- Kerajaan Gowa merupakan kerajaan yang terkenal di Nusantara dengan pelabuhan strategis Somba Opu yang menjadi pusat perdagangan internasional
- VOC berusaha mengendalikan Gowa dan menerapkan monopoli perdagangan, sehingga harus menundukkan kerajaan tersebut dengan berbagai upaya seperti blockade dan menyerang kapal-kapal
- Perang pecah pada 1667 setelah pasukan gabungan VOC dan sekutunya menyerang Gowa dari berbag
2. LATARBELAKANG
Kerajaan Gowa merupakan salah satu kerajaan yang sangat terkenal di
Nusantara. Pusat pemerintahannya berada di Somba Opu yang sekaligus
menjadi pelabuhan Kerajaan Gowa. Somba Opu senantiasa terbuka untuk
siapa saja. Banyak para pedagang asing yang tinggal di kota itu. Misalnya,
orang Inggris, Denmark, Portugis, dan Belanda. Gowa anti terhadap tindakan
monopoli perdagangan. Masyarakat Gowa ingin hidup merdeka dan
bersahabat kepada siapa saja tanpa hak istimewa. Masyarakat Goa senantiasa
berpegang pada prinsip hidup sesuai dengan kata-kata Tanahku terbuka bagi
semua bangsa, Tuhan menciptakan tanah dan laut; tanah dibagikannya
untuk semua manusia dan laut adalah milik bersama. Dengan prinsip
keterbukaan itu maka Gowa cepat berkembang.
3. Pelabuhan Somba Opu memiliki posisi
yang strategis dalam jalur perdagangan
internasional. Pelabuhan Somba Opu
telah berperan sebagai Bandar
perdagangan tempat persinggahan
kapal-kapal dagang dari timur ke barat
atau sebaliknya. Sebagai contoh, kapal-
kapal pengangkut rempah-rempah dari
Maluku yang berangkat ke Malaka
sebelumnya akan singgah dulu di Bandar
Somba Opu. Begitu juga barang
dagangan dari barat yang akan masuk ke
Maluku juga melakukan bongkar muat di
Somba Opu.
LATARBELAKANG
4. Dengan melihat peran dan posisinya yang strategis, VOC
berusaha keras untuk dapat mengendalikan Gowa dan menguasai
pelabuhan Somba Opu serta menerapkan monopoli perdagangan.
Untuk itu VOC harus dapat menundukkan Kerajaan Gowa.
Berbagai upaya untuk melemahkan posisi Gowa terus dilakukan.
Sebagai contoh, pada tahun 1634, VOC melakukan blockade
terhadap Pelabuhan Somba Opu, tetapi gagal karena perahu-
perahu Makasar yang berukuran kecil lebih lincah dan mudah
bergerak di antara pulau-pulau yang ada. Kemudian kapal-kapal
VOC merusak dan menangkap kapal-kapal pribumi maupun kapal-
kapal asing lainnya.
LATARBELAKANG
5. Raja Goa, Sultan Hasanuddin ingin
menghentikan tidakan VOC yang
anarkis dan provokatif itu. Sultan
Hasanuddin menentang ambisi VOC
yang memaksakan monopoli di Goa.
Seluruh kekuatan dipersiapkan untuk
menghadapi VOC. Beberapa benteng
pertahanan mulai dipersiapkan di
sepanjang pantai. Beberapa sekutu
Gowa mulai dikoordinasikan.
Semua dipersiapkan untuk melawan
kesewenang-wenangan VOC.
Sementara itu VOC juga
mempersiapkan diri untuk
menundukkan Gowa. Politik devide
et impera mulai dilancarkan.
Misalnya VOC menjalin hubungan
dengan seorang Pangeran Bugis dari
Bone yang bernama Aru Palaka.
JALANNYA PERANG
6. JALANNYA PERANG
VOC begitu bernafsu untuk segera dapat mengendalikan kekuasaan di Gowa.
Oleh karena itu, pimpinan VOC, Gubernur Jenderal Maetsuyker memutuskan untuk
menyerang Gowa. Dikirimlah pasukan ekspedisi yang berkekuatan 21 kapal dengan
mengangkut 600 orang tentara. Mereka terdiri atas tentara VOC, orang-orang
Ambon dan juga orang-orang Bugis di bawah Aru Palaka. Tanggal 7 Juli 1667,
meletus Perang Gowa. Tentara VOC dipimpin oleh Cornelis Janszoon Spelman,
diperkuat oleh pengikut Aru Palaka dan ditambah orang-orang Ambon di bawah
pimpinan Jonker van Manipa. Kekuatan VOC ini menyerang pasukan Goa dari
berbagai penjuru.
7. Gowa harus mengakui hak
monopoli VOC,
Semua orang Barat, kecuali
Belanda harus
meninggalkan wilayah Goa,
Gowa harus membayar
biaya perang.
Hasanuddin kemudian dipaksa untuk
menandatangani Perjanjian Bongaya
pada tanggal 18 November 1667, yang
isinya antara lain sebagai berikut:
Beberapa serangan VOC berhasil
ditahan pasukan Hasanuddin. Tetapi
dengan pasukan gabungan disertai
peralatan senjata yang lebih lengkap,
VOC berhasil mendesak pasukan
Hasanuddin. Benteng pertahanan
tentara Gowa di Barombang dapat
diduduki oleh pasukan Aru Palaka.
Hal ini menandai kemenangan pihak
VOC atas kerajaan Gowa.
JALANNYAPERANG
8. Sultan Hasanuddin tidak ingin
melaksanakan isi perjanjian itu, karena isi
perjanjian itu bertentangan dengan hati nurani
dan semboyan masyarakat Gowa atau Makassar.
Pada tahun 1668 Sultan Hasanuddin mencoba
menggerakkan kekuatan rakyat untuk kembali
melawan kesewenang-wenangan VOC itu. Namun
perlawanan ini segera dapat dipadamkan oleh
VOC. Dengan sangat terpaksa Sultan Hasanuddin
harus melaksanakan isi Perjanjian Bongaya.
Bahkan benteng pertahanan rakyat Gowa jatuh
dan diserahkan kepada VOC. Benteng itu
kemudian oleh Spelman diberi nama Benteng
Rotterdam.
KEKALAHAN
KERAJAANGOWA