際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
PROPOSAL PENELITIAN
Meningkatkan Hasil belajar Matematika Pada
Pokok Bahasan Bilangan Bulat Pada Kelas VII
SMP Negeri 2 Medang Deras Melalui Model
Pembelajaran Matematika Realistik.
Nama : Romamarisi Napitupulu, S. Pd
NIP : 19620520 199412 2 001
Sekolah : SMP N 2 Medang Deras
DINAS PENDIDIKAN
KABUPATEN BATU BARA
Proposal Penelitian
Meningkatkan Hasil belajar Matematika Pada
Pokok Bahasan Bilangan Bulat Pada Kelas VII
SMP Negeri 2 Medang Deras Melalui Model
Pembelajaran Matematika Realistik.
Bab. I
Pendahuluan
a. Latar Belakang
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia
adalah masih rendahnya rendahnya mutu pendidikan dari sebagian sekolah,
khususnya juga Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Medang Deras Kabupaten
Batu Bara. Menurut laporan Bank Dunia (1999) salah penyebab makin
menurunnya mutu persekolahan di Indonesia adalah kurang profesionalnya para
guru dan kepala sekolah.
Dalam perkembangan peradaban modern, matematika memegang peranan
penting, karena dengan bantuan matematika semua ilmu pengetahuan menjadi
sempurna. Matematika merupakan ilmu yang diperlukan oleh semua ilmu
pengetahuan dan tanpa bantuan matematika semua ilmu pengetahuan dan
teknologi tidak mendapat kemajuan yang berarti.
Hasil belajar matematika siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2
Medanng Deras belum memuaskan. Hal ini ditandai dengan rendahnya rata-rata
matematika yang masih dibawah 7,00. Rendahnya hasil belajar matematika
tersebut disebabkan oleh kesulitan siswa untuk belajar matematika dan kegiatan
pembelajaran di SMP N 2 Medang Deras masih berjalan secara konvensional.
Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher center).
Penyebab rendahnya tingkat kemampuan siswa dalam memahami objek-
objek matematika disebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami
konsep bilangan bulat, siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-
soal bilangan bulat, siswa kesulitan mengingat rumus-rumus bilangan bulat dan
proses pembelajaran matematika tidak menyenangkan siswa oleh guru yang
beranggapan bahwa tugas utama mereka adalah menyelesaikan pembelajaran
yang dimuat dalam silabus ataupun buku pegengan siswa, bukan untuk
menolong mereka agar memahami materi yang dipelajari. Kemampuan siswa
memahami rumus-rumus, sehingga pembelajaran pasif. Pembelajaran
matematika di sekolah belum memiliki keterkaitan dengan realita dan kegiatan
manusia. Realita merupakan hal-hal yang nyata atau konkrit yang dapat
diamaati serta dipahami siswa lewat membayangkan, sehingga siswa dapat
mengerti pertanyaan yang diberikan guru. Hudoyo (1990) mengatakan bahwa
belajar matematika akan berhasil bila prosesnya melibatkan intelektual secara
optimal. Peristiwa pembelajaran yang dikehendaki bisa tercapai bila faktor-
faktor seperti : 1) siswa, 2) guru, 3) sarana prasarana dan penilaian berjalan
dengan baik.
Berdasarkan hal-hal diatas, maka dirasakan perlu melakukan penelitian
tindakan kelas yang berjudul  Meningkatkan Hasil belajar Matematika Pada
Pokok Bahasan Bilangan Bulat Pada Kelas VII SMP Negeri 2 Medang Deras
Melalui Model Pembelajaran Matematika Realistik .
b. Identifikasi Masalah
Untuk memfokuskan penelitian ini, maka perlu dilakukan identifikasi
masalah yang berkaitaan dengan model pembelajaran matematika. Untuk itu
perlu dilihat bagaimana kemampuan guru dalam menerapkan model
pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Apakah guru merencanakan
pembelajaran dengan baik ? Bagaimana model pembelajaran yang diterapkan
guru dalam mengajarkan matematika ? Adakah guru mempertimbangkan
karateristik dan hakekat dari mata pelajaran yang diasuhnya dalam
menyampaikan materi pelajaran kepada siswa ? Faktor-faktor apa saja yang
turut mempengaruhi hasil belajar matematika di SMP ? Bagaimana hasil
belajar siswa kelas VII SMP yang diajar dengan model pembelajaran
matematika realistik ?
c. Perumusan Masalah
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor internal maupun
eksternal. Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan, maka masalah
yang diteliti adalah :
 Apakah dengan model pembelajaran matematika realistik dapat
meningkatkan hasil belajar bilangan bulat ?
Untuk menjawab pertanyaan diatas digunakan tindakan dalam bentuk model
pembelajaran matematika realistik. Kemampuan guru menggunakan model
matematika realistik akan diukur melalui tes tertulis kepada siswa yang
diajarkannya.
d. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah sebagaimana dikemukakan diatas maka
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil
belajar siswa tentang bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran
matematika realistik.
e. Manfaat Penelitian
Penelitian tindakan ini membawa manfaat baik manfaat teoritis maupun
manfaat praktis. Manfaat teoritis antara lain berguna untuk pengembangan ilmu
dalam hal ini model matematika realistik. Sedangkan manfaat praktis hasil
penelitian ini berguna bagi :
1. Siswa, dapat lebih memahami soal-soal matematika yang realita
yang merupakan hal-hal yang nyata atau konkrit yang dapat
diamati serta dipahami siswa lewat membayangkan, sehingga
siswa dapat mengerti pertanyaan yang diberikan guru.
2. Guru, dapat menambah wawasan dalam model pembelajaran
matematika realistik.
3. Sekolah, dapat meningkaatkan prestasi dalam hal pembelajaran
matematika.
BAB II.
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Guru Dalam Model Pembelajaran Matematika Realistik.
Model Pembelajaran matematika realistik adalah model pembelajaran yang
mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus
dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini
berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan
nyata sehari-hari. Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus
diberikan kesempatan menemukaan kembali ide dan konsep matematika dengan
bimbingan guru (Gravemeijer, 1994). Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan
berbagai situasi dan persoalan-persoalan realistik. Realistik dalamm hal ini
dimaksudkan tidak mengaju pada realitas tetapi pada sesuatu yang dapat
dibayangkan oleh siswa (Slattenhaar, 2000).
Prinsip penemuan kembali dapat diinspirasi oleh prosedur-prosedur
pemecahan informal, sedangkan prosespenemuan kembali menggunakan
konsep matematisasi. Dua jenis matematisasi diformulasikan oleh Treffers
(1991) yaitu matematisasi horisontal dan vertikal. Contoh matematisasi
horisontal adalah pengidentifikasian, perumusan dan penvisualisasi masalah
dalam cara-cara yang berbeda dan pentransformasian masalah dunia real ke
masalah matematika. Contoh matematisasi vertikal adalah representasi
hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan dan penyesuaian model
matematik, penggunaan model-model yang berbeda, dan penggeneralisasian.
Kedua jenis matematisasi ini mendapat perhatian seimbang karena kedua
matematisasi ini mempunyai nilai sama (Van den Heuvel-Penhuizen, 2000).
Model pembelajaran matematika realistik adalah adalah suatu model yang
menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran. Melalui
aktivitas matematisasi horisontal dan vertikal diharapkan siswa dapat
menemukan dan mengkonstruksi konsep-konsep matematika. Karakteristik
model pembelajaran matematika realistik adalah menggunakan konteks dunia
nyata, model-model,produksi dan konstruksi siswa,interaktif dan keterkaitan.
a. Menggunakan Konteks Dunia Nyata
Dalam model pembelajaran matematika realistik diawali dengan masalah
kontekstual sehingga memungkinkan siswa menggunakan pengalaman sebelum
secara langsung.
b. Menggunakan Model-Model
Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematik yang
dikembangkan siswa sendiri. Artinya siswa membuat model sendiri dalam
menyelesaikan masalah.
c. Menggunakan Produksi dan Konstruksi
Streefland (1991) menekankan bahwa dengan pembuatan produksi
bebassiswa terdorong untuk melakukan refleksi pada bagian yang mereka
anggap penting dalam proses belajar.
d. Menggunaka Interaktif
Interaksi antarsiswa dengan guru merupakan hal yang mendasar dalam
model pembelajaran matematika realistik. Secara eksplisit bentuk-bentu
interaksi yang berupa negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju dan tidak
setuju, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk formal dari
bentuk-bentuk informal siswa.
e. Menggunakan Keterkaitan
Dalam model pembelajaran matematika realistik pengintegrasian unit-unit
matematika adalah essensial. Jika dalam pembelajaran kita mengabaikan
keterkaitan dengan bidang yang lain, maka akan berpengaruh pada pemecahan
masalah.
2. Model Pembelajaran Matematika Realistik dan Proses
Pelaksanaannya.
Menurut Freudenthal ( dalam Ropin, 2006 ) mengatakan bahwa model
pembelajaran matematika realistik memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1)
matematika dipandang sebagai kegiatan manusia sehari-hari, sehingga
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari merupakan bagian yang essensial,
2) belajar matematika berarti bekerja dengan matematika, 3) siswa diberi
kesempatan untuk menemukan konsep-konsep matematika melalui bimbingan
guru, 4) proses belajar mengajar bberlangsung secara interaktif, dan siswa
menjadi fokus dari semua aktifitas di kelas, dan 5) aktifitas yang dilakukan
meliputi menemukan masalah-masalah kontekstual, memecahkan dan
mengorganisasi bahan ajar.
Untuk lebih memahami model pembelajaran matematika realistic, pada table
1 dipaparkan implementasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Tabel 1
Implementasi Model Pembelajaran Realistik Dalam Kegiatan Belajar
Mengajar
Aktifitas Guru Aktifitas Siswa
Guru memberi penjelasan pelajaran
soal kontekstual
Siswa secara individu atau kelompok
kecil mengerjakan soal dengan
strategi informal
Guru merespon secara positif jawaban
siswa dan memberi kesempatan untuk
memikirkan strategi yang paling
efektif
Siswa secara sendiri-sendiri atau
berkelompok menyelesaikan masalah
tersebut
Guru mengarahkan siswa pada
masalah kontekstual dan selanjutnya
meminta siswa mengerjakan masalah
dengan menggunakan pengalaman
mereka sambil menghampiri siswa
dan memberi bantuan seperlunya.
Beberapa siswa mengerjakan soal di
papan tulis, melalui diskusi kelas,
jawaban siswa dikonfrontasikan
Guru mengenalkan istilah konsep Siswa merumuskan bentuk
matematika formal
Guru memberi tugas di rumah yaitu
mengerjakan soal atau membuat soal
cerita beserta jawabannya yang sesuai
dengan matematika formal.
Siswa mengerjakan tugas rumah dan
menyerahkannya kepada guru
Fase-fase didalam model pembelajaran matematika realistik dan tingkah
laku guru adalah sebagai berikut :
Tabel 2
Fase-fase Model Pembelajaran Matematika Realistik
Fase-fase Tingkah Laku Guru
Memahami masalah kontekstual Guru menyajikan masalah kontekstual dan
meminta siswa untuk memahami masalah
tersebut. Karakteristik fase ini adalah
menggunakan masalah sebagai starting
point untuk menuju ke matematika formal
sampai pada pembentukan konsep.
Menjelaskan masalah
kontekstual
Guru menjelaskan situasi dan kondisi soal
dengan memberi petunjuk atau berupa
saran seperlunya terhadap bagian tertentu
yang belum dipahami oleh siswa.
Penjelasan hanya sampai siswa mengerti
maksud soal. Karakteristik fase ini adalah
interaksi antara siswa dengan guru
Menyelesaikan masalah
kontekstual
Guru memotivasi siswa dengan memberi
petunjuk pernyataan atau saran, dan siswa
bekerja secara individual dengan cara
mereka sendiri. Karakteristik fase ini
adalah menggunakan model
Membandingkan dan
mendiskusikan jawaban
Guru menyediakan waktu dan kesempatan
kepada siswa untuk membandingkan dan
mendiskusikan jawaban soal secara
berkelompok, kemudian di diskusikan
secara menyeluruh di dalam kelas.
Karakteristik fase ini adalah mengguakan
konstribusi siswa dan terdapat interaksi
antara siswa yang satu dengan yang lain.
Menyimpulkan Guru mengarahkan siswa untuk menarik
kesimpulan suatu konsep atau prosedur.
3. Model Pembelajaran Matematika Realistik dalam Pokok Bahasan
Bilangan Bulat
Model pembelajaran matematika realistik dalam pokok bahasan bilangan
bulat dapat membantu siswa dalam pemahaman konsep dasar yang harus
dimiliki untuk dapat belajar matematika. Dengan model ini siswa dapat : 1)
mendefenisikan konsep secara verbal, 2) membuat contoh dan non contoh
penyangkal, 3) mempresentasikan suatu konsep dengan model, diagram dan
simbol, 4) mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lain, 5) mengenal
berbagai makna dan interpretasi konsep, 6) mengidentifikasi sifat suatu konsep
dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep, 7) membandingkan dan
membedakan konsep-konsep.
Model matematika realistik dapat membantu siswa dalam mempelajari
konsep dasar matematika. Bilangan bulat adalah materi pokok dasar yang harus
dikuasai siswa untuk dapat menguasai ilmu matematika. Agar lebih mudah
dikuasai siswa, sebaik pengajaran matematika dicirikan sebagai berikut : 1)
matematika dipandang sebagai kegiatan manusia sehari-hari, sehingga
memecahkan masalah-masalah kehidupan sehari-hari merupakan bagian yang
essensial, 2) belajar matematika berarti bekerja dengan matematika, 3) siswa
diberi kesempatan untuk menentukan konsep-konsep matematika melalui
bimbingan guru.
B. Penelitian yang Relevan
Hasil-hasil penelitian memperlihatkan bahwa model pembelajaran
matematika realistik telah membawa dampak yang besar demi kemajuan
pembelajaran matematika di sekolah. Ropin Sigalingging (2006)
mengungkapkan bahwa siswa kelas VII SMP Negeri 3 Lubuk Pakam
Kaabupaten Deli Serdang yang diajar dengan model pembelajaran realistik
memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajarkan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Sedangkan Siti Ummu
Kultum (2008) mengungkapkan siswa kelas VII-E SMP N 2 Banjaran
Kabupaten Bandung terjadi peningkatan pemahaman dan respon positif
terhadap matematika dengan melihat hasil tes formatif yang menunjukkan
peningkatan yang cukup signifikan setelah diajar dengan model pembelajaran
matematika realistik. Siswa juga memberikan respon positif terhadap
pembelajaran matematika. Aula Fatayati (2010) mengungkapkan hasil belajar
operasi hitung satuan waktu siswa kelas V SD Negeri Kebonsari 02
Kademangan setelah diajar dengan model pembelajaran matematika realistik
mengalami peningkatan, dilihat dari hasil tes pra tindakan siswa yang mencapai
KKM 33%, pada siklus I 75,33% dan pada siklus ke II 100% .
C. Kerangka Berfikir
Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting. Karena
pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang SD sampai dengan
perguruan tinggi. Sampai saat ini matematika merupakan salah satu mata
pelajaran yang diujikan secara nasional, mulai dari tingkat SD sampai SMA.
Bagi siswa selain untuk menunjang dan mengembangkan ilmu-ilmu lainnya,
matematika juga diperlukan untuk bekal terjun dan bersosialisasi dalam
kehidupan bermasyarakat.
Bilangan bulat adalah salah satu materi pokok yang harus dipelajari dan
dikuasai siswa untuk dapat mempelajari matematika. Bilangan bulat adalah
materi dasar-dasar dalam ilmu matematika. Dalam mempelajari materi bilangan
bulat dituntut keseriussan siswa dan ketekunan untuk memahami konsep-
konsep dasarnya.
Model pembelajaran matematika realistik adalah suatu model yang
menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran. Melalui
aktivitas matematisasi horisontal dan vertikal diharapkan siswa dapat
menemukan dan mengkonstruksi konsep-konsep matematika. Karakteristik
model pembelajaran matematika realistik adalah menggunakan konteks dunia
nyata, model-model,produksi dan konstruksi siswa,interaktif dan keterkaitan.
a. Menggunakan Konteks Dunia Nyata
Dalam model pembelajaran matematika realistik diawali dengan masalah
kontekstual sehingga memungkinkan siswa menggunakan pengalaman sebelum
secara langsung.
b. Menggunakan Model-Model
Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematik yang
dikembangkan siswa sendiri. Artinya siswa membuat model sendiri dalam
menyelesaikan masalah.
c. Menggunakan Produksi dan Konstruksi
Streefland (1991) menekankan bahwa dengan pembuatan produksi
bebassiswa terdorong untuk melakukan refleksi pada bagian yang mereka
anggap penting dalam proses belajar.
d. Menggunaka Interaktif
Interaksi antarsiswa dengan guru merupakan hal yang mendasar dalam
model pembelajaran matematika realistik. Secara eksplisit bentuk-bentu
interaksi yang berupa negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju dan tidak
setuju, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk formal dari
bentuk-bentuk informal siswa.
f. Menggunakan Keterkaitan
Dalam model pembelajaran matematika realistik pengintegrasian unit-unit
matematika adalah essensial. Jika dalam pembelajaran kita mengabaikan
keterkaitan dengan bidang yang lain, maka akan berpengaruh pada pemecahan
masalah.
Berdasarkan pemikiran diatas diduga bahwa model pembelajaran matematika
realistik dapat meningkatkan hasil belajar matematika bilangan bulat pada kelas
VII SMP Negeri 2 Medang Deras.
D. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir, maka dapat dirumuskan
hipotesis tindakan sebagai berikut : Hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2
Medang Deras tentang bilangan bulat yang diajar dengan model pembelajaran
matematika realistik akan meningkat.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
1. Jenis Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Medang Deras,
Kabupaten Batu Bara. Eksperimen dilakukan terhadap kelas VII-A yang
berjumlah 32 orang. Jenis tindakan yang diberikan adalah model pembelajaran
matematika realistik dengan materi bilangan bulat. Hasil pembelajaran dengan
model ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
2. Perencanaan Tindakan
A. Jenis Tindakan Yang Akan Dilakukan
Jenis tindakan adalah model pembelajaran matematika realistik tentang
bilangan bulat. Materi akan dibagi beberapa bagian, yaitu : 1) Bilangan bulat
pada garis bilangan, 2) Operasi hitung bilangan bulat dan sifat-sifatnya, 3)
Bilangan pecahan dan lambangnya, 4) Mengubah pecahan ke bentuk pecahan
lainnya, 5) Operasi hitung pada pecahan. Pelaksanaan tindakan disesuaikan
dengan roster(jadwal) pertemuan kelas. Untuk mengetahui pengetahuan awal
siswa, maka setiap siswa dilakukan pre tes dan pengetahuan sesudah
pembelajaran dengan post tes. Adapun scenario atau langkah-langkah
pelaksanaan model pembelajaran matematika realistik adalah :
Tabel 3
Langkah Langkah Pelaksanaan Pembelajaran
Langkah-langkah Tingkah laku guru Tingkah laku siswa
Memahami masalah
kontekstual
Guru menyajikan masalah
kontekstual dan meminta
siswa untuk memahami
masalah tersebut.
Karakteristik fase ini adalah
menggunakan masalah
sebagai starting point untuk
menuju ke matematika
Siswa secara individu
atau kelompok kecil
mengerjakan soal
dengan strategi informal
formal sampai pada
pembentukan konsep.
Menjelaskan
masalah kontekstual
Guru menjelaskan situasi
dan kondisi soal dengan
memberi petunjuk atau
berupa saran seperlunya
terhadap bagian tertentu
yang belum dipahami oleh
siswa. Penjelasan hanya
sampai siswa mengerti
maksud soal. Karakteristik
fase ini adalah interaksi
antara siswa dengan guru
Siswa secara sendiri-
sendiri atau
berkelompok
menyelesaikan masalah
tersebut
Menyelesaikan
masalah kontekstual
Guru memotivasi siswa
dengan memberi petunjuk
pernyataan atau saran, dan
siswa bekerja secara
individual dengan cara
mereka sendiri.
Karakteristik fase ini adalah
menggunakan model
Beberapa siswa
mengerjakan soal di
papan tulis, melalui
diskusi kelas, jawaban
siswa dikonfrontasikan
Membandingkan dan
mendiskusikan
jawaban
Guru menyediakan waktu
dan kesempatan kepada
siswa untuk
membandingkan dan
mendiskusikan jawaban soal
secara berkelompok,
kemudian di diskusikan
secara menyeluruh di dalam
kelas. Karakteristik fase ini
adalah mengguakan
konstribusi siswa dan
terdapat interaksi antara
siswa yang satu dengan
yang lain.
Siswa merumuskan
bentuk matematika
formal
Menyimpulkan Guru mengarahkan siswa
untuk menarik kesimpulan
suatu konsep atau prosedur.
Siswa mengerjakan
tugas rumah dan
menyerahkannya
kepada guru
B. Menyusun Instrumen Proses Pelaksanaan Tindakan dan Dampak dari
Tindakan.
Untuk setiap proses pelaksanaan pembelajaran dibuat angket kepada siswa,
apakah tindakan yang diberi dapat meningkatkan minat untuk belajar
matematika. Dampak dari tindakan akan dibuat tes untuk mengukur apakah
memang benar pemahaman siswa bertambah tentang pembelajaran setelah
tindakan diberi.
Instrumen proses pelaksanaan tindakan ini nantinya berguna untuk melihat
respon siswa selama pembelajaran, apakah siswa merasakan perbedaan
pembelajaran dari yang sebelumnya dirasakan siswa waktu belajar matematika.
Dampak dari tindakan beruapa tes akan diambil dari indicator yang telah
ditentukan sebelumnya untuk melihat apakah memang tindakan yang diberi
membawa dampak bagi siswa.
C. Pedoman Pengolahan dan Analisis Data Hasil Pengamatan dan Hasil
Tes Penguasaan Materi Pembelajaran.
Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis
diskriptif : a. Data hasil angket siswa dianalisis dengan diskriptif dan refleksi
b. Hasil tes dianalisis dengan analisis diskriptif komparatif yaitu
membandingkan nilai tes antar siklus maupun dengan indicator kinerja.
D. Indikator dari Keberhasilan Tindakan.
Indikator keberhasilan tindakan adalah kondisi akhir yang diharapkan.
Kondisi akhir yang diharapkan dari tindakan ini adalah proses dan hasil. Proses
berlangsungnya pembelajaran dapat dilihat dari respon siswa yang menyatakan
dengan tindakan ini siswa semakin gemar matematika dan 80% siswa tuntas
dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 70.
E. Jadwal Pelaksanaan Tindakan
Jadwal pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan jadwal pembelajaran di
SMP Negeri 2 Medang Deras.
3. Pelaksanaan Tindakan
Pada pelaksanaan tindakan artinya peneliti melaksanakan tindakan sesuai
yang telah direncanakan. Peneliti melaksanakan model pembelajaran
matematika realistik sesuai jadwal yang telah ada. Materi dan skenario yang
telah disiapkan dilaksanakan oleh peneliti secara konsisten. Pada akhir tindakan
angket siswa yang telah disiapkan diisi siswa.
Data yang dikumpul berupa hasil tes dan angket tentang tanggapan siswa
akan dianalisis nantinya. Setelah data hasil tes terkumpul dilakukan
pemeriksaan, pengolahan dan analisis data sebagai bahan menarik kesimpulan
efektif tidaknya jenis tindakan terhadap perubahan tingkah laku siswa dengan
cara membandingkan hasil analisis data dengan indikator keberhasilan.
4. Evaluasi dan Refleksi Tindakan
Tahapan ini adalah melakukan kajian dan penilaian proses tindakan dan
hasil atau dampak tindakan terhadap perubahan tingkah laku sasaran. Tahap ini
membandingkan hasil angket siswa dengan hasil tes penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran. Apakah model pembelajaran matematika realistik tersebut
cukup meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran matematika atau
belum. Tinggi rendahnya hasil tes yang diperoleh siswa menunjukkan efektif
tidaknya model pembelajaran matematika realistik. Hasil tes tersebut
dibandingkan juga dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Jika belum berhasil berarti model pembelajaran matematika
realistik belum efektif. Dalam kondisi seperti ini maka tindakan harus
diperbaiki dan diulang kembali. Perbaikan mungkin dalam hal materi bilangan
bulat yang dibahas atau dalam langkah-langkah melaksanakan pembelajaran
(skenario pembelajaran) atau pelaksanaan pembelajaran yang perlu ditambah.
5. Siklus Tindakan
Siklus tindakan adalah melaksanakan tindakan pada putaran berikutnya
sesuai dengan rencana tindakan yang telah disempurnakanberdasarkan hasil
evaluasi dan refleksi. Perbaikan jenis tindakan bisa materi pembelajaran atau
skenario pelaksanaan pembelajaran. Siklus tindakan akan berhenti apabila
dampak tindakan terhadap perubahan tingkah laku sasaran optimal. Kegiatan
pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan yang
sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi kesuksesan atau untuk
meyakinkan atau menguatkan hasil. Tapi pada umumnya kegiatan yang
dilakukan pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari
tindakan terdahulu yang ditujukan untuk mengatasi berbagai
hambatan/kesulitan yang ditemukan dalam siklus pertama.
Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan masih merasa puas, dapat
melanjutkan dengan siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan
siklus terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa siklus harus dilakukan.
Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran
sebaiknya tidak kurang dari dua siklus tindakan agar diperoleh hasil tindakan
yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Adha, A. F. 2011, Peningkatan Hasil Belajar Operasi Hitung Satuan Waktu Dengan
Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia di kelas V SDN Kebonsari 02
Kademangan. Skripsi, Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah,
FIP . Uiversitas Negeri Malang.
De Lange, J. 1987, Mathematics Insight Meaning. Ultreech : Ow and Oc.
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. KTSP, Standar Kompetensi Mata Pelajaran
Matematika. Jakarta : Diknas.
Grafemeijer, K. P. E. 1994. Developing Realistic Mathematics Education. Fruedental
Institute, Ultreech.
Sigalingging, R. 2006, Pengaruh Model Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa SMP N 3 Lubuk Pakam. Tesis, Pasca Sarjana
Universitas Negeri Medan.
Zainurie, P. T, 2007. Pembelajaran Matematika Realistik [on line]. Tersedia : http //
www. Duniaguru. com

More Related Content

Proposal penelitian

  • 1. PROPOSAL PENELITIAN Meningkatkan Hasil belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat Pada Kelas VII SMP Negeri 2 Medang Deras Melalui Model Pembelajaran Matematika Realistik. Nama : Romamarisi Napitupulu, S. Pd NIP : 19620520 199412 2 001 Sekolah : SMP N 2 Medang Deras DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BATU BARA
  • 2. Proposal Penelitian Meningkatkan Hasil belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat Pada Kelas VII SMP Negeri 2 Medang Deras Melalui Model Pembelajaran Matematika Realistik. Bab. I Pendahuluan a. Latar Belakang Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah masih rendahnya rendahnya mutu pendidikan dari sebagian sekolah, khususnya juga Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Medang Deras Kabupaten Batu Bara. Menurut laporan Bank Dunia (1999) salah penyebab makin menurunnya mutu persekolahan di Indonesia adalah kurang profesionalnya para guru dan kepala sekolah. Dalam perkembangan peradaban modern, matematika memegang peranan penting, karena dengan bantuan matematika semua ilmu pengetahuan menjadi sempurna. Matematika merupakan ilmu yang diperlukan oleh semua ilmu pengetahuan dan tanpa bantuan matematika semua ilmu pengetahuan dan teknologi tidak mendapat kemajuan yang berarti. Hasil belajar matematika siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Medanng Deras belum memuaskan. Hal ini ditandai dengan rendahnya rata-rata matematika yang masih dibawah 7,00. Rendahnya hasil belajar matematika tersebut disebabkan oleh kesulitan siswa untuk belajar matematika dan kegiatan pembelajaran di SMP N 2 Medang Deras masih berjalan secara konvensional. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher center). Penyebab rendahnya tingkat kemampuan siswa dalam memahami objek- objek matematika disebabkan siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep bilangan bulat, siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-
  • 3. soal bilangan bulat, siswa kesulitan mengingat rumus-rumus bilangan bulat dan proses pembelajaran matematika tidak menyenangkan siswa oleh guru yang beranggapan bahwa tugas utama mereka adalah menyelesaikan pembelajaran yang dimuat dalam silabus ataupun buku pegengan siswa, bukan untuk menolong mereka agar memahami materi yang dipelajari. Kemampuan siswa memahami rumus-rumus, sehingga pembelajaran pasif. Pembelajaran matematika di sekolah belum memiliki keterkaitan dengan realita dan kegiatan manusia. Realita merupakan hal-hal yang nyata atau konkrit yang dapat diamaati serta dipahami siswa lewat membayangkan, sehingga siswa dapat mengerti pertanyaan yang diberikan guru. Hudoyo (1990) mengatakan bahwa belajar matematika akan berhasil bila prosesnya melibatkan intelektual secara optimal. Peristiwa pembelajaran yang dikehendaki bisa tercapai bila faktor- faktor seperti : 1) siswa, 2) guru, 3) sarana prasarana dan penilaian berjalan dengan baik. Berdasarkan hal-hal diatas, maka dirasakan perlu melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul Meningkatkan Hasil belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat Pada Kelas VII SMP Negeri 2 Medang Deras Melalui Model Pembelajaran Matematika Realistik . b. Identifikasi Masalah Untuk memfokuskan penelitian ini, maka perlu dilakukan identifikasi masalah yang berkaitaan dengan model pembelajaran matematika. Untuk itu perlu dilihat bagaimana kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai. Apakah guru merencanakan pembelajaran dengan baik ? Bagaimana model pembelajaran yang diterapkan guru dalam mengajarkan matematika ? Adakah guru mempertimbangkan karateristik dan hakekat dari mata pelajaran yang diasuhnya dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa ? Faktor-faktor apa saja yang turut mempengaruhi hasil belajar matematika di SMP ? Bagaimana hasil belajar siswa kelas VII SMP yang diajar dengan model pembelajaran matematika realistik ?
  • 4. c. Perumusan Masalah Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor internal maupun eksternal. Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan, maka masalah yang diteliti adalah : Apakah dengan model pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar bilangan bulat ? Untuk menjawab pertanyaan diatas digunakan tindakan dalam bentuk model pembelajaran matematika realistik. Kemampuan guru menggunakan model matematika realistik akan diukur melalui tes tertulis kepada siswa yang diajarkannya. d. Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah sebagaimana dikemukakan diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa tentang bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran matematika realistik. e. Manfaat Penelitian Penelitian tindakan ini membawa manfaat baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis. Manfaat teoritis antara lain berguna untuk pengembangan ilmu dalam hal ini model matematika realistik. Sedangkan manfaat praktis hasil penelitian ini berguna bagi : 1. Siswa, dapat lebih memahami soal-soal matematika yang realita yang merupakan hal-hal yang nyata atau konkrit yang dapat diamati serta dipahami siswa lewat membayangkan, sehingga siswa dapat mengerti pertanyaan yang diberikan guru. 2. Guru, dapat menambah wawasan dalam model pembelajaran matematika realistik. 3. Sekolah, dapat meningkaatkan prestasi dalam hal pembelajaran matematika.
  • 5. BAB II. LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Guru Dalam Model Pembelajaran Matematika Realistik. Model Pembelajaran matematika realistik adalah model pembelajaran yang mengacu pada pendapat Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika harus dikaitkan dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia. Ini berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan kesempatan menemukaan kembali ide dan konsep matematika dengan bimbingan guru (Gravemeijer, 1994). Upaya ini dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi dan persoalan-persoalan realistik. Realistik dalamm hal ini dimaksudkan tidak mengaju pada realitas tetapi pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa (Slattenhaar, 2000). Prinsip penemuan kembali dapat diinspirasi oleh prosedur-prosedur pemecahan informal, sedangkan prosespenemuan kembali menggunakan konsep matematisasi. Dua jenis matematisasi diformulasikan oleh Treffers (1991) yaitu matematisasi horisontal dan vertikal. Contoh matematisasi horisontal adalah pengidentifikasian, perumusan dan penvisualisasi masalah dalam cara-cara yang berbeda dan pentransformasian masalah dunia real ke masalah matematika. Contoh matematisasi vertikal adalah representasi hubungan-hubungan dalam rumus, perbaikan dan penyesuaian model matematik, penggunaan model-model yang berbeda, dan penggeneralisasian. Kedua jenis matematisasi ini mendapat perhatian seimbang karena kedua matematisasi ini mempunyai nilai sama (Van den Heuvel-Penhuizen, 2000). Model pembelajaran matematika realistik adalah adalah suatu model yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran. Melalui aktivitas matematisasi horisontal dan vertikal diharapkan siswa dapat menemukan dan mengkonstruksi konsep-konsep matematika. Karakteristik
  • 6. model pembelajaran matematika realistik adalah menggunakan konteks dunia nyata, model-model,produksi dan konstruksi siswa,interaktif dan keterkaitan. a. Menggunakan Konteks Dunia Nyata Dalam model pembelajaran matematika realistik diawali dengan masalah kontekstual sehingga memungkinkan siswa menggunakan pengalaman sebelum secara langsung. b. Menggunakan Model-Model Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematik yang dikembangkan siswa sendiri. Artinya siswa membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah. c. Menggunakan Produksi dan Konstruksi Streefland (1991) menekankan bahwa dengan pembuatan produksi bebassiswa terdorong untuk melakukan refleksi pada bagian yang mereka anggap penting dalam proses belajar. d. Menggunaka Interaktif Interaksi antarsiswa dengan guru merupakan hal yang mendasar dalam model pembelajaran matematika realistik. Secara eksplisit bentuk-bentu interaksi yang berupa negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju dan tidak setuju, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk formal dari bentuk-bentuk informal siswa. e. Menggunakan Keterkaitan Dalam model pembelajaran matematika realistik pengintegrasian unit-unit matematika adalah essensial. Jika dalam pembelajaran kita mengabaikan keterkaitan dengan bidang yang lain, maka akan berpengaruh pada pemecahan masalah.
  • 7. 2. Model Pembelajaran Matematika Realistik dan Proses Pelaksanaannya. Menurut Freudenthal ( dalam Ropin, 2006 ) mengatakan bahwa model pembelajaran matematika realistik memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) matematika dipandang sebagai kegiatan manusia sehari-hari, sehingga memecahkan masalah kehidupan sehari-hari merupakan bagian yang essensial, 2) belajar matematika berarti bekerja dengan matematika, 3) siswa diberi kesempatan untuk menemukan konsep-konsep matematika melalui bimbingan guru, 4) proses belajar mengajar bberlangsung secara interaktif, dan siswa menjadi fokus dari semua aktifitas di kelas, dan 5) aktifitas yang dilakukan meliputi menemukan masalah-masalah kontekstual, memecahkan dan mengorganisasi bahan ajar. Untuk lebih memahami model pembelajaran matematika realistic, pada table 1 dipaparkan implementasi dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Tabel 1 Implementasi Model Pembelajaran Realistik Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Aktifitas Guru Aktifitas Siswa Guru memberi penjelasan pelajaran soal kontekstual Siswa secara individu atau kelompok kecil mengerjakan soal dengan strategi informal Guru merespon secara positif jawaban siswa dan memberi kesempatan untuk memikirkan strategi yang paling efektif Siswa secara sendiri-sendiri atau berkelompok menyelesaikan masalah tersebut Guru mengarahkan siswa pada masalah kontekstual dan selanjutnya meminta siswa mengerjakan masalah dengan menggunakan pengalaman mereka sambil menghampiri siswa dan memberi bantuan seperlunya. Beberapa siswa mengerjakan soal di papan tulis, melalui diskusi kelas, jawaban siswa dikonfrontasikan Guru mengenalkan istilah konsep Siswa merumuskan bentuk matematika formal
  • 8. Guru memberi tugas di rumah yaitu mengerjakan soal atau membuat soal cerita beserta jawabannya yang sesuai dengan matematika formal. Siswa mengerjakan tugas rumah dan menyerahkannya kepada guru Fase-fase didalam model pembelajaran matematika realistik dan tingkah laku guru adalah sebagai berikut : Tabel 2 Fase-fase Model Pembelajaran Matematika Realistik Fase-fase Tingkah Laku Guru Memahami masalah kontekstual Guru menyajikan masalah kontekstual dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut. Karakteristik fase ini adalah menggunakan masalah sebagai starting point untuk menuju ke matematika formal sampai pada pembentukan konsep. Menjelaskan masalah kontekstual Guru menjelaskan situasi dan kondisi soal dengan memberi petunjuk atau berupa saran seperlunya terhadap bagian tertentu yang belum dipahami oleh siswa. Penjelasan hanya sampai siswa mengerti maksud soal. Karakteristik fase ini adalah interaksi antara siswa dengan guru Menyelesaikan masalah kontekstual Guru memotivasi siswa dengan memberi petunjuk pernyataan atau saran, dan siswa bekerja secara individual dengan cara mereka sendiri. Karakteristik fase ini adalah menggunakan model Membandingkan dan mendiskusikan jawaban Guru menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban soal secara berkelompok, kemudian di diskusikan secara menyeluruh di dalam kelas. Karakteristik fase ini adalah mengguakan konstribusi siswa dan terdapat interaksi antara siswa yang satu dengan yang lain. Menyimpulkan Guru mengarahkan siswa untuk menarik
  • 9. kesimpulan suatu konsep atau prosedur. 3. Model Pembelajaran Matematika Realistik dalam Pokok Bahasan Bilangan Bulat Model pembelajaran matematika realistik dalam pokok bahasan bilangan bulat dapat membantu siswa dalam pemahaman konsep dasar yang harus dimiliki untuk dapat belajar matematika. Dengan model ini siswa dapat : 1) mendefenisikan konsep secara verbal, 2) membuat contoh dan non contoh penyangkal, 3) mempresentasikan suatu konsep dengan model, diagram dan simbol, 4) mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lain, 5) mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep, 6) mengidentifikasi sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep, 7) membandingkan dan membedakan konsep-konsep. Model matematika realistik dapat membantu siswa dalam mempelajari konsep dasar matematika. Bilangan bulat adalah materi pokok dasar yang harus dikuasai siswa untuk dapat menguasai ilmu matematika. Agar lebih mudah dikuasai siswa, sebaik pengajaran matematika dicirikan sebagai berikut : 1) matematika dipandang sebagai kegiatan manusia sehari-hari, sehingga memecahkan masalah-masalah kehidupan sehari-hari merupakan bagian yang essensial, 2) belajar matematika berarti bekerja dengan matematika, 3) siswa diberi kesempatan untuk menentukan konsep-konsep matematika melalui bimbingan guru. B. Penelitian yang Relevan Hasil-hasil penelitian memperlihatkan bahwa model pembelajaran matematika realistik telah membawa dampak yang besar demi kemajuan pembelajaran matematika di sekolah. Ropin Sigalingging (2006) mengungkapkan bahwa siswa kelas VII SMP Negeri 3 Lubuk Pakam Kaabupaten Deli Serdang yang diajar dengan model pembelajaran realistik
  • 10. memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Sedangkan Siti Ummu Kultum (2008) mengungkapkan siswa kelas VII-E SMP N 2 Banjaran Kabupaten Bandung terjadi peningkatan pemahaman dan respon positif terhadap matematika dengan melihat hasil tes formatif yang menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan setelah diajar dengan model pembelajaran matematika realistik. Siswa juga memberikan respon positif terhadap pembelajaran matematika. Aula Fatayati (2010) mengungkapkan hasil belajar operasi hitung satuan waktu siswa kelas V SD Negeri Kebonsari 02 Kademangan setelah diajar dengan model pembelajaran matematika realistik mengalami peningkatan, dilihat dari hasil tes pra tindakan siswa yang mencapai KKM 33%, pada siklus I 75,33% dan pada siklus ke II 100% . C. Kerangka Berfikir Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting. Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang SD sampai dengan perguruan tinggi. Sampai saat ini matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan secara nasional, mulai dari tingkat SD sampai SMA. Bagi siswa selain untuk menunjang dan mengembangkan ilmu-ilmu lainnya, matematika juga diperlukan untuk bekal terjun dan bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Bilangan bulat adalah salah satu materi pokok yang harus dipelajari dan dikuasai siswa untuk dapat mempelajari matematika. Bilangan bulat adalah materi dasar-dasar dalam ilmu matematika. Dalam mempelajari materi bilangan bulat dituntut keseriussan siswa dan ketekunan untuk memahami konsep- konsep dasarnya. Model pembelajaran matematika realistik adalah suatu model yang menggunakan masalah realistik sebagai pangkal tolak pembelajaran. Melalui aktivitas matematisasi horisontal dan vertikal diharapkan siswa dapat menemukan dan mengkonstruksi konsep-konsep matematika. Karakteristik
  • 11. model pembelajaran matematika realistik adalah menggunakan konteks dunia nyata, model-model,produksi dan konstruksi siswa,interaktif dan keterkaitan. a. Menggunakan Konteks Dunia Nyata Dalam model pembelajaran matematika realistik diawali dengan masalah kontekstual sehingga memungkinkan siswa menggunakan pengalaman sebelum secara langsung. b. Menggunakan Model-Model Istilah model berkaitan dengan model situasi dan model matematik yang dikembangkan siswa sendiri. Artinya siswa membuat model sendiri dalam menyelesaikan masalah. c. Menggunakan Produksi dan Konstruksi Streefland (1991) menekankan bahwa dengan pembuatan produksi bebassiswa terdorong untuk melakukan refleksi pada bagian yang mereka anggap penting dalam proses belajar. d. Menggunaka Interaktif Interaksi antarsiswa dengan guru merupakan hal yang mendasar dalam model pembelajaran matematika realistik. Secara eksplisit bentuk-bentu interaksi yang berupa negosiasi, penjelasan, pembenaran, setuju dan tidak setuju, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk formal dari bentuk-bentuk informal siswa. f. Menggunakan Keterkaitan Dalam model pembelajaran matematika realistik pengintegrasian unit-unit matematika adalah essensial. Jika dalam pembelajaran kita mengabaikan keterkaitan dengan bidang yang lain, maka akan berpengaruh pada pemecahan masalah.
  • 12. Berdasarkan pemikiran diatas diduga bahwa model pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar matematika bilangan bulat pada kelas VII SMP Negeri 2 Medang Deras. D. Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : Hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2 Medang Deras tentang bilangan bulat yang diajar dengan model pembelajaran matematika realistik akan meningkat. BAB III PROSEDUR PENELITIAN
  • 13. 1. Jenis Tindakan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Medang Deras, Kabupaten Batu Bara. Eksperimen dilakukan terhadap kelas VII-A yang berjumlah 32 orang. Jenis tindakan yang diberikan adalah model pembelajaran matematika realistik dengan materi bilangan bulat. Hasil pembelajaran dengan model ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. 2. Perencanaan Tindakan A. Jenis Tindakan Yang Akan Dilakukan Jenis tindakan adalah model pembelajaran matematika realistik tentang bilangan bulat. Materi akan dibagi beberapa bagian, yaitu : 1) Bilangan bulat pada garis bilangan, 2) Operasi hitung bilangan bulat dan sifat-sifatnya, 3) Bilangan pecahan dan lambangnya, 4) Mengubah pecahan ke bentuk pecahan lainnya, 5) Operasi hitung pada pecahan. Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan roster(jadwal) pertemuan kelas. Untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, maka setiap siswa dilakukan pre tes dan pengetahuan sesudah pembelajaran dengan post tes. Adapun scenario atau langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran matematika realistik adalah : Tabel 3 Langkah Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Langkah-langkah Tingkah laku guru Tingkah laku siswa Memahami masalah kontekstual Guru menyajikan masalah kontekstual dan meminta siswa untuk memahami masalah tersebut. Karakteristik fase ini adalah menggunakan masalah sebagai starting point untuk menuju ke matematika Siswa secara individu atau kelompok kecil mengerjakan soal dengan strategi informal
  • 14. formal sampai pada pembentukan konsep. Menjelaskan masalah kontekstual Guru menjelaskan situasi dan kondisi soal dengan memberi petunjuk atau berupa saran seperlunya terhadap bagian tertentu yang belum dipahami oleh siswa. Penjelasan hanya sampai siswa mengerti maksud soal. Karakteristik fase ini adalah interaksi antara siswa dengan guru Siswa secara sendiri- sendiri atau berkelompok menyelesaikan masalah tersebut Menyelesaikan masalah kontekstual Guru memotivasi siswa dengan memberi petunjuk pernyataan atau saran, dan siswa bekerja secara individual dengan cara mereka sendiri. Karakteristik fase ini adalah menggunakan model Beberapa siswa mengerjakan soal di papan tulis, melalui diskusi kelas, jawaban siswa dikonfrontasikan Membandingkan dan mendiskusikan jawaban Guru menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban soal secara berkelompok, kemudian di diskusikan secara menyeluruh di dalam kelas. Karakteristik fase ini adalah mengguakan konstribusi siswa dan terdapat interaksi antara siswa yang satu dengan yang lain. Siswa merumuskan bentuk matematika formal Menyimpulkan Guru mengarahkan siswa untuk menarik kesimpulan suatu konsep atau prosedur. Siswa mengerjakan tugas rumah dan menyerahkannya kepada guru
  • 15. B. Menyusun Instrumen Proses Pelaksanaan Tindakan dan Dampak dari Tindakan. Untuk setiap proses pelaksanaan pembelajaran dibuat angket kepada siswa, apakah tindakan yang diberi dapat meningkatkan minat untuk belajar matematika. Dampak dari tindakan akan dibuat tes untuk mengukur apakah memang benar pemahaman siswa bertambah tentang pembelajaran setelah tindakan diberi. Instrumen proses pelaksanaan tindakan ini nantinya berguna untuk melihat respon siswa selama pembelajaran, apakah siswa merasakan perbedaan pembelajaran dari yang sebelumnya dirasakan siswa waktu belajar matematika. Dampak dari tindakan beruapa tes akan diambil dari indicator yang telah ditentukan sebelumnya untuk melihat apakah memang tindakan yang diberi membawa dampak bagi siswa. C. Pedoman Pengolahan dan Analisis Data Hasil Pengamatan dan Hasil Tes Penguasaan Materi Pembelajaran. Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis diskriptif : a. Data hasil angket siswa dianalisis dengan diskriptif dan refleksi b. Hasil tes dianalisis dengan analisis diskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai tes antar siklus maupun dengan indicator kinerja. D. Indikator dari Keberhasilan Tindakan. Indikator keberhasilan tindakan adalah kondisi akhir yang diharapkan. Kondisi akhir yang diharapkan dari tindakan ini adalah proses dan hasil. Proses berlangsungnya pembelajaran dapat dilihat dari respon siswa yang menyatakan dengan tindakan ini siswa semakin gemar matematika dan 80% siswa tuntas dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 70. E. Jadwal Pelaksanaan Tindakan
  • 16. Jadwal pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan jadwal pembelajaran di SMP Negeri 2 Medang Deras. 3. Pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanaan tindakan artinya peneliti melaksanakan tindakan sesuai yang telah direncanakan. Peneliti melaksanakan model pembelajaran matematika realistik sesuai jadwal yang telah ada. Materi dan skenario yang telah disiapkan dilaksanakan oleh peneliti secara konsisten. Pada akhir tindakan angket siswa yang telah disiapkan diisi siswa. Data yang dikumpul berupa hasil tes dan angket tentang tanggapan siswa akan dianalisis nantinya. Setelah data hasil tes terkumpul dilakukan pemeriksaan, pengolahan dan analisis data sebagai bahan menarik kesimpulan efektif tidaknya jenis tindakan terhadap perubahan tingkah laku siswa dengan cara membandingkan hasil analisis data dengan indikator keberhasilan. 4. Evaluasi dan Refleksi Tindakan Tahapan ini adalah melakukan kajian dan penilaian proses tindakan dan hasil atau dampak tindakan terhadap perubahan tingkah laku sasaran. Tahap ini membandingkan hasil angket siswa dengan hasil tes penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Apakah model pembelajaran matematika realistik tersebut cukup meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran matematika atau belum. Tinggi rendahnya hasil tes yang diperoleh siswa menunjukkan efektif tidaknya model pembelajaran matematika realistik. Hasil tes tersebut dibandingkan juga dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika belum berhasil berarti model pembelajaran matematika realistik belum efektif. Dalam kondisi seperti ini maka tindakan harus diperbaiki dan diulang kembali. Perbaikan mungkin dalam hal materi bilangan bulat yang dibahas atau dalam langkah-langkah melaksanakan pembelajaran (skenario pembelajaran) atau pelaksanaan pembelajaran yang perlu ditambah. 5. Siklus Tindakan
  • 17. Siklus tindakan adalah melaksanakan tindakan pada putaran berikutnya sesuai dengan rencana tindakan yang telah disempurnakanberdasarkan hasil evaluasi dan refleksi. Perbaikan jenis tindakan bisa materi pembelajaran atau skenario pelaksanaan pembelajaran. Siklus tindakan akan berhenti apabila dampak tindakan terhadap perubahan tingkah laku sasaran optimal. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan yang sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi kesuksesan atau untuk meyakinkan atau menguatkan hasil. Tapi pada umumnya kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan terdahulu yang ditujukan untuk mengatasi berbagai hambatan/kesulitan yang ditemukan dalam siklus pertama. Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan masih merasa puas, dapat melanjutkan dengan siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan siklus terdahulu. Tidak ada ketentuan tentang berapa siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung dari kepuasan peneliti sendiri, namun ada saran sebaiknya tidak kurang dari dua siklus tindakan agar diperoleh hasil tindakan yang optimal. DAFTAR PUSTAKA Adha, A. F. 2011, Peningkatan Hasil Belajar Operasi Hitung Satuan Waktu Dengan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia di kelas V SDN Kebonsari 02 Kademangan. Skripsi, Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah, FIP . Uiversitas Negeri Malang.
  • 18. De Lange, J. 1987, Mathematics Insight Meaning. Ultreech : Ow and Oc. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. KTSP, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika. Jakarta : Diknas. Grafemeijer, K. P. E. 1994. Developing Realistic Mathematics Education. Fruedental Institute, Ultreech. Sigalingging, R. 2006, Pengaruh Model Pembelajaran dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMP N 3 Lubuk Pakam. Tesis, Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan. Zainurie, P. T, 2007. Pembelajaran Matematika Realistik [on line]. Tersedia : http // www. Duniaguru. com