Eceng gondok merupakan gulma air yang tumbuh subur di Danau Kerinci, menyebabkan berbagai masalah. Upaya awal seperti herbisida dan pemindahan manual kurang efektif. Penanggulangan biologis dengan ikan koan berhasil membersihkan danau. Namun, keberadaan ikan koan juga diduga mengganggu keseimbangan ekosistem danau yang terlihat dari berkurangnya beberapa biota. Perlu revitalisasi sungai hulu dan penelitian le
1 of 17
More Related Content
Presentasi enceng gondok_wakil_bupati_kerinci
1. UPAYA PENANGANAN ENCENG GONDOKUPAYA PENANGANAN ENCENG GONDOK
DI PUD DANAU KERINCIDI PUD DANAU KERINCI
OLEH:OLEH:
WAKIL BUPATI KERINCIWAKIL BUPATI KERINCI
PADA ACARAPADA ACARA
KONFERENSI NASIONAL DANAU INDONESIA IIKONFERENSI NASIONAL DANAU INDONESIA II
DI HOTEL PATRA SEMARANGDI HOTEL PATRA SEMARANG
2.
Terletak di ujung paling Barat
Propinsi Jambi
Berhawa sejuk dengan suhu 180 -
260 C
Terletak di lembah pegunungan
Bukit Barisan pulau Sumatera pada
ketinggian 500 - 3.805 mdpl
Bertopografi berbukit-bukit dan
beriklim tropis lembab
Luas wilayah 380.850 Ha :
Kawasan TNKS 50,4 % atau
191.822,3 Ha
Lahan Budidaya 49,6% atau
189.027,7 Ha
Terdiri dari 12 Kecamatan, 244 Desa
dan 2 Kelurahan
Jumlah Penduduk 229.387 Jiwa
75% penduduk hidup dari sektor
pertanian
GAMBARAN UMUM
KABUPATEN KERINCI
Kawasan TNKS
Budidaya &
Permukiman
6.
Eceng gondok atau enceng gondok (Latin
:Eichhornia crassipes) adalah salah satu jenis
tumbuhan air mengapung. Eceng gondok memiliki
kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga tumbuhan
ini dianggap sebagai gulma yang dapat merusak
lingkungan perairan. Eceng gondok dengan mudah
menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.
Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal,
tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat,
danau, tempat penampungan air dan sungai.
Tumbuhan ini dapat mentolerir perubahan yang
ektrim dari ketinggian air, laju air, dan perubahan
ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-
racun dalam air.[3] Pertumbuhan eceng gondok
yang cepat terutama disebabkan oleh air yang
mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang
Eceng Gondok
7. 1.Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati
akan turun ke dasar perairan sehingga
mempercepat terjadinya proses
pendangkalan.
2.Mengganggu lalu lintas (transportasi) air,
khususnya bagi masyarakat yang
kehidupannya masih tergantung dari sungai
dan danau.
3.Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit
pada manusia.
4.Menghambat perkembangan populasi ikan,
karena menutupi permukaan air dan
menghambat distribusi Oksigen.
5.Menurunkan nilai estetika lingkungan
perairan.
8. 1.Menggunakan herbisida, dengan melakukan
penyemprotan, namun hasil yang diperoleh tidak
memuaskan, karena yang mati bagian atas saja
sedangkan akar yang berada dalam air masih hidup,
sehingga eceng gondok dapat tumbuh dan
berkembang kembali hidup seperti semula.
2.Mengangkat dan memindahkan eceng gondok
tersebut secara langsung dari lingkungan perairan,
dengan kapasitas eceng gondok yang sangat banyak,
cara ini tidaklah efektif, memakan tenaga dan waktu
yang lama.
3.Memanfaatkan eceng gondok tersebut untuk
pembuatan kertas dan bahan pembuatan kompos
(tahun 1982), makanan ternak (Khususnya Babi) serta
kerajinan rumah tangga (Home Industry) seperti
bahan pembuatan Jok Kursi, Sandal/Sepatu, Keset,
Tas/Dompet sebagai media pertumbuhan bagi
jamur merang, dsb.
.
Cara ini juga tidak efektif karena volume eceng
gondok terlalu besar bila dibandingkan produksi yang
Penanggulangan
9. 1.Melakukan Ritual / Magic
2.Menggunakan predator (hewan sebagai pemakan eceng
gondok), salah satunya adalah dengan menggunakan ikan
grass carp (Ctenopharyngodon idella) atau ikan koan. Ikan
grass carp memakan akar eceng gondok, setelah itu
keseimbangan gulma di permukaan air hilang dan rebah,
daunnya menyentuh permukaan air sehingga terjadi
dekomposisi dan kemudian dimakan ikan. Cara ini dilakukan
di Danau Kerinci dengan menebar 47.800 ekor ikan koan
yang terdiri dari 2.000 ekor Induk dan 45.800 ekor benih
ukuran 8-12 cm, dengan jumlah tersebut telah mampu
membersihkan Danau Kerinci dari Gulma Eceng Gondok ini.
Penanggulangan
10.
Upaya pengendalian dan pemberantasan eceng
gondok secara biologis dimulai tahun 1995, atas
kerjasama Pemda Kabupaten Kerinci bekerja dengan
Dinas Perikanan Provinsi Jambi, Puslitbang Limologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan
Fakultas Perikanan IPB Bogor, dengan melakukan
program manipulasi biologi menggunakan ikan grass
carp/koan (Clenophoryingodon idella) yang berasal
dari daratan Cina.
14.
Diduga terganggunya Kehidupan Biota
Danau, karena terlihat semakin berkurangnya
populasi :
-
Bakung / Biuku
-
Udang Danau
-
Ikan Seluang
-
Bigau
-
Rumput-rumput Danau
-
Siput
-
Ikan Kepala Timah
-
Ikan Wan (Gabus)
-
Ikan Bujuk
-
Ikan Tilan
Dampak Setelah
Penggunaan Ikan Koan
15.
1. Danau Kerinci merupakan Sumber Air bagi
daerah lain di Propinsi Jambi, karena airnya
mengalir ke Kabupaten Merangin, Kabupaten
Sarolangun, Kabupaten Batanghari, Kabuaten
Muara Jambi, Kota Jambi, Kabupaten Tanjung
Jabung Timur.
Guna menjaga kesinambungan dan
kelestarian danau kerinci perlu dilakukan
pemeliharaan dan revitalisasi sungai-sungai
di hulu danau ini.
2. Perlu dilakukan penelitian detail dan
spesifik terhadap dampak keberadaan Ikan
Koan terhadap Biota Danau yang populasinya
semakin menurun.
Saran