[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang kerangka regulasi dan arah kebijakan energi nasional Indonesia serta kondisi pasokan dan penggunaan energi di Jawa Barat. Dokumen ini juga menunjukkan potensi-potensi energi terbarukan di Jawa Barat seperti panas bumi dan bioenergi kemiri serta sasaran peningkatan pangsa energi terbarukan di provinsi tersebut.
2. 際際滷 2
UU NO.30 / 2007 Tentang ENERGI
UU NO.30 / 2009 Tentang KETENAGALISTRIKAN
Peraturan Pemerintah No. 70 / 2009 tentang Konservasi
Energi
PERPRES No 5 / 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional
(KEN)
KERANGKA REGULASI
3. 際際滷 3
8 ARAH KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL
1. Mengubah paradigma sumber daya energi sebagai komoditas menjadi sebagai modal
pembangunan,
2. Meningkatkan cadangan terbukti energi fosil dan mengurangi pangsanya dalam bauran
energi nasional,
3. Meningkatkan pangsa sumberdaya energi baru dan terbarukan (ebt),
4. Meningkatkan program efisiensi, konservasi, dan pelestarian lingkungan hidup,
5. Meningkatkan pengelolaan energi secara mandiri, penciptaan lapangan kerja,
kemampuan dan peranan industri dan jasa energi dalam negeri,
6. Memeratakan akses terhadap energi migas dan listrik bagi masyarakat kota dan desa,
7. Mengamankan pasokan energi, khususnya listrik dan migas untuk jangka pendek,
menengah, dan panjang,
8. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya energi dalam pembangunan ekonomi
nasional,
Sumber : DEN, 2011
4. 際際滷 4
ARAH KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL
EBT
Gas Bumi
Batubara
M. Bumi
21 %
30,7 %
43,9%
4,4 %
EBT
Gas Bumi
Batubara
M. Bumi
2010* 2015 2020
2025
KONSERVASI
ENERGI (33,85%)
DIVERSIFIKASI
ENERGI
BAU**
Sumber:*Prakiraan2010, DEN 2010-2025, **BAU EBTKE
PERPRES 5/2006 VISI 25/25
25 %
22 %
30 %
23 %
41.7%
20,6%
34.6%
3,1%
4300
JutaSBM
2852
JutaSBM
1131,3
JutaSBM
Minyak Bumi
42%
Batubara
34%
Gas
21%
EBT
3%
Minyak
Bumi
20%
Batubara
33%
Gas
30%
EBT
17%
Minyak
Bumi
30%
Batubara
22%
Gas
23%
EBT
25%
3200
JutaSBM
20%
30%
33%
17%
Panas Bumi
9.500 MW
Panas Bumi
12.000 MW
Arah Kebijakan Energi
-Dimulai dari 2010
-Berdasarkan Perpres 5/2006, maka tahun 2025 penggunaan EBT menjadi 17%, kontribusi pabum 9500 MW
-Akan tetapi ada visi besar (visi 25/25), 25% penggunaan EBT pada tahun 2025, kontribusi pabum 12.000 MW
-Angk a 25% tidak terlepas dari Konservasi Energi, termasuk dengan Paksaan Peraturan
6. 際際滷 6
PEMBANGKIT LISTRIK DI JAWA BARAT
Sumber : RUPTL PLN 2011-2025 + *PLTU Jabar 1 Indramayu
EBT = 60 %
EBT = 51 %
Air
39%
Pabum
21%
Gas
4%
HSD
36%
BauranPembangkit Listrik BerdasarkanBahan Bakar
Pembangkit(tanpa PLTU Jabar I Indramayu)
No. Nama Pembangkit Jenis
Jenis B.
Bakar
Pemilik
Kapasitas
Terpasang
(MW)
1 Ubrug PLTA Air Indonesia Power 18.4
2 Kracak PLTA Air Indonesia Power 18.9
3 M. Tawar B-1 PLTGU HSD PJB 640
4 M. Tawar B-2 PLTG HSD PJB 280
5 M. Tawar PLTG HSD PLN 858
6 C. Listrindo PLTG Gas Swasta 150
7 Salak PLTP Panas Bumi Indonesia Power 180
8 Salak IPP PLTP Panas Bumi Swasta 197
9 Plengan PLTA Air Indonesia Power 6.9
10 Lamajan PLTA Air Indonesia Power 19.6
11 Cikalong PLTA Air Indonesia Power 19.2
12 Bengkok PLTA Air Indonesia Power 3.2
13 Dago PLTA Air Indonesia Power 0.7
14 Parakan PLTA Air Indonesia Power 9.9
15 Saguling PLTA Air Indonesia Power 700.7
16 Cirata PLTA Air PJB 1008
17 Jatiluhur PLTA Air Swasta 150
18 Kamojang PLTP Panas Bumi Indonesia Power 140
19 Drajat PLTP Panas Bumi Indonesia Power 55
20 Drajat IPP PLTP Panas Bumi Swasta 95
21 Wayang Windu PLTP Panas Bumi Swasta 227
22 Sunyaragi 1-2 PLTG Gas Indonesia Power 40.2
23 Sunyaragi 3-4 PLTG HSD Indonesia Power 40.1
24 Drajat 3 PLTP Panas Bumi Swasta 121
25 Kamojang 4 PLTP Panas Bumi Swasta 60
26 PLTU Jabar 1 Indramayu* PLTU Batu Bara PLN 990
Jumlah 6028.8
Air
33%
Pabum
18%
Gas
3%
HSD
30%
Batubara
16%
Bauran Pembangkit Listrik Berdasarkan Bahan Bakar
Pembangkit(termasuk PLTU Jabar I Indramayu)
Air : 1.955,5 MW HSD : 1.818,1 MW
Panas Bumi : 1.075 MW Gas : 190,2 MW
7. 際際滷 7
KONDISI BAURAN ENERGI JAWA BARAT SAAT INI
Gas Bumi
16%
Minyak Bumi
50%
EBT
11%
Batu Bara
23%
Bauran Energi Jawa Barat incl. PLTU Jabar
1 IndramayuGas Bumi
16%
Minyak Bumi
50%
EBT
13%
Batu Bara
21%
Bauran Energi Primer + Listrik*
Kondisi pra PLTU Jabar 1 Kondisi pasca PLTU Jabar 1
Terjadi Penurunan
pangsa EBT sebesar 2%
8. 際際滷 8
TARGET BAURAN ENERGI JAWA BARAT 2025?
Coal
23%
Other
8%
Natural Gas
25%
Biofuel
5%
Hydropower
3%
Geothermal
11%
Oil
Products
25%
0%
Minihidro;
1,00%
Solarenergy
; 1,20%
Fuel Cell;
0,30%
Wind;
0,50%
Biomass;
5,00%
Sumber : Rancangan RUED Provinsi Jawa Barat, 2012
Target Pangsa EBT Jawa Barat 2025 => 27 %
9. 際際滷 9
RASIO ELEKTRIFIKASI JAWA BARAT
KABUPATEN
JUMLAH RUMAH TANGGA
(RT)
RT PLN RT NON-PLN RE (%)
Kab. Bogor 1,231,926 1,079,739 6,583 88.63
Kab. Sukabumi 654,883 401,291 5,743 62.47
Kab. Cianjur 612,974 344,895 15,301 59.05
Kab. Bandung 850,768 528,755 6,517 63.24
Kab. Garut 621,950 358,936 10,761 59.74
Kab. Tasikmalaya 482,568 302,938 2,287 63.58
Kab. Ciamis 470,525 292,809 904 62.74
Kab. Kuningan 271,673 185,081 474 68.65
Kab. Cirebon 558,323 394,881 1,456 71.35
Kab. Majalengka 351,750 201,963 112 57.75
Kab. Sumedang 334,594 230,111 721 69.34
Kab. Indramayu 495,407 341,390 2,191 69.71
Kab. Subang 431,874 302,710 1,376 70.77
Kab. Purwakarta 231,610 204,362 1,789 89.46
Kab. Karawang 589,298 466,983 2,638 80.10
Kab. Bekasi 742,809 543,744 2,312 73.89
Kab. Bandung Barat 413,255 289,564 813 70.63
Kota Bogor 242,551 222,420 397 92.34
Kota Sukabumi 78,264 61,313 186 78.98
Kota Bandung 654,751 539,673 914 82.99
Kota Cirebon 77,387 51,133 206 66.68
Kota Bekasi 627,574 562,472 428 90.16
Kota Depok 464,774 420,815 382 91.09
Kota Cimahi 150,398 124,404 351 83.38
Kota Tasikmalaya 170,561 122,421 9 72.15
Kota Banjar 49,619 40,583 106 82.43
11,862,066 8,615,386 64,957 73.55
Sumber : PLN Distribusi Jabar Banten, 2012
12. 際際滷 12
INFRASTRUKTUR PASOKAN BBM JAWA BARAT
Terdapat 428 Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU) di
wilayah Jawa Barat.
Unit Pemasaran BBM yang terdapat di wilayah Jawa Barat berjumlah
7 unit,
1) Depot BBM Balongan,
2) Depot BBM Tasikmalaya,
3) Depot Ujung Berung,
4) Depot BBM Tasikmalaya,
5) DPPU Bandara Husein Sastranegara,
6) Depot Padalarang,
7) Depot Cabang Bandung.
Sedangkan unit pengolahan BBM terdapat di Balongan, Indramayu.
15. 際際滷 15
Energi Fosil dengan biaya
berapapun
(Malah Disubsidi)
Energi Terbarukan
Sebagai Alternatip
Kebutuhan Energi
Sektoral :
-RmhTangga
- Transport
- Industri
- Komersial
Maksimalkan Penyediaan
dan Pemanfaatan Energi
Terbarukan dengan harga
Avoided Fossil Energy
Costs
Energi Fosil sebagai Faktor
Penyeimbang
ENERGY
SUPPLY SIDE MANAGEMENT
ENERGY
DEMAND SIDE MANAGEMENT
PERUBAHAN PARADIGMA ENERGI
Sumber : EBTKE-KESDM 2010
Kebutuhan
Energi
Sektoral yang Efisien:
-RmhTangga
- Transport
- Industri
- Komersial
SUPPLY SUPPLYDEMAND DEMAND
17. 際際滷 17
Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi dengan potensi panas bumi terbesar di Indonesia. Data terakhir menyebutkan bahwa
potensi panas bumi di Jawa Barat mencapai 6.101 MW yang tersebar di 44 titik sebagaimana terlihat pada tabel di atas. Angka ini
mencapai 20,8% dari total potensi Indonesia yang pada tahun 2011 telah berada pada kisaran 29.038 MW (Kementrian ESDM, 2011).
Dengan demikian berarti seperlima potensi panas bumi Indonesia berada di Jawa Barat.
19. 際際滷 19
際際滷 ini memberikan gambaran road map pengembangan panas bumi di Jawa Barat seperti yang telah disampaikan pada paparan
sebelumnya. Dari targetpengembangan4.257 MWpadatahun2025,kamimerencanakanrealisasinyasebesar3.267
MW.Jikaasumsisamadenganslidesebelumnya,makaPLTPakanmampumenyuplai3,863,554MWhatausekitar4%daritotalkebutuhan106,3
95,833MWh
21. 際際滷 21
MENGAPA KEMIRISUNAN ?
Pengembangan program KEBUN ENERGI dengan
penanaman pohon Kemiri Sunan (Aleurites Trisperma
BLANCO) merupakan salah satu strategi pemenuhan energi
nabati (biofuel) untuk transportasi dan industri .
Pemilihan komoditas kemirisunan adalah terutama karena
dapat disinergikan dengan dengan program Pemerintah
Jawa Barat lainnya (GRLK, Jabar Green Province,
Ekopontren, dll).
Selain itu, program ini sesuai dengan tujuan RTRW Jawa
Barat 2009-2029 yaitu : mencapai 45% kawasan lindung.
Pengembangan program KEBUN ENERGI ini juga merupakan
peluang besar untuk mendukung ketahanan energi Jawa
Barat, dan peningkatan pendapatan masyarakat.
22. 際際滷 22
PERBANDINGAN JARAK PAGAR DAN KEMIRISUNAN
JARAK PAGAR KEMIRISUNAN
Tanaman perdu Tanaman berkayu keras;
Berakar serabut Berakar tunggang, mencegah erosi
Daun sedikit, tinggi pohon s.d 2 meter Berdaun banyak, gugur, tinggi pohon s.d 20
meter, lebar kanopi s.d 7 meter
Produksi buah 2,5 3 kg per
pohon/tahun
Produksi buah 150-200 kg per pohon/tahun
Produktifitas minyak rendah (3 ton/Ha) Produktifitas minyak tinggi (10 ton/Ha)
Berbuah pada umur 1 tahun, setelah
tahun kedua produksi menurun
Berbuah pada 3-7 tahun, masih berbuah s.d
puluhan tahun
Rendemen 32-26% Rendemen 50-56%
Panen buah dengan cara dipetik, perlu
biaya untuk buruh pemetik
Panen dengan cara memungut buah yang
jatuh, biaya rendah
28. 際際滷 28
NO JENIS
JUMLAH
POHON
TOTAL
KERNEL
(ton/tahun)
MINYAK
NABATI
(ton/tahun)
BIODIESEL
(Liter/tahun)
SETARA
Rupiah/pertahun
Lahan Kritis 591,707.59 Ha 59,170,758.96 11,834,151.79 5,917,075.90 5,336,708,812.80 32,020,252,876,796.20
Asumsi 5% lahan yg ditanami 29,585.38 Ha 2,958,537.95 591,707.59 295,853.79 266,835,440.64 1,601,012,643,839.81
Jalan Provinsi 2,181,342.91 Meter 218,134.29 43,626.86 21,813.43 19,673,893.22 118,043,359,294.16
Asumsi 20% jalan yang
ditanami
436,268.58 Meter 43,626.86 8,725.37 4,362.69 3,934,778.64 23,608,671,858.83
Lahan HGU 224,387.26 Hektar 22,438,725.55 4,487,745.11 2,243,872.55 2,023,785,844.34 12,142,715,066,055.40
Asumsi 5% lahan yg ditanami 11,219.36 Hektar 1,121,936.28 224,387.26 112,193.63 101,189,292.22 607,135,753,302.77
Sungai Utama 16,399,413.79 Meter 1,639,941.38 327,988.28 163,994.14 147,909,030.80 887,454,184,802.71
Asumsi 25% sungai utama
yang ditanami
4,099,853.45 Meter 409,985.34 81,997.07 40,998.53 36,977,257.70 221,863,546,200.68
CSR dari WKP Panas Bumi 816,322.00 Hektar 81,632,200.00 16,326,440.00 8,163,220.00 7,362,543,404.74 44,175,260,428,410.40
Asumsi 10% lahan yg ditanami 81,632.20 Hektar 8,163,220.00 1,632,644.00 816,322.00 736,254,340.47 4,417,526,042,841.04
Reklamasi Tambang 268,036.87 Hektar 26,803,687.00 5,360,737.40 2,680,368.70 2,417,468,951.52 14,504,813,709,131.90
Asumsi 5% lahan yg ditanami 13,401.84 Hektar 1,340,184.35 268,036.87 134,018.44 120,873,447.58 725,240,685,456.60
14,037,490.8 2,807,498.2 1,403,749.1 1,266,064,557.2 7,596,387,343,499.7
Keterangan :
- Jumlah pohon 100/ha (asumsi jarak tanam 10 m)
- Produksi rata-rata kernel 20 ton / hektar per tahun (1 pohon menghasilkan 200 kg kernel/tahun)
- Asumsi Minyak Nabati didapat dari 50% kernel
- Asumsi Biodiesel didapat dari 80% Minyak nabati dan 20% gliserol
- Massa Jenis pada suhu 40 C = 887 kg/m続
POTENSI LAHAN YANG DAPAT DIMANFAATKAN MENJADI BIODIESEL DARI TANAMAN
KEMIRI SUNAN DI PROVINSI JAWA BARAT
LUAS / PANJANG
(Hektar / Meter)
TOTAL
1
2
3
4
5
6
Target produksi 1,2 juta
kiloliter biodiesel pertahun,
setara penghasilan 7,6
30. 際際滷 30
TANTANGAN TEKNOLOGI KEMIRISUNAN
Secara kimia, minyak kemirisunan memiliki tingkat kestabilan
oksidasi rendah (mengering bila bersentuhan dg udara)
perlu cara pengangkutan/pengolahan yang tepat
Memiliki kadar Iodium tinggi di atas SNI (korosif) perlu
penelitian lenjutan untuk teknologi hidrogenasi skala UKM.
Produk-produk turunan kemirisunan (biogas, sabun, cat
minyak, tinta, dll) perlu penelitian lebih lanjut untuk diproduksi
skala besar secara ekonomis.
DIHARAPKAN PENELITIAN LANJUTAN TEKNOLOGI SELESAI
PADA 2013/2014 DAN DAPAT DIPRODUKSI PADA SKALA
EKONOMI PADA 2015.
39. 際際滷 39
FAKTOR PENGHAMBAT KEBERHASILAN
PROGRAM PENGEMBANGAN EBT
Penetapan harga energi fosil belum mencapai harga keekonomiannya,
sehingga harga energi terbarukan sulit bersaing.
Kurangnya kebijakan fiskal dan terbatasnya insentif untuk EBT.
Kurangnya sistem dan mekanisme pendanaan yang mendorong kegiatan
penyediaan dan pemanfaatan EBT serta mekanisme pasar yang sehat.
Kurangnya koordinasi antar sektor, kejelasan target dan pembagian peran.
Rendahnya pemahaman masyarakat mengenai EBT dan budaya hemat
energi
Regulasi nasional yang belum harmonis, tumpang tindih, dan kurang
mendukung penyediaan dan pemanfaatan EBT.
( Sumber : Evaluasi Kementerian ESDM, Juli 2011)
40. 際際滷 40
PERMASALAHAN PENGEMBANGAN ENERGI DI
JAWA BARAT
Rasio Elektrifikasi yang masih rendah
Belum optimalnya pemanfaatan Energi Terbarukan Setempat
Dampak Lingkungan dari penggunaan energi di sektor industri
Kesenjangan akses energi/elektrifikasi di daerah pembangkit
Konsumsi energi yang belum menjadi daya dorong produktivitas ekonomi
masyarakat
Belum optimalnya sinkronisasi program perencanaan energi daerah dengan
nasional
Belum optimalnya investor swasta dalam pengembangan energi baru dan
terbarukan
41. 際際滷 41
1. Jawa Barat dengan kebutuhan energi yang besar
memerlukan kecukupan pasokan energi yang dapat
dipenuhi dengan mengoptimalkan pemanfaatan potensi
energi setempat.
2. Pengembangan energi khususnya EBT Jawa Barat
selain ditujukan untuk ketahanan energi, juga berpotensi
meningkatkan pendapatan masyarakat, mengurangi
masalah lingkungan, dan meningkatkan upaya
konservasi.
3. Pengembangan energi di Jawa Barat memerlukan
dukungan nyata dari semua pihak, pendanaan,
pembagian peran secara jelas, dan target yang terukur.
KESIMPULAN