Model integrasi antara kakao, kambing dan ikan nila dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Limbah kulit kakao dijadikan pakan kambing dan pupuk organik, sedangkan limbah kandang kambing dijadikan pupuk untuk kakao. Dengan manajemen yang tepat, usaha tani terpadu ini dapat memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan meningkatkan kesejahteraan petani.
1 of 19
Downloaded 19 times
More Related Content
pertanian terpadu
2. Model usahatani integrasi yang tepat perlu dilihat
dari komoditas ternak yang mampu memanfaatkan
limbah kulit kakao, serta kemudahan petani dalam
mengaplikasikan teknologi tersebut.
Dalam model usahatani integrasi, pemeliharaan disarankan
dilaksanakan dengan pola intensif.
4. Peningkatan Kualitas Nutrisi Limbah Kulit Buah Kakao dan
Daun Lamtoro Melalui Fermentasi Sebagai Basis Protein
PakanIkan Nila
5. OPTIMALISASI PRODUKTIVITAS TANAMAN KAKAO DAN
KAMBING MELALUI PERBAIKAN BUDIDAYA SECARA
TERINTEGRASI
Optimalisasi pengelolaan tanaman kakao dengan
pengendalian hama penyakit yang tepat, pemupukan (kimia
dan organik) yang sesuai dan perbaikan pasca panen
mampu meningkatkan produksi kakao yang semula 351,5
kg/0.5ha/thn menjadi 650,6/0.5ha/thn.
Pada inovasi teknologi pakan hijauan ternak kambing yang
diambil dari fermentasi kulit buah kakao juga menunjukkan
bobot akhir dari 3,8kg/ekor menjadi 6,6kg/ekor
6.  Integrasi antara kakao dan kambing
 Integrasi antara kakao dan pohon penaung yaitu gamal (positif)
dan kelapa dalam (negatif)
 Aplikasi teknik budidaya dan pengendalian hama penyakit
(sarungisasi) yang tepat
 Teknologi pemeliharaan kambing.
7. á´¥ Hasil analisis menunjukkan bahwa limbah kulit kakao yang 44 juta
kg yang dapat disuplai sebagai pakan untuk 243 ribu ekor kambing atau
53% dari populasi kambing di NTT selama 3 bulan.
Kontribusi dari limbah ternak kambing berupa pupuk kandang
sebanyak 231 juta kg dapat memupuk tanaman kakao seluruhnya (34
juta pohon) bahkan surplus atau memiliki nilai ekonomi sebesar 183
milyar dana yang dipakai untuk mengadakan pupuk organik.
Pola usaha tani yang diterapkan tersebut dapat menekan dampak dari
cekaman lingkungan yang menyebabkan gagal panen.
8. á´¥ Berdasarkan data status nutrisi tersebut maka kulit buah kakao dapat
memenuhi kebutuhan untuk pertumbuhan (> 10%)
á´¥Pemberian kulit buah kakao pada masing-masing status fisiologi dapat
mensubtitusikan pakan rumput sebanyak 70% dan 30% dari gamal dan
lamtoro
9. PEMANFAATAN KULIT BUAH KAKAO YANG DIFERMENTASI
DENGAN KAPANG (Phanerochaete chrysosporium) SEBAGAI
PENGGANTI HIJAUAN DALAM RANSUM TERNAK KAMBING
MEI FADLI 1206113820
Penggunaan kulit buah kakao tanpa difermentasi maupun di
fermentasi dengan kapang Phanerochaete chrysosporium dapat
digunakan sebagai pakai alternatif pengganti rumput gajah tanpa
melihatkan pengaruh nyata terhadap konsumsi berat kering,
konsumsi bahan organik dan pertambahan bobot badan ternak
kambing.
Fermentasi kulit buah kakao dengan kapang P.chrysosporium
mampu menurunkan kandungan lignin pada buah kakao sebesar
7.12%
10. DAMPAK TEKNOLOGI SISTEM USAHATANI INTEGRASI KAKAO
DAN KAMBING TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI DAN
PENDAPATAN PETANI DI KABUPATEN DONGGALA SULAWESI
TENGAH
(Kambing dikandangkan)
Tingkat adopsi dan difusi teknologi sistem usahatani integrasi
kakao dan kam-bing masih rendah, hanya 36,84% . Begitu juga
dengan adopsi inovasi teknologi budidaya dan pemeliharaan
kambing serta pakan hijauan namun tetap dapat meningkatkan
produktivitas kakao 11,44% dan pendapatan usahatani kakao
3,55%.
11. PENGARUH PRIMATANI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN
PETANI PERKEBUNAN DIKECAMATAN BUSUNG BIU
SITI MUNAWAROH 1206113864
Model intergrasi antara tanaman perkebunan dan kambing dapat
meningkatkan pendapatan petani karena limbah dari tanaman dapat
dijadikan pakan ternak dan limbah dari kotoran dijadikan pupuk
organik fan urine dari kambing dimanfaatkan sebagai pupuk organik
cair, sehingga dapat menekan biaya yang dikeluarkan
Menurut Guntoro (2012), dalam satu perkebunan dapat menampung
25-28 ekor ternak sehingga mampu mensuplai pupuk organik padat
dan cair dengan kebutuhan tanaman yaitu 12 ton/ha/thn.
12. PENERAPAN INTEGRASI USAHA TANAMAN DAN TERNAK
SERTAKEBUTUHAN PENYULUHAN PERTANIAN (Kasus Integrasi
Usaha Kakao dan Sapi di Kecamatan Harau Kabupaten Lima Puluh
Kota)
EKA PRATAMA 1206113724
Penerapan teknologi berbagai komponen sistem integrasi
menunjukan hasil yang bervariasi. Adopsi teknologi yang
cenderung baik adalah pada teknologi budidaya tanaman
dan ternak, sedangkan adopsi teknologi pengolahan limbah
masih rendah. Hal ini mengindikasikan sistem integrasi yang
diterapkan belum mampu secara maksimal memanfaatkan
limbah tanaman dan limbah ternak sebagai sumber input
internal dalam usaha tani.
13. PERCEPATAN ADOPSI TEKNOLOGI PHT KAKAO DI SULAWESI
SELATAN
Hama dan penyakit utama tanaman kakao antara lain penggerek buah
kakao (PBK), pengisap buah Helopeltis spp., penyakit busuk buah
dan penyakit VSD.
Berdampak kepada hasil produksi biji maupun kulit untuk pakan
ternak baik secara kualitatif dan kuantitatif
Perlu dilakukan beberapa pendekatan PHT seperti :
1. Penggunaan varietas tahan (klon DRC 16 (kakao mulia), Sca 6, Sca
12 dan hibrida Sca 6 x DRC 16, dll)
2. Teknik Pemangkasan yang tepat pada tanaman kakao dan penaung
Hama (PBK dan Helopeltis spp. berkembang pada tajuk-tajuk
tanaman kakao tertutup rapat dan rimbun)
3. Sanitasi
4. Konservasi dan Pemanfaatan musuh alami
5. Aplikasi pestisida biologi/hayati dan atau
6. Aplikasi pestisida kimia secara tepat dan bijaksana
15. Bibit Kakao 1450 kg × @Rp 12.000/kg = Rp 17. 400.000
Perawatan a. Pupuk Urea 200 Kg = Rp 240.000
b. Pupuk Kcl 150 Kg = Rp 373.000
c. Pupuk SP-36 100 = Rp 180.000
d. Insektisida 3 liter = Rp 135.000
e. Herbisida 5 Liter = Rp 195.000
f. Plastik pembungkus buah 45 pak = Rp 520.000
g.Dan lain-lain = Rp 2.000.00
Panen 250 kg/ 4 bulan ×@Rp 10.500/kg = Rp 26.250.000
Jumlah Pengeluaran = Rp 21.170.000,-
Jumlah Penerimaan = Rp 5.080.000
16. Usaha Kambing
Kambing Dewasa 30 Ekor×@Rp 400.000 ekor = Rp 12.000.000
Perawatan a. Penyusutan Kandang 4 Bulan = Rp 80.000
b. Pakan Ternak (Hijauan+Kulit Kakao) tidak beli
c. Obat 15 kali @Rp10.000 = Rp 150.000
d. Biaya tak terduga = Rp 300.000
Jumlah Pengeluaran = Rp 12.530.00
Jumlah Pendapatan Usaha Ternak = Rp 13.500.000
Jumlah Penerimaan = Rp 970.000
17. Usaha Ikan Nila
Bibit Ikan Nila 3000 Ekor × @Rp 400/ekor = Rp 12.000.000
Perawatan a. Pupuk Kandang 2 ton = Rp 400.000
b. Pengapuran 1 ton = Rp 300.000
c. Urea 75 Kg = Rp 90.000
d. TSP 25 Kg = Rp 45.000
e. Pakan = Rp 500.000
d. Dan lain-lain = Rp 3.500.000
Jumlah Pengeluaran = Rp 13.235.00
Jumlah Pendapatan Usaha Ikan = Rp 15.535.000
Jumlah Penerimaan = Rp. 2.300.000
19. Kesimp
ulan
Model usaha tani terpadu dengan menerapkan integrasi
kambing dan kakao memiliki prospek yang cukup besar
dalam meningkatkan produksi dan pendapatan petani jika
penerapannya dilakukan dengan aplikasi teknik budidaya
disertai dengan pengendalian hama penyakit yang tepat
begitu juga dengan perawatan hewan ternak kambing
serta pembuatan pupuk hijauan harus tepat jika tidak,
hasil yang maksimal tidak akan diperoleh