2. SKENARIO
Seorang petinju kelas berat dunia bernama Muhammad Ali, harus menerima
kenyataan bahwa akhirnya dirinya harus berhenti total dari dunia tinju karena
mengidap suatu penyakit. Awalnya merasa lemah atau terasa lebih kaku pada sebagian
tubuh dan gemetar halus pada salah satu tangan pada saat beristirahat. Lama
Kelamaan gejala yang dirasakannya bertambah berat berat yaitu gemetar semakin
parah dan menyebar, otot terasa kaku dan tidak fleksibel, dan pergerakan menjadi
lambat. Kelugan tersebut diserati gejala psikologis berupa depresi, konstipasi dan
insomnia.
Saat Ali memutuskan untuk ke RS oleh dokter yang memeriksanya di dapati
tremor, bradikinesia, rigiditas, dan demensia. Ali pun disarankan untuk mengkonsumsi
rutin levodopa, MAO-B, dan dopamin agonis. Selain itu disarankan pula agar
mengikuti fisioterapi, perubahan menu makan dan terapi wicara.
3. APA ITU
TREMOR? gerakan osilasi paksa ritmis dari bagian
tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi
otot timbal bolak balik yang dipersarafi.
5. MEKANISME DASAR GANGGUAN
KESEIMBANGAN
Penyebab gangguan keseimbangan adalah
1. infeksi virus atau bakteri,
2. kegemukan,
3. trauma kepala (Head Injury),
4. gangguan sirkulasi darah yang mempengaruhi telinga bagian dalam atau
otak,
5. factor usia,
6. dan gangguan vestibular pada bagian tepi yaitu gangguan pada labyrinth,
gangguan vestibular pada bagian tengah yaitu sebuah problem pada otak
dan saraf yang menghubungkannya
6. Pemeriksaan Yang Diperlukan Untuk Pasien
Gangguan Keseimbangan
PEMERIKSAAN KOORDINASI DAN KESEIMBANGAN
1. Gangguan equlibratory coordination :
a. Tes Romberg
8. 2. Gangguan non equilibratory coordination
a. Finger-to-nose test. b. Nose-finger-nose-test
9. c. Finger-to-finger test
Penderita diminta mengabduksikan
lengan pada bidang horizontal dan
diminta untuk menggerakkan kedua
ujung jari telunjuknya saling bertemu
tepat ditengah-tengah bidang
horizontal tersebut. Pertama dengan
gerakan perlahan kemudian dengan
gerakan cepat, dengan mata ditutup
dan dibuka.
d. Diadokokinesis
10. e. Heel-to-knee-to-toe test
f. Rebound test
Penderita diminta adduksi pada bahu, fleksi
pada siku dan supinasi lengan bawah, siku
difiksasi/diletakkan pada meja periksa/alas
lain, kemudian pemeriksa menarik lengan
bawah tersebut dan penderita diminta
menahannya, kemudian dengan mendadak
pemeriksa melepaskan tarikan tersebut
tetapi sebelumnya lengan lain harus
menjaga muka dan badan pemeriksa
supaya tidak terpukul oleh lengan penderita
sendiri bila ada lesi cerebellum.
11. PENGELOLAAN PASIEN DENGAN
GANGGUAN KESEIMBANGAN
Melakukan diagnosis dan tatalaksana penyebab dasar jika memungkinkan serta
mengobati berbagai kondisi yang mendasari instabilitas.
Memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa latihan cara berjalan,
penguasaan otot, alat bantu. Latihan fisik, adaptasi perilaku perlu dilakukan
untuk mencegah morbiditas akibat instabilitas.
Kurangi obat-obatan yang mengganggu keseimbangan
Rujuk ke rehabilitasi medik untuk alat bantu dan latihan keseimbangan dan
gaya berjalan.
12. KLASIFIKASI KEJANG
Kejang Parsial, terbagi atas :
Parsial sederhana
Parsial kompleks
Kejang generalisata, terbagi atas :
Tonik-Klonik
Absence
Mioklonik
Atonik
Klonik
Tonik
15. Pengelolaan
Pasien Dengan
Kejang
Protokol penanganannya adalah sebagai berikut:
Stadium I (0-10 menit)
Harus dipastikan bahwa jalan napas pasien tidak terganggu. Dapat pula
diberikan oksigen. Jika diperlukan resusitasi dapat dilakukan
Stadium II (1-60 menit)
dilakukan pemeriksaan status neurologis dan tanda vital. Selain itu, perlu
juga dilakukan monitoring terhadap status metabolik, analisa gas darah dan
status hematologi. Pemasangan infus dengan NaCl 0,9%. Darah sebanyak
50-100 cc perlu diambil untuk pemeriksaan laboratorium (AGD, glukosa,
fungsi ginjal dan hati, kalsium, magnesium, pemeriksaan lengkap
hematologi, waktu pembekuan dan kadar AED).
Pemberian OAE emergensi berupa:
Diazepam 0,2 mg/kg dengan kecepatan pemberian 5 mg/menit IV >
evaluasi kejang 5 menit> masih kejang (?) > ulangi pemberian
diazepam. hipoglikemi: berikan 50 cc glukosa 50%. alkoholisme: berikan
thiamin 250 mg IV. Asidosis > bikarbonat. Selama penanganan ini, etiologi
penyebab kejang harus dipastikan.
penatalaksanaan
kejang awal harus
sudah dilakukan
bila bangkitan
konvulsif
berlangsung >5
menit.
16. Stadium III (0-60/90 menit)
fenitoin IV 15-20 mg/kg dengan kecepatan <50 mg/menit masih
kejang ? fenitoin tambahan 5-10 mg/kgbb. masih kejang ?
berikan phenobarbital 20 mg/kgbb dengan kecepatan pemberian 50-
75 mg/menit.
Stadium IV (30-90 menit)
30-60 menit kejang tidak dapat diatasi ? perawatan di ICU diberi
propofol (2mg/kgbb bolus IV) atau midazolam (0,1 mg/kgbb dengan
kecepatan pemberian 4 mg/menit) atau tiopentone (100-250 mg bolus
IV pemberian dalam 20 menit dilanjutkan bolus 50 mg setiap 2-3
dilanjutkan hingga 12-24 jam setelah bangkitan klinik atau bangkitan
EEG terakhir, lalu lakukan tapering off.