Dokumen tersebut membahas tentang manfaat membaca, khususnya membaca Al-Quran. Membaca dapat menumbuhkan kearifan, kebijaksanaan, dan keilmuan. Membaca Al-Quran akan memberikan pahala, meski pahala bukan tujuan utama melainkan menumbuhkan kebiasaan membaca. Dengan membaca, manusia dapat memperoleh banyak ilmu yang diciptakan Allah untuk kebutuhan dan kebahagiaan manusia.
1 of 6
Download to read offline
More Related Content
Pkm
1. MANFAAT : Makna yang mungkin akan diterima bagi
yang suka membaca adalah kearifan, kebijaksanaan
dan keilmuan, tentunya perintah membaca bukan
sekedar apa yang tertulis dalam Al-Quran yang
telah dibukukan, tetapi dapat juga membaca yang
tersirat. Membaca fenomena alam kata orang bijak.
Namun yang pasti dengan membaca Al-Quran akan
mendapatkan pahala, pahala yang didapatkan dari
aktivitas membaca Al-Quran pada dasarnya adalah
sebuah daya tarik dan motivasi yang tujuannya
adalah agar manusia suka membaca, jadi
sebenarnya pahala yang didapatkan dari membaca
Al-Quran bukan tujuan utama, tetapi yang lebih
penting adalah bagaimana manusia menumbuhkan
dalam diri manusia sebuah kepribadian dan
kebiasaan membaca.
Dengan membaca manusia akan banyak
mendapatkan banyak ilmu yang telah Allah rancang
untuk kebutuhan dan kebahagiaan manusia.
Ilmu
hanya dapat diperoleh melalui aktivitas membaca,
tanpa membaca sebenarnya kita telah memulai
pembodohan terhadap diri sendiri, padahal, kita
diciptakan Allah secara sempurna, dan yang
membedakan kita dengan makhluk lain adalah akal
dan pikiran kita, dan pikiran kita akan terbuka dan
terpelihara secara kualitas intelektual hanya
dengan aktivitas membaca. Tidak heran jika Nabi
Muhammad Saw menjamin bahwa orang yang suka
membaca tidak akan pikun.Pembaca Al-Quran
tidak akan pikun.(HR. Ahmad). Yang lebih penting
adalah agar umat Islam menjadi umat yang intelek,
umat yang berbudaya dan berperadaban ilmiah,
menjadi bangsa yang menjujung tinggi budaya
keilmuan. Salah satu ciri bangsa yang menjunjung
tinggi budaya ilmiah dan keilmuan adalah
mempunyai kebiasaan membaca.
Kalau di cermati lebih dalam, perintah
membaca di atas bersifat umum, keumuman
tersebut dapat diperhatikan dari kata di atas,
bacalah, kata bacalah mengindikasikan bahwa
perintah membaca bersifat umum karena tidak ada
2. kalimat penjelas berikutnya, umpamanya bacalah
Al-Quran, atau bacalah buku ilmiah atau bacalah
Koran, tetapi yang Allah katakan hanya kata
bacalah.
Hal ini mengindikasikan bahwa aktivitas
membaca tidak hanya sekedar membaca Al-Quran,
tetapi membaca apa saja yang dapat dibaca.
Meskipun demikian aktivitas membaca Al-Quran
hendaknya lebih mendapat prioritas, kenapa
membaca Al-Quran lebih mendapatkan prioritas
karena dengan membaca Al-Quran manusia akan
mendapatkan kebahagiaan dunia dan
akherat,beberapa hari yang ditentukan itu ialah)
bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang bathil).(Qs. Al-Baqarah:185)
Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia
dalam membaca bacaan yang lain, artinya berawal
dari membaca Al-Quran manusia akan mendapatkan
berbagai kunci utama dari berbagai pengetahuan
yang lebih besar.
Tentunya, aktivitas membaca
hendaknya dibarengi dengan mengingat nama Allah,
dengan mengingat atau mengawali membaca dengan
niat ikhlas karena Allah akan membuka jalan bagi
manusia untuk memahami berbagai ciptaan, kreasi
dan berbagai rahasia tersembunyi yang Allah
sediakan. Hal itu akan kita dapatkan tatkala kita
tahu dan paham arti serta makna Al-Quran.
Ironisnya, perintah membaca masih sedikit
mendapatkan perhatian di kalangan umat Islam, hal
ini dapat diperhatikan dari kenyataan sehari-hari
di masyarakat muslim, banyak waktu lowong tidak
digunakan untuk membaca, budaya kumpul-kumpul
dan budaya menonton lebih menonjol dibandingkan
dengan budaya membaca, bila dicermati lebih jauh,
aktivitas membaca mendapat porsi sedikit dihati
umat Islam dapat dilihat di atas angkot, sebagai
masyarakat awam, pasti sering melihat aktivitas
3. yang dilakukan oleh para penumpang angkot, bus
kota atau angkutan umum lainnya? Sangat jarang
dan langka ditemukan penumpang angkot, bus kota,
atau bus antar lintas propinsi yang membawa buku
untuk dibaca, paling-paling yang terlihat adalah
berbicara kesana-kemari yang tidak jelas
maknanya, atau terdiam saja, atau ngrumpi dengan
teman sebangkunya. Pemandangan berbeda akan
kita lihat di belahan dunia lain, jepang misalnya,
masyarakat Jepang ketika menunggu bus di halte,
atau sedang dalam bus kota tauapun kereta api
mereka mengisi waktu luangnya dengan membaca,
bahkan di Amerika di kamar mandi/WC ada di
sediakan bacaan berupa buku ataupun majalah.
Berbeda dengan keadaan negeri kita, budaya baca
masih belum menjadi kebutuhan. Membaca di
tempat umum akan menjadi aneh dan masih
dianggap tabu di negeri ini. Tidak heran jika bangsa
ini masih menjadi bangsa penonton. Ironis memang.
Tetapi itulah faktanya.
Ironis dan menyedihkan, itulah komentar
yang pantas di berikan kepada masyarakat Islam
yang enggan membaca. Menyedihkan karena umat
Islam tidak mengindahkan firman Allah yang
pertama diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw,
yaitu perintah membaca. Dikatakan ironis karena
umat Islam bangga dengan kitab sucinya tetapi
tidak paham isinya, orang bijak menyindir orang-
orang seperti ini ibarat kera yang bangga memakai
mahkota tetapi tidak paham dan tahu apa makna
dan kegunaaan mahkota itu. Banyak umat Islam
bangga dengan Al-Quran tetapi tidak paham dan
mengerti isinya.
Bahkan, kalau kita tanyakan kepada para
orang tua, pernahkah memberi hadiah ulang tahun
anaknya berupa buku? Jawaban yang akan kita
dengar adalah tidak pernah. Kalau kita Tanya
kepada para mahasiswa, banyak mana koleksi buku
dengan koleksi baju? mereka akan menjawab banyak
koleksi baju. Seharusnya sebagai mahasiswa calon
intelektual. Sewajarnya mereka lebih banyak punya
buku dari pada banyak baju, apa artinya banyak
baju kalau otaknya selalu memberi respon jawaban
tidak tahu, apa arti berbusana modis kalau pikiran
4. picik dan ilmu yang tipis, apa arti menyandang
nama besar mahasiswa kalau buku tidak punya,
budaya baca tidak ada. Kita bangga dengan gelar
akademis tetapi budaya baca sangat tipis, kita
bangga dengan koleksi keramik antic dan mewah,
tetapi kita banyak lupa berburu buku-buku baru
yang penuh dengan ilmu.
Kita menjadi malu kalau tidak mempunyai
koleksi perabot rumah, tetapi kita tidak mau tahu
terhadap koleksi buku, kita malu kalau tidak
mempunyai bangku, tetapi kita tidak pernah malu
tidak punya kumpulan buku, kita merasa rugi dan
cemas kalau meninggalkan anak tanpa harta benda,
tetapi kita tidak pernah berfikir dan tidak merasa
cemas kalau anak kita, generasi kita, tidak
mewarisi berbagai koleksi buku dari kita.
Allah secara jelas menyatakan bahwa Allah
adalah Maha Pemurah bagi yang telah
membudayakan baca, yaitu pembaca yang tidak
melupakan Allah dalam setiap aktivitas
membacanya, dan Allah menyuruh kita untuk
membaca dan menuliskannya. Setelah banyak
membaca dan mencoba menuangkannya dalam
sebuah karya tulis, maka Allah akan memberikan
berbagai rahasia ilmu. Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.(Qs. Al-Alaq:
4-5)
Akhirnya, perlu kita renungi kembali
makna wahyu pertama (Qs.Al-Alaq:1-5) agar kita
mampu menjadi manusia yang intelek, bangsa yang
maju, bangsa yang terkenal dengan budaya dan
peradaban yang tinggi ditingkat intelektual.
Terkenal sebagai umat yang banyak membaca,
terkenal sebagai umat yang menjunjung tingi
budaya baca. Sudah saatnya kita memanfaatkan
waktu luang untuk membaca, membaca apa saja.
Semboyan tiada hari tanpa membaca. Semoga
semboyan itu menjadi milik kita, menjadi nyata
dalam kehidupan kita. Dengan banyak membaca
akan membuka jendela dunia, wawasan menjadi
terbentang luas tanpa batas, menembus ke
berbagai penjuru dunia, pikiran kita dapat terbang,
5. berkelana dan berpetualang ke berbagai peradaban
masa lalu dan masa kini, meskipun kita di rumah,
tetapi kita dapat berdialog dengan para tokoh
dunia, baik yang telah meninggal maupun yang
masih hidup, dan itu dapat kita lakukan dengan
membaca buku. Kita dapat berdialog langsung,
bertukar pikiran dengan para tokoh dan para
intelektual melalui karya-karya tulis mereka.
Untuk itu jadikanlah buku teman sejati, teman di
kala sepi dan sendiri, teman yang tidak pernah
menyakiti, teman yang selalu memberi motivasi,
teman yang selalu menunjuki. Allahu Alam.
6. berkelana dan berpetualang ke berbagai peradaban
masa lalu dan masa kini, meskipun kita di rumah,
tetapi kita dapat berdialog dengan para tokoh
dunia, baik yang telah meninggal maupun yang
masih hidup, dan itu dapat kita lakukan dengan
membaca buku. Kita dapat berdialog langsung,
bertukar pikiran dengan para tokoh dan para
intelektual melalui karya-karya tulis mereka.
Untuk itu jadikanlah buku teman sejati, teman di
kala sepi dan sendiri, teman yang tidak pernah
menyakiti, teman yang selalu memberi motivasi,
teman yang selalu menunjuki. Allahu Alam.