ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
DASAR HUKUM PEMBUATAN
   PERJANJIAN KERJA




 Nugraha Pranadita
HUBUNGAN KERJA


HUBUNGAN ANTARA PENGUSAHA DENGAN
PEKERJA/ BURUH BERDASARKAN PERJANJIAN
KERJA YANG MEMPUNYAI UNSUR :

                       - PEKERJAAN
                       - UPAH
                       - PERINTAH
BAB I, Pasal 1, Nomor 15
  UU No. 13 Tahun 2003                      2
PERJANJIAN KERJA


PERJANJIAN KERJA ADALAH PERJANJIAN ANTARA PEKERJA/BURUH
DENGAN PENGUSAHA ATAU PEMBERI KERJA YANG MEMUAT
SYARAT SYARAT KERJA, HAK, DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK

BAB I, Pasal 1, Nomor 14
UU No. 13 Tahun 2003




PERJANJIAN KERJA YANG DIBUAT OLEH PENGUSAHA DAN
PEKERJA/BURUH    TIDAK  BOLEH BERTENTANGAN DENGAN
PERJANJIAN KERJA BERSAMA

BAB XI, Pasal 127, Ayat 1
UU No. 13 Tahun 2003

                                                     3
DASAR PEMBUATAN PERJANJIAN KERJA


a. PERJANJIAN KERJA DIBUAT SECARA TERTULIS ATAU LISAN   (BAB IX,
     Pasal 51, Ayat 1. UU No. 13 Tahun 2003).

b. KESEPAKATAN KEDUA BELAH PIHAK
c.   KEMAMPUAN ATAU KECAPAKAPAN MELAKUKAN PERBUATAN
     HUKUM
d. ADANYA PEKERJAAN YANG DIPERJANJIKAN
e. PEKERJAAN YANG DIPERJANJIKAN TIDAK BERTENTANGAN
   DENGAN KETERTIBAN UMUM, KESUSILAAN, DAN PERATURAN
   PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU

     b, c, d & e
     BAB IX, Pasal 52, Ayat 1                               4
     UU No. 13 Tahun 2003
ISI MATERI PERJANJIAN KERJA
                            (YANG DIBUAT SECARA TERTULIS)

A. NAMA, ALAMAT PERUSAHAAN, DAN JENIS USAHA
B. NAMA, JENIS KELAMIN, UMUR, DAN ALAMAT PEKERJA/BURUH
C. JABATAN ATAU JENIS PEKERJAAN
D. TEMPAT PEKERJAAN
E. BESARNYA UPAH DAN CARA PEMBAYARANNYA
F. SYARAT-SYARAT KERJA YANG MEMUAT HAK DAN KEWAJIBAN
   PENGUSAHA DAN PEKERJA/BURUH
G. MULAI DAN JANGKA WAKTU BERLAKUNYA PERJANJIAN KERJA
H. TEMPAT DAN TANGGAL PERJANJIAN DIBUAT
I.   TANDA TANGAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJA
                                                            5
 BAB IX, Pasal 54, ayat 1
 UU No. 13 Tahun 2003
PERJANJIAN KERJA

   A. WAKTU TERTENTU
   B. WAKTU TIDAK TERTENTU
   BAB IX, Pasal 56, Ayat 1
   UU No. 13 Tahun 2003




PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

   A. JANGKA WAKTU ATAU
   B. SELESAINYA SUATU PEKERJAAN TERTENTU
   BAB IX, Pasal 56, Ayat 2
   UU No. 13 Tahun 2003                     6
SYARAT PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

A.   PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU DIBUAT SECARA
     TERTULIS SERTA HARUS MENGGUNAKAN BAHASA INDONESIA DAN
     HURUF LATIN (BAB IX, Pasal 57, Ayat 1. UU No. 13 Tahun 2003).
B.   PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU TIDAK DAPAT
     MENSYARATKAN ADANYA MASA PERCOBAAN KERJA (BAB IX, Pasal 58, Ayat 1. UU
     No. 13 tahun 2003).


        JENIS, SIFAT/KEGIATAN PEKERJAANNYA
A.   PEKERJAAN YANG SEKALI SELESAI ATAU SEMENTARA SIFATNYA
B.   PEKERJAAN YANG DIPERKIRAKAN PENYELESAIANNYA DALAM WAKTU
     YANG TIDAK TERLALU LAMA DAN PALING LAMA 3 (TIGA) TAHUN
C.   PEKERJAAN YANG BERSIFAT MUSIMAN, ATAU
D.   PEKERJAAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUK BARU, KEGIATAN
     BARU, ATAU PRODUK TAMBAHAN YANG MASIH DALAM PERCOBAAN
     ATAU PENJAJAKAN
                                                                         7
BAB IX, Pasal 59, Ayat 1
UU No. 13 Tahun 2003
LARANGAN PERJANJIAN KERJA
                 WAKTU TERTENTU



      PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU
      TIDAK DAPAT DIADAKAN UNTUK PEKERJAAN YANG
      BERSIFAT TETAP


BAB IX, Pasal 59, Ayat 2
 UU No. 13 Tahun 2003



                                                  8
JANGKA WAKTU

A. PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU YANG DIDASARKAN ATAS
  JANGKA WAKTU TERTENTU DAPAT DIADAKAN UNTUK PALING
  LAMA 2 (DUA) TAHUN DAN HANYA BOLEH DIPERPANJANG 1
  (SATU) KALI UNTUK JANGKA WAKTU PALING LAMA 1 (SATU)
  TAHUN. (BAB IX, Pasal 59, Ayat 4. UU No. 13 Tahun 2003)

B. PENGUSAHA YANG BERMAKSUD MEMPERPANJANG PERJANJIAN
  KERJA WAKTU TERTENTU TERSEBUT, PALING LAMA 7 (TUJUH)
  HARI SEBELUM PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU BERAKHIR
  TELAH       MEMBERITAHUKAN               MAKSUDNYA        SECARA   TERTULIS
  KEPADA PEKERJA/BURUH YANG BERSANGKUTAN.                        (BAB IX, Pasal 59,
  Ayat 5. UU No. 13 Tahun 2003)
                                                                               9
JANGKA WAKTU

C.   PEMBARUAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU HANYA DAPAT
     DIADAKAN SETELAH MELEBIHI MASA TENGGANG WAKTU 30 (TIGA
     PULUH) HARI BERAKHIRNYA PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU
     YANG LAMA, PEMBARUAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU INI
     HANYA BOLEH DILAKUKAN 1 (SATU) KALI DAN PALING LAMA 2 (DUA)
     TAHUN. (BAB IX, Pasal 59, Ayat 6. UU No. 13 Tahun 2003)


D.       PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU YANG TIDAK
     MEMENUHI KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM AYAT (1),
     AYAT (2), AYAT (4), AYAT (5), DAN AYAT (6) MAKA DEMI HUKUM
     MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU.            (BAB IX, Pasal 59,
     Ayat 7. UU No. 13 Tahun 2003)
                                                                               10
PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN

1.   PERJANJIAN        KERJA       UNTUK   WAKTU    TERTENTU       YANG   DIBUAT   TIDAK   TERTULIS
     BERTENTANGAN DENGAN KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM AYAT (1)
     DINYATAKAN SEBAGAI PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TIDAK TERTENTU. (BAB IX, Pasal
     57, Ayat 2. UU No. 13 Tahun 2003).

2.   DALAM HAL PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU DIBUAT SECARA LISAN, MAKA
     PENGUSAHA WAJIB MEMBUAT SURAT PENGANGKATAN BAGI PEKERJA/BURUH YANG
     BERSANGKUTAN. (BAB IX, Pasal 63, Ayat 1. UU No. 13 Tahun 2003).

3.   SURAT PENGANGKATAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM AYAT (1), SEKURANG-
     KURANGNYA MEMUAT KETENTUAN:

     a. NAMA DAN ALAMAT PEKERJA/BURUH

     b. TANGGAL MULAI BEKERJA

     c. JENIS PEKERJAAN; DAN

     d. BESARNYA UPAH
                                                                                                11
BAB IX, Pasal 63, Ayat 2
UU No. 13 Tahun 2003
PKWT UNTUK PEKERJAAN BERSIFAT
                MUSIMAN


1. Pekerjaan        yang      bersifat       musiman   adalah   pekerjaan   yang
   pelaksanaannya tergantung pada musim atau cuaca.

2. PKWT yang dilakukan untuk pekerjaan sebagaimana dimaksud
   dalam ayat (1) (nomor 1 diatas) hanya dapat dilakukan untuk satu
   jenis pekerjaan pada musim tertentu.



   BAB III, Pasal 4, ayat 1 & 2
   Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
   No. Kep.100/MEN/VI/2004

                                                                               12
PKWT UNTUK PEKERJAAN BERSIFAT
               MUSIMAN


3.   Pekerjaan‑pekerjaan yang harus dilakukan untuk memenuhi
     pesanan atau target tertentu dapat dilakukan dengan PKWT
     sebagai pekerjaan musiman.

4.   PKWT yang dilakukan untuk pekerjaan sebagaimana dimaksud
     dalam ayat (1) (nomor 4 diatas) hanya diberlakukan untuk
     pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan tambahan.




     BAB III, Pasal 5, Ayat 1 & 2
     Kep. Men. Tenaga Kerja Dan
     Transmigrasi
     No. Kep.100/MEN/VI/2004                                    13
PKWT UNTUK PEKERJAAN BERSIFAT
              MUSIMAN

5. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh berdasarkan PKWT
   sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 harus membuat daftar nama
   pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan tambahan.
  BAB III, Pasal 6. Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Kep.100/MEN/VI/2004



6. PKWT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 (Kep. Men
  Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Kep.100/MEN/VI/2004) tidak
  dapat dilakukan pembaharuan.
   BAB III, Pasal 7. Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Kep.100/MEN/VI/2004




                                                                                       14
PKWT UNTUK PEKERJAAN YANG SEKALI
                SELESAI ATAU SEMENTARA SIFATNYA

1.   PKWT untuk pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya
     adalah PKWT yang didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu.
2.   PKWT sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuat untuk paling lama 3
     (tiga) tahun.
3.   Dalam hal pekerjaan tertentu yang diperjanjikan dalam PKWT
     sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diselesaikan lebih cepat
     dari yang diperjanjikan maka PKWT tersebut putus demi hukum pada
     saat selesainya pekerjaan.
4.   Dalam PKWT yang didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu harus
     dicantumkan batasan suatu pekerjaan dinyatakan selesai.
     BAB II, Pasal 3, Ayat 1 - 4
     Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
     No. Kep.100/MEN/VI/2004
                                                                     15
PKWT UNTUK PEKERJAAN YANG SEKALI
           SELESAI ATAU SEMENTARA SIFATNYA

5.   Dalam hal PKWT dibuat berdasarkan selesainya pekerjaan tertentu
     namun karena kondisi tertentu pekerjaan tersebut belum dapat
     diselesaikan, dapat dilakukan pembaharuan PKWT.
6. Pembaharuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) dilakukan
   setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari setelah
   berakhirnya perjanjian kerja.
7. Selama tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud
   dalam ayat (6) tidak ada hubungan kerja antara pekerja/buruh dan
   pengusaha.
8.   Para pihak dapat mengatur lain dari ketentuan dalam ayat (5) dan
     ayat (6) yang dituangkan dalam perjanjian.
     BAB II, Pasal 3, Ayat 5 - 8
     Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
     No. Kep.100/MEN/VI/2004                                        16
PKWT PEKERJAAN BERHUBUNGAN
                   PRODUK BARU

1.   PKWT      dapat      dilakukan       dengan   pekerja/buruh   untuk   melakukan
     pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau
     produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.

2.   PKWT sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan
     untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang
     untuk satu kali paling lama 1 (satu) tahun.

3.   PKWT sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dapat dilakukan
     pembaharuan.


     BAB IV, Pasal 8, Ayat 1 - 3
                                                                                  17
     Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
     No. Kep.100/MEN/VI/2004
PKWT PEKERJAAN
        BERHUBUNGAN PRODUK BARU


PKWT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 hanya boleh
diberlakukan    bagi  pekerja/buruh  yang   melakukan
pekerjaan di luar kegiatan atau di luar pekerjaan yang
biasa dilakukan perusahaan.




BAB IV, Pasal 9
Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
No. Kep.100/MEN/VI/2004


                                                         18
PERJANJIAN KERJA HARIAN LEPAS


1.   Untuk pekerjaan‑pekerjaan tertentu yang berubah‑ubah dalam hal
     waktu dan volume pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran,
     dapat dilakukan dengan perjanjian kerja harian lepas.

2.   Perjanjian kerja harian lepas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
     dilakukan dengan ketentuan pekerja/buruh bekerja kurang dari 21
     (dua puluh satu) hari dalam 1 (satu) bulan.

3.   Dalam hal pekerja/buruh bekerja 21 (dua puluh satu) hari atau lebih
     selama 3 (tiga) bulan berturut‑turut atau lebih maka perjanjian kerja
     harian lepas berubah menjadi PKWTT.


        BAB V, Pasal 10, Pasal 1 - 3
        Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
        No. Kep.100/MEN/VI/2004

                                                                        19
PERJANJIAN KERJA HARIAN LEPAS




Perjanjian kerja harian lepas yang memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dan ayat
(2) dikecualikan dari ketentuan jangka waktu PKWT pada
umumnya.




BAB V, Pasal 11
Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
No. Kep.100/MEN/VI/2004



                                                         20
PERJANJIAN KERJA HARIAN LEPAS

1.   Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh pada pekerjaan sebagaimana
     dimaksud dalam Pasal 10 wajib membuat perjanjian kerja harian lepas secara
     tertulis dengan para pekerja/buruh.

2.   Perjanjian kerja harian lepas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
     dibuat berupa daftar pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan sebagaimana
     dimaksud dalam Pasal 10 sekurang‑kurangnya memuat :
     a. nama/alamat perusahaan atau pemberi kerja;
     b. nama/alamat pekerja/buruh;
     c.  jenis pekerjaan yang dilakukan;
     d. besarnya upah dan/atau imbalan lainnya.

3. Daftar pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) disampaikan
    kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat
    selambat‑lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak mempekerjakan pekerja/buruh.


     BAB V, Pasal 12
     Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi                                 21
     No. Kep.100/MEN/VI/2004
PENCATATAN PKWT


PKWT wajib dicatatkan oleh pengusaha kepada instansi yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota
setempat selambat‑lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak
penandatanganan. BAB VI, Pasal 13. Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
No. Kep.100/MEN/VI/2004




Untuk perjanjian kerja harian lepas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 maka yang dicatatkan adalah daftar pekerja/buruh
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2). BAB VI, Pasal 13. Kep.
Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Kep.100/MEN/VI/2004




                                                                             22
PERUBAHAN PKWT MENJADI PKWTT

1.   PKWT yang tidak dibuat dalam bahasa Indonesia dan huruf latin berubah menjadi PKWTT
     sejak adanya hubungan kerja.
2.   Dalam hal PKWT dibuat tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
     ayat (2), atau Pasal 5 ayat (2), maka PKWT berubah menjadi PKWTT sejak adanya hubungan
     kerja.
3.   Dalam hal PKWT dilakukan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru
     menyimpang dari ketentuan Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3), maka PKWT berubah menjadi
     PKWTT sejak dilakukan penyimpangan.
4.   Dalam hal pembaharuan PKWT tidak melalui masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari
     setelah berakhirnya perpanjangan PKWT dan tidak diperjanjikan lain sebagaimana dimaksud
     dalam Pasal 3, maka PKWT berubah menjadi PKWTT sejak tidak terpenuhinya syarat PKWT
     tersebut.
5.   Dalam hal pengusaha mengakhiri hubungan kerja terhadap pekerja/buruh dengan hubungan
     kerja PKWTT sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) ,ayat (3) dan ayat (4), maka
     hak‑hak pekerja/buruh dan prosedur penyelesaian dilakukan sesuai ketentuan peraturan
     perundang‑undangan bagi PKWTT.


     BAB VII, Pasal 15, Ayat 1 - 5                                                       23
     Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi
     No. Kep.100/MEN/VI/2004

More Related Content

Perjanjian kerja

  • 1. DASAR HUKUM PEMBUATAN PERJANJIAN KERJA Nugraha Pranadita
  • 2. HUBUNGAN KERJA HUBUNGAN ANTARA PENGUSAHA DENGAN PEKERJA/ BURUH BERDASARKAN PERJANJIAN KERJA YANG MEMPUNYAI UNSUR : - PEKERJAAN - UPAH - PERINTAH BAB I, Pasal 1, Nomor 15 UU No. 13 Tahun 2003 2
  • 3. PERJANJIAN KERJA PERJANJIAN KERJA ADALAH PERJANJIAN ANTARA PEKERJA/BURUH DENGAN PENGUSAHA ATAU PEMBERI KERJA YANG MEMUAT SYARAT SYARAT KERJA, HAK, DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK BAB I, Pasal 1, Nomor 14 UU No. 13 Tahun 2003 PERJANJIAN KERJA YANG DIBUAT OLEH PENGUSAHA DAN PEKERJA/BURUH TIDAK BOLEH BERTENTANGAN DENGAN PERJANJIAN KERJA BERSAMA BAB XI, Pasal 127, Ayat 1 UU No. 13 Tahun 2003 3
  • 4. DASAR PEMBUATAN PERJANJIAN KERJA a. PERJANJIAN KERJA DIBUAT SECARA TERTULIS ATAU LISAN (BAB IX, Pasal 51, Ayat 1. UU No. 13 Tahun 2003). b. KESEPAKATAN KEDUA BELAH PIHAK c. KEMAMPUAN ATAU KECAPAKAPAN MELAKUKAN PERBUATAN HUKUM d. ADANYA PEKERJAAN YANG DIPERJANJIKAN e. PEKERJAAN YANG DIPERJANJIKAN TIDAK BERTENTANGAN DENGAN KETERTIBAN UMUM, KESUSILAAN, DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU b, c, d & e BAB IX, Pasal 52, Ayat 1 4 UU No. 13 Tahun 2003
  • 5. ISI MATERI PERJANJIAN KERJA (YANG DIBUAT SECARA TERTULIS) A. NAMA, ALAMAT PERUSAHAAN, DAN JENIS USAHA B. NAMA, JENIS KELAMIN, UMUR, DAN ALAMAT PEKERJA/BURUH C. JABATAN ATAU JENIS PEKERJAAN D. TEMPAT PEKERJAAN E. BESARNYA UPAH DAN CARA PEMBAYARANNYA F. SYARAT-SYARAT KERJA YANG MEMUAT HAK DAN KEWAJIBAN PENGUSAHA DAN PEKERJA/BURUH G. MULAI DAN JANGKA WAKTU BERLAKUNYA PERJANJIAN KERJA H. TEMPAT DAN TANGGAL PERJANJIAN DIBUAT I. TANDA TANGAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJA 5 BAB IX, Pasal 54, ayat 1 UU No. 13 Tahun 2003
  • 6. PERJANJIAN KERJA A. WAKTU TERTENTU B. WAKTU TIDAK TERTENTU BAB IX, Pasal 56, Ayat 1 UU No. 13 Tahun 2003 PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU A. JANGKA WAKTU ATAU B. SELESAINYA SUATU PEKERJAAN TERTENTU BAB IX, Pasal 56, Ayat 2 UU No. 13 Tahun 2003 6
  • 7. SYARAT PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU A. PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU DIBUAT SECARA TERTULIS SERTA HARUS MENGGUNAKAN BAHASA INDONESIA DAN HURUF LATIN (BAB IX, Pasal 57, Ayat 1. UU No. 13 Tahun 2003). B. PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU TIDAK DAPAT MENSYARATKAN ADANYA MASA PERCOBAAN KERJA (BAB IX, Pasal 58, Ayat 1. UU No. 13 tahun 2003). JENIS, SIFAT/KEGIATAN PEKERJAANNYA A. PEKERJAAN YANG SEKALI SELESAI ATAU SEMENTARA SIFATNYA B. PEKERJAAN YANG DIPERKIRAKAN PENYELESAIANNYA DALAM WAKTU YANG TIDAK TERLALU LAMA DAN PALING LAMA 3 (TIGA) TAHUN C. PEKERJAAN YANG BERSIFAT MUSIMAN, ATAU D. PEKERJAAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRODUK BARU, KEGIATAN BARU, ATAU PRODUK TAMBAHAN YANG MASIH DALAM PERCOBAAN ATAU PENJAJAKAN 7 BAB IX, Pasal 59, Ayat 1 UU No. 13 Tahun 2003
  • 8. LARANGAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU TIDAK DAPAT DIADAKAN UNTUK PEKERJAAN YANG BERSIFAT TETAP BAB IX, Pasal 59, Ayat 2 UU No. 13 Tahun 2003 8
  • 9. JANGKA WAKTU A. PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU YANG DIDASARKAN ATAS JANGKA WAKTU TERTENTU DAPAT DIADAKAN UNTUK PALING LAMA 2 (DUA) TAHUN DAN HANYA BOLEH DIPERPANJANG 1 (SATU) KALI UNTUK JANGKA WAKTU PALING LAMA 1 (SATU) TAHUN. (BAB IX, Pasal 59, Ayat 4. UU No. 13 Tahun 2003) B. PENGUSAHA YANG BERMAKSUD MEMPERPANJANG PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU TERSEBUT, PALING LAMA 7 (TUJUH) HARI SEBELUM PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU BERAKHIR TELAH MEMBERITAHUKAN MAKSUDNYA SECARA TERTULIS KEPADA PEKERJA/BURUH YANG BERSANGKUTAN. (BAB IX, Pasal 59, Ayat 5. UU No. 13 Tahun 2003) 9
  • 10. JANGKA WAKTU C. PEMBARUAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU HANYA DAPAT DIADAKAN SETELAH MELEBIHI MASA TENGGANG WAKTU 30 (TIGA PULUH) HARI BERAKHIRNYA PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU YANG LAMA, PEMBARUAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU INI HANYA BOLEH DILAKUKAN 1 (SATU) KALI DAN PALING LAMA 2 (DUA) TAHUN. (BAB IX, Pasal 59, Ayat 6. UU No. 13 Tahun 2003) D. PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM AYAT (1), AYAT (2), AYAT (4), AYAT (5), DAN AYAT (6) MAKA DEMI HUKUM MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU. (BAB IX, Pasal 59, Ayat 7. UU No. 13 Tahun 2003) 10
  • 11. PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN 1. PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TERTENTU YANG DIBUAT TIDAK TERTULIS BERTENTANGAN DENGAN KETENTUAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM AYAT (1) DINYATAKAN SEBAGAI PERJANJIAN KERJA UNTUK WAKTU TIDAK TERTENTU. (BAB IX, Pasal 57, Ayat 2. UU No. 13 Tahun 2003). 2. DALAM HAL PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU DIBUAT SECARA LISAN, MAKA PENGUSAHA WAJIB MEMBUAT SURAT PENGANGKATAN BAGI PEKERJA/BURUH YANG BERSANGKUTAN. (BAB IX, Pasal 63, Ayat 1. UU No. 13 Tahun 2003). 3. SURAT PENGANGKATAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM AYAT (1), SEKURANG- KURANGNYA MEMUAT KETENTUAN: a. NAMA DAN ALAMAT PEKERJA/BURUH b. TANGGAL MULAI BEKERJA c. JENIS PEKERJAAN; DAN d. BESARNYA UPAH 11 BAB IX, Pasal 63, Ayat 2 UU No. 13 Tahun 2003
  • 12. PKWT UNTUK PEKERJAAN BERSIFAT MUSIMAN 1. Pekerjaan yang bersifat musiman adalah pekerjaan yang pelaksanaannya tergantung pada musim atau cuaca. 2. PKWT yang dilakukan untuk pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) (nomor 1 diatas) hanya dapat dilakukan untuk satu jenis pekerjaan pada musim tertentu. BAB III, Pasal 4, ayat 1 & 2 Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Kep.100/MEN/VI/2004 12
  • 13. PKWT UNTUK PEKERJAAN BERSIFAT MUSIMAN 3. Pekerjaan‑pekerjaan yang harus dilakukan untuk memenuhi pesanan atau target tertentu dapat dilakukan dengan PKWT sebagai pekerjaan musiman. 4. PKWT yang dilakukan untuk pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) (nomor 4 diatas) hanya diberlakukan untuk pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan tambahan. BAB III, Pasal 5, Ayat 1 & 2 Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Kep.100/MEN/VI/2004 13
  • 14. PKWT UNTUK PEKERJAAN BERSIFAT MUSIMAN 5. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh berdasarkan PKWT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 harus membuat daftar nama pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan tambahan. BAB III, Pasal 6. Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Kep.100/MEN/VI/2004 6. PKWT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 (Kep. Men Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Kep.100/MEN/VI/2004) tidak dapat dilakukan pembaharuan. BAB III, Pasal 7. Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Kep.100/MEN/VI/2004 14
  • 15. PKWT UNTUK PEKERJAAN YANG SEKALI SELESAI ATAU SEMENTARA SIFATNYA 1. PKWT untuk pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya adalah PKWT yang didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu. 2. PKWT sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibuat untuk paling lama 3 (tiga) tahun. 3. Dalam hal pekerjaan tertentu yang diperjanjikan dalam PKWT sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diselesaikan lebih cepat dari yang diperjanjikan maka PKWT tersebut putus demi hukum pada saat selesainya pekerjaan. 4. Dalam PKWT yang didasarkan atas selesainya pekerjaan tertentu harus dicantumkan batasan suatu pekerjaan dinyatakan selesai. BAB II, Pasal 3, Ayat 1 - 4 Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Kep.100/MEN/VI/2004 15
  • 16. PKWT UNTUK PEKERJAAN YANG SEKALI SELESAI ATAU SEMENTARA SIFATNYA 5. Dalam hal PKWT dibuat berdasarkan selesainya pekerjaan tertentu namun karena kondisi tertentu pekerjaan tersebut belum dapat diselesaikan, dapat dilakukan pembaharuan PKWT. 6. Pembaharuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) dilakukan setelah melebihi masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya perjanjian kerja. 7. Selama tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) tidak ada hubungan kerja antara pekerja/buruh dan pengusaha. 8. Para pihak dapat mengatur lain dari ketentuan dalam ayat (5) dan ayat (6) yang dituangkan dalam perjanjian. BAB II, Pasal 3, Ayat 5 - 8 Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Kep.100/MEN/VI/2004 16
  • 17. PKWT PEKERJAAN BERHUBUNGAN PRODUK BARU 1. PKWT dapat dilakukan dengan pekerja/buruh untuk melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan. 2. PKWT sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat dilakukan untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang untuk satu kali paling lama 1 (satu) tahun. 3. PKWT sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dapat dilakukan pembaharuan. BAB IV, Pasal 8, Ayat 1 - 3 17 Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Kep.100/MEN/VI/2004
  • 18. PKWT PEKERJAAN BERHUBUNGAN PRODUK BARU PKWT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 hanya boleh diberlakukan bagi pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan di luar kegiatan atau di luar pekerjaan yang biasa dilakukan perusahaan. BAB IV, Pasal 9 Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Kep.100/MEN/VI/2004 18
  • 19. PERJANJIAN KERJA HARIAN LEPAS 1. Untuk pekerjaan‑pekerjaan tertentu yang berubah‑ubah dalam hal waktu dan volume pekerjaan serta upah didasarkan pada kehadiran, dapat dilakukan dengan perjanjian kerja harian lepas. 2. Perjanjian kerja harian lepas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan ketentuan pekerja/buruh bekerja kurang dari 21 (dua puluh satu) hari dalam 1 (satu) bulan. 3. Dalam hal pekerja/buruh bekerja 21 (dua puluh satu) hari atau lebih selama 3 (tiga) bulan berturut‑turut atau lebih maka perjanjian kerja harian lepas berubah menjadi PKWTT. BAB V, Pasal 10, Pasal 1 - 3 Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Kep.100/MEN/VI/2004 19
  • 20. PERJANJIAN KERJA HARIAN LEPAS Perjanjian kerja harian lepas yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) dikecualikan dari ketentuan jangka waktu PKWT pada umumnya. BAB V, Pasal 11 Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Kep.100/MEN/VI/2004 20
  • 21. PERJANJIAN KERJA HARIAN LEPAS 1. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh pada pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 wajib membuat perjanjian kerja harian lepas secara tertulis dengan para pekerja/buruh. 2. Perjanjian kerja harian lepas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dibuat berupa daftar pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 sekurang‑kurangnya memuat : a. nama/alamat perusahaan atau pemberi kerja; b. nama/alamat pekerja/buruh; c. jenis pekerjaan yang dilakukan; d. besarnya upah dan/atau imbalan lainnya. 3. Daftar pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) disampaikan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat selambat‑lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak mempekerjakan pekerja/buruh. BAB V, Pasal 12 Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi 21 No. Kep.100/MEN/VI/2004
  • 22. PENCATATAN PKWT PKWT wajib dicatatkan oleh pengusaha kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota setempat selambat‑lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak penandatanganan. BAB VI, Pasal 13. Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Kep.100/MEN/VI/2004 Untuk perjanjian kerja harian lepas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 maka yang dicatatkan adalah daftar pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2). BAB VI, Pasal 13. Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Kep.100/MEN/VI/2004 22
  • 23. PERUBAHAN PKWT MENJADI PKWTT 1. PKWT yang tidak dibuat dalam bahasa Indonesia dan huruf latin berubah menjadi PKWTT sejak adanya hubungan kerja. 2. Dalam hal PKWT dibuat tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), atau Pasal 5 ayat (2), maka PKWT berubah menjadi PKWTT sejak adanya hubungan kerja. 3. Dalam hal PKWT dilakukan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru menyimpang dari ketentuan Pasal 8 ayat (2) dan ayat (3), maka PKWT berubah menjadi PKWTT sejak dilakukan penyimpangan. 4. Dalam hal pembaharuan PKWT tidak melalui masa tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya perpanjangan PKWT dan tidak diperjanjikan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, maka PKWT berubah menjadi PKWTT sejak tidak terpenuhinya syarat PKWT tersebut. 5. Dalam hal pengusaha mengakhiri hubungan kerja terhadap pekerja/buruh dengan hubungan kerja PKWTT sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) ,ayat (3) dan ayat (4), maka hak‑hak pekerja/buruh dan prosedur penyelesaian dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang‑undangan bagi PKWTT. BAB VII, Pasal 15, Ayat 1 - 5 23 Kep. Men. Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Kep.100/MEN/VI/2004