1. DATA DISTRIBUSI KLB PENYAKIT
MENULAR DAN KERACUNAN
BERDASARKAN JENIS PENYAKIT
DI PROV. SUMS
TAHUN 2015
Ajrina Agissyari P
Fitria Suryaningsih
Lia Purnamasari
Nandang Aprilianto
Resna Adtya
2. PENDAHULUAN
• Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan/atau kematian yang
bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu,
dan merupakan keadaan yang dapat menjurus kepada terjadinya wabah
(kemenkes, 2014)
• KLB ini dapat dipengaruhi oleh heard immunity, patogenesitas dan lingkungan
yang buruk (Notoatmojo 2003).
3. • Berdasarkan hasil rekapan program surveilans KLB dinas kesehatan provinsi Sumatera
Selatan selama tahun 2015, bahwa kejadian KLB di kabupaten/kota frekuensi KLB 26 kali
menyerang 26 desa dengan 334 penderita dan kematian 9 orang (CFR 2.7%), frekuensi dan
penderita KLB menurun jika dibandingkan dengan tahun 2014. Pada tahun 2014 frekuensi
KLB 40 kali menyerang 40 desa dengan 1395 penderita dan kematian 3 orang (CFR 0,22%),
namun jika dilihat dari kematian karena KLB pada tahun 2015 mengalami peningkatan
sebesar 123% dibandingkan tahun 2014. Pada tahun anggaran 2015, Program KLB telah
melaksanakan beberapa kegiatan Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB
Penyakit menular dan Keracunan Makanan di kabupaten/kota. Penyakit yang menjadi
penyebab KLB yaitu Keracunan makanan,DBD, Rabies, Rubella, Campak, Hepatitis, Pertusis
• Untuk mengetahui penyakit KLB apa saja yang banyak terjadi maka perlu adanya
managemen data kesehatan mengenai kasus penyakit KLB 2015.
4. Pendataan penyakit klb ini dilakukan pada 10 kabupaten/kota di provinsi sumatera
selatan oleh bidang bina pemberantaan masalah kesehatan dinkes pov. Sumsel melalui
laporan yang dibuat oleh puskesmas kab./kota masing-masing.
Jumlah desa terjadi KLB di Prov. SumSel tahun 2015 yaitu sebanyak 26 desa di 10
kab/kota. Kab/kota yang melapor terjadi klb antara lain kab/kota OKU (1 desa), UKI
(1 desa) , M. Enim (6 desa), Mura (desa), Banyuasin (desa), Oku timur (1 desa), Ogan
ilir (4 desa), palembang (1 desa), pali (1 desa) dan muratara. (2 desa). (dinkes prov.
Sumsel, 2015)
Berikut akan sajikan tabel mengenai banyaknya kasus penyakit klb yang terjadi
berdasarkan jenis penyakitnya.
5. TABEL DISTRIBUSI KLB PENYAKIT MENULAR DAN KERACUNAN
BERDASARKAN JENIS PENYAKIT DI PROV. SUMSEL, SELAMA
TAHUN 2015
PENYAKIT KASUS
Campak 19
Kermak 144
DBD 34
Rubela 130
Pertusis 1
Rabies 7
Hepatitis 14
Jumlah 349
Sumber: bidang bina pemberantasan masalah kesehatan dinkes prov. sumsel
6. Grafik Distribusi KLB Penyakit Menular dan Keracunan
Berdasarkan Jenis Penyakit di Prov. Sumsel, Selama Tahun
2015
Sumber: bidang bina pemberantasan masalah kesehatan dinkes prov. sumsel
7. Pembahasan:
interpretasi dan analisis
Berdasarkan data table A menunjuka bahwa sebagian besar kejadian luar biasa penyakit menular
dan keracunan makanan di provinsisumatra seltan tahun 2015 berdasarkan jenis penyakitnya
yang paling banyak terjadi yaitu keracuanan makanan dengan jumlah 144 kasus (41%) dan yang
jarang sekali terjadi yaitu penyakit pertussis sebanyak 1 kasus (0%).
Penyebab diare secara klinis dapat dikelompokkan kedalam 6 (enam)
golongan besar adalah infeksi, malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi, dan
sebab-sebab lain. Paling sering ditemukan dilapangan ataupun klinis adalah diare
yang disebabkan infeksi dan keracunan.
Banyak program yang sudah dilaksanakan oleh dines kesehatan sumatera selatan namun belum
maksimal, sehingga kejadian klb masih terjadi (dinkes prov. Sumsel, 2015)
8. Analisa
KLB keracunan pangan termasuk urutan ke-2 dari laporan KLB yang masuk ke
PHEOC, Nomor 2 setelah KLB difteri. Hal ini menunjukkan bahwa KLB Keracunan
Pangan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang harus diprioritaskan
penanganannya.
Untuk mencegah terjadinya keracunan pangan, Kemenkes menerbitkan peraturan yang
mengatur hygiene sanitasi pangan pada tempat pengelolaan makanan (TPM) yang
mencakup jasaboga, rumah makan/restoran, depot air minum, dan pangan di rumah
tangga.
Dinas prov. Sumsel dalam prrogram penaganan diare telah dilakukan dengan advokasi
dan sosialisasi. Namun terdapat kendala yakni SDM yang kurang serta logistik yang
kurang memadai dalam penanganan diare akibat keracunan ini.
9. kesimpulan
Berdasarkan data yang telah dipaparkan dan dibahas angka kejadian kasus klb berdasarkan jenis
penyakitnya di provinsi sumatera selatan tahu 2015 masih terjadi, dengan banyak kasus yang
terjadi yaitu penyakit keracunan makanan. Data dinas kesehatan provinsi sumatera selatan
menyatakan bahwa penyakit klb dengan kasus tertinggi yang terjadi Selma tahun 2015 yaitu
keracunan makanan 144 kasus (41%), penyakit rubella sebanyak 130 kasus (37%), penyakit Dbd
sbanyak 34 kasus (10%, campak sebanyak 19 kasus (6%), penyakit hepatitis sebnyak 14 kasus
(4%), penyakit rabies sebanyak 7 kasus (2%), dan penyakit pertussis sebanyak 1 kasus (0%).
Kemenkes (2017) juga menyatakan bahwa keracunan makanan merupakan KLB tertinggi ke 2
yang terjadi setelah difteri. hal ini menunjukan bahwa Hal ini menunjukkan bahwa KLB
Keracunan Pangan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang harus diprioritaskan
penanganannya serta perlu peningkatan dalam pelaksanaan program terutama mengenai sanitasi
dan hygine masyarakat..
10. Sumber
• kementerian kesehatan RI. (2014). peraturan menteri kesehtan RI nomor 82 tahun
2014 tentang penangguangan penyakit menular. In k. k. RI, berita negara republik
indonesia (p. no. 1755). jakarta: kemenkes ri.
• kementerian kesehatan RI. (2017). Lebih dari 200 Penyakit dapat Menular melalui
Makanan, Keamanan Pangan Harus Diperhatikan. Retrieved oktober 4, 2019, from
depkes: http://www.depkes.go.id/article/view/18092700003/more-than-200-
diseases-can-be-transmitted-through-food-food-safety-must-be-considered.html
• selatan, d. k. (2015). profil kesehtan provinsi sumatera selatan. sumatera selatan: dinas
kesehatan provinsi sumatera selatan.
•