Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas pentingnya pengetahuan HBSE bagi pekerja sosial dalam memahami klien dan situasi sosialnya.
2. Beberapa teori yang didiskusikan dalam dokumen tersebut adalah teori behavioristik, psikodinamika, humanistik, dan sistem ekologi.
3. Teori-teori tersebut memberikan perspektif berbeda dalam memahami perilaku manusia dan interaks
1 of 5
Downloaded 10 times
More Related Content
Psikologi pekerjaan sosial ( HBSE)
1. MATERI PERTEMUAN 1, 2 & 3
Bagian-1
I. PENTINGNYA DASAR PENGETAHUAN ILMU HBSE
A. ALASAN TUGAS SEBAGAI PEKERJA SOSIAL
Pekerja sosial mempunyai tiga tugas utama dalam kaitannya dengan proses
pemecahan masalah klien, yaitu:
1. Pekerja sosial memiliki tugas menolong orang untuk memecahkan masalah
2. Pekerja sosial memanfaatkan sistem yang ada, seperti pelayanan sosial,
organisasi, komunitas dan birokrasi pemerintahan, sehingga orang dapat
memiliki akses pelayanan yang dibutuhkan.
3. Pekerja sosial perlu menghubungkan individu dengan sistem layanan
Kesimpulannya, fokus intervensi dari seorang pekerja sosial tidak hanya ditujukan
pada orang yang bermasalah saja, tetapi difokuskan juga pada bagaimana situasi
sosial kliennya, karena situasi sosial tersebut dapat mempengaruhi atau sebagai
sumber terjadinya permasalahan, dimana dalam konsep pekerjaan sosial kita kenal
dengan pendekatan ganda (dualistic approach). Dalam hal ini, bagaimana agar
pekerja sosial dapat memahami klien dan situasi sosialnya secara baik tentunya
harus didukung dengan teori-teori atau pengetahuan yang mempelajari bagaimana
individu tersebut bertingkah laku dalam suatu lingkungannya, apa motivasi-motivasi
yang mendasarinya dan bagaimna aksi maupun reaksi dari suatu lingkungan
sosialnya. Semua pengetahuan tersebut akan dipelajari dalam pengetahuan human
behavior of social environment ( HBSE )
2. B. ALASAN FUNGSI UNTUK MELAKUKAN ASESMEN
Assesmen merupakan proses berpikir yang menjadi alasan bagi seorang pekerja
sosial dalam melaksanakan kegiatan pengumpulan data sampai dengan
kesimpulan sementara. Selama assesmen, informasi yang tersedia di susun dan
di pelajari untuk membuat alur dari situasi klien yang menjadi dasar untuk
rencana intervensi. Setelah assesmen lengkap, pekerja sosial harus dapat
menggambarkan masalah secara akurat dan mengidentifikasi kebutuhan-
kebutuhan yang akan di rubah untuk memperbaiki situasi klien.
Ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan oleh pekerja sosial saat melakukan
assesmen, antara lain:
Lifelong and critical thingking (membutuhkan waktu lama dan pemikiran
yang kritis)
Professional knowledge (membutuhkan pengetahuan yang profesional)
Clients experience (membutuhkan pengalaman klien)
Process of reflection, analysis, and synthesis (merupakan proses refleksi,
analisis, sintesis)
Using theorethical and empirical knowledge (menggunakan
pengetahuan teori dan empiris)
Individuals, families, groups, organization & environment (melibatkan
Individu, keluarga, kelompok, organisasi dan lingkungan).
Pekerja sosial juga perlu Mengenal masalah klien secara jelas. Faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya masalah klien. Tingkat permasalahan klien
Kelompok Risiko Tinggi Gejala Dini
3. II. PERSPEKTIF TEORI DAN KONSEP YANG MENDASARI HBSE
A. BEHAVIOURAL
Behaviorisme atau Aliran Perilaku (juga disebut Perspektif Belajar) adalah filosofi dalam
psikologi yang berdasar pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme
termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku.
Behaviorisme beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang bisa diamati
tetapi tidak ada perbedaan antara proses yang dapat diamati secara publik (seperti
tindakan) dengan proses yang diamati secara pribadi (seperti pikiran dan perasaan), atau
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Aliran ini menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori Behaviorisme menekankan pada hasil belajar dan tidak memperhatikan pada
proses berpikir. Menurut teori ini, belajar dipandang sebagai perubahan tingkah laku
yang terjadi berdasarkan paradigma Stimulus-Respon, yaitu suatu proses yang
memberikan respon tertentu terhadap stimulus yang datang dari luar. Proses
Stimulus_Respon (SR) yaitu dorongan,rangsangan, respon serta penguatan. Teori
behavior dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional
atau emosional, behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya
dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan. Dalam arti teori belajar yang lebih
menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk
reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan
akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep manusia mesin
(Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan
bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan
pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan
mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang
diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
4. B. PSIKODINAMIKA
Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan
perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah
motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Teori ini mengasumsikan bahwa
kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis
tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak dini. Asumsinya, perilaku
berasal dari gerakan dan interaksi dalam pikiran manusia, kemudian pikiran
merangsang perilaku dan keduanya saling memengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungan sosialnya.
C. HUMANISTIK
Teori Humanistik adalah salah satu pendekatan atau aliran dari psikologi yang
menekankan kehendak bebas, pertumbuhan pribadi, kegembiraan, kemampuan
untuk pulih kembali setelah mengalami ketidakbahagiaan, serta keberhasilan dalam
merealisasikan potensi manusia. Tujuan humanistik adalah membantu manusia
mengekspresikan dirinya secara kreatif dan merealisasikan potensinya secara utuh
Teori ini menganggap merupakan proses memanusiakan manusia, dimana seorang
individu diharapkan dapat mengaktualisasikan diri artinya manusia dapat menggali
kemampuannya sendiri untuk diterapkan dalam lingkungan. Proses Humanistik
memusatkan perhatian kepada diri klien sehingga menitikberatkan kepada
kebebasan individu. Teori Humanistik menekankan kognitif dan afektif memengaruhi
proses. Kognitif adalah aspek penguasaan ilmu pengetahuan sedangkan afektif
adalah aspek sikap yang keduanya perlu dikembangkan dalam membangun individu.
Belajar dianggap berhasil jika klien memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Hal
yang penting lagi pada proses pembelajaran Humanisme harus adanya motivasi
yang diberikan agar klien dapat terus menjalani pembelajaran dengan baik. Motivasi
dapat berasal dari dalam yaitu berasal dari diri sendiri, maupun dari lingkungan.
5. D. TEORI SISTEM EKOLOGI
Teori ekologi mencoba melihat interaksi manusia dalam sistem atau Subsistem.
Sistem yang dimaksud adalah sistem yang dibentuk dari berbagai sistem komponen
yang beragam baik individu, masyarakat dan institusi sosial terkait dengan
komponen-komponen tersebut. Sistem ini sifatnya kompleks dan adaptif serta
dibatasi oleh lingkup ruang atau fungsi yang terhubung dengan ekosistem dan
konteks masalah tertentu.
REFERENSI
Zastrow, C. & Kirst-Ashman. (1997). Social systems and their impacts on middle adulthood
and later adulthood. Chicago: Nelson Hall Inc.
Bronfenbrenner, Ecology of the Family As A Context for Human Development Research
Perspectives, Developmental Psychology, 22, 6,1986.
Website : http://verywellmind.com
https://psychology.fas.harvard.edu/people/b-f-skinner