ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
BAB I
PRINSIP DASAR PERKERASAN JALAN
Sejarah Perkembangan Jalan
Pada awalnya jalan hanyalah berupa jejak manusia yang mencari kebutuhan hidup ataupun
sumber air. Konstruksi perkerasan jalan berkembang pesat pada zaman keemasan Romawi. Pada
saat itu terdapat 3 kelas struktur (3 lapisan) jalan yang dipergunakan yaitu tanah yang diratakan,
jalan kerikil dan jalan yang diperkeras.
Pada Abad 18 Robert Phillips adalah pelopor perancang jalan ia menyampaikan sebuah disertasi
yang menyatakan jika jalan dibuat di atas tanah lempung, dan diatasnya dihamparkan koral,
maka permukaan jalan tersebut akan menjadi padat dan kokoh setelah dilewati oleh kendaraan
dengan syarat jalan tersebut mempunyai sistem drainase yang baik.Setelah itu mulai muncul
ilmuan seperti John Metcalf , John Louden Mac Adam (1756-1836), Pierre Marie Jerome
Tresaguet (1716-1796), Thomas Telford (1757-1834).
Perkerasan jalan Pada Abad 20 dengan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat telah
ditemukan pertama kali di Babylon pada 625 tahun sebelum Masehi, tetapi perkerasan jenis ini
tidak berkembang sampai ditemukannya kendaraan bermotor bensin oleh Gottlieb Daimler dan
Karl Benz pada tahun 1880. Pada masa ini banyak dibuat jalan bebas hambatan yaitu jalan dua
arah yang jumlah jalan masuk dan keluarnya dibatasi.
Jenis Perkerasan Jalan
1.struktur perkerasan lentur , yang didasarkan pada analisis sistem lapisan dimana beban
kendaraan dipikul oleh semua lapisan perkerasan sebagai satu kesatuan serta bersifat memikul
dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.
2.struktur perkerasan kaku , didasarkan pada analisis 1tructural terhadap pelat beton yang
dianggap memikul beban kendaraan melalui kelenturan (bending) yang tinggi dari pelat beton
tersebut.
3. Konstruksi Perkerasan Komposit (Composite Pavement) , struktur perkerasan kaku yang
dikombinasikan dengan struktur perkerasan lentur dapat berupa struktur perkerasan lentur diatas
struktur perkerasan kaku. Namun dalam proses desain, struktur perkerasan komposit ini harus
tetap dianalisis apakah sebagai perkerasan lentur atau sebagai perkerasan kaku.
Lapisan permukaan harus mampu menerima seluruh jenis gaya yang bekerja, syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh masing-masing lapisan.
a. Tanah Dasar (Subgrade Course) , dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya
baik, tanah yang didatangkan dari tempat lain dan dipadatkan atau tanah yang distabilisasidengan
kapur atau bahan lainnya.
.
b.Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course) , Lapis Pondasi Bawah adalah Lapis Perkerasan
yang terletak antara lapis pondasi atas dan tanah dasar. Salah satu Fungsi lapisan pondasi seperti
untuk mendukung dan menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
c.Lapis Pondasi Atas (LPA) , JENIS yang umum digunakan di Indonesia seperti Agregat
bergradasi baik(Batu Pecah Kelas A,B,dan C) , Pondasi Macadam , Pondasi Telford , Penetrasi
Macadam (Lapen) , SERTA Aspal Beton Pondasi (Asphalt Concrete Base/Asphalt treated Base)
d. Lapis Permukaan (Surface Course) , , lapis permukaan dibuat dengan menggunakan bahan
pengikat aspal sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan
daya tahan yang lama.
BAB II
PARAMETER DESAIN PERKERASAN
LENTUR JALAN
A. BEBAN LALU LINTAS
Beban lalu lintas yang diperlukan dalam desain struktur perkerasan jalan adalah jurnlah
total perulangan beban sumbu standar ekivalen yang diperkirakan akan lewat pada lajur rencana
jalan yang sedang didesain selama masa layan. Berikut adalah tahapan perhitungan beban lalu
lintas tersebut.
1. Data Lalu Lintas : Jenis data lalu lintas yang umumnya diperlukan untuk keperluan
desain struktur perkerasan adalah Volume lalu lintas harian rata-rata dalam
setahun (LHR), Faktor distribusi lalu lintas ke dalam lajur rencana ( C ),
Perkiraan tingkat pertumbuhan lalu lintas tahunan selama masa layan.
2. Angka Ekivalen Beban Sumbu: Angka ekivalen kendaraan adalah angka yang
menunjukkan jumlah lintasan dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton yang akan
menyebabkan kerusakan yang sama atau penurunan indeks permukan yang sama apabila
kendaraan tersebut lewat satu kali.
3. Angka Ekivalen Kendaraan : jumlah angka ekivalen dari sumbu depan dan sumbu
belakang yang dipengaruhi oleh letak titik berat kendaraan, dan bervariasi sesuai dengan
muatan dari kendaraan tersebut
4. Lintas Ekivalen : dibedakan atas; Lintas ekivalen awal umur rencana = LEP, Lintas
Ekivalen akhir umur rencana = LEA, dan Lintas ekivalen selama umur rencana (AE
18 KSAL)
5. Total kumulatif beban sumbu estándar:
LER= N ... (II-6)
(11-6) 10 x 365
Dimana
N = Total kumulatif beban sumbu standar (SS)
LER = Lintas Ekivalen Rencana
B. Stabilitas Tanah Dasar
struktur perkerasan didesain untuk dapat menahan dan menyalurkan beban roda
kendaraan sedemikian rupa sehingga tegangan yang disalurkan pada lapisan-lapisan
perkerasan dan tanah dasar yang ada di bawahnya masih mampu dipikul oleh
masing-masing lapisan tersebut sesuai dengan kapasitasnya
C. Kwalitas Bahan Perkerasan
kwalitas bahan perkerasan dinyatakan dengan nilai Stabilitas Marshall (SM) untuk
material beraspal, nilai kuat tekan (M) untuk material yang distabilisasi dengan semen
atau kapur dan nilai CBR untuk material tanpa ikatan,
D. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan, seperti curah hujan, permeabiitas tanah, perlengkapan drainase
geometrik jalan, karakteristik pengoperisian kendaraan dan temperatur udara, dapat
mempengaruhi masa layan struktur perkerasan,
E. Kriteria Keruntuhan
Metoda Analisa Kornponen sebagai metoda empiris menetapkan kriteria keruntuhan
struktur perkerasan dengan menggunakan Index Permukaan (IP) dengan skala 0 - 5. Nilai
0 menyatakan kondisi jalan yang telah rusak dan nilai 5 untuk jalan yang kondisinya
masih sangat baik
F. KONDISI STRUKTUR PERKERASAN LAMA
Kondisi struktur perkerasan lama diperlukan untuk perhitungan tebal lapis tambahan
dengan menggunakan Metoda Analisa Komponen. Penilaian kondisi struktur perkerasan
lama dilakukan dengan mengamati secara visual kondisi dari masing-masing lapisan
perkerasan melalui pembongkaran (coring/testpit).
1.
2.

More Related Content

Rangkumanperkerasaan jalan 2

  • 1. BAB I PRINSIP DASAR PERKERASAN JALAN Sejarah Perkembangan Jalan Pada awalnya jalan hanyalah berupa jejak manusia yang mencari kebutuhan hidup ataupun sumber air. Konstruksi perkerasan jalan berkembang pesat pada zaman keemasan Romawi. Pada saat itu terdapat 3 kelas struktur (3 lapisan) jalan yang dipergunakan yaitu tanah yang diratakan, jalan kerikil dan jalan yang diperkeras. Pada Abad 18 Robert Phillips adalah pelopor perancang jalan ia menyampaikan sebuah disertasi yang menyatakan jika jalan dibuat di atas tanah lempung, dan diatasnya dihamparkan koral, maka permukaan jalan tersebut akan menjadi padat dan kokoh setelah dilewati oleh kendaraan dengan syarat jalan tersebut mempunyai sistem drainase yang baik.Setelah itu mulai muncul ilmuan seperti John Metcalf , John Louden Mac Adam (1756-1836), Pierre Marie Jerome Tresaguet (1716-1796), Thomas Telford (1757-1834). Perkerasan jalan Pada Abad 20 dengan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat telah ditemukan pertama kali di Babylon pada 625 tahun sebelum Masehi, tetapi perkerasan jenis ini tidak berkembang sampai ditemukannya kendaraan bermotor bensin oleh Gottlieb Daimler dan Karl Benz pada tahun 1880. Pada masa ini banyak dibuat jalan bebas hambatan yaitu jalan dua arah yang jumlah jalan masuk dan keluarnya dibatasi. Jenis Perkerasan Jalan 1.struktur perkerasan lentur , yang didasarkan pada analisis sistem lapisan dimana beban kendaraan dipikul oleh semua lapisan perkerasan sebagai satu kesatuan serta bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar. 2.struktur perkerasan kaku , didasarkan pada analisis 1tructural terhadap pelat beton yang dianggap memikul beban kendaraan melalui kelenturan (bending) yang tinggi dari pelat beton tersebut. 3. Konstruksi Perkerasan Komposit (Composite Pavement) , struktur perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan struktur perkerasan lentur dapat berupa struktur perkerasan lentur diatas struktur perkerasan kaku. Namun dalam proses desain, struktur perkerasan komposit ini harus tetap dianalisis apakah sebagai perkerasan lentur atau sebagai perkerasan kaku. Lapisan permukaan harus mampu menerima seluruh jenis gaya yang bekerja, syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh masing-masing lapisan. a. Tanah Dasar (Subgrade Course) , dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, tanah yang didatangkan dari tempat lain dan dipadatkan atau tanah yang distabilisasidengan kapur atau bahan lainnya. . b.Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course) , Lapis Pondasi Bawah adalah Lapis Perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan tanah dasar. Salah satu Fungsi lapisan pondasi seperti untuk mendukung dan menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
  • 2. c.Lapis Pondasi Atas (LPA) , JENIS yang umum digunakan di Indonesia seperti Agregat bergradasi baik(Batu Pecah Kelas A,B,dan C) , Pondasi Macadam , Pondasi Telford , Penetrasi Macadam (Lapen) , SERTA Aspal Beton Pondasi (Asphalt Concrete Base/Asphalt treated Base) d. Lapis Permukaan (Surface Course) , , lapis permukaan dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal sehingga menghasilkan lapisan yang kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan daya tahan yang lama.
  • 3. BAB II PARAMETER DESAIN PERKERASAN LENTUR JALAN A. BEBAN LALU LINTAS Beban lalu lintas yang diperlukan dalam desain struktur perkerasan jalan adalah jurnlah total perulangan beban sumbu standar ekivalen yang diperkirakan akan lewat pada lajur rencana jalan yang sedang didesain selama masa layan. Berikut adalah tahapan perhitungan beban lalu lintas tersebut. 1. Data Lalu Lintas : Jenis data lalu lintas yang umumnya diperlukan untuk keperluan desain struktur perkerasan adalah Volume lalu lintas harian rata-rata dalam setahun (LHR), Faktor distribusi lalu lintas ke dalam lajur rencana ( C ), Perkiraan tingkat pertumbuhan lalu lintas tahunan selama masa layan. 2. Angka Ekivalen Beban Sumbu: Angka ekivalen kendaraan adalah angka yang menunjukkan jumlah lintasan dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton yang akan menyebabkan kerusakan yang sama atau penurunan indeks permukan yang sama apabila kendaraan tersebut lewat satu kali. 3. Angka Ekivalen Kendaraan : jumlah angka ekivalen dari sumbu depan dan sumbu belakang yang dipengaruhi oleh letak titik berat kendaraan, dan bervariasi sesuai dengan muatan dari kendaraan tersebut 4. Lintas Ekivalen : dibedakan atas; Lintas ekivalen awal umur rencana = LEP, Lintas Ekivalen akhir umur rencana = LEA, dan Lintas ekivalen selama umur rencana (AE 18 KSAL) 5. Total kumulatif beban sumbu estándar: LER= N ... (II-6) (11-6) 10 x 365 Dimana N = Total kumulatif beban sumbu standar (SS) LER = Lintas Ekivalen Rencana
  • 4. B. Stabilitas Tanah Dasar struktur perkerasan didesain untuk dapat menahan dan menyalurkan beban roda kendaraan sedemikian rupa sehingga tegangan yang disalurkan pada lapisan-lapisan perkerasan dan tanah dasar yang ada di bawahnya masih mampu dipikul oleh masing-masing lapisan tersebut sesuai dengan kapasitasnya C. Kwalitas Bahan Perkerasan kwalitas bahan perkerasan dinyatakan dengan nilai Stabilitas Marshall (SM) untuk material beraspal, nilai kuat tekan (M) untuk material yang distabilisasi dengan semen atau kapur dan nilai CBR untuk material tanpa ikatan, D. Faktor Lingkungan Faktor lingkungan, seperti curah hujan, permeabiitas tanah, perlengkapan drainase geometrik jalan, karakteristik pengoperisian kendaraan dan temperatur udara, dapat mempengaruhi masa layan struktur perkerasan, E. Kriteria Keruntuhan Metoda Analisa Kornponen sebagai metoda empiris menetapkan kriteria keruntuhan struktur perkerasan dengan menggunakan Index Permukaan (IP) dengan skala 0 - 5. Nilai 0 menyatakan kondisi jalan yang telah rusak dan nilai 5 untuk jalan yang kondisinya masih sangat baik F. KONDISI STRUKTUR PERKERASAN LAMA Kondisi struktur perkerasan lama diperlukan untuk perhitungan tebal lapis tambahan dengan menggunakan Metoda Analisa Komponen. Penilaian kondisi struktur perkerasan lama dilakukan dengan mengamati secara visual kondisi dari masing-masing lapisan perkerasan melalui pembongkaran (coring/testpit). 1. 2.