2. Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) merupakan
suatu cara pendekatan berdasarkan pertimbangan
ekonomi, ekologi dan sosial dalam rangka
pengelolaan agro ekosistem secara keseluruhan.
Definisi PHT menurut FAO (1976)
Suatu sistem pengelolaan hama /
system terpadu yang dalam konteks
lingkungan bersangkutan dengan
dinamika species
hama, menggunakan semua teknik
dan metode pengendalian yang
cocok dengan cara yang seserasi
mungkin serta mempertahankan
populasi hama di bawah ambang
yang mengakibatkan kerugian
ekonomi.
Prinsip PHT :
Hama tidak
dimusnahkan tetapi
diusahakan agar
selalu dibawah
suatu tingkat
populasi yang akan
menimbulkan
kerugian ekonomi.
3. Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) merupakan
suatu cara pendekatan berdasarkan pertimbangan
ekonomi, ekologi dan sosial dalam rangka
pengelolaan agro ekosistem secara keseluruhan.
Hal terpenting dalam konsep PHT
adalah Monitoring (pengamatan)
yang dilakukan minimal satu kali
dalam seminggu, sehingga petani
dapat memutuskan secara tepat
kapan dan dimana penggunaan
pestisida kimia harus dilakukan.
Pengamatan tersebut meliputi
keadaan hama, populasi
hama, musuh alami, pertumbuhan
tanaman, cuaca, iklim, dan lain-lain.
Prinsip PHT :
Hama tidak
dimusnahkan tetapi
diusahakan agar
selalu dibawah
suatu tingkat
populasi yang akan
menimbulkan
kerugian ekonomi.
4. Pengendalian Mekanik
Bertujuan untuk mematikan atau memindahkan hama secara
langsung baik dengan tangan atau dengan bantuan alat / bahan
lain
1. Pengambilan dengan tangan. Adalah teknik yang paling
sederhana dan murah tentunya untuk daerah yang banyak
tersedia tenaga manusia. Yang dikumpulkan adalah fase hidup
hama yang mudah ditemukan atau bagian-bagian tanaman yang
terserang.
2. Gropyokan. Biasanya dilakukan untuk pengendalian hama
tikus. Tikus dibunuh secara langsung dengan menggunakan alat
bantu seperti cangkul dan alat pemukul. Sebaiknya dilakukan
secara massal pada sawah dalam keadaan bera.
5. Pengendalian Mekanik
3. Memasang prangkap. Serangga hama diperangkap
dengan berbagai jenis alat perangkap sesuai jenis dan
fasenya. Alat diletakkan pada tempat atau bagian
tanaman yang dilewati hama.
4. Pengusiran. Sasarannya adalah mengusir hama yang
sedang
berada
di
atau
sedang
menuju
pertanaman, dengan memasang patung-patung atau
mengeluarkan suara gaduh.
5.
Cara-cara
lain.
Antara
lain
menggoyang
pohon, menyikat, mencuci, memisahkan bagian
terserang, memukul, dll
6. Teknik Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman
Pengendalian Fisik
Adalah suatu usaha mempergunakan atau merubah
factor lingkungan fisik sedemikian rupa, sehingga dapat
menimbulkan kematian dan mengurangi populasi
hama.
1. Perlakuan panas dan kelembaban. Perlakuan seperti
ini paling berhasil bila diterapkan dalam ruang tertutup
seperti di gudang untuk hama yang menyerang
dipenyimpanan. Faktor suhu dan kelembaban dapat
mempengaruhi penyebaran, fekunditas, kecepatan
perkembangan, lama hidup dan mortalitas hama.
2. Penggunaan lampu perangkap. Dapat digunakan
untuk mengurangi populasi serangga dewasa.
7. Teknik Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman
Pengendalian Fisik
3. Penggunaan gelombang suara. Penggunaan suara sebagai
pengendali serangga belum banyak dilakukan karena system
akustik serangga belum banyak diketahui.secara teoritik ada 3
metode, yakni penggunaan suara dengan intensitas rendah serta
dengan perekaman suara yang diproduksi serangga untuk
mengganggu perilaku serangga hama.
4. Penggunaan penghalang atau barrier. Yakni dengan
menggunakanberbagai ragam faktor fisik yang dapat
menghalangi atau membatsi serangga hama sehingga tidak
menjadi masalah bagi petani, contoh : peninggian
pematang, lubang / selokan jebakan yang diisi air, pagar
rapat, lembaran seng/ plastikdisekeliling pertanaman, mulsa
plastik/ jerami, pembungkusan buah dengan kantong plastik.
9. Teknik Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman
Pengendalian Dengan Pestisida
Dalam PHT penggunaan pestisida dapat
dikategorikan 3 macam yaitu :
1. Penyemprotan pestisida didasarkan pada
pemilihan waktu yang tepat, yaitu dtujukan pada
titik lemah dari siklus hidup serangga.
2. Pengendalian dengan pestisida digunakan untuk
mengatasi keadaan epidemik yakni apabila semua
tindakan pengendalian tidak mampu untuk
mencegah peningkatan populasi hama hingga
mencapai ambang kerusakan ekonomis.
3. Perlakuan pestisida harus dilakaukan secara
selektif dan sesuai dengan dosis anjuran.
10. Teknik Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman
Pengendalian Dengan Pestisida
Pestisida bekerja dengan cara :
1. Racun perut, jika termakan dan diserap melalui saluran
pencernaan
2. Racun kontak, bila terjadi kontak antar serangga
dengan bagian yang telah diperlakukan dengan pestisida
3. Fumigan, memasuki tubuh serangga melalui sistem
pernafasan
4. Racun sistemik, yang bergerak melalui sistem vaskuler
tanaman dan diserap oleh serangga ketika memakan
bagian tanaman tersebut
5. Racun fisik. Membunuh serangga karena sistim
pernafasan ( contoh : debu) atau desifikasi (contoh :
minyak tanah yang mengganggu pembentukan kutikula)
11. Teknik Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman
Pengendalian Dengan Pestisida
Pestisida bekerja dengan cara :
6. Hormon jevenil, yang dapat mengatur perkembangan
serangga sehingga mencegahnya mencapai fase dewasa.
Senyawa sintesis juga dikembangkan sebagai agen biokontrol.
7. Grow regulator. Yakni bahan kimia alami pada tanaman
atau hewan yang mengontrol pertumbuhannya dan biasanya
bekerja secara specifik, sehingga bila terjadi gangguan serius
akan mengganggu peletakan telur, pembentukan
kulit, pembentukan pupa, pembelahan dan perpanjangan sel.
Sejenis senyawa kimia dengan fungsi tersebuttelah disintesis
dengan efikasi yang tinggi.
12. Teknik Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman
Bioteknologi
Dalam konteks PHT bioteknologi
khususnya teknologi molekuler
ditujukan kepada pengembangan
metode pengendalian baru,seperti
diciptakannya tanaman transgenic yang
dimodifikasi secara genetis, diantaranya
tanaman yang tahan terhadap
herbisida, insektisida, dan virus.
13. Teknik Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman
Bioteknologi
Contoh-contoh aplikasi bioteknologi dalam PHT :
1. Antibodi monoklonal yang digunakan pada benih uji, bahan
tanaman, stek, dan cangkok untuk mengetahui keberadaan virus
dan bakteri.
2. Regenerasi secara invitro berdasarkan fakta bahwa setiap sel
tanaman dipenuhi oleh informasi genetik yang dibutuhkan untuk
beregenerasi menjadi sebuah tanaman utuh. Jaringan meristem
yang tidak mengandung virus digunakan dlm jaringan atau kultur
in vitro untuk menghasilkan tanaman bebas virus.
3. Tanaman tahan herbisida yakni tanaman yang dikembangkan
melalui transfer gen menggunakan sejenis bakteri yang tahan
terhadap herbisida, seperti. agrobacterium tumefasciens
14. Teknik Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman
Bioteknologi
4. Tanaman transgenik tahan virus yang diciptakan
dengan memasukkan gen selubung protein dari 6 jenis
virus yang penting secara ekonomis seperti TMV dan
PVX. Beberapa jenis tanaman transgenic taham virus
seperti tembakau, tomat, dan kentang dikembangkan
secara built in.
5. Tanaman transgenic tahan terhadap serangga
diciptakan dengan mentransfer gen insectisida alami
berasal dari bakteri bacillus thuringiensis yang
menghasilkan sejenis protein berupa toksin, sehingga
bila termakan oleh ulat maka ia akan mati
15. Teknik Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman
Bioteknologi
6. Tanaman simbion pathogen serangga. Jika sebuah
gen memerintahkan untuk menghasilkan toksin
serangga dimasukkan dalam bakteri tular tanah
Pseoudomonas yang hidup berasosiasi dengan sistem
perakaran (rhizophere), tanaman tersebut didorong
oleh bakteri transgenic sehingga dapat mematikan
serangga dan memakan perakarannya.
7. Baculovirus hypervirulen. Manipulasi genetika dapat
meningkatkan virulensi Baculovirus hypervirulen
sehingga lebih efektif sebagai agens hayati. Baculovirus
juga dapat dimanipulasi untuk menghasilkan protein
asing untuk tujuan therapeutic dan prophylactic.
16. Teknik Pengelolaan Hama dan Penyakit Tanaman
Kultur Teknis
Merupakan jenis pengendalian yang digunakan oleh petani baik
secara sadar atau tidak untuk meningkatkan hasil
Metode-metode kultur teknis yang dapat meningkatkan
pengendalian OPT :
1. Penggunaan bahan tanaman bebas OPT
2. Pembajakan tanah, dan pembakaran sisa pertanaman
sebelumnya
3. Sinkronisasi pertanaman
4. Penanaman tanaman perangkap
5. Intercropping
6. Rotasi tanaman
7. Aplikasi pupuk yang seimbang
8. Penanaman tanaman pelindung
9. Sanitasi