2. HUBUNGAN KERJA
HUBUNGAN ANTARA PENGUSAHA DENGAN
PEKERJA/ BURUH BERDASARKAN PERJANJIAN
KERJA YANG MEMPUNYAI UNSUR :
- PEKERJAAN
- UPAH
- PERINTAH
BAB I, Pasal 1, Nomor 15
UU No. 13 Tahun 2003 2
3. PERJANJIAN KERJA
PERJANJIAN KERJA ADALAH PERJANJIAN ANTARA PEKERJA/BURUH
DENGAN PENGUSAHA ATAU PEMBERI KERJA YANG MEMUAT
SYARAT SYARAT KERJA, HAK, DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK
BAB I, Pasal 1, Nomor 14
UU No. 13 Tahun 2003
PERJANJIAN KERJA YANG DIBUAT OLEH PENGUSAHA DAN
PEKERJA/BURUH TIDAK BOLEH BERTENTANGAN DENGAN
PERJANJIAN KERJA BERSAMA
BAB XI, Pasal 127, Ayat 1
UU No. 13 Tahun 2003
3
4. DASAR PEMBUATAN PERJANJIAN KERJA
a. PERJANJIAN KERJA DIBUAT SECARA TERTULIS ATAU LISAN (BAB IX,
Pasal 51, Ayat 1. UU No. 13 Tahun 2003).
b. KESEPAKATAN KEDUA BELAH PIHAK
c. KEMAMPUAN ATAU KECAPAKAPAN MELAKUKAN PERBUATAN
HUKUM
d. ADANYA PEKERJAAN YANG DIPERJANJIKAN
e. PEKERJAAN YANG DIPERJANJIKAN TIDAK BERTENTANGAN
DENGAN KETERTIBAN UMUM, KESUSILAAN, DAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU
b, c, d & e
BAB IX, Pasal 52, Ayat 1 4
UU No. 13 Tahun 2003
5. ISI MATERI PERJANJIAN KERJA
(YANG DIBUAT SECARA TERTULIS)
A. NAMA, ALAMAT PERUSAHAAN, DAN JENIS USAHA
B. NAMA, JENIS KELAMIN, UMUR, DAN ALAMAT PEKERJA/BURUH
C. JABATAN ATAU JENIS PEKERJAAN
D. TEMPAT PEKERJAAN
E. BESARNYA UPAH DAN CARA PEMBAYARANNYA
F. SYARAT-SYARAT KERJA YANG MEMUAT HAK DAN KEWAJIBAN
PENGUSAHA DAN PEKERJA/BURUH
G. MULAI DAN JANGKA WAKTU BERLAKUNYA PERJANJIAN KERJA
H. TEMPAT DAN TANGGAL PERJANJIAN DIBUAT
I. TANDA TANGAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJA
5
BAB IX, Pasal 54, ayat 1
UU No. 13 Tahun 2003
6. PERJANJIAN KERJA
A. WAKTU TERTENTU
B. WAKTU TIDAK TERTENTU
BAB IX, Pasal 56, Ayat 1
UU No. 13 Tahun 2003
PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU
A. JANGKA WAKTU ATAU
B. SELESAINYA SUATU PEKERJAAN TERTENTU
BAB IX, Pasal 56, Ayat 2
UU No. 13 Tahun 2003 6
7. SYARAT PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU
A. PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU DIBUAT SECARA
TERTULIS SERTA HARUS MENGGUNAKAN BAHASA INDONESIA DAN
HURUF LATIN (BAB IX, Pasal 57, Ayat 1. UU No. 13 Tahun 2003).
B. PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU TIDAK DAPAT
MENSYARATKAN ADANYA MASA PERCOBAAN KERJA (BAB IX, Pasal 58, Ayat 1. UU
No. 13 tahun 2003).
JENIS, SIFAT/KEGIATAN PEKERJAANNYA
A. PEKERJAAN YANG SEKALI SELESAI ATAU SEMENTARA SIFATNYA
B. PEKERJAAN YANG DIPERKIRAKAN PENYELESAIANNYA DALAM WAKTU
YANG TIDAK TERLALU LAMA DAN PALING LAMA 3 (TIGA) TAHUN
C. PEKERJAAN YANG BERSIFAT MUSIMAN, ATAU
D. PEKERJAAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUK BARU, KEGIATAN
BARU, ATAU PRODUK TAMBAHAN YANG MASIH DALAM PERCOBAAN
ATAU PENJAJAKAN
7
BAB IX, Pasal 59, Ayat 1
UU No. 13 Tahun 2003
8. LARANGAN PERJANJIAN KERJA
WAKTU TERTENTU
PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU
TIDAK DAPAT DIADAKAN UNTUK PEKERJAAN YANG
BERSIFAT TETAP
BAB IX, Pasal 59, Ayat 2
UU No. 13 Tahun 2003
8
9. JANGKA WAKTU
A. PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU YANG DIDASARKAN ATAS
JANGKA WAKTU TERTENTU DAPAT DIADAKAN UNTUK PALING
LAMA 2 (DUA) TAHUN DAN HANYA BOLEH DIPERPANJANG 1
(SATU) KALI UNTUK JANGKA WAKTU PALING LAMA 1 (SATU)
TAHUN. (BAB IX, Pasal 59, Ayat 4. UU No. 13 Tahun 2003)
B. PENGUSAHA YANG BERMAKSUD MEMPERPANJANG PERJANJIAN
KERJA WAKTU TERTENTU TERSEBUT, PALING LAMA 7 (TUJUH)
HARI SEBELUM PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU BERAKHIR
TELAH MEMBERITAHUKAN MAKSUDNYA SECARA TERTULIS
KEPADA PEKERJA/BURUH YANG BERSANGKUTAN. (BAB IX, Pasal 59,
Ayat 5. UU No. 13 Tahun 2003)
9
10. JANGKA WAKTU
C. PEMBARUAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU HANYA DAPAT
DIADAKAN SETELAH MELEBIHI MASA TENGGANG WAKTU 30 (TIGA
PULUH) HARI BERAKHIRNYA PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU
YANG LAMA, PEMBARUAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU INI
HANYA BOLEH DILAKUKAN 1 (SATU) KALI DAN PALING LAMA 2 (DUA)
TAHUN. (BAB IX, Pasal 59, Ayat 6. UU No. 13 Tahun 2003)
D. PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU YANG TIDAK
MEMENUHI KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM AYAT (1),
AYAT (2), AYAT (4), AYAT (5), DAN AYAT (6) MAKA DEMI HUKUM
MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU. (BAB IX, Pasal 59,
Ayat 7. UU No. 13 Tahun 2003)
10
11. PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN
1. PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU YANG DIBUAT TIDAK TERTULIS
BERTENTANGAN DENGAN KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM AYAT (1)
DINYATAKAN SEBAGAI PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TIDAK TERTENTU. (BAB IX, Pasal
57, Ayat 2. UU No. 13 Tahun 2003).
2. DALAM HAL PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU DIBUAT SECARA LISAN, MAKA
PENGUSAHA WAJIB MEMBUAT SURAT PENGANGKATAN BAGI PEKERJA/BURUH YANG
BERSANGKUTAN. (BAB IX, Pasal 63, Ayat 1. UU No. 13 Tahun 2003).
3. SURAT PENGANGKATAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM AYAT (1), SEKURANG-
KURANGNYA MEMUAT KETENTUAN:
a. NAMA DAN ALAMAT PEKERJA/BURUH
b. TANGGAL MULAI BEKERJA
c. JENIS PEKERJAAN; DAN
d. BESARNYA UPAH
11
BAB IX, Pasal 63, Ayat 2
UU No. 13 Tahun 2003
12. PKWT UNTUK PEKERJAAN BERSIFAT
MUSIMAN
1. Pekerjaan yang bersifat musiman adalah pekerjaan yang
pelaksanaannya tergantung pada musim atau cuaca.
2. PKWT yang dilakukan untuk pekerjaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) (nomor 1 diatas) hanya dapat dilakukan untuk satu
jenis pekerjaan pada musim tertentu.
BAB III, Pasal 4, ayat 1 & 2
Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
No. Kep.100/MEN/VI/2004
12
13. PKWT UNTUK PEKERJAAN BERSIFAT
MUSIMAN
3. Pekerjaan‑pekerjaan yang harus dilakukan untuk memenuhi
pesanan atau target tertentu dapat dilakukan dengan PKWT
sebagai pekerjaan musiman.
4. PKWT yang dilakukan untuk pekerjaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) (nomor 4 diatas) hanya diberlakukan untuk
pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan tambahan.
BAB III, Pasal 5, Ayat 1 & 2
Kep. Men. Tenaga Kerja Dan
Transmigrasi
No. Kep.100/MEN/VI/2004 13
14. PKWT UNTUK PEKERJAAN BERSIFAT
MUSIMAN
5. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh berdasarkan PKWT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 harus membuat daftar nama
pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan tambahan.
BAB III, Pasal 6. Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Kep.100/MEN/VI/2004
6. PKWT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 (Kep. Men
Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Kep.100/MEN/VI/2004) tidak
dapat dilakukan pembaharuan.
BAB III, Pasal 7. Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Kep.100/MEN/VI/2004
14
15. PKWT UNTUK PEKERJAAN YANG SEKALI
SELESAI ATAU SEMENTARA SIFATNYA
1. PKWT untuk pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya
adalah PKWT yang didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu.
2. PKWT sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuat untuk paling lama 3
(tiga) tahun.
3. Dalam hal pekerjaan tertentu yang diperjanjikan dalam PKWT
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diselesaikan lebih cepat
dari yang diperjanjikan maka PKWT tersebut putus demi hukum pada
saat selesainya pekerjaan.
4. Dalam PKWT yang didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu harus
dicantumkan batasan suatu pekerjaan dinyatakan selesai.
BAB II, Pasal 3, Ayat 1 - 4
Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
No. Kep.100/MEN/VI/2004
15
16. PKWT UNTUK PEKERJAAN YANG SEKALI
SELESAI ATAU SEMENTARA SIFATNYA
5. Dalam hal PKWT dibuat berdasarkan selesainya pekerjaan tertentu
namun karena kondisi tertentu pekerjaan tersebut belum dapat
diselesaikan, dapat dilakukan pembaharuan PKWT.
6. Pembaharuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) dilakukan
setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari setelah
berakhirnya perjanjian kerja.
7. Selama tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud
dalam ayat (6) tidak ada hubungan kerja antara pekerja/buruh dan
pengusaha.
8. Para pihak dapat mengatur lain dari ketentuan dalam ayat (5) dan
ayat (6) yang dituangkan dalam perjanjian.
BAB II, Pasal 3, Ayat 5 - 8
Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
No. Kep.100/MEN/VI/2004 16
17. PKWT PEKERJAAN BERHUBUNGAN
PRODUK BARU
1. PKWT dapat dilakukan dengan pekerja/buruh untuk melakukan
pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau
produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.
2. PKWT sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan
untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang
untuk satu kali paling lama 1 (satu) tahun.
3. PKWT sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dapat dilakukan
pembaharuan.
BAB IV, Pasal 8, Ayat 1 - 3
17
Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
No. Kep.100/MEN/VI/2004
18. PKWT PEKERJAAN
BERHUBUNGAN PRODUK BARU
PKWT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 hanya boleh
diberlakukan bagi pekerja/buruh yang melakukan
pekerjaan di luar kegiatan atau di luar pekerjaan yang
biasa dilakukan perusahaan.
BAB IV, Pasal 9
Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
No. Kep.100/MEN/VI/2004
18
19. PERJANJIAN KERJA HARIAN LEPAS
1. Untuk pekerjaan‑pekerjaan tertentu yang berubah‑ubah dalam hal
waktu dan volume pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran,
dapat dilakukan dengan perjanjian kerja harian lepas.
2. Perjanjian kerja harian lepas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dilakukan dengan ketentuan pekerja/buruh bekerja kurang dari 21
(dua puluh satu) hari dalam 1 (satu) bulan.
3. Dalam hal pekerja/buruh bekerja 21 (dua puluh satu) hari atau lebih
selama 3 (tiga) bulan berturut‑turut atau lebih maka perjanjian kerja
harian lepas berubah menjadi PKWTT.
BAB V, Pasal 10, Pasal 1 - 3
Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
No. Kep.100/MEN/VI/2004
19
20. PERJANJIAN KERJA HARIAN LEPAS
Perjanjian kerja harian lepas yang memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dan ayat
(2) dikecualikan dari ketentuan jangka waktu PKWT pada
umumnya.
BAB V, Pasal 11
Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
No. Kep.100/MEN/VI/2004
20
21. PERJANJIAN KERJA HARIAN LEPAS
1. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh pada pekerjaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 wajib membuat perjanjian kerja harian lepas secara
tertulis dengan para pekerja/buruh.
2. Perjanjian kerja harian lepas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
dibuat berupa daftar pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 sekurang‑kurangnya memuat :
a. nama/alamat perusahaan atau pemberi kerja;
b. nama/alamat pekerja/buruh;
c. jenis pekerjaan yang dilakukan;
d. besarnya upah dan/atau imbalan lainnya.
3. Daftar pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) disampaikan
kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat
selambat‑lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak mempekerjakan pekerja/buruh.
BAB V, Pasal 12
Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi 21
No. Kep.100/MEN/VI/2004
22. PENCATATAN PKWT
PKWT wajib dicatatkan oleh pengusaha kepada instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota
setempat selambat‑lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak
penandatanganan. BAB VI, Pasal 13. Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
No. Kep.100/MEN/VI/2004
Untuk perjanjian kerja harian lepas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 maka yang dicatatkan adalah daftar pekerja/buruh
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2). BAB VI, Pasal 13. Kep.
Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Kep.100/MEN/VI/2004
22
23. PERUBAHAN PKWT MENJADI PKWTT
1. PKWT yang tidak dibuat dalam bahasa Indonesia dan huruf latin berubah menjadi PKWTT
sejak adanya hubungan kerja.
2. Dalam hal PKWT dibuat tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (2), atau Pasal 5 ayat (2), maka PKWT berubah menjadi PKWTT sejak adanya hubungan
kerja.
3. Dalam hal PKWT dilakukan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru
menyimpang dari ketentuan Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3), maka PKWT berubah menjadi
PKWTT sejak dilakukan penyimpangan.
4. Dalam hal pembaharuan PKWT tidak melalui masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari
setelah berakhirnya perpanjangan PKWT dan tidak diperjanjikan lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3, maka PKWT berubah menjadi PKWTT sejak tidak terpenuhinya syarat PKWT
tersebut.
5. Dalam hal pengusaha mengakhiri hubungan kerja terhadap pekerja/buruh dengan hubungan
kerja PKWTT sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) ,ayat (3) dan ayat (4), maka
hak‑hak pekerja/buruh dan prosedur penyelesaian dilakukan sesuai ketentuan peraturan
perundang‑undangan bagi PKWTT.
BAB VII, Pasal 15, Ayat 1 - 5 23
Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
No. Kep.100/MEN/VI/2004