Ruang lingkup dan fungsi psikologi pendidikan dalam pembelajaran mencakup pendidikan formal, nonformal, dan informal yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku peserta didik secara berjenjang hingga taraf perkembangan yang lebih maju."
2. Manusia merupakan subjek dalam kehidupan, sebab sebagai makhluk
ciptaan Tuhan dialah yang selalu melihat, bertanya, berpikir dan
mempelajari segala sesuatu yang ada dalam hidupnya.
Manusia bukan hanya tertarik mempelajari apa yang ada pada
lingkungannya atau sesuatu di luar dirinya tetapi juga hal-hal tentang dirinya,
(dengan perkataan lain manusia menjadi objek studi dari manusia).
Banyak cabang ilmu pengetahuan yang menjadikan manusia sebagai
objeknya, tetapi bukan bearti cabang-cabang ilmu tersebut mempelajari hal
yang sama.
Urgensi Pendidikan dalam
Pembelajaran
3. Umpamanya:
Fisiologi
aspek fisik atau jasmani dari manusia, yaitu: struktur tubuh, bagian-bagian
tubuh serta fungsi dan cara kerjanya.
Sosiologi
Kehidupan manusia dalam berbagai satuan kelompok kecil, yaitu: keluarga,
unit-unit pekerjaan, organisasi, kelompok profesi, dan masyarakat.
Antropologi
Kehidupan manusia dalam kelompok-kelompok paling besar dan terikat oleh
suatu ikatan yang lebih bersifat permanen, turun-menurun, yaitu: kelompok
ras, bangsa dan kebudayaan.
Sejarah
Kehidupan manusia dalam urutan waktu dan peristiwa yang dialaminya.
Urgensi Pendidikan dalam
Pembelajaran
4. Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche dan logos artinya ilmu. Jadi
secara etimologi psikologi artinya ilmu yang mempelajari jiwa, baik mengenai
macam-macam gejalanya, proses dan latar belakangnya.
Secara umum psikologi diartikan ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala
jiwa manusia.
Menurut George A. Miller, 1994, psikologi adalah suatu ilmu yang mempelajri
tentang perilaku dan pola pikir, yang berusaha mengendalikan peristiwa mental
dan tingkah laku manusia.
Pengertian dan Definisi Psikologi Pendidikan
Urgensi Pendidikan dalam
Pembelajaran
5. Pendidikan secara harfiniyah adalah usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik
terhadap peserta didik, untuk mewujudkan tercapainya perubahan tingkah laku,
budi pekerti, keterampilan dan kepintaran secara intelektual, emosional dan
spiritual.
Psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan
penerapan pengatahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha
kependidikan.
Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting
pendidikan, keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar dan pengelolaan
organisasi sekolah.
Urgensi Pendidikan dalam
Pembelajaran
6. Dinamika Prilaku Manusia
Dinamika perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh
manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan
genetika.
Perspektif dalam psikologi :
1. Perspektif Psikoanalisis
2. Perspektif Biologis
3. Perspektif Behaviorisme (perilaku)
4. Perspektif Kognitif
5. Perspektif Fenomenologi
Urgensi Pendidikan dalam
Pembelajaran
7. Perilaku pendidikan diwujudkan oleh mereka yang secara langsung terlibat dalam
pendidikan, seperti: Pendidik (guru, pengajar, dosen dsb) peserta didik (murid,
siswa, pelajar, mahasiswa)
Peran Guru Sebagai Pendidik dan Pengajar dalam Persfektif Psikologi Pendidikan
1. Peran guru sebagai pendidik:
1) Konservator (pemelihara)
2) Inovator (pengembang)
3) Tranmitor (penerus)
4) Transformator (penerjemah)
5) Organisator (penyelenggara)
Urgensi Pendidikan dalam
Pembelajaran
2. Peran guru sebagai pengajar:
1) Perencana (planner)
2) Pelaksana (organizer)
3) Penilai (evaluator)
8. Urgensi Pendidikan dalam
Pembelajaran
Perspektif Psikoanalisis
Tokoh : Sigmund Freud
Asumsi dasar teori Freud adalah bahwa sebagian besar perilaku manusia
berasal dari proses bawah sadar (unconcious)
Sifat manusia pada dasarnya negatif; ia yakin bahwa kita didorong oleh
instink dasar yang sama seperti hewan (reproduksi dan agresif)
Dinamika perilaku ditentukan oleh id, ego, dan super ego
9. ID, bagian jiwa paling liar, berpotensi jahat. Ada yang menafsirkan ID
sebagai nafsu manusia yang mementingkan kebutuhan perut ke bawah.
Di sisi lain, ID, tidak mempertimbangkan akibat dari pemenuhan
hasratnya. Intinya, ID adalah bagian jahat dari manusia yang beresiko
merugikan orang lain dan diri sendiri. ID sebenarnya adalah yang
menguasai manusia pada umur 0-2 tahun.
10. EGO, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan ID. EGO juga ditafsirkan
sebagai nafsu untuk memanuhi nafsu. Hanya saja telah ada kontrol dari
manusia itu sendiri. Sudah ada pertimbangan, dan telah memikirkan
akibat dari yang telah dilakukannya. Tepatnya, EGO adalah pengontrol
ID. Contoh nyata dari EGO adalah peraturan. Semua rule yang dibuat
adalah untuk mencegah manusia menjadi liar dan tak terkontrol. Freud
menyatakan bahwa EGO banyak mendominasi manusia pada umur
2-3th.
11. SUPEREGO, atau yang lebih sering di sebut dengan HATI
NURANI. Pembentukan dan perkembangan super ego sangat
ditentukan oleh pengarahan atau bimbingan lingkungan sejak
usia dini. Bila seseorang di asuh dalam lingkungan yang serba
cuek dan mau menang sendiri, bisa dipastikan, SUPER EGO
atau NURANINYA tumpul. sedangkan SUPEREGO ada dan
muncul pada diri manusia pada umur 3 tahun ke atas.
12. Urgensi Pendidikan dalam
Pembelajaran
Perspektif Biologis
Tokoh : Hippokrates bapak ilmu kedokteran
Berupaya mengkaitkan perilaku organisme dan proses
mental dengan peristiwa listrik dan kimiawi yang terjadi
di dalam tubuh terutama di dalam otak dan sistem
syaraf
Yang mendasari perilaku dan proses mental adalah
neurobiologi
Implikasinya terutama optimalisasi kedua belahan otak
13. Urgensi Pendidikan dalam
Pembelajaran
Perspektif Behaviorisme (perilaku)
Behaviorisme menganalisis manusia hanya dari sisi
perilakunya yang tampak. Behaviorisme juga menyebut
psikologi adalah sains (dapat dilihat dengan kasat mata)
Diukur dilukiskan dijelaskan
Perilaku
Pengalaman
Perilaku
Belajar
Pengetahuan
Melahirkan
Yang membawa
Yang memungkinkan adanya
Yang berperan utama dalam penentuan
Skema perilaku dan pengetahuan Behaviorisme
Secara teoristik, belajar dalam konteks Behaviorisme juga
melibatkan empat unsur pokok yaitu:
1. Drive
2. Stimulus
3. Response
4. Reinforcement
14. Berdasarkan hal tersebut diatas, teori behavioristik juga sering disebut
dengan teori stimulus-respons. Proses S-R ini sendiri terdiri dari
beberapa unsur, yaitu:
Dorongan (drive); peserta didik merasakan adanya kebutuhan akan
sesuatu sehingga terdorong untuk memenuhi kebutuhan.
Rangsangan (stimulus); pemberian stimulus menyebabkan timbulnya
respons si pelajar.
Respons (reaksi); peserta didik akan memberikan reaksi terhadap
stimulus yang diterimanya dengan jalan melakukan sesuatu yang
terlihat.
Penguatan (reinforcement) yang perlu diberikan kepada peserta didik
supaya ada rasa kegemberiaan dan tergerak untuk memberikan respons
ulang (Muhaimin, 2002).
15. Urgensi Pendidikan dalam
Pembelajaran
Perspektif Kognitif
Sebagian kembali pada akar kognitif dari psikologi persepsi, daya ingat, penalaran, pemutusan pilihan.
Sebagian lagi reaksi terhadap behaviorisme
Penelitian tentang kognisi modern didasarkan pada
Asumsi :
1) Hanya dengan mempelajari proses mental kita dapat sepenuhnya memahami apa yang dilakukan
oleh suatu organisme
2) Kita dapat mempelajari proses mental secara objektif dengan memfokuskan pada perilaku spesifik,
sama seperti yang dilakukan oleh ahli perilaku, tetapi menginterpretasikannya dalam kaitan proses
mental dasar.
Dalam interpretasi menggunakan analogi antara pikiran dan komputer informasi yang masuk diproses
dengan berbagai cara : dipilih, dibandingkan, dan dikombinasikan dengan informasi lain yang telah ada
dalam memori, ditransformasikan, disusun kembali dan seterusnya.
16. Contoh interpretasi kognitif
Respons jika seseorang dicemooh oleh orang yang tidak dikenal, dikenal,
pernah menyakitkan
Respons terhadap cemoohan orang yang tidak dikenal cenderung
lemah/tidak diabaikan
Respons terhadap cemoohan orang yang dikenal cenderung lebih kuat/lebih
agresif dari pada respons kepada yang tidak dikenal
Respons terhadap cemoohan orang yang pernah menyakitkan cenderung
lebih agresif dan kuat dari pada respons kepada yang tidak dikenal atau
dikenal saja.
Pengetahuan yang ada dalam kognisi yang disebut dengan struktur kognitif
(tidak dikenal, dikenal, dan pernah menyakitkan) yang mengendalikan
perilaku
Urgensi Pendidikan dalam
Pembelajaran
17. Perspektif Fenomenologi
Perspektif fenomenologi sering disebut sebagai
psikologi humanistik
Menekankan kualitas yang membedakan manusia
dari hewan
Kekuatan motif utama individual adalah
kecenderungan ke arah pertumbuhan dan aktualisasi
diri.
Manusia memiliki potensi dan memiliki kebutuhan
dasar untuk mengembangkan potensinya sampai
penuh (aktualisasi diri)
Urgensi Pendidikan dalam
Pembelajaran
25. Ruang Lingkup dan Fungsi Psikologi Pendidikan dalam Pembelajaran
Sudah sejak dalam kandungan, secara tidak langsung orang
tua telah mendidik anak, seperti misalnya pengendalian emosi
dari orang tua. Pendidikan berlanjut hingga anak lahir,
pendidikan tergantung pada individu masing-masing.
Tujuannya sama yaitu adanya suatu perubahan tingkah laku
dari suatu taraf perkembangan ke taraf yang lebih maju.
26. JALUR PENDIDIKAN
Pendidikan formal
Pendidikan yang diselenggarakan di institusi sekolahPendidikan yang
dilaksanakan dengan sengaja dengan tujuan dan bahan ajar yang
dirumuskan secara jelas dan diklasifikasikan secara tegas.
Contoh: jenjang pendidikan sekolah (Paud/TK, SD/MI, SMP/MTsN,
SMA/MAN, PT)
Secara berjenjang dan berkesinambungan
Dengan tujuan rasional dan ideal
* Akademik : penguasaan IPTEK
* Profesional : kesiapan penerapan keahlian
Yang akan menjadi fokus dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan.
27. Pendidikan Nonformal
Pendidikan yang diselenggarakan diinstitusi luar sekolah melalui
kegiatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan
berkesinambungan.
Pendidikan yang dilaksanakan dengan sengaja tetapi tidak memenuhi
syarat untuk termasuk dalam jenjang pendidikan formal.
Contoh: kursus menjahit, memasak, bahasa, musik, dsb.
28. Pendidikan Informal
Proses belajar yang relatif tak disadari yang kemudian
menjadi kecakapan dan sikap hidup sehari-hari
Contoh: pendidikan di rumah, tempat ibadah, lapangan
permainan, perpustakaan, radio, televisi, dsb.
bersifat komplementer maupun
kompensatoris bagi institusi sekolah dan
keluarga
29. Pendidikan Sebagai Suatu Bentuk Sosialisasi
Secara tradisional dibedakan antara :
a. Sosialisasi primer di keluarga
b. Sosialisasi sekunder di sekolah
c. Sosialisasi tertier di pekerjaan dan masyarakat
30. Secara sosiologis tampak ada pergeseran Sosialisasi
primer
Fungsi sosialisasi dalam keluarga tidak semuanya bisa
dipenuhi oleh keluarga sebagai agen sosialisasi
Bagaimana penanganannya agar anak tetap dapat
disiapkan menjadi generasi penerus yang sesuai dengan
harapan / ideal
31. Hasrat Psikologi Pendidikan
Mengubah kelas yang membosankan menjadi kelas yang bersemangat.
Mengubah dari kelas yang gagal menjadi sukses.
Mengubah dari institusi yang mengabaikan peran orangtua menjadi
institusi yang melibatkan orangtua sebagai partner pendidikan.
32. HUBUNGAN PSIKOLOGI DENGAN PENDIDIKAN
Mendidik berarti membantu peserta didik agar mereka dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan
Peserta didik merupakan makhluk bio-psiko-sosio-spiritual.
Aspek psikologis tidak dapat diabaikan dalam proses pendidikan.
Pendidikan dilakanakan berdasarkan : landasan filosofis, psikologis,
sosio-kutural, & teknologis
33. TOKOH-TOKOH YANG BERJASA TERHADAP
PERKEMB. PSIKOLOGI PENDIDIKAN
1. DEMOCRITUS
2. PLATO & ARISTOTELES
3. JOHN AMOS COMENICUS
4. ROUSSEAU
5. JOHN H. PESTALOZZI
6. FRANCIS GALTON
7. STANLEY HALL
8. WILLIAM JAMES
9. ALFRED BINET
34. 1. DEMOCRITUS
(Pada abad ke-5 sebelum masehi, sebagai
contoh, Democritus menulis tentang manfaat -
manfaat tindakan oleh sekolah dan pengaruh
lingkungan rumah pada keberhasilan belajar
individu) (Watson, 1961).
35. 2. PLATO & ARISTOTELES
Pada abad selanjutnya, Plato dan Aristotle mendiskusikan topik-
topik psikologi pendidikan lebih lanjut (Adler, 1952; Watson, 1961 )
: jenis pendidikan yang tepat untuk jenis individu-individu yang
berbeda, pelatihan tubuh dan perkembangan ketrampilan
motorik, pembentukan karakter baik, kemungkinan dan
keterbatasan dari pendidikan moral, efek musik, puisi, dan seni
lainnya pada perkembangan individu; peran guru, hubungan
antara guru dan siswa, makna dan metode mengajar, karakteristik
belajar, urutan belajar, afeksi dan belajar, belajar dari guru.
36. Pada abad ke-4 sebelum masehi, Plato and Aristoteles
berdikusi tentang topik-topik psikologi pendidikan :
a. Jenis-jenis pendidikan yang sesuai berdasarkan perbedaan-
perbedaan peserta didik;
b. Latihan-latihan jasmani dan pengembangan keterampilan
psikomotor;
c. Bentuk-bentuk karakter yang baik;
d. Kemungkinan-kemungkinan dan keterba- tasan- keterbatasan
pendidikan moral;
37. e. Efek dari musik, puisi, dan seni-seni lainnya pada
perkembangan individu;
f. Peranan guru;
g. Relasi antara guru dengan siswa;
h. Alat-alat dan metoda mengajar;
i. Jenis-jenis aktivitas belajar;
j. Prinsip-prinsip belajar;
k. Afeksi dan belajar;
l. Belajar terlepas dari guru.
38. 3. JOHAN AMOS COMENIUS (1592-1671, Seorang ahli
pendidikan dari Cekho.)
Anak jangan dianggap sbg miniatur orang dewasa;
Pembelajaran hendaknya dapat menarik perhatian anak,
lakukanlah dg menggunakan alat peraga sehingga anak
dapat mengamati, mengalami, dan menyelidiki.
39. 4. JEAN JAQUES ROUSSEAU (1712-1778, seorang pemikir
dari Perancis).
Segala-galanya baik ketika datang dari tangan Sang Pencipta,
segala-galanya memburuk dalam tangan manusia.
Campur tangan orang tua/orang dewasa thd. Perkembangan
anak dapat menimbulkan masalah jika hal itu tidak dilakukan
dengan hati-hati.
Para pendidik hendaknya membekali dirinya dengan
pengetahuan tentang kejiwaan peserta didik.
40. 5. J.P. PESTALOZZI (1746 1872, seorang
pendidik dari Swiss)
Ia berusaha meningkatkan pendidikan di
masyarakat dgn cara mengutamakan pendidikan
bagi anak-anak.
Ia menganjurkan agar pendidikan untuk anak
disesuaikan dgn perkembangan jiwa anak.
Ia menyarankan agar proses pembelajaran
didasarkan pada pengalaman, dimulai dari yang
paling mudah meningkat ke yang lebih sulit, sulit,
dst.
41. 6. FRIDRICH FROBEL (1782 1852, seorang
pendidik dari Jerman)
Ia mendirikan Kinder Garten (taman kanak-
kanak).
Menurut Frobel, taman kanak-kanak merupa-
kan tempat bagi anak-anak untuk bermain,
bernyanyi, melatih daya cipta, dan menger-
jakan pekerjaan tangan secara bersama.
42. 7. JOHANN FRIEDRICH HERBART ( 1776-1841).
He not only may be considered the first voice of
the modern era of psychoeducational thought, but
his disciples, the Herbartians, played a crucial role
in preparing the way for the scientific study of
education. They wrote about what we now call
schema theory, advocating a cognitive psychology
featuring the role of past experience and schemata
in learning and retention.
43. HERBARTIANS
Herbartians promoted teaching by means of a logical
progression of learning, a revolutionary idea at the end of
the 19th century. They promoted the five formal steps for
teaching virtually any subject matter: (1) preparation (of
the mind of the student), (2) presentation (of the material
to be learned), (3) comparison, (4) generalization, and (5)
application. It was the Herbartians who first
made pedagogical technique the focus of scientific study,
pointing the way, eventually, to the field of research on
teaching, a very fruitful area of research in educational
psychology.
44. Herbartians (para murid herbart) mengusulkan
konsep mengajar dengan memakai kemajuan logis
proses belajar. Mereka mengemukakan 5 langkah
mengajar materi apa saja :
1) Persiapan;
2) Menyajikan materi;
3) Perbandingan;
4) Generalisasi;
5) Aplikasi.
45. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN
BAGI PENDIDIKAN
PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
PENGEMBANGAN
KURIKULUM
SISTEM
PEMBELAJARAN
SISTEM
EVALUASI
PENGEMBANGAN
PROGRAM PEND.
46. 1. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang direncanakan dan
dilaksanakan baik di dalam maupun di luar sekolah untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mempertimbangkan aspek-aspek : (1)
karakteristiik psikologis peserta didik; (2) kemampuan peserta didik untuk melakukan
sesuatu dalam berbagai konteks; (2) penga-laman belajar siswa; (3) hasil belajar
(learning outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa.
Penyusunan buku ajar didasarkan pada segi-segi psikologis peserta didik.
47. Pengembangan program pendidikan, misalnya
penyusunan jadwal pelajaran, jadwal ujian, dst. tidak bisa
lepas dari aspek psikologis peserta didik;
Penentuan jurusan atau program;
Pengembangan program harus mengacu pada upaya
pengembangan kemampuan potensial peserta didik.
2. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN
BAGI PENGEMB. PROGRAM PEND.
48. Pemilihan teori belajar yang akan diaplikasikan;
Pemilihan model-model pembelajaran;
Pemilihan media dan alat bantu pembelajaran;
Penentuan alokasi waktu belajar dan
pembelajaran.
3. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI
PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN
49. Penentuan teknik evaluasi (teknik tes atau teknik non tes);
Penentuan jenis tes (lisan, tulis, dan perbuatan, serta
objektif atau subjektif);
Penentuan mengenai waktu pelaksanaan evaluasi;
4. KONTRIBUSI PSIKOLOGI PENDIDIKAN
BAGI SISTEM EVALUASI
51. 1. TEKNIK TES
Dilakukan dengan alat yang valid dan reliabel;
Dilakukan dengan mengikuti aturan tertentu;
Dipilih untuk mengumpulkan data mengenai
kemampuan akademik, bakat, minat,
kecerdasan;
52. 2. TEKNIK NON TES
Dilakukan dengan alat tertentu, misalnya kuesioner,
pedoman wawancara, pedoman observasi dst;
Dipilih untuk mengumpulkan data mengenai fakta ataupun
opini;
Teknik non tes terdiri dari : observasi, wawancara, kuesioner,
sosiometri, analisis karya, biografi, dst.
53. Explanation, Prediction & Control
Tujuan akhir dari Psikologi Pendidikan adalah untuk
menjelaskan, memprediksi & mengontrol fenomena yang
menjadi perhatian.
Menggunakan konsep-konsep dan prinsip-prinsip:
1. To explain menghitung hubungan 2 variabel secara logis,
masuk akal.
Contoh: Prestasi belajar yang berbeda-beda antara 1 kelas
dengan kelas lainnya guru yang mengalokasikan waktu
lebih efisien sehingga siswa lebih fokus pada pelajaran
yang diberikan sehingga siswa dapat menunjukkan
prestasi yang baik.
54. 2. To predict menetapkan bahwa ada variabel lain yang lebih tepat
untuk menjelaskan hubungan antar variabel pada waktu tertentu.
Contoh: waktu belajar yang digunakan dapat digunakan untuk
memprediksikan prestasi belajar yang dapat dicapai.
3. To control mengubah pengadministrasian suatu variabel sebagai
suatu cara untuk mengubah (meningkatkan) nilai/ value variabel
yang lain.
Contoh: mengubah metode mengajar akan meningkatkan
prestasi kelas.
54
55. Profesi Psikolog Pendidikan
Memanfaatkan pengetahuan Psikologi di bidang
pendidikan untuk tujuan:
Mencegah munculnya masalah (prevention)
Memecahkan masalah (problem solving)
Meningkatkan kemampuan / potensi (enhancement)
Memperbaiki keadaan (amelioration)
Behavior modification (intervention)
Sifatnya bisa:
Konsultatif
Pelaksanaan praktek
55
56. MANFAAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI
CALON GURU
Sebagai pengajar, guru perlu memiliki beberapa hal sebagai syarat
mengajar dengan baik, agar tujuan pendidikan tercapai. Guru hanya
sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pendidikan di sekolah
disamping faktor yang lain:
Faktor murid
Faktor sekolah sebagai sistem sosial
Faktor situasional
57. Faktor murid terdiri dari:
1. Faktor psikis
a. Bersifat intelektual, antara lain taraf kecerdasan,
kemampuan belajar dan cara belajar.
b.Bersifat non intelektual, antara lain motivasi belajar,
sikap, minat, kondisi psikis dll.
2. Faktor fisik (kondisi fisik siswa)
58. Faktor sosial di sekolah antara lain:
1. Sistem sosial
2. Status sosial
3. Interaksi guru siswa
Faktor situasional antara lain:
1. Keadaan plitik ekonomis
2. Keadaan waktu dan tempat
3. Keadaan musim-iklim
59. (Dimyati Mahmud 1989), Agar guru dalam mengajar efektif harus
ditempuh yaitu:
1. Langkah sebelum mengajar, yaitu:
a. Menentukan tujuan pengajaran
b. Memilih strategi mengajar dan mengumpulkan bahan-bahan
pengetahuan untuk mengajar
c. Guru harus menyadari tingkat kesiapan murid
d. Merencanakan cara penilaian
2. Langkah pelaksanaan mengajar, langkah ini meliputi strategi-strategi
yang telah dirancang agar tercapai tujuan pengajaran. Langkahnya
adalah komunikasi, kepemimpinan, motivasi dan kontrol.
3. Langkah sesudah mengajar, yaitu berupa pengukuran dan penilaian
hasil mengajar.
60. Guru juga dianggap sebagai :
1. Seoarang inspirator
2. Seorang pendidik yang baik, bersikap empati yaitu
berusaha menyelami alam pikiran dan perasaan
peserta didik
3. Seorang pengelola proses belajar yang mampu
4. Seoarng pemegang reinforcement yang bijaksana
61. Muhammad dan Novan (2013) memaparkan ada beberapa manfaat bagi guru
dalam mempelajari psikologi pendidikan, antara lain:agar guru memahami
perbedaan siswa (Diversity of Student), untuk menciptakan iklim belajar yang
kondusif di dalam kelas, untuk memilih strategi dan metode pembelajaran yang
tepat, memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa (konseling),
mengevaluasi hasil pembelajaran, berinteraksi secara tepat dengan siswanya,
menilai hasil pembelajaran dengan adil, menetapkan tujuan pembelajaran,
penggunaan media pembelajaran, penyusunan jadwal pelajaran, dan
memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.