1. Indikator Efisiensi Rawat Inap By Aep Nurul Hidayah
Posted on 22 Agustus 2016 by Aep Nurul Hidayah
Statistik Rumah Sakit
Pengertian Statistik
Menurut Hatta (2013:215) kata statistik dapat diartikan dalam berbagai macam arti, salah satu
artinya adalah sebagai Angka yaitu gambaran suatu keadaan yang dituangkan dalam angka.
Angka dapat diambil dari laporan, penelitian atau sumber catatan medik. Statistik dapat juga
diartikan sebagai hasil dari pernghitungan seperti rerata, median, standar deviasi dan lain-lain. Arti
lainnya adalah statistik merujuk pada metode/teknik statistik dan teori.
Statistik Rumah Sakit
Statistik Rumah Sakit memiliki pengertian statistik yang menggunakan dan mengolah sumber data
dari pelayanan-pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk menghasilkan informasi, fakta dan
pengetahuan berkaitan dengan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. (Jurnal Manajemen Informasi
Kesehatan Indonesia Vol. 1 No.2 Tahun 2013).
Statistik rumah sakit menurut pendapat Sudra (2010:3) yaitu statistik yang menggunakan dan
mengolah sumber data dari pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk menghasilkan informasi,
fakta dan pengetahuan berkaitan dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dalam pelayanan
2. pasien di rumah sakit, data dikumpullkan setiap hari dari pasien rawat inap, rawat jalan, dan rawat
darurat. Data tersebut berguna untuk memantau perawatan pasien setiap hari, mingguan, bulanan
dan lain-lain.
Menurut Sudra (2010:3) informasi dari statistik rumah sakit digunakan untuk berbagai
kepentingan, antara lain :
1. Perencanaan, pemantauan pendapatan dan pengeluaran dari pasien oleh pihak manajemen
rumah sakit
2. Pemantauan kinerja medis
3. Pemantauan kinerja non medis.
Indikator Statistik Unit Rawat Inap
Statistik rawat inap di gunakan untuk memantau kegiatan yang ada di unitrawat inap, yang juga
digunakan untuk menilai dan mengevaluasi kegiatanyang ada di unit rawat inap untuk perencanaan
maupun laporan pada instansivertikal. Data yang diolah di unit rawat inap disesuaikan dengan
kebutuhandata dan informasi oleh manajemen maupun kebutuhan laporan ke instansidiatasnya
(Depkes), misalnya :data kunjungan pasien, data rujukan, data pembayaran, data tindakan pasien.
Data tersebut dapat diperoleh dari pencatatan yang ada di unit rawat inapseperti pada :
Sensus Harian Rawat Inap
Sensus harian rawat inap adalah kegiatan perhitungan pasienrawat inap yang dilakukan setiap hari
pada suatu ruang rawat inap.Kegunaannya antara lain adalah :
1. Mengetahui jumlah pasien masuk, jumlah pasien keluarrumah sakit (hidup dan mati).
1. Mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur.
2. Menghitung penyediaan sarana atau fasilitas pelayanankesehatan.
Rekapitulasi Sensus Harian Rawat Inap
Rekapitulasi sensus harian rawat inap adalah formulir yangdigunakan untuk menghitung dan
merekap pasien rawat inap setiaphari yang diterima dari masing-masing bangsal rawat
inap.Kegunaanya antara lain adalah :
1. Mengetahui jumlah pasien di rawat pada hari yangbersangkutan.
1. Mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur.
2. Merupakan data dasar mengetahui pasien dirawat padahari yang bersangkutan yang harus
dikirim kepadamanajemen Rumah Sakit di bidang perawatan dan unit lainyang
membutuhkan.
3. Rekapitulasi Bulanan Rawat Inap
Rekapitulasi bulanan rawat inap adalah formulir yang digunakanuntuk menghitung dan merekap
pasien rawat inap selama sebulanyang diterima dari masing-masing bangsal rawat
inap.Kegunaannya antara lain adalah :
1. Mengetahui jumlah pasien dirawat selama periode satubulan dan satu triwulan.
1. Mengetahui tingkat penggunaan tempat tidur selamaperiode bulanan dan triwulanan.
2. Merupakan data dasar mengenai pasien rawat inap yangperlu dilaporkan.
Laporan Triwulan (RL)
Laporan triwulan digunakan untuk mengetahui pelayanan unitrawat inap, maka data diatas diolah
dalam bentuk pemantauanbulanan, triwulan, dan tahunan sesuai dengan kebutuhanmanajemen
Rumah Sakit maupun pelaporan kepada DinasKesehatan.Pengelolaan data statistik menggunakan
indikator untukmemudahkan penilaian dan pengambilan kebijakan. Beberapa indikator yang
digunakan di unit rawat inap antara lain BOR, LOS,TOI, BTO, NDR, dan GDR.
Indikator Efisiensi Rawat Inap
Menurut Sudra (2010:42) untuk mengetahui tingkat efisiensi di suatu ruangan rawat inap, perlu
adanya suatu indikator untuk mengukur apakah ruangan rawat inap tersebut sudah efisien atau
belum. Beberapa indikator efisiensi rawat inap diantaranya adalah :
BOR (Bed Occupancy Rate)
Menurut Hatta (2013:232) BOR (Bed Occupancy Rate) merupakan persentase dari penggunaan
tempat tidur yang tersedia pada satu periode waktu tertentu. Umumnya semakin besar BOR akan
semakin bertambah pemasukan dari rumah sakit.
Sedangkan menurut Sudra (2010:42)BOR (Bed Occupancy Rate) merupakan angka yang
menunjukan presentase penggunaan tempat tidur di suatu ruangan rawat inap. Periode
penghitungan BOR ditentukan berdasarkan kebijakan intern, misalnya bualanan, triwulan,
semester dan tahuanan.
Lingkup penghitungan BOR juga ditentukan berdasarkan kebijakan intern rumah sakit, misalnya
BOR per ruangan atau BOR seluruh ruangan rawat inap di suatu rumah sakit.
Untuk menghitung BOR dapat menggunakan rumus :
Keterangan :
: Jumlah hari perawatan
: Jumlah tempat tidur
4. : Jumlah hari periode tertentu (Ery R, 2009)
Menurut Sudra (2010:44) nilai ideal BOR dikatakan secara statistik semakin tinggi nilai BOR
berarti semakin tinggi pula penggunaan tempat tidur yang tersedia untuk perawatan pasien. Namun
perlu diperhatikan pula bahwa semakin banyak pasien yang dilayanai berarti semakin sibuk dan
semakin berat pula beban kerja petugas kesehatan di unit tersebut. Akibatnya, pasien kurang
mendapatkan perhatian yang dibutuhkan dalam proses perawatan. Pada akhirnya, peningkatan
BOR yang terlalu tinggi ini justru bisa menurunkan kualitas kinerja tim medis dan menurukan
kepuasan serta keselamatan pasien. Di sisi lain, semakin rendah BOR berarti semakin sedikit
tempat tidur yang digunakan untuk merawat pasien dibandingkan dengan tempat tidur yang telah
disediakan. Dengan kata lain, jumlah pasien yang sedikit ini bisa menimbulkan kesulitan
pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka perlu adanya suatu nilai ideal yang
menyeimbangkan suatu kualitas medis, kepuasan pasien, keselamatan pasien, dan aspek
pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. Maka nilai ideal untuk BOR yang disarankan adalah
75%-85% (Sudra, 2010:44)
AvLOS (Average Length of Stay)
Menurut Sudra (2010:45) AvLOS adalah rata-rata jumlah hari pasien rawat inap yang tinggal di
suatu ruangan di rumah sakit, tidak termasuk bayi baru lahir. Untuk menghitung AvLOS dapat
menggunakan rumus :
Keterangan :
: Jumlah hari perawatan periode tertentu
: Jumlah pasien keluar hidup + mati
(Ery R, 2009)
Dari aspek medis, semakin lama angka AvLOS maka bisa menunjukan kinerja kualitas medis yang
kurang baik karena pasien harus dirawat lebih lama (lama sembuhnya). Dari aspek ekonomis,
semakin lama nilai AvLOS berarti semakin tinggi biaya yang nantinya harus dibayar oleh pasien
kepada pihak rumah sakit. Jadi diperlukan adanya keseimbangan antara sudut pandang medis dan
ekonomis untuk menentukan nilai AvLOS yang ideal. Nilai AvLOS ideal yang disarankan yaitu
3-12 hari (Sudra, 2010:45)
TOI (Turn Over Interval)
Menurut Sudra (2010:51) angka TOI menunjukan rata-rata jumlah hari sebuah tempat tidur tidak
ditempati untuk perawatan pasien. Hari Kosong ini terjadi antara saat tempat tidur ditinggalkan
oleh seorang pasien hingga digunakan lagi oleh pasien berikutnya. Untuk menghitung nilai TOI
bisa digunakan rumus :
5. Keterangan :
: Jumlah hari perawatan
: Jumlah tempat tidur
: Jumlah hari periode tertentu
: Jumlah pasien keluar hidup + mati (Ery R, 2009)
Semakin besar Angka TOI, berarti semakin lama waktu menganggurnya tempat tidur tersebut
yaitu semakin lama saat dimana sebuah tempat tidur tidak digunakan oleh pasien. Hal ini berarti
tempat tidur semakin tidak produktif. Kondisi ini tentu tidak menguntungkan dari segi ekonomi
bagi pihak manajemen rumah sakit. Semakin kecil angka TOI, berarti semakin singkat saat tempat
tidur menunggu pasien berikutnya. Hal ini bisa berarti tempat tidur bisa sangat produktif, apalagi
jika TOI = 0 berarti tempat tidur tidak sempat kosong satu haripun dan segera digunakan lagi oleh
pasien berikutnya. Hal ini bisa sangat menguntungkan secara ekonomi bagi pihak manajemen
rumah sakit, tapi bisa merugikan pasien karena tempat tidur tidak sempat disiapkan secara baik.
Akibatnya, kejadian infeksi nosokomila mungkin saja meningkat, beban kerja tim medis
meningkat sehingga kepuasan dan keselamatan pasien terancam. Berkaitan dengan pertimbangan
tersebut, maka nilai ideal TOI yang disarankan adalah 1-3 hari (Sudra, 2010:51)
BTO (Bed Turn Over)
Menurut Sudra (2010:52) BTO adalah angka yang menunjukan rata-rata jumlah pasien yang
menggunakan setiap tempat tidur dalam periode tertentu. Misalnya BTO bulan Januari adalah 4
pasien. Maka berarti dalam bulan Januari tersebut setiap tempat tidur digunakan oleh 4 pasien
secara bergantian. Untuk menghitung BTO menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
: Jumlah tempat tidur
: Jumlah pasien keluar hidup + mati (Ery R, 2009)
Secara logika, semakin tinggi angka BTO berarti semakin banyak pasien yang menggunakan
tempat tidur yang tersedia secara bergantian. Hal ini tentu merupakan kondisi yang
menguntungkan bagi pihak rumah sakit karena tempat tidur yang tersedia tidak menganggur dan
menghasilkan pemasukan untuk pihak rumah sakit. Namun bisa dibayangkan bila dalam satu bulan
tempat tidur digunakan oleh 15 pasien, berarti rata-rata setiap pasien menempati tempat tidur
tersebut selama 2 hari dan tidak ada hari dimana tempat tidur tersebut kosong. Ini berarti beban
kerja tim perawatan sangat tinggi dan tempat tidur tidak sempat dibersihkan karena terus
digunakan pasien secara bergantian, kondisi ini mudah menimbulkan ketidakpuasan pasien, bisa
mengancam keselamatan pasien, bisa menurunkan kinerja kualitas medis dan bisa meningkatkan
kejadian infeksi nosokomial karena tempat tidur tidak sempat dibersihkan atau disterilkan. Jadi
dibutuhkan angka BTO yang ideal dari aspek medis, pasien, dan manajemen rumah sakit.
6. Menurut Hatta (2013:233) indikator BTO berguna untuk melihat berapa kali tempat tidur rumah
sakit digunakan. Beberapa formula menggunakan rate dan tidak ada persetujuan umum yang
mengatakan bahwa indikator ini tepat untuk mengukur utilitas rumah sakit, tetapi bagaimanapun
administrator rumah sakit masih menggunakan karena mereka ingin juga melihat keselarasan dari
indikator lainnya yang terkait seperti length of stay dan bed occupancy rate. Ketika occupany rate
bertambah dan length of stay memendek maka akan tampak efek dari perubahan atau bed turn over
rate.
Nilai ideal BTO yang disarankan yaitu minimal 30 pasien dalam periode 1 tahun (Sudra, 2010:52).
Artinya, 1 tempat tidur diharapkan digunakan oleh rata-rata 30 pasien dalam 1 tahun. Berarti 1
pasien rata-rata dirawat selama 12 hari. Hal ini sejalan dengan nilai ideal AvLOS yang disarankan
yaitu 3-12 hari.
Konsep Grafik Barber Johnson
Pengertian
Pada Tahun 1973, Barry Barber, M.A., PhD., Finst P., AFIMA dan David Johnson, M.Sc berusaha
merumuskan dan memadukan empat parameter untuk memantau dan menilai tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur di suatu ruangan perawatan pasien. Keempat parameter yang dipadukan
tersebut yaitu, BOR, AvLOS, TOI dan BTO. Perpaduan keempat parameter tersebut lalu
diwujudkan dalam bentuk grafik yang akhirnya dikenal sebagai grafik Barber Johnson (Sudra
2010:54)
Grafik Barber Johnson merupakan suatu grafik yang secara visual dapat menyajikan dengan jelas
tingkat efisiensi pengelolaan rumah sakit. Indikator yang cukup tajam untuk menilai tingkat
efisiensi di rumah sakit yang ternyata akan lebih bermanfaat untuk menentukan kebijakan
pendayaguaan tempat tidur adalah dengan grafik Barber Johnson.
Parameter dan Daerah Efisiensi Dalam Grafik Barber Johnson
Grafik Barber Johnson merupakan suatu indikator yang menggunakan empat parameter yang
terdiri dari :
1. BOR (Bed Ocupanccy Rate), yaitu persentase tempat tidur terisi
2. AvLOS (Average Length of Stay), yaitu rata-rata lama dirawat
3. TOI (Turn Over Interval), yaitu rata-rata waktu luang tempat tidur
4. BTO (Bed Turn Over), yaitu produktivitas tempat tidur
Keempat parameter tersebut tergambar dalam suatu grafik. Dengan grafik Barber Johnson secara
visual dapat menyajikan dengan jelas tingkat efisiensi pengelolaan rumah sakit dan
perkembangannya dari waktu ke waktu. Grafik Barber Johnson ditampilkan secara periodik tiap
tahun atau sesuai kebutuhan.
Menurut Barber dan Johnson apabila titik temu antara keempat parameter (BOR, TOI, AvLOS dan
BTO) tergambar di luar daerah ini menunjukan bahwa sistem yang sedang berjalan adalah kurang
efisiensi (Sudra, 2010:59)
7. Kegunaan Grafik Barber Johnson
Menurut Sudra (2010:54) grafik Barber Johnson dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk mengukur
tingkat efisiensi pengelolaan rumah sakit khususnya pendayagunaan sarana tempat tidur dan dapat
digunakan untuk melakukan perbandingan serta membantu dalam menganalisa dan mengambil
keputusan mengenai :
1. Memonitor kegiatan dan perbandingan efisiensi penggunaan tempat tidur dalam kurun
waktu tertentu. Perkembangan kegiatan rumah sakit dalam beberapa tahun dapat dilihat
pada satu grafik.
2. Membandingkan tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur dari suatu unit (rumah sakit
atau ruang perawatan) dari waktu ke waktu dalam periode tertentu.
3. Memonitor perkembangan pencapaian target efisiensi penggunaan tempat tidur yang telah
ditentukan dalam suatu periode tertentu.
4. Kesalahan laporan, apabila laporan BOR, AvLOS, TOI, BTO setelah digambarkan dalam
grafik Barber Johnson, keempat garis tersebut tidak bertemu dalam satu titik, berarti
laporan tersebut tidak benar.
5. Perbandingan antar rumah sakit
Perbandingan kegiatan antar bagian yang sama di beberapa rumah sakit atau antar bagian di suatu
rumah sakit dapat digambarkan dengan satu grafik. Dengan jelas dan mudah dapat diambil
kesimpulan, rumah sakit mana atau bagian mana yang pengelolaan rawat inapnya telah efisien.
1. Meneliti akibat perubahan kebijakan
Grafik Barber Johnson dapat digunakan untuk meneliti suatu kebijakan relokasi tempat tidur atau
keputusan memperpendek Length of Stay.
Berdasarkan kegunaan tersebut, maka grafik Barber Johnson harus dibuat oleh setiap rumah sakit
sebagai bagian dalam laporan intern rumah sakit, bahkan data BOR diperlukan oleh pihak
pemerintah untuk mengetahui seberapa jauh rumah sakit tersebut digunakan oleh masyarakat.
Makna Grafik Barber Johnson dan Penerapan Parameter dalam Melakukan Analisa
Tingkat Efisiensi Rumah Sakit:
Garis BOR, AvLOS, TOI, dan BTO yang telah dibuat dengan grafik Barber Johnson dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Parameter BOR
Makin dekat garis BOR dengan sumbu Y (AvLOS) maka persentase BOR makin tinggi.
Sebaliknya apabila makin jauh garis BOR dengan sumbu Y maka nilai persentase makin rendah.
BOR digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui seberapa jauh masyarakat menggunakan
pelayanan rumah sakit khususnya pelayanan rawat inap. Oleh pemerintah BOR digunakan untuk
melakukan perencanaan di bidang pelayanan kesehatan misalnya perencanaan pembangunan
8. rumah sakit. Nilai BOR juga menunjukan secara kasar beban kerja yang dilakukan oleh staf medis
rumah sakit.
Menurut Sudra (2010:44) semakin tinggi nilai BOR berarti semakin tinggi pula penggunaan
tempat tidur yang tersedia untuk perawatan pasien. Namun perlu diperhatikan pula bahwa semakin
banyak pasien yang dilayani berarti semakin sibuk dan semakin berat pula beban kerja petugas
kesehatan di unit tersebut. Akibatnya pasien kurang mendapat perhatian yang dibutuhkan dan
kemungkinan infeksi nosokomial juga meningkat. Pada akhirnya, peningkatan BOR yang terlalu
tinggi ini justru menurunkan kualitas kinerja tim medis dan menurunkan kepuasan serta
keselamatan pasien.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka perlu adanya suatu nilai ideal yang
menyeimbangkan suatu kualitas medis, kepuasan pasien, keselamatan pasien, dan aspek
pendapatan ekonomi bagi pihak rumah sakit. Maka nilai ideal untuk BOR yang disarankan adalah
75%-85% (Sudra, 2010:44)
1. Parameter AvLOS
Lama perawatan yang dijalani seorang pasien tergantung pada jenis penyakitnya, stadium
penyakitnya, mutu pelayanan medis dan keperawatan serta fasilitas pelayanan yang ada di unit
rawat inap. Untuk memperpendek rata-rata lama perawatan pasien tidak dapat dilakukan dengan
menentukan kebikakan pemulangan pasien lebih cepat dengan tujuan agar secepatnya pula ada
pemasukan pasien baru. Karena kebijakan seperti initidak mempertimbangkan nilai TOI yaitu
waktu kosong penggunaan tempat tidur. Sebaliknya dengan menahan pasien terlalu lama di rumah
sakit akan mengakibatkan pemborosan biaya perawatan.
Menurut Sudra (2010:51) nilai ideal AvLOS adalah antara 3-12 hari. Apabila AvLOS melebihi
nilai tersebut kemungkinan bisa disebabkan adanya pasien yang berpenyakit kronis, penurunan
kualitas pelayanan keperawatan, dan adanya kelambatan atau penundaan penanganan medis oleh
staf medis rumah sakit.
1. Parameter TOI
Semakin besar angka TOI, berarti semakin lama saat menganggurnya tempat tidur yaitu semakin
lama saat dimana tempat tidur tidak digunakan oleh pasien. Hal ini berarti tempat tidur semakin
tidak produktif (Sudra, 2010:52). TOI yang lama kemungkinan disebabkan karena organisasi yang
kurang baik, kurangnya permintaan penggunaan tempat tidur (demand) dan fasilitas penunjang
medis yang kurang memadai baik fisik maupun pengaturannya.
Nilai TOI yang tinggi dapat diturunkan dengan memperbaiki sarana dan prasarana di suatu ruangan
rawat inap. Maka nilai TOI yang disarankan adalah 1-3 hari (Sudra, 2010:52).
1. Parameter BTO
Makin dekat garis BTO dengan titik sumbu (0,0), maka jumlah pasien per tempat tidur dalam
periode tertentu akan semakin tinggi. Sebaliknya jika garis BTO makin menjauhi titik sumbu (0,0)
9. maka nilai BTO akan semakin kecil. Meningkatnnya nilai BTO mempertinggi nilai produktivitas
pelayanan medis, karena semakin banyak pasien yang dirawat tanpa menambah tempat tidur atau
memperluas ruangan rawat inap.
Penurunan nilai BTO dapat disebabkan karena nilai AvLOS yang tinggi atau semakin lama waktu
rata-rata pasien dirawat. Selain itu juga disebabkan karena nilai TOI atau waktu kosong
penggunaan tempat tidur yang terlalu lama.
Maka dari itu, nilai BTO yang disarankan adalah lebih dari 30 pasien per tahun (Sudra, 2010:54).