1. BAB II
DASAR TEORI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR
SKALA PIKO
2.1. Pengertian PLTA Skala Piko
Berdasarkan output yang dihasilkan, pembangkit listrik tenaga air
dibedakan atas :
1. Large-hydro : lebih dari 100 MW
2. Medium-hydro: antara 15 100 MW
3. Small-hydro : antara 1 15 MW
4. Mini-hydro : Daya diatas 100 kW, tetapi dibawah 1 MW
5. Micro-hydro: antara 5kW 100 kW
6. Pico-hydro : daya yang dikeluarkan 5kW
Pembangkit listrik tenaga air skala piko merupakan pembangkit listrik
yang menghasilkan keluaran daya listrik tidak lebih dari 5 kW. Pembangkit ini
memiliki beberapa keunggulan, seperti :
1. Biaya pembuatannya relatif murah.
2. Bahan-bahan pembuatannya mudah ditemukan di pasaran.
3. Ramah lingkungan karena tidak menggunakan bahan bakar fosil.
4. Pembangunannya dapat dipadukan dengan pembangunan jaringan
irigasi.
5. Perkembangan teknologinya relatif masih sedikit, sehingga cocok
digunakan dalam jangka waktu yang lama.
Universitas Sumatera Utara
2. 6. Tidak membutuhkan perawatan yang rumit dan dapat digunakan
cukup lama.
7. Ukurannya yang kecil, cocok digunakan untuk daerah pedesaan yang
belum terjangkau jaringan aliran listrik PLN.
2.2. Prinsip Pembangkitan Tenaga Air
Pembangkitan tenaga air adalah suatu bentuk perubahan tenaga dari tenaga
air dengan ketinggian dan debit tertentu menjadi tenaga listrik, dengan
menggunakan turbin air dan generator.
Daya (power) yang dihasilkan dapat dihitung berdasarkan rumus berikut :
P = .Q.h.g (2.1)
Dimana :
P = daya keluaran secara teoritis (watt)
= massa jenis fluida (kg/m3)
Q = debit air (m3/s)
h = ketinggian efektif (m)
g = gaya gravitasi (m/s2)
Daya yang keluar dari generator dapat diperoleh dari perkalian efisiensi
turbin dan generator dengan daya yang keluar secara teoritis. Sebagaimana dapat
dipahami dari rumus tersebut di atas, daya yang dihasilkan adalah hasil kali dari
tinggi jatuh dan debit air, oleh karena itu berhasilnya pembangkitan tenaga air
tergantung daripada usaha untuk mendapatkan tinggi jatuh air dan debit yang
besar secara efektif dan ekonomis.
Universitas Sumatera Utara
3. 2.3. Prinsip Pembangkitan Listrik Tenaga Air Skala Piko
Pembangkit listrik tenaga air skala piko pada prinsipnya memanfaatkan
beda ketinggian dan jumlah debit air per detik yang ada pada aliran air saluran
irigasi, sungai atau air terjun. Aliran air ini akan memutar poros turbin sehingga
menghasilkan energi mekanik. Energi ini selanjutnya menggerakkan generator
dan generator menghasilkan listrik.
Gambar 2.1 merupakan proses pembangkitan listrik tenaga air skala piko.
Gambar 2.1 Proses PLTA skala piko
Pada saluran irigasi ini terdapat penyaringan sampah untuk menyaring
kotoran yang mengambang diatas air, kolam pengendap untuk mengendapkan
kotoran, saluran pembuangan untuk membuang kelebihan air yang mengalir
melalui saluran akibat banjir melalui pintu saluran pembuangan. Akhir dari
saluran ini adalah sebuah kolam penenang (forebay tank) yang berfungsi untuk
mengendapkan dan menyaring kembali air agar kotoran tidak masuk dan merusak
turbin. Selain itu kolam penenang ini berfungsi juga untuk menenangkan aliran air
Universitas Sumatera Utara
4. yang akan masuk ke dalam pipa pesat. Pipa pesat (penstock) ini akan mengalirkan
air ke rumah pembangkit (power house) yang terdapat turbin dan generator di
dalamnya. Besar volume air yang masuk ke pipa pesat diatur melalui pintu
pengatur.
Turbin pada proses pembangkitan listrik ini berputar karena adanya
pengaruh energi potensial air yang mengalir dari pipa pesat dan mengenai sudu-
sudu turbin. Berputarnya turbin kemudian akan mengakibatkan generator juga
berputar sehingga generator dapat menghasilkan listrik sebagai keluarannya.
Besarnya daya listrik sebelum masuk ke turbin secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut :
Pin turbin = .Q.h.g (2.2)
Sedangkan besar daya output turbin adalah sebagai berikut :
Pout turbin = Q h g 侶turbin (2.3)
Sehingga secara matematis daya real yang dihasilkan dari pembangkit
adalah sebagai berikut :
Preal = Q h g 侶turbin 侶generator 侶tm (2.4)
Dimana :
Pin turbin = daya masukan ke turbin (kW)
Pout turbin = daya keluaran dari turbin (kW)
Preal = daya sebenarnya yang dihasilkan (kW)
= massa jenis fluida (kg/m3)
Q = debit air (m3/s)
Universitas Sumatera Utara
5. h = ketinggian efektif (m)
g = gaya gravitasi (m/s2)
2.4. Komponen - komponen PLTA Skala Piko
Komponen PLTA skala piko sama dengan komponen pada PLTA
mikrohidro, yang secara umum terdiri dari :
2.4.1. Bendungan (Weir) dan Intake
Pada umumnya instalasi PLTA skala piko merupakan pembangkit listrik
tenaga air jenis aliran sungai atau saluran irigasi langsung, jarang yang merupakan
jenis waduk (bendungan besar). Konstruksi bangunan intake untuk mengambil air
langsung dapat berupa bendungan (weir) yang melintang sepanjang lebar sungai
atau langsung membagi aliran air sungai tanpa dilengkapi bangunan bendungan.
Lokasi intake harus dipilih secara cermat untuk menghindarkan masalah di
kemudian hari.
2.4.2. Saluran Pembawa (Head Race)
Saluran pembawa berfungsi untuk mengalirkan air dari intake sampai
ke bak penenang. Perencanaan saluran penghantar berdasarkan pada
kriteria:
Nilai ekonomis yang tinggi
Efisiensi fungsi
Aman terhadap tinjauan teknis
Mudah pengerjaannya
Mudah pemeliharaannya
Universitas Sumatera Utara
6. Struktur bangunan yang memadai
Kehilangan tinggi tekan (head losses) yang kecil
2.4.3. Pipa Pesat (Penstock)
Pipa pesat (penstock) adalah pipa yang yang berfungsi untuk
mengalirkan air dari bak penenang (forebay tank). Perencanaan pipa pesat
mencakup pemilihan material, diameter penstock, tebal dan jenis
sambungan (coordination point). Pemilihan material berdasarkan
pertimbangan kondisi operasi, aksesibility, berat, sistem penyambungan dan
biaya. Diameter pipa pesat dipilih dengan pertimbangan keamanan,
kemudahan proses pembuatan, ketersediaan material dan tingkat rugi-rugi
(fiction losses) seminimal mungkin. Ketebalan penstock dipilih untuk
menahan tekanan hidrolik dan surge pressure yang dapat terjadi.
2.4.4. Pintu Saluran Pembuangan
Pintu saluran pembuangan ini berfungsi untuk membuang air apabila
terjadi kelebihan volume air pada saluran pembawa.
2.4.5. Kolam Penenang (Forebay Tank)
Kolam penenang berfungsi untuk mengendapkan dan menyaring
kembali air agar kotoran tidak masuk dan merusak turbin. Selain itu kolam
penenang ini juga berfungsi untuk menenangkan aliran air yang akan masuk
ke dalam pipa pesat.
2.4.6. Pintu Pengatur
Pintu pengatur berfungsi untuk mengatur volume air yang akan masuk
dari kolam penenang ke pipa pesat.
Universitas Sumatera Utara
7. 2.4.7. Rumah Pembangkit (Power House)
Pada rumah pembangkit ini terdapat turbin, generator dan perlatan
lainnya. Bangunan ini menyerupai rumah dan diberi atap untuk melindungi
peralatan dari hujan dan gangguan-gangguan lainnya.
2.4.8. Saluran Buang (Tail Race)
Saluran buang berfungsi mengalirkan air keluar setelah memutar
turbin.
2.4.9. Turbin Air
Turbin air dikembangkan pada abad 19 dan digunakan secara luas
untuk pembangkit tenaga listrik.. Turbin air mengubah energi potensial air
menjadi energi mekanis. Energi mekanis diubah dengan generator listrik
menjadi tenaga listrik.
Pengelompokkan Turbin
Berdasarkan prinsip kerja turbin dalam mengubah energi potensial
air menjadi energi mekanis, turbin air dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu turbin impuls dan turbin reaksi. Pada Tabel 2.1 menunjukkan
pengelompokan turbin.
Universitas Sumatera Utara
8. Tabel 2.1 Pengelompokan turbin
High Head Medium head Low head
Turbin Impuls Pelton Crossflow Crossflow
Turgo Multi-Jet
Pelton
Turgo
Turbin Reaksi Francis Propeller
Kaplan
1. Turbin Impuls
Energi potensial air diubah menjadi energi kinetik pada nozle.
Air keluar nozle yang mempunyai kecepatan tinggi membentur sudu
turbin. Setelah membentur sudu arah kecepatan aliran berubah
sehingga terjadi perubahan momentum (impulse). Akibatnya roda
turbin akan berputar. Turbin impuls adalah sama dengan turbin
tekanan karena aliran air yang keluar dari nozle tekanannya adalah
sama dengan tekanan atmosfir sekitarnya. Semua energi tinggi tempat
dan tekanan ketika masuk ke sudu jalan turbin dirubah menjadi energi
kecepatan.
1.1 Turbin Pelton
Turbin pelton merupakan turbin impuls. Turbin Pelton terdiri
dari satu set sudu jalan yang diputar oleh pancaran air yang
Universitas Sumatera Utara
9. disemprotkan dari satu atau lebih alat yang disebut nozle. Turbin
Pelton adalah salah satu dari jenis turbin air yang paling efisien.
Turbin Pelton adalah turbin yang cocok digunakan untuk head
tinggi.
Bentuk sudu turbin terdiri dari dua bagian yang simetris.
Sudu dibentuk sedemikian sehingga pancaran air akan mengenai
tengah-tengah sudu dan pancaran air tersebut akan berbelok ke
kedua arah sehinga bisa membalikkan pancaran air dengan baik
dan membebaskan sudu dari gaya-gaya samping sehingga terjadi
konversi energi kinetik menjadi energi mekanis. Turbin Pelton
untuk pembangkit skala besar membutuhkan head lebih kurang 150
meter tetapi untuk skala mikro head 20 meter sudah mencukupi.
Gambar 2.2 merupakan bentuk dari turbin pelton.
Gambar 2.2 Turbin Pelton
Universitas Sumatera Utara
10. 1.2 Turbin Turgo
Turbin turgo dapat beroperasi pada head 30 m s/d 300 m.
Seperti turbin pelton turbin turgo merupakan turbin impulse, tetapi
sudunya berbeda. Pancaran air dari nozle membentur sudu pada
sudut 20 o. Kecepatan putar turbin turgo lebih besar dari turbin
pelton. Akibatnya dimungkinkan transmisi langsung dari turbin ke
generator sehingga menaikkan efisiensi total sekaligus menurunkan
biaya perawatan. Pada Gambar 2.3 menunjukkan bentuk turbin
turgo.
Gambar 2.3 Turbin Turgo
1.3 Turbin Crossflow
Turbin cross-flow merupakan jenis turbin yang
dikembangkan oleh Anthony Michell (Australia), Donat Banki
(Hongaria) dan Fritz Ossberger (Jerman). Michell memperoleh hak
paten atas desainnya pada 1903. Turbin jenis ini pertama-tama
diproduksi oleh perusahaan Weymouth. Turbin ini juga sering
disebut sebagai turbin Ossberger, yang memperoleh hak paten
pertama pada 1922. Perusahaan Ossberger tersebut sampai
Universitas Sumatera Utara
11. sekarang masih bertahan dan merupakan produsen turbin crossflow
yang terkemuka di dunia.
Turbin crossflow dapat dioperasikan pada debit 20 liter/s
hingga 10 m3/s dan head antara 1 m s/d 200 m. Turbin crossflow
menggunakan nozle persegi panjang yang lebarnya sesuai dengan
lebar runner. Pancaran air masuk turbin dan mengenai sudu
sehingga terjadi konversi energi kinetik menjadi energi mekanis.
Air mengalir keluar membentur sudu dan memberikan energinya
(lebih rendah dibanding saat masuk) kemudian meninggalkan
turbin. Runner turbin dibuat dari beberapa sudu yang dipasang pada
sepasang piringan paralel. Gambar 2.4 merupakan bentuk turbin
crossflow.
Gambar 2.4 Turbin crossflow
2. Turbin Reaksi
Sudu pada turbin reaksi mempunyai profil khusus yang
menyebabkan terjadinya penurunan tekanan air selama melalui sudu.
Perbedaan tekanan ini memberikan gaya pada sudu sehingga runner
(bagian turbin yang berputar) dapat berputar. Turbin yang bekerja
berdasarkan prinsip ini dikelompokkan sebagai turbin reaksi. Runner
Universitas Sumatera Utara
12. turbin reaksi sepenuhnya tercelup dalam air dan berada dalam rumah
turbin.
2.1. Turbin Francis
Turbin francis merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin
dipasang diantara sumber air tekanan tinggi di bagian masuk dan
air bertekanan rendah di bagian keluar. Turbin Francis
menggunakan sudu pengarah. Sudu pengarah mengarahkan air
masuk secara tangensial. Sudu pengarah pad turbin Francis dapat
merupakan suatu sudu pengarah yang tetap ataupun sudu pengarah
yang dapat diatur sudutnya. Untuk penggunaan pada berbagai
kondisi aliran air penggunaan sudu pengarah yang dapat diatur
merupakan pilihan yang tepat. Gambar 2.5 menunjukkan sketsa
dari turbin francais.
Gambar 2.5 Sketsa turbin francis
Universitas Sumatera Utara
13. 2.2 Turbin Kaplan & Propeller
Turbin Kaplan dan propeller merupakan turbin rekasi aliran
aksial. Turbin ini tersusun dari propeller seperti pada perahu.
Propeller tersebut biasanya mempunyai tiga hingga enam sudu.
Gambar 2.6 merupakan bentuk dari turbin Kaplan.
Gambar 2.6 Turbin kaplan
Pemilihan Turbin
Daerah aplikasi berbagai jenis turbin air relatif spesifik. Pada
beberapa daerah operasi memungkinkan digunakan beberapa jenis turbin.
Pemilihan jenis turbin pada daerah operasi yang overlaping ini
memerlukan perhitungan yang lebih mendalam. Pada dasarnya daerah
kerja operasi turbin menurut Keller dikelompokkan menjadi :
Low head power plant
Medium head power plant
High head power plant
Universitas Sumatera Utara
14. Tabel 2.2 merupakan daerah operasi turbin.
Tabel 2.2 Daerah operasi turbin
Jenis Turbin Variasi Head (m)
Kaplan dan Propeller 2 < H < 20
Francis 10 < H < 350
Pelton 50 < H < 1000
Crossflow 6 < H < 100
Turgo 50 < H < 250
Kriteria Pemilihan Jenis Turbin
Pemilihan jenis turbin dapat ditentukan berdasarkan kelebihan dan
kekurangan dari jenis-jenis turbin, khususnya untuk suatu desain yang
sangat spesifik. Pada tahap awal, pemilihan jenis turbin dapat
diperhitungkan dengan mempertimbangkan parameter-parameter khusus
yang mempengaruhi sistem operasi turbin, yaitu :
Faktor tinggi jatuhan air efektif (Net Head) dan debit yang akan
dimanfaatkan untuk operasi turbin merupakan faktor utama yang
mempengaruhi pemilihan jenis turbin, sebagai contoh : turbin pelton
efektif untuk operasi pada head tinggi, sementara turbin propeller
sangat efektif beroperasi pada head rendah.
Faktor daya (power) yang diinginkan berkaitan dengan head dan debit
yang tersedia.
Universitas Sumatera Utara
15. Kecepatan (putaran) turbin yang akan ditransmisikan ke generator.
Sebagai contoh untuk sistem transmisi direct couple antara generator
dengan turbin pada head rendah, sebuah turbin reaksi (propeller) dapat
mencapai putaran yang diinginkan, sementara turbin pelton dan
crossflow berputar sangat lambat (low speed) yang akan menyebabkan
sistem tidak beroperasi.
Ketiga faktor di atas seringkali diekspresikan sebagai "kecepatan spesifik,
Ns", yang didefinisikan dengan formula :
N. P
Ns = rpm (2.5)
H 5/4
Dimana :
NS = kecepatan spesifik
N = kecepatan putaran turbin (rpm)
P = maksimum turbin output (kW)
H = head efektif (m)
Output turbin dihitung dengan formula :
P = 9.81 Q H 侶turbin (2.6)
Dimana :
P = daya Turbin (kW)
Q = debit air (m3/s)
H = efektif head (m)
Universitas Sumatera Utara
16. 侶turbin = efisiensi turbin
= 0.8 - 0.85 untuk turbin pelton
= 0.8 - 0.9 untuk turbin francis
= 0.7 - 0.8 untuk turbin crossflow
= 0.8 - 0.9 untuk turbin propeller/Kaplan
Kecepatan spesifik setiap turbin memiliki kisaran (range) tertentu
berdasarkan data eksperimen. Kisaran kecepatan spesifik beberapa turbin
air ditunjukkan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Kecepatan spesifik beberapa turbin
Turbin Pelton 12 Ns 25
Turbin Francis 60 Ns 300
Turbin Crossflow 40 Ns 200
Turbin Propeller 250 Ns 1000
Dengan mengetahui kecepatan spesifik turbin maka perencanaan dan
pemilihan jenis turbin akan menjadi lebih mudah. Dengan mengetahui
besaran kecepatan spesifik maka dimensi dasar turbin dapat diestimasi
(diperkirakan). Pada Gambar 2.7 menunjukkan diagram aplikasai berbagai
jenis turbin.
Universitas Sumatera Utara
17. Gambar 2.7 Diagram aplikasi berbagai jenis turbin (head vs debit)
2.4.10. Generator Sinkron
Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak-balik yang
berfungsi untuk merubah energi mekaniks dalam membentuk putaran
menjadi energi listrik arus bolak-balik. Generator sinkron mempunyai dua
bagian pokok, yaitu bagian stator atau bagian dari generator sinkron yang
tidak bergerak dan bagian rotor atau bagian generator sinkron yang berputar
atau bergerak. Pada generator sinkron yang berukuran besar, bagian stator
dipergunakan sebagai tempat belitan medan magnet.
Prinsip Dasar Generator Sinkron
Generator sinkron bekerja berdasarkan prinsip elektromagnetik.
Generator sinkron mempunyai belitan jangkar yang merupakan elemen
Universitas Sumatera Utara
18. diam pada stator dan belitan eksitesi itu dimagnetisasikan oleh arus searah
yang dipasok oleh sumber arus searah dari luar atau dari generator itu
sendiri dengan jalan mengambil sebagian arus yang keluar dari stator lalu
diserahkan sebagai penguat.
Jika stator generator sinkron diputar pada suatu kecepatan tertentu
yang disebut dengan putaran sinkron, belitan medan magnet pada rotor
tersebut dialiri arus searah, sehingga menghasilkan fluksi yang turut
berputardan memotong belitan jangkar yang terdapat pada bagian stator.
Akibat adanya perubahan fluksi persatuan waktu yang dirasakan oleh
belitan jangkar, maka pada belitan jangkar akan terjadi tegangan induksi.
Konstruksi Generator Sinkron
Pada dasarnya konstruksi dari generator sinkron adalah sama dengan
konstruksi motor sinkron, dan secara umum biasa disebut mesin sinkron.
Ada dua struktur kumparan pada mesin sinkron yang merupakan dasar
kerja dari mesin tersebut, yaitu kumparan yang mengalirkan penguatan DC
(membangkitkan medan magnet, biasa disebut sistem eksitasi) dan sebuah
kumparan (biasa disebut jangkar) tempat dibangkitnya GGL arus bolak
balik arus bola-balik.
Hampir semua mesin sinkron mempunyai belitan GGL berupa stator
yang diam dan struktur medan magnit berputar sebagai rotor. Kumparan
DC pada struktur medan yang berputar dihubungkan pada sumber DC luar
melaui slipring dan sikat arang.
Suatu generator sinkron secara umum terdiri dari :
1. Stator adalah bagian dari mesin yang diam dan berbentuk silinder
Universitas Sumatera Utara
19. 2. Rotor adalah bagian dari mesin yang berputar juga berbentuk silinder
3. Celah udara adalah ruangan antara stator dan rotor.
1. Stator
Secara umum stator terdiri dari kerangka stator, inti stator, dan
slot.
a. Rangka Stator
Rangka stator berfungsi sebagai tempat melekatnya stamping
jangkar dan kumparan jangkar. Pada rangka stator terdapat lubang
pendingin dimana udara dan gas pendingin disirkulasikan. Rangka
stator biasanya dibuat dari besi campuran baja atau plat baja giling
yang dibentuk sedemikian rupa sehingga diperoleh rangka yang
sesuai dengan kebutuhan.
b. Inti Stator
Inti stator melekat pada rangka stator dimana inti ini terbuat
dari laminasi-laminasi besi khusus atau campuran baja. Hal ini
diperbuat untuk memperkecil rugi arus Eddy. Tiap laminasi diberi
isolasi dan diantaranya dibentuk celah sebagai tepat aliran udara.
c. Slot
Slot adalah tempat konduktor berada yang letaknya pada
bagian dalam sepanjang keliling stator. Bentuk slot ada 3 yaitu Slot
Terbuka, Slot Setengah Terbuka, Slot Tertutup.
Universitas Sumatera Utara
20. 2. Rotor
Sebagai tempat belitan penguat yang membentuk kemagnetan
listrik kutub Utara-Selatan pada inti rotor. Ada 2 macam bentuk rotor,
yaitu :
a. Rotor kutub menonjol (Salient Pole Rotor)
Rotor tipe ini mempunyai kutub yang jumlahnya banyak.
Kumparan dibelitkan pada tangkai kutub, dimana kutub-kutub
diberi laminasi untuk mengurangi panas yang ditimbulkan oleh
arus Eddy, kumparan-kumparan medannya terdiri dari bilah
tembaga persegi. Kutub menonjol ditandai dengan rotor
berdiameter besar dan panjang sumbunya pendek.
Gambar 2.8 menunjukkan bentuk rotor kutub menonjol.
Gambar 2.8 Rotor kutub menonjol
b. Rotor kutub tak menonjol (Rotor Silinder)
Rotor tipe ini dibuat dari plat baja berbentuk silinder yang
mempunyai sejumlah slot sebagai tempat kumparan. Karena
adanya slot-slot dan juga kumparan medan yang terletak pada rotor
maka jumlah kutub pun sedikit yang dapat dibuat.
Universitas Sumatera Utara
21. Rotor ini biasanya berdiameter kecil dan sumbunya sangat
panjang. Konstruksi ini memberikan keseimbangan mekanis yang
lebih baik karena rugi-rugi anginnya lebih kecil dibandingkan rotor
kutub menonjol (salient pole rotor).
Gambar 2.9 merupakan bentuk rotor kutub silinder.
Gambar 2.9 Rotor kutub silinder
Prinsip Kerja Generator Sinkron
Prinsip kerja generator sinkron berdasarkan induksi elektromagnetik.
Setelah rotor diputar oleh penggerak mula (prime mover), dengan
demikian kutub-kutub yang ada pada rotor akan berputar. Jika kumparan
kutub diberi arus searah maka pada permukaan kutub akan timbul medan
magnet (garis-garis gaya fluks) yang berputar, kecepatannya sama dengan
putaran kutub.
Garis-garis gaya fluks yang berputar tersebut akan memotong
kumparan jangkar distator, sehingga menimbulkan EMF atau GGL atau
tegangan induksi, yang besarnya :
d陸
E = N (2.7)
dt
Universitas Sumatera Utara
22. Kecepatan Putaran Generator Sinkron
Kecepatan putaran suatu generator sinkron tergantung kepada
penggerak mulanya, Seperti pada pembangkit listrik tenaga air (PLTA),
penggerak mulanya berupa turbin. Jadi apabila putaran turbinnya tinggi,
maka putaran pada generator juga akan tinggi. Dan jika sebaliknya, jika
putaran turbin rendah maka putaran pada generator juga akan rendah.
Putaran pada generator selalu dijaga konstan agar frekuensi dan tegangan
yang dihasilkan generator sinkron tetap konstan. Untuk menentukan
besarnya frekuensi yang dihasilkan oleh generator dapat dicari berdasarkan
besarnya jumlah putaran dan banyaknya jumlah pasang kutub pada
generator sinkron, sehingga diperoleh hubungan :
P.n
F= (2.8)
120
Dimana :
F = frekuensi listrik (Hz)
P = jumlah kutub pada rotor
n = kecepatan putaran rotor (rpm)
Umumnya frekuensi listrik yang dihasilkan suatu generator sinkron
di Indonesia 50 Hz. Ini berarti untuk generator sinkron yang mempuyai
satu pasang kutub diperlukan sebanyak 25 putaran setiap detik atau sama
dengan 60 x 25 = 1500 putaran per menit.
Untuk menjaga frekuensi yang dihasilkan generator sinkron sebesar
50 Hz dan untuk generator sinkron yang mempunyai jumlah kutub pada
Universitas Sumatera Utara
23. rotornya lebih dari satu pasang maka jumlah putarannya ini disesuaikan
dengan persamaan di atas.
Kecepatan putaran juga sangat berpengaruh terhadap tegangan yang
dihasilkan generator sinkron. Jika putarannya turun, maka tegangan
generator sinron juga akan turun dan apabila putarannya bertambah maka
akan mengakibatkan bertambahnya tegangan yang dihasilkan oleh
generator. Jadi jika putaran generator sinkron bertambah maka akan
mengakibatkan bertambahnya kemampuan pembangkitan daya dari
generator sinkron. Tetapi biasanya dalam pengoperasiannya jumlah
putaran generator sinkron dijaga konstan dan yang diatur biasanya adalah
arus penguat medannya.
Daya yang dihasilkan Generator Sinkron
Generator untuk pembangkit listrik tenaga air skala piko
menggunakan generator sinkron 1 phasa. Generator ini memiliki kecepatan
rata-rata antara 70 1500 rpm. Daya yang dihasilkan oleh generator 1
phasa dihitung dengan persamaan :
P = V. I. cos (2.9)
Dimana :
P = daya yang dihasilkan generator (watt)
V = tegangan terminal generator (volt)
I = arus (ampere)
cos = faktor daya
Universitas Sumatera Utara
24. 2.4.11. Jaringan Distribusi
Jaringan distribusi terdiri dari kawat penghantar, tiang, isolator dan
transformator. Jaringan tersebut dapat menggunakan kawat penghantar
berbahan aluminium atau bahan campuran lain. Pada jaringan distribusi
tegangan rendah biasanya digunakan kawat penghantar berisolasi. Tiang
pada saluran distribusi dapat berupa tiang baja, beton atau kayu. Isolator
digunakan untuk memisahkan bagian-bagian yang aktif atau bertegangan
jika penghantar yang digunakan merupakan konduktor tanpa isolasi.
a. Penghantar
Jaringan distribusi dapat menggunakan kawat penghantar jenis ACSR
(Aluminium Conductor Steel Reinforced), tembaga atau bahan campuran
antara aluminium dan tembaga. Ukuran kawat penghantar dipilih
berdasarkan faktor ekonomi, arus beban dan jatuh tegangan yang dapat
ditimbulkan serta faktor keamanan pendistribusian daya listrik. Rugi-rugi
daya dalam saluran satu phasa dapat dihitung dengan persamaan di bawah
ini :
Ploss = I2 x L x ((RP/km) + (RN/km)) (2.10)
Dimana :
Ploss = Daya rugi dalam saluran (watt)
I = Arus beban (ampere)
L = Panjang penghantar (km)
RP/km = Tahanan kabel phasa per km (立/km)
RN/km = Tahanan kabel netral per km (立/km)
Universitas Sumatera Utara
25. Efisiensi saluran dihitung dengan persamaan di bawah ini :
侶 = Pout (2.11)
100%
Pin
Dimana :
侶 = efisiensi saluran
Pout = Daya penerima (watt)
Pin = Daya pengirim (watt)
Tegangan jatuh pada saluran satu phasa dapat dihitung dengan persamaan di
bawah ini :
Vd = 2 x I x L x (R立/km cos + X立/km sin ) (2.12)
Dimana :
Vd = Tegangan jatuh satu phasa (volt)
I = Arus beban satu phasa (ampere)
L= Panjang penghantar (km)
R立/km = Tahanan penghantar per km (立/km)
X立/km = Reaktans penghantar per km (立/km)
Sedangkan besar tegangan ujung penerima dapat dihitung dengan
persamaan di bawah ini :
Vpenerima = Vsumber Vd (2.13)
Dimana :
Vpenerima = tegangan pada ujung penerima (volt)
Universitas Sumatera Utara
26. Vsumber = tegangan pada sumber (volt)
Vd = tegangan jatuh (volt)
Untuk menghitung persen jatuh tegangan pada saluran dapat digunakan
persamaan berikut ini :
Vrnl Vr fl
% Vd = 100% (2.14)
Vr fl
Dimana :
%Vd = persen tegangan jatuh (volt)
Vrnl = tegangan pada sumber (volt)
Vrfl = tegangan pada beban penuh (volt)
b. Tiang
Jenis tiang yang digunakan pada jaringan distribusi antara lain adalah :
- Tiang baja
- Tiang beton
- Tiang kayu
Diantara ketiga jenis tiang tersebut yang paling sering digunakan
adalah tiang beton karena tidak memerlukan biaya pemeliharaan, sedangkan
tiang kayu dan baja membutuhkan biaya pemeliharaan yang besar seperti
pengecatan ulang.
Universitas Sumatera Utara