilaku prososial, sedangkan dalam suasana sedih akan kurang suka untuk berperilaku prososial (william, 1981) 8
  • 9. e. Kepribadian Dalam penelitian Eisenberg Berg (1979), Satow (1973), Staub (1974), Schwartsz & Clausen (1970) serta Rushton (1975), ditemukan bahwa variabel variabel kepribadian seperti kematangan penalaran moral, kecenderungan mengangap tanggung jawab kepada orang lain adalah terletak pada dirinya, serta self esteem, dapat digunakan untuk memprediksi perilaku prososial seseorang (Wrightsman dan Deaux, 1979) f. Empati Kemapuan dan kecenderunagn untuk melakukan empati dengan orang lain merupakan kunci pendorong bagi perilaku prososial (Wrightsman dan Deaux, 1979) 9
  • 10. g. Kejelasan Stimulus Semakin tidak jelas stimulus dari situasi darurat atau samar samar, akan sedikit kemungkinan terjadinya perilaku prososial. Sebaliknya semakin jelas stimulus darurat, akan meningkatkan bystander untuk bereaksi (Staub, 1979) h. Ketergantungan Individu akan memberi pertolongan pada orang lain yang memiliki ketergantungan yang tinggi dengannya, daripada yang rendah ketergantungannya. Menurut Berkowitz dan Daniels, persepsi tentang hubungan ketergantungan akan membangkitkan perasaan tanggung jawab terhadap penderitaan orang lain, sehingga ada dorongan untuk berperilaku prososial (Staub, 1978) 10
  • 11. i. Tanggung Jawab Latane dan Darley menyelidiki fenomena Diffusion of responsibility yang menunjukan, bahwa kekaburan tanggung jawab akan menyebabkan orang tidak segera memberikan pertolongan (Worcel & Cooper, 1976) karena masing masing pribadi merasa tidak mempunyai tanggung jawab untuk melakukan tindakan, adapun asumsinya adalah akan ada orang lain yang bertindak (William, 1983) j. Biaya yang dikeluarkan atau pengorbanan Semakin besar biaya atau pengorbanan yang dikeluarkan untuk menolong, maka semakin kecil kemungkinan orang akan melakukan perilaku prososial apalagi dengan penguat yang rendah (Worcel & cooper, 1976). 11
  • 12. Oleh karena itu bystander akan menyerahkan tanggung jawab kepada orang lain, dan akan meninggalkan tempat. Sebaliknya, kalau dengan biaya yang rendah dengan pengukuh yang kuat, orang akan lebih siap menolong (Baron & Byren, 1977) Pengaruh Usia terhadap perilaku prososial Beberapa Penelitian yang mencoba mengungkap pengaruh usia terhadap perilaku prososial pada umumnya menunjukan keajegan hasil penemuan, yaitu terdapat korelasi yang positif antara usia dengan perilaku prososial, yang berarti dengan meningkatnya usia akan meningkat pula kecenderungan untuk bertindak prososial. Hal ini terbukti dalam penelitian yang dilakukan oleh Bartal, Raviv, dan Leiser (1980) tentang perilaku altruistik yang menunjukan kualitas perilaku altruistik yang diekspresikan melalui perilaku untuk melakukannya, berkembang sesuai dengan bertambahnya usia 12
  • 13. Selanjutnya dalam penelitian Lenrow (1965) ditemukan bahwa ada korelasi yang positif antara tingkat kompetensi dengan perilaku prososial (Peterson, 1983) Sedang Harstone dan May juga menemukan adanya perubahan perubahan yang konsisten yang berhubungan dengan usia. Anak yang lebih tua cenderung lebih konsisten dalam kelakuan kelakuan moralnya dibanding anak yang lebih muda (Staub, 1979) Pengaruh jenis kelamin terhadap perilaku prososial Adanya perbedaan jenis kelamin membawa konsekuensi perbedaan perkembangan fisik, dan psikis pada pria dan wanita (Daniel, 1965) 13
  • 14. Dalam penelitian Denmark dan Watere menunjukan, bahwa Stereotipe peran sex yang tradisional masih tetap dipegang sampai sekarang ini, yaitu wanita harus pasif, tergantung, merendahkan diri, dan dijaga; sedang pria harus dominan, agresif dan tidak tergantung (Bonang, 1968) Menurut Sadli (1980) dalam lingkungan masyarakat Jawa, wanita cenderung lebih dilindungi, diharapkan bersikap lembut, dan dituntut tingkah laku konform terhadap aturan aturan dalam masyarakat. Pendapat diatas didukung oleh Kartini Kartono (1977) bahwa wanita diharapkan bersikap lembut, ramah, rendah hati, cinta kasih, lebih memusatkan pada kepentingan orang lain dan bersikap memelihara. Hal ini berlaku bagi semua suku bangsa. 14
  • 15. Oleh karena itu, secara stereotipe dalam budaya indonesia, wanita dianggap sebagai insan yang lemah, dan pria diharapkan membantu sejauh mungkin. Dengan demikian, wanita akan cenderung lebih banyak menerima pertolongan daripada pria. Pengaruh Perubahan Nilai terhadap perilaku prososial Kesadaran akan adanya kemajuan, merupakan kondisi yang memacu menusia untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan segala potensi yang ada. Pembangunan di segala bidang diusahakan merata di seluruh pelosok kota dan desa. Meskipun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan selain menghasilkan efek yang positif bagi masyarakat, juga menghasilkan efek yang negatif sebagai fenomena modernisasi 15
  • 16. Masyarakat desa sebagai masyarakat yang masih banyak memiliki nilai nilai tradisional, dengan masuknya pembangunan didaerahnya membawa arus perubahan, yaitu perubahan sebagai akibat dari pembangunan itu sendiri Transformasi pembangunan ini menggerakkan masyarakat dari struktur tradisional ke struktur modern. Transformasi ini tercermin dalam fenomena fenomena seperti mobilitas sosial yang meningkat, perubahan gaya hidup, perubahan nilai nilai dan sebagainya, ini semuanya membawa kompleksitas kehidupan sosial dalam masyarakat Membahas tentang nilai nilai hidup masyarakat, dari beberapa penelitian menunjukan bahwa nilai nilai yang dimiliki masyarakat maupun sistem nilai pada seseorang ternyata tidak slalu stabil (Susanti, 1984) 16
  • 17. Menurut Allport dkk (1970), faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap perubahan nilai pada seseorang adalah faktor pengalaman 17