際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
PSIKOLOGI KONSELING
Karakteristik dan Dimensi Hubungan
dalam Konseling
Kelompok 7
Rina Susanti 201301500300
Kristiana 201301500395
Ahmad Faruqi 201301500293
Dalam hubungan konseling ada klien yang
tidak bersedia melakukan hubungan
interpersonal yang efektif. Tugas dari para
konselor adalah menciptakan hubungan yang
baik dengan klien, sehingga antara keduanya
merasa nyaman.
Menurut Pepinsky (1954) hubungan atau
relationship berarti hubungan yang mengacu
kepada pengaruh elemen-elemen emosional
dari suatu interaksi, di mana hubungan ini
didasarkan pada observasi terhadap sikap
atau tingkah laku klien.
Dalam teori yang sebenarnya, hubungan
berarti menyediakan suatu jembatan dasar
untuk mengaktualisasikan kepribadian dari
dua orang untuk menciptakan suatu kontak.
Keseimbangan Objektivitas dan
Subjektivitas
 objektivitas dalam
Konseling
 objektivitas dalam
proses konseling mempert
imbangkan semua aspek
(konselor dan klien) yang
menyangkut aspek afeksi
dan kognitif (ekspresi,
perasaan dan sikap)
meliputi suasana:
 Ramah,sopan dan santun
 Berempati
 Saling menghargai dan
menghormati
 Tersenyum dan lain-lain
 Subyektifitas dalam
konseling
 Subyektifitas menunjukan
semua aspek hubungan
yang di tandai dengan segi
kehangatan psikologis
antara lain:
 Perhatian
 Penuh rasa persahabatan
 Keakraban
 Control emosional
Keseimbangan Kejelasan dan
Kesamaran
 Kejelasan Dalam Proses Konseling
 kejelasan dalam proses konseling Bordin (1955),
menyatakan ambiguitas merupakan karakteristik dari
suatu situasi stimulus di mana orang-orang merespon
secara berbeda dan tidak ada respon yang jelas
ditunjukkan.
 Misalnya, konselor berperilaku lebih seperti seorang
teman dibanding seorang konselor. Jika konselor terlalu
ramah dengan klien dalam arti bahwa mereka
membiarkan diri mereka dikenal terlalu dini serta-di
gambarkan kepribadian,
 konselor akan menemukan bahwa mereka merasa
terdorong untuk bertindak sendiri terlalu kuat dalam
situasi wawancara.
Kesamar-samaran dalam proses konseling
 Proses konseling tidak mampu di bedakan
dengan hubungan lain karena di akibatkan
terlalu dekatnya hubungan klien dengan
konselor. contohnya:
1) teman/ sahabat
2) suami/ istri
3) oramg tua/ anak
4) mantan pacar/ istri/ suami dll.
Keseimbangan Tanggung jawab
konselor dan Klien
 Tanggung jawab konselor:
1) Kesediaan membantu klien /
konseling dengan sebaik-
baiknya
2) Mengupayakan pelayanan
konseling yang prima
3) Taat kepada kode etik
pelayanan konseling.
 Tanggung jawab
konseli/klien
1) Klien menyadari bahwa
dirinya bermasalah
2) Klien menyadari bahwa
dirinya memerlukan
bantuan untuk
mengetaskan masalah
yang di alaminya.
3) Klien terlibat secara aktif
dalam proses pemberian
bantuan ( dalam hal ini
konseling perorangan).
Keseimbangan Kognitif dan Afektif
 Aspek kognitif dalam proses
konseling ,semua aktifitas
(koselor/klien) yang
menyangkut proses
intelektual,meliputi suasana:
 Memikirkan
 Menganalisir
 Menafsirkan
 Aspek afeksioanl dalam proses
dalam proses konseling semua
aktif (konselor dan klien) yang
menyangkut aspek afeksi dan
kognitif (ekspresi, perasaan
dan sikap) meliputi suasana
 Ramah,sopan dan santun
 Berempati
 Saling menghargai dan
menghormati
 Tersenyum dan lain-lain
Keseimbangan aspek kognitif dan afeksi dalam proses
konseling membantu klien untuk meyakini bahwa
berpikir dapat ditantang dan diubah.Upaya dalam proses
konseling untuk mengembangkan kemampuan klien
dalam mengentaskan masalahnya harus diimbangi
dengan kemampuan atau kecakapan klien maupun
konselor.
Lanjutan...
 Empatik
Suasana Empatik :
a) Penghargaan
b) Kebersamaan
c) Kasih saying dan
kelembutan
d) Kedekatan dan
kehangatan
e) Komunikasi
 Spontanitas dan Kepekaan
Respon spontanitas konselor dalam konseling:
a) Dibutuhkan
b) Tulus,tidak kaku dan tidak sembarangan
c) Mudah di pahami klien
d) Bukan kritikan dan tidak menyakiti
perasaan klien
e) Bersifat membangun
 Kepekaan dalam koseling
a) Kondisi fisisk dan psikis konselor-
klien/konseli
b) Latar belakang budaya konselor 
klien/konseli
c) Tata ruangan dan suasan konseling
d) Teknik/pendekatan yang di gunakan
e) Alternative bantuan
Penerimaan dan Perlakuan
 Pengalaman penerimaan klien terlihat misalnya :
seperti perasaan memahami, cinta dan kepedulian.
Perilaku ini merupakan penerimaan yang positif
adalah keseimbangan dasar dari cinta altruistik
(Sorokin 1950).
 Juga memperhatikan dalam melakukan perlakuan
sbb:
 Kondisi/keadaan klien/konseli itu sendiri
 Niat klien /konseli untuk datang dan bertemu konselor
 Kesunguhan klien untuk merubah ke kondisi yang lebih
baik
Kehangatan dan Kesepahaman
 Kehangatan
Kehangatan diperlukan
dalam konseling karena :
 Dapat mencairkan
kebekuan suasana.
 Mengundang untuk berbagi
pengalaman emosional.
 Memungkinkan klien
menjadi hangat dengan
dirinya sendiri.
 Konseor yang memiliki
kehangatan, menunjukan
kualitas sebgai berikut :
 Mendapat kehangatan yang
cukup dalam kehidupan
pribadinya.
 Dapat membedakan
kehangatan dan kelembaban.
 Tidak menakutkan dan
membiarkan orang merasa
nyaman dengan
kehadirannya.
 Memiliki sentuhan
manusiawi yang mendalam
terhadap kemanusiaannya.
 Pemahaman dalam
konseling membantu
konseli agar memiliki
pemahaman terhadap
dirinya (potensinya) dan
lingkungannya
(pendidikan, pekerjaan,
dan norma agama).
Melalui konseling, klien
memahami seluk-beluk
masalah yang dialami
secara mendalam dan
komprehensif, serta
positif dan dinamis
(fungsi pemahaman).
 Pemahaman dan
pengentasan masalah
merupakan fokus yang
sangat khas, kongkrit
dan langsung ditangani
dalam layanan
konseling.
Transparansi dan Fleksibelitas
 Transparansi, sikap
keterbukaan
memungkinkan konselor
dan klien untuk menjalin
hubungan psikologis yang
lebih dekat satu sama
lainnya di dalam proses
konseling.
 Konselor yang menutup
atau menyembunyikan
bagian-bagian dirinya
terhadap klien dapat
menghalangi terjadinya
relasi yang lebih dekat.
 Fleksibilitas artinya
konseling dirancang dan
dikembangkan dengan
memperhatikan perbedaan
individual klien. Atas dasar
prinsip ini, klien dapat
merasakan bahwa konseling
yang diterimanya sesuai
dengan kebutuhan mereka.
Kesimpulan
Inti dari proses terapeutik adalah hubungan yang
dibangun antara konselor dan klien. Dalam hubungan
konseling ada klien yang tidak bersedia melakukan
hubungan interpersonal yang efektif. Hubungan
konseling tersebut dapat di lakukan dengan
keseimbangan, antara objektifitas dan subjektifitas,
kesamaran dan kejelasan, tanggung jawab antara
konselor dan konseli/klien, kognitif dan afektif dan
adanya dimensi hubungan juga yang berpengaruh,
serta empati, spontanitas dan kepekaan, penerimaan
dan perlakuan, kehangatan dan kesepahaman,
transparansi serta fleksibelitas dalam proses konseling.
Psikologi konseling - Karaketristik dan Dimensi Hubungan dalam Konseling

More Related Content

Psikologi konseling - Karaketristik dan Dimensi Hubungan dalam Konseling

  • 1. PSIKOLOGI KONSELING Karakteristik dan Dimensi Hubungan dalam Konseling Kelompok 7 Rina Susanti 201301500300 Kristiana 201301500395 Ahmad Faruqi 201301500293
  • 2. Dalam hubungan konseling ada klien yang tidak bersedia melakukan hubungan interpersonal yang efektif. Tugas dari para konselor adalah menciptakan hubungan yang baik dengan klien, sehingga antara keduanya merasa nyaman. Menurut Pepinsky (1954) hubungan atau relationship berarti hubungan yang mengacu kepada pengaruh elemen-elemen emosional dari suatu interaksi, di mana hubungan ini didasarkan pada observasi terhadap sikap atau tingkah laku klien. Dalam teori yang sebenarnya, hubungan berarti menyediakan suatu jembatan dasar untuk mengaktualisasikan kepribadian dari dua orang untuk menciptakan suatu kontak.
  • 3. Keseimbangan Objektivitas dan Subjektivitas objektivitas dalam Konseling objektivitas dalam proses konseling mempert imbangkan semua aspek (konselor dan klien) yang menyangkut aspek afeksi dan kognitif (ekspresi, perasaan dan sikap) meliputi suasana: Ramah,sopan dan santun Berempati Saling menghargai dan menghormati Tersenyum dan lain-lain Subyektifitas dalam konseling Subyektifitas menunjukan semua aspek hubungan yang di tandai dengan segi kehangatan psikologis antara lain: Perhatian Penuh rasa persahabatan Keakraban Control emosional
  • 4. Keseimbangan Kejelasan dan Kesamaran Kejelasan Dalam Proses Konseling kejelasan dalam proses konseling Bordin (1955), menyatakan ambiguitas merupakan karakteristik dari suatu situasi stimulus di mana orang-orang merespon secara berbeda dan tidak ada respon yang jelas ditunjukkan. Misalnya, konselor berperilaku lebih seperti seorang teman dibanding seorang konselor. Jika konselor terlalu ramah dengan klien dalam arti bahwa mereka membiarkan diri mereka dikenal terlalu dini serta-di gambarkan kepribadian, konselor akan menemukan bahwa mereka merasa terdorong untuk bertindak sendiri terlalu kuat dalam situasi wawancara.
  • 5. Kesamar-samaran dalam proses konseling Proses konseling tidak mampu di bedakan dengan hubungan lain karena di akibatkan terlalu dekatnya hubungan klien dengan konselor. contohnya: 1) teman/ sahabat 2) suami/ istri 3) oramg tua/ anak 4) mantan pacar/ istri/ suami dll.
  • 6. Keseimbangan Tanggung jawab konselor dan Klien Tanggung jawab konselor: 1) Kesediaan membantu klien / konseling dengan sebaik- baiknya 2) Mengupayakan pelayanan konseling yang prima 3) Taat kepada kode etik pelayanan konseling. Tanggung jawab konseli/klien 1) Klien menyadari bahwa dirinya bermasalah 2) Klien menyadari bahwa dirinya memerlukan bantuan untuk mengetaskan masalah yang di alaminya. 3) Klien terlibat secara aktif dalam proses pemberian bantuan ( dalam hal ini konseling perorangan).
  • 7. Keseimbangan Kognitif dan Afektif Aspek kognitif dalam proses konseling ,semua aktifitas (koselor/klien) yang menyangkut proses intelektual,meliputi suasana: Memikirkan Menganalisir Menafsirkan Aspek afeksioanl dalam proses dalam proses konseling semua aktif (konselor dan klien) yang menyangkut aspek afeksi dan kognitif (ekspresi, perasaan dan sikap) meliputi suasana Ramah,sopan dan santun Berempati Saling menghargai dan menghormati Tersenyum dan lain-lain Keseimbangan aspek kognitif dan afeksi dalam proses konseling membantu klien untuk meyakini bahwa berpikir dapat ditantang dan diubah.Upaya dalam proses konseling untuk mengembangkan kemampuan klien dalam mengentaskan masalahnya harus diimbangi dengan kemampuan atau kecakapan klien maupun konselor.
  • 8. Lanjutan... Empatik Suasana Empatik : a) Penghargaan b) Kebersamaan c) Kasih saying dan kelembutan d) Kedekatan dan kehangatan e) Komunikasi Spontanitas dan Kepekaan Respon spontanitas konselor dalam konseling: a) Dibutuhkan b) Tulus,tidak kaku dan tidak sembarangan c) Mudah di pahami klien d) Bukan kritikan dan tidak menyakiti perasaan klien e) Bersifat membangun Kepekaan dalam koseling a) Kondisi fisisk dan psikis konselor- klien/konseli b) Latar belakang budaya konselor klien/konseli c) Tata ruangan dan suasan konseling d) Teknik/pendekatan yang di gunakan e) Alternative bantuan
  • 9. Penerimaan dan Perlakuan Pengalaman penerimaan klien terlihat misalnya : seperti perasaan memahami, cinta dan kepedulian. Perilaku ini merupakan penerimaan yang positif adalah keseimbangan dasar dari cinta altruistik (Sorokin 1950). Juga memperhatikan dalam melakukan perlakuan sbb: Kondisi/keadaan klien/konseli itu sendiri Niat klien /konseli untuk datang dan bertemu konselor Kesunguhan klien untuk merubah ke kondisi yang lebih baik
  • 10. Kehangatan dan Kesepahaman Kehangatan Kehangatan diperlukan dalam konseling karena : Dapat mencairkan kebekuan suasana. Mengundang untuk berbagi pengalaman emosional. Memungkinkan klien menjadi hangat dengan dirinya sendiri. Konseor yang memiliki kehangatan, menunjukan kualitas sebgai berikut : Mendapat kehangatan yang cukup dalam kehidupan pribadinya. Dapat membedakan kehangatan dan kelembaban. Tidak menakutkan dan membiarkan orang merasa nyaman dengan kehadirannya. Memiliki sentuhan manusiawi yang mendalam terhadap kemanusiaannya.
  • 11. Pemahaman dalam konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Melalui konseling, klien memahami seluk-beluk masalah yang dialami secara mendalam dan komprehensif, serta positif dan dinamis (fungsi pemahaman). Pemahaman dan pengentasan masalah merupakan fokus yang sangat khas, kongkrit dan langsung ditangani dalam layanan konseling.
  • 12. Transparansi dan Fleksibelitas Transparansi, sikap keterbukaan memungkinkan konselor dan klien untuk menjalin hubungan psikologis yang lebih dekat satu sama lainnya di dalam proses konseling. Konselor yang menutup atau menyembunyikan bagian-bagian dirinya terhadap klien dapat menghalangi terjadinya relasi yang lebih dekat. Fleksibilitas artinya konseling dirancang dan dikembangkan dengan memperhatikan perbedaan individual klien. Atas dasar prinsip ini, klien dapat merasakan bahwa konseling yang diterimanya sesuai dengan kebutuhan mereka.
  • 13. Kesimpulan Inti dari proses terapeutik adalah hubungan yang dibangun antara konselor dan klien. Dalam hubungan konseling ada klien yang tidak bersedia melakukan hubungan interpersonal yang efektif. Hubungan konseling tersebut dapat di lakukan dengan keseimbangan, antara objektifitas dan subjektifitas, kesamaran dan kejelasan, tanggung jawab antara konselor dan konseli/klien, kognitif dan afektif dan adanya dimensi hubungan juga yang berpengaruh, serta empati, spontanitas dan kepekaan, penerimaan dan perlakuan, kehangatan dan kesepahaman, transparansi serta fleksibelitas dalam proses konseling.