5. Robot produksi perusahaan Kokoro Co itu diberi nama I-Fairy. Tingginya 1,5
meter. Robot itu duduk dengan mata berkedip dan rambut plastik dikepang.
"Silakan singkap selubung pengantin perempuan," kata I-Fairy dengan suara
nyaring. Ia lalu melambaikan tangannya ke udara saat kedua pengantin baru
selesai mengucap janji di depan sekitar 50 tamu.
6. 惡愆 愕悒ル悽 惺 ル悒愕 悒悋ル悒 悒 ル 悒悖 悸惆悋 悋ル
悒 悋ル 愕惘 悋惆忰 悖 悋悄惠悒 悸 ル惶悋 悋
悒惶 悴忰悒悋 悸悋悋慍惷惘悋
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
悋ル 悒 悋悋 悵悋 惘 悒惆悒 悋 悸惓 ル惓 惓悋惓ル悒 悒
惆 悋忰 悒
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan:
Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga, padahal sekali-kali
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa.
(QS. Al-Maidah; 73)
8. Qaulan Karima
Dilihat dari segi bahasa, karima berasal dari
kata karuma yakrumu karman karimun yang
bermakna mulia. Al-Quran mengingatkan kita
untuk menggunakan bahasa yang mulia, yakni
perkataan yang memuliakan dan memberi
penghormatan kepada orang yang diajak bicara
9. sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut:
悋 悒惘悒惠 ル 悖 悋 悒惠 ル 悒 悋 惘 ル 悒 悋
... janganlah kamu mengatakan ah kepada mereka
(orang tua), jangan pula kamu membentak mereka
dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia!
(QS al-Isra` [17]: 23).
11. Qaulan Marufa
Marufa identik dengan kata urf atau budaya. Menurut M.
Quraish Shihab, maruf secara bahasa artinya baik dan diterima
oleh nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Qaulan marufa
berarti perkataan yang sesuai dengan norma dan nilai yang
berlaku di masyarakat. Selain itu, qaulan marufa berarti pula
perkataan yang pantas dengan latar belakang dan status
seseorang. Seorang guru hendaknya berutur kata yang santun
karena memang pantasnya begitu. Pun dengan seorang dai,
muballigh, petinggi ormas, dll. hendaknya berbicara dengan
perkataan maruf, karena memang seperti itulah pantasnya.
12. Dalam al-Quran dijelaskan:
悒 悋ル 惺悴 惠悋 悋 悒悖 悄悋愕悋 悋惠悗悒惠 ル 悒愕悒悋 悋 悒慍 悒悋惘 悋悋 悋 ル 悒 悒
悋惘悒惺
Dan janganlah kamu menyerahkan harta (mereka yang ada dalam
kekuasaanmu) kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya
(anak yatim) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan! berilah
mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah
kepada mereka kata-kata yang baik! (QS an-Nisa [4]: 5).
15. Qaulan Sadida
Sadida berarti jelas, jernih, terang. Dalam al-Quran,
konteks qaulan sadida diugkapkan pada pembahasan
mengenai wasiat (QS an-Nisa [4]: 9)
dan tentang buhtan (tuduhan tanpa bukti) yang
dilakukan kaum Nabi Musa kepada Nabi Musa
(QS al-Ahzab [33]: 70).
Dari kedua konteks ayatnya, qaulan sadida merupakan
perkataan yang jelas, tidak meninggalkan keraguan,
meyakinkan pendengar, dan perkataan yang benar
tidak mengada-ada (buhtan: tuduhan tanpa bukti).
18. Qaulan Baligha
Terhadap kelompok oposisi atau kaum munafiq kita diminta
menggunakan bahasa yang komunikatif (qaulan
baligha). Balighaitu sendiri berarti sampai. Dalam konteks
ayatnya (QS an-Nisa [4]: 63), qaulan baligha dimaknai sebagai
perkataan yang sampai dan meninggalkan bekas di dalam jiwa
seseorang.
Ini merupakan indikasi bahwa dakwah itu mesti diupayakan.
Salah satunya adalah dakwah dengan lisan (dawah billisan).
Dan, kemestian dakwah dengan lisan ini tentunya bagi yang
mumpuni dan berkapasitas. Kecakapan dakwah yang perlu
diasah adalah dalam penyampaian verbal. Maka, kecakapan
dalam qaulan balighamerupakan hal yang niscaya bagi seorang
Fasilitator/pembicara/trainer atau ustadz.
20. Qaulan Maysura
Maysura artinya mudah. Qaulan maysura berarti
perkataan yang mudah. Dalam konteks ayatnya (QS al-
Isra` [17]: 28), Imam al-Maraghi mengartikannya
sebagai ucapan yang lunak dan baik atau ucapan janji
yang tidak mengecewakan. Sedangkan Imam Ibnu
Katsir menyebutkan makna qaulan maysura dengan
perkataan yang pantas dan ucapan janji yang
menyenangkan. Kedua pendapat tersebut identik, yakni
ucapan yang keluar dari mulut kita hendaknya
menyenangkan orang dan tidak mengecewakannya.
21. Qaulan Layyina
Secara bahasa layyina artinya lemah lembut. Qaulan layyina bisa
bermakna sebagai strategi dakwah. Pasalnya, konteks qaulan
layyina (QS Thaha [20]: 44)
berbicara tentang dialog Nabi Musa dengan Firaun.
Sebagai seseorang yang dibesarkan dan disenangkan di istana
Firaun, penguasa yang melabeli diri sebagai tuhan, Musa harus
berurusan dengan Firau sebagai objek dakwah tauhidnya. Berat
rasanya bagi Nabi Musa. Tetapi, ini adalah misi yang diembankan
Allah. Maka, Allah menuntun dan memotivasi agar Nabi Musa
menggunakan qaulan layyina saat menyampaikan dakwahnya.
Ini dimaksudkan agar Firaun menjadi sadar dan takut, meskipun
pada kenyataannya Firaun marah besar dan berupaya untuk
melenyapkan Nabi Musa dan ajarannya.