Protokol ini memberikan panduan lengkap untuk manajemen kejang pada anak, mulai dari tindakan darurat untuk menstabilkan kondisi sampai pemberian obat-obatan seperti diazepam, phenytoin, dan phenobarbital untuk menghentikan kejang dan mencegah kejang berulang. Protokol ini juga memberikan dosis obat yang sesuai untuk berbagai kelompok berat badan anak.
The document provides guidelines from the Surviving Sepsis Campaign for the management of severe sepsis and septic shock. It discusses the campaign's goals of reducing mortality from sepsis through evidence-based guidelines and implementation. The guidelines cover initial resuscitation, diagnosis, antibiotic therapy, source control, vasopressors, inotropic support, steroid therapy, activated protein C, transfusion, and mechanical ventilation for sepsis-induced acute lung injury/acute respiratory distress syndrome.
Penggunaan unit dosis obat dan perhitungan dosis obat merupakan hal penting untuk mendapatkan efek terapeutik yang diinginkan serta menghindari efek samping. Dosis ditentukan berdasarkan berat badan, usia, luas permukaan tubuh, dan konsentrasi obat. Tablet dan kapsul sering digunakan sebagai sumber bahan dalam peracikan.
Dokumen tersebut berisi ringkasan dosis obat untuk penyakit pediatri pada berbagai spesialisasi kedokteran seperti hematologi, infeksi, gastroenterologi, imunisasi dan lainnya.
Dokumen tersebut merupakan daftar obat-obatan yang dikelompokkan berdasarkan kelas terapi, termasuk nama obat, bentuk sediaan, dosis, dan catatan khusus. Beberapa kelompok obat yang disebutkan antara lain analgetik, anestetik lokal dan umum, anti alergi, serta antidot untuk keracunan khusus.
Ringkasan dari 13 obat dan informasi yang diberikan:
1. Dokumen memberikan informasi tentang 13 obat termasuk nama, komposisi, dosis, indikasi, kontraindikasi, dan efek samping masing-masing obat. Obat-obat tersebut digunakan untuk mengobati berbagai kondisi seperti flu, maag, alergi, asma, dan nyeri.
Dokumen tersebut membahas protokol pemberian enema dan laksatif untuk membersihkan usus. Terdapat informasi tentang formulasi enema berbasis saline atau gliserin, dosis dan cara pemberiannya, serta penggunaan stimulan tambahan seperti bisacodyl. Juga dibahas protokol pemberian laksatif oral berbasis senna dan serat larut air, beserta dosis dan penyesuaian berdasarkan hasil rontgen usus.
Dokumen tersebut memberikan rekomendasi tentang pemberian antibiotika untuk pneumonia pada anak, meliputi berbagai faktor seperti usia anak, keparahan gejala, dan bakteri penyebab yang mungkin. Rekomendasi tersebut didasarkan pada pedoman dari berbagai lembaga kesehatan internasional.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang produk Pantozol yang merupakan obat generik pantoprazole. Pantozol bekerja dengan menghambat pompa proton di lambung sehingga mengurangi produksi asam lambung. Dokumen ini juga membandingkan efektivitas dan keamanan Pantozol dengan PPI lainnya, menunjukkan bahwa Pantozol lebih cepat menghentikan perdarahan lambung dan lebih efektif mencegah perdarahan berulang serta memil
Perhitungan waktu itu nda mau ah aku tak pernah mengecewakan aku walaupun kita bukan orang yang kita sayang dan cinta yang tulus dan sejati akan memberikan kebahagiaan sesaat tapi cinta yang tulus dan sejati akan memberikan
Dokumen tersebut membahas 10 langkah tatalaksana anak gizi buruk, termasuk mengatasi hipoglikemia, hipotermia, dehidrasi, gangguan elektrolit, infeksi, dan pemberian zat besi, vitamin A, serta antibiotika."
1. Pasien laki-laki usia 48 tahun dengan diagnosis ulkus diabetes pedis dan riwayat DM dan hipertensi akan menjalani operasi dengan anestesi umum total intravena.
2. Anestesi umum total intravena melibatkan pemberian obat hipnotik, analgesik dan relaksan otot secara intravena seperti propofol, fentanyl dan ketamin.
3. Teknik anestesi ini dianggap aman karena tidak mengganggu jalan nafas dan mudah dilakukan.
Obat-obat darurat digunakan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan mengatasi keadaan gawat darurat lainnya. Pemberian obat harus dilakukan oleh tenaga medis terlatih sesuai dengan kasus pasien untuk mencegah efek samping berbahaya.
Dokumen tersebut berisi ringkasan dosis obat untuk penyakit pediatri pada berbagai spesialisasi kedokteran seperti hematologi, infeksi, gastroenterologi, imunisasi dan lainnya.
Dokumen tersebut merupakan daftar obat-obatan yang dikelompokkan berdasarkan kelas terapi, termasuk nama obat, bentuk sediaan, dosis, dan catatan khusus. Beberapa kelompok obat yang disebutkan antara lain analgetik, anestetik lokal dan umum, anti alergi, serta antidot untuk keracunan khusus.
Ringkasan dari 13 obat dan informasi yang diberikan:
1. Dokumen memberikan informasi tentang 13 obat termasuk nama, komposisi, dosis, indikasi, kontraindikasi, dan efek samping masing-masing obat. Obat-obat tersebut digunakan untuk mengobati berbagai kondisi seperti flu, maag, alergi, asma, dan nyeri.
Dokumen tersebut membahas protokol pemberian enema dan laksatif untuk membersihkan usus. Terdapat informasi tentang formulasi enema berbasis saline atau gliserin, dosis dan cara pemberiannya, serta penggunaan stimulan tambahan seperti bisacodyl. Juga dibahas protokol pemberian laksatif oral berbasis senna dan serat larut air, beserta dosis dan penyesuaian berdasarkan hasil rontgen usus.
Dokumen tersebut memberikan rekomendasi tentang pemberian antibiotika untuk pneumonia pada anak, meliputi berbagai faktor seperti usia anak, keparahan gejala, dan bakteri penyebab yang mungkin. Rekomendasi tersebut didasarkan pada pedoman dari berbagai lembaga kesehatan internasional.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang produk Pantozol yang merupakan obat generik pantoprazole. Pantozol bekerja dengan menghambat pompa proton di lambung sehingga mengurangi produksi asam lambung. Dokumen ini juga membandingkan efektivitas dan keamanan Pantozol dengan PPI lainnya, menunjukkan bahwa Pantozol lebih cepat menghentikan perdarahan lambung dan lebih efektif mencegah perdarahan berulang serta memil
Perhitungan waktu itu nda mau ah aku tak pernah mengecewakan aku walaupun kita bukan orang yang kita sayang dan cinta yang tulus dan sejati akan memberikan kebahagiaan sesaat tapi cinta yang tulus dan sejati akan memberikan
Dokumen tersebut membahas 10 langkah tatalaksana anak gizi buruk, termasuk mengatasi hipoglikemia, hipotermia, dehidrasi, gangguan elektrolit, infeksi, dan pemberian zat besi, vitamin A, serta antibiotika."
1. Pasien laki-laki usia 48 tahun dengan diagnosis ulkus diabetes pedis dan riwayat DM dan hipertensi akan menjalani operasi dengan anestesi umum total intravena.
2. Anestesi umum total intravena melibatkan pemberian obat hipnotik, analgesik dan relaksan otot secara intravena seperti propofol, fentanyl dan ketamin.
3. Teknik anestesi ini dianggap aman karena tidak mengganggu jalan nafas dan mudah dilakukan.
Obat-obat darurat digunakan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi dan mengatasi keadaan gawat darurat lainnya. Pemberian obat harus dilakukan oleh tenaga medis terlatih sesuai dengan kasus pasien untuk mencegah efek samping berbahaya.
1. Protokol Kejang:
Ada banyak alasan anak mulai kejang, termasuk kejang febris, cerebral malaria dan
meningitis/ensefalitis, tetapi manajemen sama.
Sangat penting kejang berhenti, karena kalau anak kejang lama, ini menyebabkan
banyak masalah dengan otak dengan akibat anak lumpuh atau cacat.
I Kalau ada masalah dengan Airway, memperbaiki ini-misalnya isap
minuman/lendir/makanan dari mulut/hidung, dan masukkan myop
kalau bisa.
II Berikan oxygen ½ -2 l/menit
III Pasang infuse dan cek GDS. Kalau GDS kurang dari 65, memberikan
D10% 5cc/kg berat badan iv dan ikut protocol GDS.
Timbang berat badan anak.
IV Memberikan diazepam iv ATAU, kalau tidak bisa pasang infuse,
berikan diazepam lewat anus (per rectum).
Berat badan/kg Jumlah diazepam iv Jumlah diazepam per rectum
2 kg 0,1 cc 0,3 cc
3-5 kg 0,3 cc 0,5 cc
6-10 kg 0,5 cc 1 cc
> 10 kg 1 cc 1 cc
5 menit
V Kalau masih kejang, ulang Diazepam dosis sama dengan di atas
5 menit
VI Kalau masih kejang, berikan phenytoin injeksi (Dilantin) dicampur
dengan NaCl 50cc (dalam flabot kosong), tetes 100/menit (micro), 50
tts/menit (macro) ATAU, kalau anak kurang dari 11 kg, bisa campur
phenytoin dengan NaCl 20cc, dan berikan langsung iv pelan-pelan
(selama 10-15 menit).
Protocol Developed by Dr Alison Hoe, Paedeatric Doctor Volunteer, January 2005-January 2006,
Rumah Sakit Karitas, West Sumba
2. Meja untuk jumlah phenytoin (Dilantin) /cc masukkan dalam 50cc NaCl
Berat badan/kg Jumlah phenytoin (dilantin) masukkan dalam NaCl/cc
2-3 1 cc
4-6 2 cc
7-9 3 cc
10-11 4 cc
12-15 5 cc
16-17 6 cc
Kalau tidak ada injeksi phenytoin (dilantin) berikan Phenobarbital im, dosis seperti ini:
Umur Dosis Phenobarbital im
Umur < 1 bulan 0,6 cc im (30 mg)
Umur 1 bulan- 1 tahun 1 cc im (50 mg)
Umur > 1 tahun 1,5 cc im (75 mg)
20 menit
VII Kalau masih kejang, mulai infuse diazepam. Masukkan diazepam
dalam D½ dan mulai dengan tetes 40 tts/menit (micro), atau 14
tts/menit (macro). Dosis diazepam 0,1mg/kg/jam, infuse selama 12 jam:
Meja untuk dosis diazepam infuse:
Berat Jumlah diazepam masukkan dalam D½ (40 tts/menit micro, 14
badan/kg tts/menit macro) / cc
2 0,5 cc (2,5mg)
3-5 1 cc (5mg)
6-7 1,5 cc (7,5mg)
8-9 2 cc (10mg)
10-11 2,5 cc (12,5mg)
12-13 3 cc (15mg)
14-15 3,5 cc (17,5mg)
16-17 4 cc (20mg)
18-19 4,5 cc (22,5mg)
20 5 cc (25mg)
Protocol Developed by Dr Alison Hoe, Paedeatric Doctor Volunteer, January 2005-January 2006,
Rumah Sakit Karitas, West Sumba
3. 20 menit
VIII Kalau masih kejang: 1) Kalau bisa, anaesthesi umum
2) Kalau tidak ada fasilitas untuk anaesthesi umum,
naik dosis dalam diazepam infuse sampai
0,2mg/kg/jam (jumlah tetes sama dengan di atas):
Meja untuk dosis diazepam kalau anak masih kejang:
berat Jumlah diazepam masukkan dalam D½ (40 tts/menit micro, 14
badan/kg tts/menit macro) / cc
2 1 cc (5mg)
3-5 2 cc (10mg)
6-7 3 cc (15mg)
8-9 4 cc (20mg)
10-11 5 cc (25mg)
12-13 6 cc (30mg)
14-15 7 cc (35mg)
16-17 8 cc (40mg)
18-19 9 cc (45mg)
20 10 cc (50mg)
Manajemen setelah kejang berhenti.
Mulai phenytoin atau Phenobarbital, dosis seperti ini:
Berat badan/kg Dosis Phenobarbital (tablet 30mg) Dosis Phenilep (tablet 100mg)
2-4 2 X ¼ tablet 2 X 1/10 tablet
5-7 2 X ½ tablet 2 X 1/6 tablet
8-10 2 X ¾ tablet 2 X ¼ tablet
11-13 2 X 1 tablet 2 X â…“ tablet
14-16 2 X 1 ¼ tablet 2 X ⅓ tablet
17-19 2 X 1 ½ tablet 2 X ½ tablet
20-22 2 X 1 ¾ tablet 2 X ½ tablet
23-25 2 X 2 tablets 2 X ¾ tablet
PERHATIAN:
DIAZEPAM BISA MENYEBABKAN NAPAS BERHENTI KALAU DIBERIKAN
TERLALU BANYAK. BERIKAN SEMUA DOSIS DIAZEPAM PELAN-PELAN.
KALAU ANAK MULAI BERHENTI NAPAS, LANGSUNG MULAI
RESUSITASI DENGAN AMBUBAG. LANJUT DENGAN AMBUBAG SAMPAI
ANAK NAPAS SPONTAN.
Protocol Developed by Dr Alison Hoe, Paedeatric Doctor Volunteer, January 2005-January 2006,
Rumah Sakit Karitas, West Sumba
4. Protocol Developed by Dr Alison Hoe, Paedeatric Doctor Volunteer, January 2005-January 2006,
Rumah Sakit Karitas, West Sumba