4. SEJARAH SEKOLAH CADET SOERABAJA
Untuk menampung semangat para pemuda yang
berada di Surabaya yang memiliki militansi tinggi
menjaga kedaulatan bangsa Indonesia. Di masa
sebelum 1945 banyak pemuda yang tergabung
dalam KNIL dan PETA.
Sekolah Cadet Soerabaja dibentuk pada tanggal 15
Oktober 1945 atas persetujuan Jendral Mayor
Jonosewojo yang pada masa itu menjabat Panglima
TKR Karesidenan Surabaya. Jonosewojo merupakan
cucu dari Mangkunegoro VI.
Tujuan pembentukan Sekolah Kader Soerabaja
untuk membentuk calon-calon perwira militer yang
berguna bagi perjuangan revolusi fisik di awal
kemerdekaan Indonesia.
Pasukan Sawunggaling berhasil merekrut 157
pemuda yang disusun menjadi 4 seksi.
5. Atas ide Mayor Ronokusumo, Sekolah Cader Soerabaja dapat terwujud dalam menampung
keinginan para pemuda di Surabaya. Ide ini mendapat persetujuan dari Panglima TKR
Karesidenan Surabaya Jendral Mayor Jonosewojo
Markas semula berada di bekas gedung hiburan wanita untuk perwira Jepang pada masa
1942-1945, berada di Jln Sawunggaling maka pasukan sekolah ini juga dikenal dengan nama
TKR Sawunggaling.
Unit persenjataan yang dimiliki juga lengkap hasil dari gudang senjata Don Bosco beserta
kendaraan yang berhasil dikuasai.
Pasukan Sawunggaling dibawah komandan Kapten Moh Djamal mendapat kepercayaan
menyambut 6.000 tentara Brigade 49 Divisi India 23 pimpinan Brigadier Mallaby yang
mendarat di Surabaya tanggal 25 Oktober 1945.
Jendral Mayor Jonosewojo mengusulkan pemindahan markas dari Jl Sawunggaling ke Pabrik
Gula Mojoagung sekitar 70 Km jaraknya dengan tujuan mengamankan para kader agar lebih
fokus dalam menerima pendidikan militer mengingat Surabaya saat itu sedang tidak kondusif.
PERJALANAN SEKOLAH CADET SOERABAJA
6. PENDIDIKAN
SEKOLAH CADET SOERABAJA
Selama di Mojoagung, siswa-siswa menempati
kompleks perumahan Pabrik Gula Mojoagung,
sedangkan para instruktur menempati perumahan
diseberang Pabrik Gula.
Latihan baris-berbaris dan kemiliteran dilakukan di area
Pabrik Gula Mojoagung Jombang.
Jenis senjata yang dipelajari Karabein, pistol, granat
tangan, senapan otomatis, senapan mesin berat,
senjata PSU dan mortir serta mengemudikan panser
Jepang.
Beberapa prajurit Jepang turut melatih siswa Sekolah
Cadet menggunakan senjata PSU selama dua minggu
di Kletek serta mengoperasikan radio telepon.
Setelah pindah ke Mojoagung, para siswa ditugaskan
secara bergantian ke front terdepan didaerah Kletek
Taman Sidoarjo.
Pengiriman penugasan ke front terdepan dihentikan
setelah peristiwa gugurnya dua siswa di Kletek.
7. Kalau saudara sekarang pergi ke front,
paling banter saudara hanya bisa
membunuh beberapa orang serdadu
musuh saja. Tetapi kalau kelak saudara
sudah tamat belajar dan ke front
memimpin satu seksi pasukan, maka
saudara akan bisa membunuh satu seksi
lebih musuh. Karena itu tugas saudara
yang penting sekarang adalah belajar
dan berlatih dahulu, agar kelak saudara
bisa menjadi seorang komandan yang
cakap dan disegani anak buah
(Jendral Mayor Jonosewojo)
8. PEJABAT SEKOLAH CADET SOERABAJA
INISIATOR PENDIRI SEKOLAH
CADET SOERABAJA
KEPALA SEKOLAH PERTAMA
TURUT DALAM
PERTEMPURAN TIGA HARI DI
WONOKROMO
GUGUR DI SELOREJO
AKIBAT KECELAKAAN MOBIL
KAPTEN
RONOPUSPITO
KAPTEN
RONOPRADOPO
MAYOR
RONOKUSUMO
WAKIL KEPALA SEKOLAH
CADET SOERABAJA
MENGGANTIKAN KAPTEN
SOBIRAN
PERWIRA STAFF SEKOLAH CADET
SOERABAJA
9. PEJABAT SEKOLAH CADET SOERABAJA
WAKIL KEPALA SEKOLAH
CADET SOERABAJA
MENJADI KEPALA SEKOLAH
CADET SOERABAJA
MENGGANTIKAN MAYOR
RONOKUSUMU YANG GUGUR
KAPTEN SOBIRAN KAPTEN MOH. DJAMAL
KOMANDAN PASUKAN TKR
SAWUNGGALING KETIKA MENYAMBUT
KEDATANGAN INGGRIS DI TANJUNG
PERAK
PERWIRA STAFF SEKOLAH CADET
SOERABAJA
TURUT DALAM PERTEMPURAN
WONOKROMO
10. MENYERBU MASUK KOTA SURABAYA
DARI PABRIK GULA KETEGAN SEPANJANG
PASUKAN TKR SAWUNGGALING MENYERBU MASUK DARI
ARAH WARU TANGGAL 28 OKTOBER 1945
11. Pada waktu Jendral Mayor Jonosewojo masih menjadi pimpinan TKR Karesidenan Surabaya, beliau pernah
memerintahkan pasukan-pasukannya yaitu Resimen Gadjah Mada untuk memindahkan markas ke luar wilayah kota
Surabaya yang jaraknya 15 kilometer dari pusat kota.
Barulah setelah tentara Inggris mulai menduduki gedung-gedung vital di Surabaya, Jendral Mayor Jonosewojo segera
memindahkan kedudukan TKR ke lokasi bangunan tua yang dibangun pada tahun 1839 yaitu bekas Pabrik Gula Ketegan
Sepanjang.
Pemusatan kekuatan dengan memindahkan markas TKR ke Pabrik Gula Ketegan rupanya diikuti pula datangnya dua
peleton tentara India dari Brigade 49 Divisi 23 Fighting Cock di Kebun Binatang Wonokromo. Untuk menghadapi dua
peleton tentara India maka di daerah Gunungsari disiagakan dua batalyon perang yaitu Batalyon Darmosoegondo dan
Batalyon Bambang Joewono. Kedua batalyon ini dilengkapi kompi meriam dan penembak udara yang dipimpin Kapten
Minggu mantan anggota KNIL.
Jendral Mayor Jonosewojo melaksanakan strategi perangnya yang kedua yaitu dengan membagi wilayah pertempuran
Surabaya menjadi dua bagian yaitu Surabaya Utara dibawah Komando Kolonel Sungkono dan Surabaya Selatan
dibawah komando Mayor Kadim Prawirodirdjo. Pabrik Gula Ketegan dipilih menjadi markas bagi TKR Kadim
Prawirodirdjo.
Malam itu tanggal 28 Oktober 1945, di Pabrik Gula Ketegan Sepanjang ini berkumpullah TKR Sawunggaling. Dari markas
TKR di Ketegan didapatkan informasi bahwa kader-kader Mojoagung telah dikerahkan menuju Wonokromo. Di Pabrik
Gula Ketegan ini pembagian granat tangan untuk pasukan penggempur pos Inggris di Kebun Binatang Wonokromo
dilakukan. Tepat tengah malam mereka berangkat menuju Wonokromo secara bergelombang. Anak-anak muda yang
masih buta pertempuran berangkat dengan militan. Mereka membuat stelling sampai dekat jembatan untuk mendekati
stasiun Trem Wonokromo. Pertempuran Wonokromo berlangsung dari 29-30 Oktober 1945.
12. Pertempuran Wonokromo
0ktober 1945
Situasi memanas diawali tindakan arogan tentara Inggris terhadap rakyat Surabaya
serta pendudukan gedung-gedung vital secara sepihak oleh Inggris.
Jendral Mayor Jonosewojo mengeluarkan perintah perang yang dilaksanakan semua
kesatuan TKR di Surabaya untuk melakukan pengepungan kedudukan Inggris
dimanapun.
Di Pabrik Gula Ketegan Taman Sidoarjo, pasukan TKR yang akan masuk ke
Surabaya segera bersiap melakukan serangan esok harinya. Mayor Ronokusumo
Kepala Sekolah Kadet Soerabaja memimpin langsung pasukan Sawunggaling
bersama pasukan TKR dan pemuda lainnya.
Tanggal 28 Oktober 1945, baru tiga hari belajar tentang senjata para kadet harus
melaksanakan apa yang sudah mereka terima pelajaran sebelumnya mengenai senjata
yaitu bertempur langsung menghadang gerakan Inggris.
Stelling di sekitaran jembatan Wonokromo pada waktu Shubuh menjadi pengalaman
pertama anggota sekolah kader, semangat tempur mereka menjadi pembuktian rasa
cinta tanah air pada bangsa yang baru merdeka.
5 orang anggota BPRI yang berusaha mendekati stelling Inggris gugur tertembak
secara sporadis disapu peluru sebelum mencapai kedudukan pasukan Inggris tersebut.
13. Banyak jenazah para Syuhada kita yang belum terurusi begitu juga dengan mayat-mayat tentara India itu. Mayat-mayat
Tentara India sengaja dibuang ke kali dan mayatnya menjadi ajang titis-titisan bagi anggota TKR untuk melatih
ketepatan menembak. Ada rasa puas sewaktu menembak mayat-mayat yang mengapung. Segala cacian dan umpatan
turut keluar dari mulut para anggota laskar dan TKR, mereka puas telah melampiaskan rasa marah pada musuhnya.
Euforia kemenangan di Wonokromo itu menambah rasa semangat juang didada pejuang-pejuang muda ini dan rasa
percaya diri.
Presiden, Wakil Presiden dan Menteri Amir Syarifudin datang ke Surabaya untu berunding dengan Inggris. Kedudukan
Inggris yang hampir hancur tertolong saat itu dengan kesepakatan gencatan senjata.
Pemakaman para korban pertempuran tiga hari itu dilakukan di Taman Makam Pahlawan Tambaksari dengan dipimpin
Jendral Mayor Jonosewoyo.
30 Oktober 1945 dilakukan pertemuan Presiden Soekarno dengan Panglima Divisi India 23 Jendral Mayor Hawthorn.
Pertempuran Wonokromo
0ktober 1945
14. PERANAN SISWA SEKOLAH CADET SOERABAJA
DALAM PERTEMPURAN 10 NOPEMBER 1945
Pada awal November 1945 sebagian markas TKR dipindahkan ke Kletek
Sepanjang. Pemindahan markas dan pasukan keluar kota menimbulkan
perbedaan pendapat antara TKR Karesidenan Surabaya kemudian TKR Jawa
Timur dengan BKR Kota. Pihak TKR Jawa Timur berpendapat bahwa tentara
tidak perlu di dalam kota, terutama markas komandonya. Tugas pokok pasukan
bisa dikendalikan dari luar kota. Pelaksanaan taktis diserahkan kepada
komandan masing-masing. Namun kenyatannya sulit dilaksanakan karena
terkendala komunikasi, garis komando tidak dapat dipelihara secara mutlak
sehingga tugas pokok pasukan tergantung kepada kebijaksanaan komando
pasukan masing-masing
Pada tanggal 5 Desember 1945 ditugaskanlah 5 siswa Kadet Surabaya untuk
melakukan pengintaian di sekitar Kletek Sepanjang untuk mengawasi daerah
Karangnongko-Kletek sebagai garis terdepan pertempuran. Desa Kletek pada
masa itu masih sepi, hanya sekitar 10 kepala keluarga penduduknya.
Pengintaian ini dipimpin siswa Kartomo dengan 4 anak buahnya. Pertempuran
ini terjadi akibat tembakan Bren dari pasukan TKR lain yang secara kebetulan
berada di posisi searah dengan Siswa Kadet Surabaya. Akibat gencarnya
balasan tembakan dari Inggris, pasukan TKR ini mengundurkan kedudukannya.
15. Tentara Inggris mulai mendekati kedudukan TKR untuk melakukan pemeriksaan tetapi mereka tidak menyadari
bahwa 20 meter didepan mereka ada Siswa Kadet yang bersembunyi di pematang sawah. Ada rasa ragu-ragu
diantara Siswa Kadet ini antara tetap bersembunyi atau menunggu tentara Inggris yang akan mendekat lalu
menembak. Akhirnya diambil keputusan, ketika sudah dalam jarak tembak sekitar 20 meter, siswa Ojitro
menembak Sten Gunnya ke arah 5 tentara Inggris. Beberapa tertembak tapi ada yang lolos sehingga pasukan
induk yang ada di belakang segera membalas Ojitro yang berdiri sendiri di ruang terbuka. Siswa Kadet tersebut
kepalanya tersambar peluru, Ojitro gugur seketika. Sakroni yang saat itu bersembunyi pun tak luput dari
tembakan, pahanya tertembus peluru dan dia tidak dapat berdiri sehingga menjadi sasaran tusukan bayonet
Inggris. Setelah pertempuran usai, barulah siswa yang lain bersama masyarakat Kletek mencari keberadaan dua
siswa tadi. Ojitro ditemukan gugur sedangkan Sakroni masih hidup tetapi luka parah selanjutnya dibawa ke
Rumah Sakit Mojokerto. Akibat parahnya luka yang diderita Sakroni gugur dua hari kemudian menyusul Ojitro.
Keduanya dimakamkam di Mojoagung kemudian dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Jombang.
Dalam kancah pertempuran Surabaya dari kesatuan Sekolah Kader Surabaya terdapat nama Nyoman Oka dan
Made Debot. Sosok dua sahabat yang berasal dari Bali ini tidak terpisahkan dalam pendidikan Sekolah Kadet
Surabaya. Sejak duduk di bangku SMP Praban (kini SMP 3 Surabaya) keduanya sudah saling berkawan sampai
akhirnya mereka masuk dalam pasukan Sawunggaling (Sekolah Kader Surabaya). Nyoman Oka yang berasal
dari Singaraja dan Made Debot bersama berjuang dalam pertempuran fase pertama di Wonokromo dan
pertempuran 10 Nopember 1945. Keduanya berjuang dengan heroik membawa harum nama Bali sampai
akhirnya mereka terpisah ketika Agresi Militer II Desember 1948.
PERANAN SISWA SEKOLAH CADET SOERABAJA
DALAM PERTEMPURAN 10 NOPEMBER 1945
16. PERANAN SISWA SEKOLAH CADET SOERABAJA
DALAM PERANG KEMERDEKAAN
1 APRIL 1946 SISWA SEKOLAH CADET DILANTIK
MENJADI PEMBANTU LETNAN
2 APRIL 1946 BERANGKAT MENUJU JOGJAKARTA
UNTUK MENGHADIRI PELANTIKAN OLEH PANGLIMA
BESAR SOEDIRMAN DI LAPANGAN KRIDOSONO
PESERTA PELANTIKAN DIHADIRI 167 ABITURENT
BESERTA KEPALA SEKOLAH CADET DAN PANGLIMA
DIVISI
SELEPAS PELANTIKAN PARA ABITURENT DENGAN
PANGKAT LETNAN MUDA DITUGASKAN DIBERBAGAI
KESATUAN DI JAWA TIMUR
17. PERANAN SISWA SEKOLAH CADET SOERABAJA
DALAM PERANG KEMERDEKAAN 1946-1949
Ltm Paidi bertugas sebagai prajurit yang memberi penerangan pada rakyat di Selorejo, gugur
akibat kecelakaan penggunaan senjata Lewis yang tidak sengaja meletus dan tertembak dibagian
kepala. Dimakamkan di TMP Jombang bersama Ojitro dan Sakroni.
Ltm Mintardjan gugur akibat serangan mortir Belanda di Front Mojokerto 1946.
Ltm Mustaji yang menjabat Wakil Komandan Kompi Hernain Susetyo Batalyon Surachman gugur di
Gedeg akibat diserbu mendadak oleh Belanda sekitar pukul 05.00 ditahun 1946
Ltm Tamaji yang menjabat Wakil Komandan Seksi Kompi Ibnu Subroto, Batalyon Isa Idris gugur
dengan muka hancur akibat tembakan Mitraliyur bersama Sunaryo gugur di Front Legundi 17 Maret
1947.
Ltm I Nyoman Oka bertugas sebagai Polisi Tentara gugur di Nganjuk Desember 1948 ketika hendak
menyelamatkan dokumen yang tertinggal di markas.
Ltm Saleh Komandan Seksi Polisi Tentara gugur di Stasiun Nganjuk dalam pertempuran dengan
Belanda pada Desember 1948.
Ltm Raji Sujono Komandan Peleton Kompi Teko Batalyon Suharto Brigade Ronggolawe gugur di
Ngamben Bojonegoro bersama abiturent lainnya yaitu Prawoto, Suryadi dan Joko Kadarusman.
Ltm Sarwi, Ltm Cholik Santoso dan Ltm Mubarkah gugur dalam Wingate Action menuju Surabaya.
Ltm Sudibyo Komandan Peleton Kompi Munandar Batalyon Sabirin Mochtar gugur di Blitar 23 Juni
1949.
19. ABITURENT YANG MENCAPAI PANGKAT TERTINGGI
Letnan Jenderal TNI (Purn) Raden Himawan Soetanto (lahir di Magetan 14 September 1929 meninggal di Jakarta,
20 Oktober 2010 pada umur 81 tahun) adalah seorang Purnawirawan perwira tinggi TNI Angkatan Darat dan juga
mantan Panglima Komando Strategis Cadangan Angkatan Darat. Beliau anak seorang Jendral Mayor HR Mohamad
Mangoendiprodjo, pimpinan TKR di Jawa Timur dan tokoh peristiwa 10 November 1945.
Sejak usia 16 tahun, Himawan muda sudah bergabung dalam pasukan Sawunggaling untuk bertempur bersama
ayahnya di Palagan Surabaya pada 28 Oktober 1945.
Selesainya pertempuran fase pertama di Surabaya, Himawan kemudian Lulus Sekolah Kader Divisi 7 Mojoagung
ditempatkan di Staf 2 Resimen 3 Divisi 7 Mojoagung (1946)
Mengikuti Pendidikan di Militer Akademi (MA) Jogja (1946-1948) sebagai kadet Militer Akademi di Yogyakarta Perwira
Staf MBKD, Staf Artileri Penempatan Sebagai Perwira Artileri di Yon Artileri C/Divisi I/Brawijaya (1948-1949)
Turut bergabung dengan pasukan Siliwangi sebagai perwira muda berpangkat Letnan Satu saat ber longmarch
kembali ke Jawa Barat menjadi Danton Kompi 5 Yon 4/Tengkorak yang kemudian menjadi Yon 305 Brigif 14/Siliwangi
Menjabat Kepala Staf Umum ABRI kemudian Duta Besar Malaysia
Beliau juga menghasilkan beberapa karya buku bertemakan perjuangan 1945-1949, salah satu karyanya yang sangat
terkenal adalah Buku Long March Siliwangi. Sosok Himawan sangat humanis dan murah senyum. Beliau jago
bertempur melawan Inggris dan Belanda tapi sangat ramah dan bersahabat dengan kalangan mahasiswa saat
menangani demonstrasi di masa menjabat Pangdam Siliwangi 1975-1978.
20. inisiator PEMBANGUNAN MONUMEN WIRA SURYA AGUNG
R. Soendjasworo seorang alumni Sekolah Cadet Soerabaja.
Bergabung dalam Tentara Genie Pelajar. Dalam lanjutan karier
militernya beliau menjadi Staff Konsulat dari Tentara Genie Pelajar (TGP)
yang berada di Jogjakarta.
Sebagai alumni Sekolah Cadet Soerabaja dan Ketua Yayasan Wira
Surya Agung, beliau menggagas ide pembuatan Monumen Wira Surya
Agung yang dibangun di tepi sungai daerah Wonokromo.
Lokasi ini dipilih karena latar belakang "pembaptisan" pertempuran
pertama kalinya para kadet pada 28 Oktober 1945 melawan Inggris.
Monumen Wira Surya Agung diresmikan oleh KSAD Jenderal Surono
pada tanggal 17 Desember 1980.
Pemberian nama Wira Surya Agung berasal dari singkatan Perwira
Surabaya Mojoagung (Sekolah Kadet Mojoagung).
21. Arti Filosofi
Monumen Wira Surya Agung
1. Hari Proklamasi 17 Agustus 1945
2. Tinggi Monumen 17 Meter
3. Kolonade terdiri dari 8 kolom
4. Bidang relief 4 buah
5. Landasan Pentagon persegi 5
6. Hari Lahir Angkatan Perang 5 Oktober 1945
7. Tinggi patung tanpa senjata 5 meter
8. Tinggi Kolonade 10 meter
9. Tahun 45 sirip 4 buah dengan landasan segi 5
10. Peristiwa pertempuran 29 Oktober 1945.
11. Platform persegi panjang Panjang 29 meter Lebar 10 meter
12. Empat buah patung dalam berbagai sikap yaitu : Tiarap, Merunduk, Tegak
dan Berdiri melambangkan pertumbuhan kader pelopor bangsa ibarat
bunga yang sedang tumbuh dari kuncup remaja hingga mekar sempurna.
13. Obor lima buah melambangkan semangat perjuangan yang berjiwa
Pancasila