2. Sampah merupakan bahan yang tidak mempunyai nilai
atau tidak berharga untuk digunakan secara biasa atau
khusus dalam produksi atau pemakaian, barang rusak atau
cacat selama manufaktur atau materi berkelebihan atau
buangan (Kamus lingkungan, 1994). Menurut Sudradjat
(2006) Sumber sampah kota yang terbanyak dari
pemukiman dan pasar tradisional yang terdiri dari sampah
organik dan sampah anorganik. Menurut Sofian
(2006), sampah organik dikelompokkan lagi menjadi
bahan organik lunak (sampah basah), bahan organik
keras, bahan selulosa, bahan organik protein
tinggi, sampah ini disebut sampah biodegradable.
3. Sampah anorganik (sampah kering) antara lain:
plastik, kaca, karet, besi, logam, gelas, styrifoam
adalah sampah yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme pengurai menjadi senyawa
sederhana, sampah ini disebut sampah non
biodegradable.
Adapun sumber sampah menurut Santoso (1998) dan
Tim Penulis Panebar Swadaya adalah sebagai berikut:
(1) Sampah industri (Industrial waste). (2) Sampah
domestik (Domestic sewage). (3) Sampah komersial
(Commercial waste). (4) Sampah alam. (5) Sampah
rumah sakit. (6) Sampah manusia (Human erecta).
4. Menurut Sudradjat (2006) sampah kota mempunyai
komposisi sebagai berikut:
1. Volume sampah: 2-2,5lt/ kapita/hari.
2. Berat sampah: 0,5 kg/ kapita/hari.
3. Kerapatan: 200-300 kg/ m3.
4. Sampah organik: 75-95%.
5. Kadar air: 65-75%.
6. Komponen lain adalah: kertas (6%), kayu
(3%), plastik (2%), gelas (1%), lain-lain (4%).
5. Sampah dapat menimbulkan dampak yang antara lain:
(1) Dampak bagi kesehatan manusia. (2) Dampak bagi
lingkungan. (3) Dampak terhadap sosial ekonomi
(Basriyanta, 2007). Oleh karena itu sampah harus
dikelola dan diolah dengan menghilangkan dan
meminimalisasi dampak negatif ini dengan cara
menerapkan 4 R+D, sebagai berikut: mengurangi
(reduce), memakai kembali (reuse). mendaur ulang
(recycle). mengganti (replace), membuang (disposal)
(Hadisuwito, 2007).
6. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
khususnya dalam bidang pertanian seperti:
TSP, UREA, ZA, dan lain-lain telah mampu
meningkatkan produksi pangan tetapi di sisi lain
penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan secara
terus-menerus telah membawa dampak terhadap
penurunan kesuburan tanah, kemerosotan daya
dukung lahan dan akhirnya secara langsung
berdampak linier terhadap pelandaian (leveling off)
atau penurunan (declining effects) kapasitas
penyediaan pangan (Goenadi, 2006).
7. Dampak negative lain dari peralihan penggunaan
pupuk organik (kandang, kompos, tanaman golongan
leguminoceae) ke penggunaan pupuk anorganik
(kimia) dalam jangka waktu yang cukup panjang yaitu
menjadikan tanah pertanian menjadi keras sehingga
produktivitas semakim menurun. Hal ini disebabkan
penumpukan sisa atau residu pupuk kimia dalam
tanah yang berakibat tanah sulit terurai.
8. Jika tanah menjadi semakin keras, maka akan
mengakibatkan tanaman akan semakin sulit menyerap
pupuk atau unsur hara tanah. Sehingga dibutuhkan
dosis pupuk yang semakin tinggi untuk menghasilkan
hasil panen yang sama. Selain itu dengan semakin
kerasnya tanah, proses penyebaran perakaran dan
aerasi (pernafasan) akar akan terganggu yang
berakibat akar tidak dapat berfungsi optimal dan pada
gilirannya akan menurunkan kemampuan produksi
tanaman tersebut.
9. Upaya yang dilakukan untuk mengembalikan
kesuburan tanah, adalah dengan pemberian pupuk
organik yang seimbang dengan pupuk kimia.
Penggunaan pupuk organik (kompos) dapat
memperbaiki struktur tanah, dapat memacu aktifitas
mikroorganisme tanah yang akhirnya dapat
meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan
kandungan unsur makro dan mikro yang lengkap
biarpun kandungannya sedikit. Kompos juga
mempengaruhi sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
10. Adapun pengaruh kompos terhadap sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah sebagai berikut: (1) Pengaruh kompos terhadap
sifat fisik tanah: kompos memperbaiki struktur tanah, kompos
menambah kemampuan tanah untuk menahan air. (2) Pengaruh
kompos terhadap sifat kimia tanah: meningkatkan kapasitas
pertukaran kation, meningkatkan ketersediaan unsur
hara, kompos mampu meningkatkan pH pada tanah asam. (3)
Pengaruh kompos terhadap sifat biologi tanah: pemberian
kompos akan meningkatkan nutrien (unsur hara) dan
menambah mikroorganisme sehingga dapat memantapkan
agregat tanah, meningkatkan serapan unsur hara dan siklus
unsur hara dalam tanah, mengendalikan patogen dalam
tanah, dan mempercepat pelapukan limbah organik padat, tanpa
menimbulkan pencemaran baru terhadap lingkungan
(Goenadi, 2006).
11. Kompos ialah hasil proses pengomposan atau peruraian
(dekomposisi) terkendali terhadap bahan organik, seperti
daun, rumput, dan sisa makanan oleh mikroba.
Dekomposisi bahan organik dalam pengkomposan
melibatkan proses fisis dan kimia. Selama proses
dekomposisi, bahan organik dipecah melalui aktifitas
metabolisme mikroba. Mikroba memerlukan kelembaban
dan oksigen untuk bahan organik dengan efisien. Mikroba
menghasilkan kalor dan memasak kompos. Suhu yg baik
untuk proses ini adalah antara 25 dan 55oC. Suhu tinggi
diperlukan untuk pengomposan yg cepat dan pembunuhan
beberapa organisme yg tidak diperlukan.
12. Pengomposan secara tradisional memerlukan waktu 3
6 bulan, tetapi dengan penambahan biostarter
proses pengomposan dapat dipercepat selama kurang
lebih sebulan. Biostarter atau bioaktivator adalah
bahan yang terdiri dari enzim, asam humat
bahan, dan mikroorganisme (kultur bakteri) yang
dapat mempercepat proses pengomposan
(Sofian, 2006). Adapun Biostarter yang dapat
digunakan adalah: Biostarter EM4, Biostarter
Stardec, Biostarter Tradisional.
13. Pengolahan sampah organik padat dari sampah kota
menjadi kompos merupakan langkah yang paling
sesuai dan selaras dengan lingkungan karena tidak
menimbulkan polusi. Lingkungan akan menjadi
bersih, sehat, nyaman dan asri. Bahan yang dapat
dikomposkan adalah sampah organik yang terdiri atas:
sampah organik lunak, sampah organik keras, bahan
selulosa, dan bahan yang mengandung protein tinggi
(Djuarnani dkk, 2005).
14. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan
adalah:
1. Ukuran bahan (ukuran bahan antara 3-5 cm, sedangkan
bahan organik keras berukuran 0,5-1 cm).
2. C/N ratio kompos (nilai C/N ratio kompos mendekati
tanah yaitu 10-20).
3. Kelembaban (kelembaban optimal 50%).
4. Temperatur/suhu pengomposan (temperatur optimum
adalah 350C 550C dengan suhu maksimum 750C).
5. Derajat keasaman/pH (kisaran pH kompos yang
optimal adalah 6,0-8,0).
15. 6. Mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan
(digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu: (a)
Mikroorganisme psikrofil (kryofil) hidup dan
tumbuh pada rentang temperatur antara 00C sampai
300C, dengan temperatur optimum 150C. (b) Mikroba
mesofil adalah mikroorganisme yang mempunyai
temperatur optimum pertumbuhan antara 250C-
370C, minimum 150C dan maksimum 550C. (c)
Mikroba termofil adalah mikroorganisme yang dapat
tumbuh pada temperatur tinggi, yaitu: optimum
diantara 550C600C, minimum 400C sedangkan
maksimum 750C.
16. 7. Komposisi bahan (pengomposan dari beberapa macam
bahan akan lebih baik dan lebih cepat).
8. Jumlah mikroorganisme.
9. Pengadukan/homogenasi (kisaran pengadukan bahan
organik yang baik adalah seminggu sekali).
10. Pengaturan udara/aerasi (pengaturan udara sangat
dibutuhkan agar proses dekomposisi bahan organik
dapat berjalan dengan baik).
11. Kandungan bahan berbahaya (bahan B3 antara lain:
Cr, Ni, Pb, Au).
12. Lama pengomposan (berlangsung beberapa minggu
sampai 2 tahun).
17. Salah satu biostarter yang digunakan untuk mempercepat
proses pengomposan sampah organik adalah
MOL, adapun cara pembuatannya ialah :
1. Bahan :
a. Berbagai jenis buah-buahan (yang mengandung
gula) yang sudah busuk dan/atau sisa/kulit buah
yang lunak (賊 250 gram)
b. Air matang/air cucian beras (賊 1 Liter)
c. Tetes tebu atau gula pasir atau gula merah(3 sdm)
2. Alat :
a. Pisau atau Blender
b. Botol plastik 1,5 liter
18. 3. Cara pembuatan :
a. Masukkan air matang/air cucian beras 賊 1 liter dan
tetes tebu/gula pasir/gula merah sebanyak 3 sdm ke
dalam botol yang sudah dibersihkan
b. Potong kecil-kecil atau blender buah busuk
dan/atau sisa/kulit buah, kemudian masukkan ke
dalam botol yang sudah terisi tadi
c. Biarkan selama 賊 3 hari
d. Bila sudah keluar buih di permukaannya, MOL siap
digunakan
19. Ciri-ciri kualitas kompos yang sudah matang sebagai berikut :
1. Bentuk fisik sudah menyerupai tanah, berwarna coklat tua hingga
hitam (coklat kehitam-hitaman)
2. Tidak mengeluarkan bau busuk (berbau tanah)
3. Tidak mengandung asam lemak yang menguap
4. Mempunyai tekstur remah dan gembur (berupa remukan)
5. Memiliki C/N ratio sebesar 10-20, tergantung dari bahan baku dan
derajat humifikasi
6. Tingkat keasaman (pH) kompos sebesar 6,5-7,5
7. Kapasitas pertukaran kation (KPK) tinggi, mencapai 110 me/100
gram.
8. Suhu kompos mendekati suhu ruang atau udara sekitar (30 350C)
9. Daya absorbsi air tinggi.
10. Jika digunakan pada tanah, kompos dapat memberikan efek
menguntungkan bagi tanah dan pertumbuhan tanaman (Simamora
dan Salundik, 2006).
20. 1. Larutkan Bioaktivator sebanyak 賊 3% dari bahan sampah organic
(sebaiknya digunakan air sumur). Diamkan selama 1 jam, selama
didiamkan lakukan pengadukan 3 -5 kali. Bioaktivator berfungsi
untuk mempercepat proses pembusukan sampah organik.
2. Siram/cipratkan larutan Bioaktivator pada bahan sampah organik
sampai membasahi semua bahan.
3. Campur bahan sampah organik yang telah disiram Bioaktivator
dengan organic Agent (Unsur Carbon) sebanyak 5-10% dari sampah
organik aduk sampai merata Pencampuran Organic Agent untuk
mendapatkan rasio C/N yang terbaik sehingga proses pengomposan
akan berjalan cepat.
4. Bahan sampah organik yang telah diproses dimasukan ke dalam
media simpan komposter. Tutup selama 1 hari, proses komposting
yang baik, temperatur 45-65 C dapat dicapai 2-3 hari.
21. 5. Proses Pembusukan sampah organik secara aerob dalam komposter
selama 賊 10 hari. Bolak-balik/tusuk-tusuk sampah organik setiap
hari agar proses aerasi berjalan sempurna. Bahan kompos harus
selalu dijaga kelembabannya, suhu dan aerasi.
6. Perubahan warna menjadi hitam dan coklat kehitaman menandakan
bahwa sampah organik sudah menjadi kompos.
7. Setelah dikeluarkan dari komposter, kompos tersebut masih
basah, lengket dan lembab sehingga perlu disimpan di tempat teduh
agar kena angin. kompos akan menjadi kering dan gembur.
8. Setelah kompos tidak lengket lakukan pengayakan agar
menghasilkan kompos yang baik yaitu ukuran kompos yang
seragam. Apabila akan dikemas, pilih bahan kemasan yang kedap
udara untuk menghindarkan kehilangan kandungan air dan tidak
mudah rusak serta tahan lama.
24. a. Untuk tanaman dalam pot
Campuran = tanah : pasir : kompos (1 : 1 : 1)
b. Untuk tanaman di tanah
Campuran = pasir : kompos (1 : 1)