ºÝºÝߣ

ºÝºÝߣShare a Scribd company logo
Restorasi Direk Komposit Kelas II Pasca
Ginggivectomy Gigi 26
OPERATIVE DENTISTRY CASE REPORT
Oleh
Mohamad Rifqi Setiantio
4251191015
Pembimbing
Badi Soerachman, drg.,Sp.KG
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Mohamad Rifqi Setiantio
NPM : 4251191015
Jurnal : Restorasi Direk Komposit Kelas II Pasca Ginggivectomy Gigi
26
Cimahi, April 2020
Menyetujui,
Pembimbing
Badi Soerachman, drg.,Sp.KG
NID. 412177182
Restorasi Direk Komposit Kelas II Pasca Ginggivectomy Gigi 26
Disusun oleh: M. Rifqi Setiantio
Pembimbing: Badi Soerachman, drg., Sp.KG
Pendahuluan
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi email, dentin,
sementum, yang disebabkan oleh aktivitas karbohidrat yang difermentasikan dan
ditandai dengan demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh
kerusakan bahan organiknya.1
Karies diklasifikasikan berdasarkan kedalamannya yaitu: karies email
(karies superfisial), karies dentin (karies media), karies pulpa (karies profunda).
Karies dentin adalah penyakit progresif yang reversible dari jaringan keras gigi
yang kedalamannya sudah mencapai struktur dentin dari gigi. Karies dentin kelas
II GV Black yaitu karies dengan kedalam dentin yang mengenai proksimal gigi
posterior yang juga melibatkan bagian oklusal.1,2
Polip merupakan reaksi tubuh untuk melawan infeksi secara fisik, artinya
membentuk jaringan granulasi yang berguna untuk melokalisir infeksi. biasanya
dijumpai pada pasien muda atau pasien yang sistem kekebalan tubuhnya masih
baik. Ada 2 macam polip, yaitu polip gingiva yang tumbuh dari gusi dan polip pulpa
yang tumbuh dari dalam pulpa gigi. Keadaan ini bukan merupakan hal berbahaya,
tetapi sebagai tanda adanya infeksi pada gigi.3,4
Pada kondisi polip gingiva terjadi dikarenakan iritasi akibat gesekan dengan
tepi permukaan gigi yang tajam dan dengan ketinggian hampir sama atau dibawah
crest gingiva, biasanya berasal dari karies yang besar diproksimal. Pada kasus
tertentu ketika letak lubang gigi di dekat area gusi (karies kelas 2), kadang
memunculkan adanya pembengkakan gusi berwarna merah muda pucat, yang dapat
membesar hingga mengisi area dalam lubang gigi. Umumnya terjadi pada kasus
gigi berlubang di area batas sang gigi dengan gigi tetangganya (kavitas kelas II).4
Pengembangan resin komposit sebagai bahan tambal gigi terbaik saat ini
dengan sifat mekanik yang unggul dan kemampuan poles yang sangat baik
memungkinkan dokter untuk meniru pertumbuhan gigi alami dan membuat
restorasi yang tahan lama bagi pasien. Juga, resin komposit memungkinkan
perawatan yang konservatif dan pada saat yang sama menawarkan hasil yang lebih
cepat.5
Laporan Kasus
Seorang pasien perempuan berusia 21 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi
dan Mulut Pendidikan UNJANI dengan keluhan gigi belakang atas kiri berlubang
sejak ±1 tahun yang lalu (Gambar 1), pasien mengeluhkan gigi tersebut terasa linu
jika meminum minuman dingin, pasien juga mengeluhkan sering tersangkut sisa
makanan pada gigi tersebut, pasien menyangkal telah ke dokter gigi sebelumnya
dan meminum obat, pasien ingin dilakukan penambalan). Setelah dilakukan
pemeriksaan subjektif dan objektif, pasien didiagnosis pulpitis reversible gigi 26
disertai polip ginggiva.
Gambar 1. Gambaran klinis gigi 26 pada saat datang pertama kali.
Kunjungan pertama pasien pada tanggal 20 Desember 2020 dilakukan foto
radiografi periapikal untuk mengetahui keadaan gigi pasien terutama kedalaman
dari kavitasnya (Gambar 2), Oral Hygine Instruction (OHI) serta Komunikasi
Informasi Edukasi (KIE) kepada pasien mengenai pentingnya kebersihan gigi dan
mulut, karena pasien memiliki oral hygine yang buruk. Pasien di instruksikan agar
menyikat gigi dua kali sehari, yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
(Foto radiografi di RSGM)
Gambar 2. Radiografi periapikal
Kunjungan berikutnya pada tanggal 31 Desember 2019 pasien dilakukan
pemeriksaan objektif dan dilakukan status departemen konservasi. Pemeriksaan
objektif pada hasil pemeriksaan dingin dan menggunakan EPT didapati hasil gigi
masih vital, dengan tes perkusi, palpasi, mobilitas negative.
Penyebab atau etiologi dari pasien pun digali dari proses pemeriksaan
subjektif dan didapati akibat karies/bakteri plak. Keadaan polip pada bagian mesial
gigi 26 pasien pun dicari penyebabnya setelah proses anamnesis tidak didapati
penyebab karena faktor obat atau hormonal dari pasien, kondisi polip gingiva
bagian mesial pada pasien murni karena akibat kavitas yang bagian ujungnya agak
tajam dan berlangsung cukup lama.
Maka dari itu pasien dirujuk untuk dipindahkan kebagian perio terlebih dahulu
untuk menangani kondisi polipnya. Kondisi polip gingiva pada pasien dilakukan
pemeriksaan sesuai panduan perio dan disetujui supervise perio untuk dilakukan
tindakan ginggivectomy a/r gigi 26 bagian mesial.
Pada tanggal 28 Januari 2020 pasien dilakukan tindakan ginggivectomy
dengan mengangkat jaringan hyperplasia pada bagian mesial gigi 26 dan dasar
kavitas (Gambar 3). Pasien ditindak dengan teknik anastesi infiltrasi dan diangkat
jaringan hyperplasia dengan menggunakan pisau orban dan Kirkland (Gambar 4).
Dilakukan juga pembilasan dengan larutan NaCl 0,9%.
Gambar 3. Gambaran saat tindakan ginggivectomy.
Gambar 4. Gambaran proses tindakan ginggivectomy menggunakan pisau orban
dan kirkland.
Setelah dilakukan ginggivektomi dan didapati dasar kavitas dan margin batas
mesial selanjutnya dilakukan aplikasi kalsium hidrokside sebagai perangsang
dentin regenerative pada dasar kavitas karena terlihat kavitas cukup dalam dan
dalam radiografi hampir mendekati kamar pulpa (Gambar 5).
Gambar 5. Gambaran di aplikasikan kalsium hidrokside pada dasar kavitas.
Selanjutnya dilakukan pembuatan 1/3 dinding artifisial mesial menggunakan
resin komposit untuk mencegah hiperplasia jaringan ginggiva kembali pada daerah
tersebut (Gambar 6).
Gambar 6. Gambaran pembuatan 1/3 dinding mesial menggunakan resin komposit
Setelah dibuatkan dinding 1/3 dinding mesial dan setelah semua sisi di evaluasi
pasca tindakan yaitu dilakukan aplikasi tambalan sementara menggunakan cavit
(Gambar 7) yang nantinya akan dilakukan evaluasi penumbuhan jaringan satu
minggu kemudian dan nantinya akan dilakukan restorasi direk komposit pada gigi
26 tersebut.
Gambar 7. Gambaran penambalan sementara gigi 26 pasca ginggivectomy
Satu minggu kemudian tanggal 17 Februari 2020 pasien datang untuk kontrol
pasca tindakan ginggivectomy dan dilakukan evaluasi dari keadaan klinis pasien
dan juga evaluasi secara subjektif. Pasien tidak mengeluh adanya keluhan sakit
pasca tindakan, pasien juga meminum obat antibiotik dan analgetik sesuai anjuran
yang diberikan.
Selanjutnya disetujui untuk dilakukan penambalan permanen pada gigi 26
tersebut menggunakan bahan tambal komposit. Pemasangan rubber dam dilakukan
untuk mengisolasi dan pemasangan matriks menggunakan matriks toeflmeyer dan
bantuan wedges (Gambar 8).
Gambar 8. Gambaran gigi 26 setelah dipasang rubberdam dan matriks.
Selanjutnya dilakukan tindakan etching dengan waktu 15 detik dan dibilas
(Gambar 9), lalu pengaplikasi bonding serta diratakan dengan angin ringan selama
15-20 detik (Gambar 10) dan dilakukan light cure selama 20 detik.
Gambar 9. Gambaran tindakan etching dengan teknik total etch.
Gambar 10. Gambaran tindakan bonding.
Selanjutnya tindakan aplikasi komposit, pertama tama pemilihan warna terlebih
dahulu untuk warna dentin menggunakan warna A4 dan email menggunakan warna
A3, setelah itu diaplikasikan komposit dengan teknik layering dari dentin terlebih
dahulu hingga email (Gambar 11).
Gambar 11. Gambaran setelah pengaplilasian komposit hingga bagian email
Selanjutnya yaitu tindakan polishing menggunakan bur enhance dan tetap
memperhatikan bentuk anatomis gigi 26, dimulai dengan warna merah terlebih
dahulu yang permukaanya lebih kasar dan selanjutnya dilanjutkan warna hijau yang
lebih halus. Selanjutnya diganti menggunakan bur poles komposit yaitu bur putih
dan bur rubber. Gambaran setelah dilakukan polishing. (Gambaran 12 dan 13)
Gambar 12. Gambaran gigi 26 setelah dilakukan polishing dan finishing
Gambar 13. Gambaran gigi 26 setelah dilakukan polishing dan finishing
PEMBAHASAN
Pertimbangan perawatan pada kasus ini dipilih salah satunya mempertimbangkan
kondisi saat pemeriksaan dan keinginan dari pasien, ada beberapa rencana
perawatan pada kasus diatas, salah satunya yaitu ekstraksi/pencabutan gigi 26
tersebut, tetapi mempertimbangkan umur pasien yang masih sangat muda dan
keinginan pasien untuk mempertahankan giginya.
Kondisi polip gingiva pada pasien terjadi dikarenakan iritasi akibat gesekan
dengan tepi permukaan gigi yang tajam dan dengan ketinggian hampir sama atau
dibawah crest gingiva, kondisi ini berasal dari karies yang besar diproksimal bagian
mesial, sehingga memungkinkan terbentukmya polip gingiva. Polip gingiva sendiri
memiliki karakteristik warna kemerahan dan mudah berdarah namun tidak sakit
jika ditekan.4,6
Menurut literatur polip biasanya asimtomatik dan terlihat sebagai benjolan
jaringan ikat seperti kol yang berwarna kemerah-merahan mengisi kavitas karies.
Polip membutuhkan waktu yang cukup lama sampai terbentuk. Semakin lama
waktu maka semakin dapat cepat membesar.4
Pada kasus ini ketika letak lubang gigi di dekat area gusi (karies kelas 2), kadang
memunculkan adanya pembengkakan gusi berwarna merah muda pucat, yang dapat
membesar hingga mengisi area dalam lubang gigi. Umumnya terjadi pada kasus
gigi berlubang di area batas sang gigi dengan gigi tetangganya (kavitas kelas II).
Ini merupakan jenis Polip Gingiva. Pada lain seperti ini umumnya gigi telah
mati/nekrosis. Pembesaran gusi tersebut dapat dikurangi/ diinsisi melalui tindakan
bedah minor perio.
Ginggivektomi adalah tindakan perio untuk mengeliminasi hyperplasia gingiva.
Ginggivektomi menggunakan umumnya menggunakan pisau orban dan Kirkland
(Gambar 14). Tindakan ginggivektomi untuk kasus polip ginggiva pada kasus
termasuk ginggivektomi yang tidak terlalu rumit karena hanya sedikit jaringan yang
harus di eliminasi dan tidak terlalu memprioritaskan aspek estetis.7
Gambar 14. Gambaran pisau bedah ginggivektomi
(A) Orban , (B) Kirkland
Pada kasus ini operator mempertimbangkan pula kedalaman dari kavitas
sehingga memutuskan untuk dilakukannya aplikasi kalsium hindroksida pada dasar
kavitas gigi 26, hal ini bertujuan untuk merangsang terbentuknya dentin reperatif
sehingga kondisi gigi tersebut akan semakin optimal. Pilihan tindakan lainnya
adalah menggunakan GIC sebagai alas dari kavitas agar dapat melepaskan
kandungan flournya pada gigi tersebut.
Pertimbangan pemilihan bahan restorasi pun dilakukan operator ada beberapa
pilihan bahan tambal salah satunya menggunakan GIC yaitu menimbang OH pasien
yang cenderung buruk. Operator memilih komposit karena mempertimbangkan gigi
yang akan ditambal adalah gigi posterior/Molar1 sehingga dibutuhkan bahan
tambal yang kuat dan juga estetis. Menurut literatur bahan tambal komposit
memiliki kekuatan yang lebih dibandingkan dengan GIC, Komposit pula
disebutkan lebih mudah pengaplikasiannya.
SIMPULAN
Kondisi karies kelas II dengan adanya polip ginggiva membutuhkan perhatian
khusus. Karena jika tidak segera dilakukan tindakan akan menyebabkan gigi yang
masih vital akan menjadi nekrosis karena proses karies yang terus berlanjut dan
daerah yang sulit dibersihkan akibat adanya polip. Pada kasus ini telah dilakukan
restorasi kelas II pasca ginggivektomi dengan baik dan sesuai apa yang diinginkan
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Burt, B.A. & Eklund, S. A. Dentistry, Dental Practice and The
Community. 6th ed. Philadelphia : Saunders Company. P (2005)194-195
2. Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. Sturdevant’s art & science of
operative dentistry. 4th ed. United States of America: Mosby; 2002:
3. Mufliha, Hanifah N. 2012. Polip Gigi Diakses 11 Maret 2014
4. Gamma F N, Qolbiyah F, Dewi. Penatalaksanaan Polip Pulpa dan Polip
Gingiva. FKG Universitas Jember. 2014
5. Baum, Philips, Lund. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta. EGC.
2012
6. Suci, E. S. T. Pulpa Polip Dan Gingival Polip. Psikobuana Vol.1 (2009).
7. Carranza, Fermin. Carranza’s clinical Periodontology 9th
Ed Philadelphia:
Saunders company

More Related Content

Restorasi direk komposit kelas ii pasca ginggivectomy gigi 26

  • 1. Restorasi Direk Komposit Kelas II Pasca Ginggivectomy Gigi 26 OPERATIVE DENTISTRY CASE REPORT Oleh Mohamad Rifqi Setiantio 4251191015 Pembimbing Badi Soerachman, drg.,Sp.KG PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 2020
  • 2. LEMBAR PENGESAHAN Nama : Mohamad Rifqi Setiantio NPM : 4251191015 Jurnal : Restorasi Direk Komposit Kelas II Pasca Ginggivectomy Gigi 26 Cimahi, April 2020 Menyetujui, Pembimbing Badi Soerachman, drg.,Sp.KG NID. 412177182
  • 3. Restorasi Direk Komposit Kelas II Pasca Ginggivectomy Gigi 26 Disusun oleh: M. Rifqi Setiantio Pembimbing: Badi Soerachman, drg., Sp.KG Pendahuluan Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi email, dentin, sementum, yang disebabkan oleh aktivitas karbohidrat yang difermentasikan dan ditandai dengan demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya.1 Karies diklasifikasikan berdasarkan kedalamannya yaitu: karies email (karies superfisial), karies dentin (karies media), karies pulpa (karies profunda). Karies dentin adalah penyakit progresif yang reversible dari jaringan keras gigi yang kedalamannya sudah mencapai struktur dentin dari gigi. Karies dentin kelas II GV Black yaitu karies dengan kedalam dentin yang mengenai proksimal gigi posterior yang juga melibatkan bagian oklusal.1,2 Polip merupakan reaksi tubuh untuk melawan infeksi secara fisik, artinya membentuk jaringan granulasi yang berguna untuk melokalisir infeksi. biasanya dijumpai pada pasien muda atau pasien yang sistem kekebalan tubuhnya masih baik. Ada 2 macam polip, yaitu polip gingiva yang tumbuh dari gusi dan polip pulpa yang tumbuh dari dalam pulpa gigi. Keadaan ini bukan merupakan hal berbahaya, tetapi sebagai tanda adanya infeksi pada gigi.3,4 Pada kondisi polip gingiva terjadi dikarenakan iritasi akibat gesekan dengan tepi permukaan gigi yang tajam dan dengan ketinggian hampir sama atau dibawah crest gingiva, biasanya berasal dari karies yang besar diproksimal. Pada kasus
  • 4. tertentu ketika letak lubang gigi di dekat area gusi (karies kelas 2), kadang memunculkan adanya pembengkakan gusi berwarna merah muda pucat, yang dapat membesar hingga mengisi area dalam lubang gigi. Umumnya terjadi pada kasus gigi berlubang di area batas sang gigi dengan gigi tetangganya (kavitas kelas II).4 Pengembangan resin komposit sebagai bahan tambal gigi terbaik saat ini dengan sifat mekanik yang unggul dan kemampuan poles yang sangat baik memungkinkan dokter untuk meniru pertumbuhan gigi alami dan membuat restorasi yang tahan lama bagi pasien. Juga, resin komposit memungkinkan perawatan yang konservatif dan pada saat yang sama menawarkan hasil yang lebih cepat.5 Laporan Kasus Seorang pasien perempuan berusia 21 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan UNJANI dengan keluhan gigi belakang atas kiri berlubang sejak ±1 tahun yang lalu (Gambar 1), pasien mengeluhkan gigi tersebut terasa linu jika meminum minuman dingin, pasien juga mengeluhkan sering tersangkut sisa makanan pada gigi tersebut, pasien menyangkal telah ke dokter gigi sebelumnya dan meminum obat, pasien ingin dilakukan penambalan). Setelah dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif, pasien didiagnosis pulpitis reversible gigi 26 disertai polip ginggiva.
  • 5. Gambar 1. Gambaran klinis gigi 26 pada saat datang pertama kali. Kunjungan pertama pasien pada tanggal 20 Desember 2020 dilakukan foto radiografi periapikal untuk mengetahui keadaan gigi pasien terutama kedalaman dari kavitasnya (Gambar 2), Oral Hygine Instruction (OHI) serta Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) kepada pasien mengenai pentingnya kebersihan gigi dan mulut, karena pasien memiliki oral hygine yang buruk. Pasien di instruksikan agar menyikat gigi dua kali sehari, yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. (Foto radiografi di RSGM) Gambar 2. Radiografi periapikal Kunjungan berikutnya pada tanggal 31 Desember 2019 pasien dilakukan pemeriksaan objektif dan dilakukan status departemen konservasi. Pemeriksaan objektif pada hasil pemeriksaan dingin dan menggunakan EPT didapati hasil gigi masih vital, dengan tes perkusi, palpasi, mobilitas negative. Penyebab atau etiologi dari pasien pun digali dari proses pemeriksaan subjektif dan didapati akibat karies/bakteri plak. Keadaan polip pada bagian mesial gigi 26 pasien pun dicari penyebabnya setelah proses anamnesis tidak didapati penyebab karena faktor obat atau hormonal dari pasien, kondisi polip gingiva bagian mesial pada pasien murni karena akibat kavitas yang bagian ujungnya agak tajam dan berlangsung cukup lama.
  • 6. Maka dari itu pasien dirujuk untuk dipindahkan kebagian perio terlebih dahulu untuk menangani kondisi polipnya. Kondisi polip gingiva pada pasien dilakukan pemeriksaan sesuai panduan perio dan disetujui supervise perio untuk dilakukan tindakan ginggivectomy a/r gigi 26 bagian mesial. Pada tanggal 28 Januari 2020 pasien dilakukan tindakan ginggivectomy dengan mengangkat jaringan hyperplasia pada bagian mesial gigi 26 dan dasar kavitas (Gambar 3). Pasien ditindak dengan teknik anastesi infiltrasi dan diangkat jaringan hyperplasia dengan menggunakan pisau orban dan Kirkland (Gambar 4). Dilakukan juga pembilasan dengan larutan NaCl 0,9%. Gambar 3. Gambaran saat tindakan ginggivectomy. Gambar 4. Gambaran proses tindakan ginggivectomy menggunakan pisau orban dan kirkland.
  • 7. Setelah dilakukan ginggivektomi dan didapati dasar kavitas dan margin batas mesial selanjutnya dilakukan aplikasi kalsium hidrokside sebagai perangsang dentin regenerative pada dasar kavitas karena terlihat kavitas cukup dalam dan dalam radiografi hampir mendekati kamar pulpa (Gambar 5). Gambar 5. Gambaran di aplikasikan kalsium hidrokside pada dasar kavitas. Selanjutnya dilakukan pembuatan 1/3 dinding artifisial mesial menggunakan resin komposit untuk mencegah hiperplasia jaringan ginggiva kembali pada daerah tersebut (Gambar 6). Gambar 6. Gambaran pembuatan 1/3 dinding mesial menggunakan resin komposit Setelah dibuatkan dinding 1/3 dinding mesial dan setelah semua sisi di evaluasi pasca tindakan yaitu dilakukan aplikasi tambalan sementara menggunakan cavit (Gambar 7) yang nantinya akan dilakukan evaluasi penumbuhan jaringan satu
  • 8. minggu kemudian dan nantinya akan dilakukan restorasi direk komposit pada gigi 26 tersebut. Gambar 7. Gambaran penambalan sementara gigi 26 pasca ginggivectomy Satu minggu kemudian tanggal 17 Februari 2020 pasien datang untuk kontrol pasca tindakan ginggivectomy dan dilakukan evaluasi dari keadaan klinis pasien dan juga evaluasi secara subjektif. Pasien tidak mengeluh adanya keluhan sakit pasca tindakan, pasien juga meminum obat antibiotik dan analgetik sesuai anjuran yang diberikan. Selanjutnya disetujui untuk dilakukan penambalan permanen pada gigi 26 tersebut menggunakan bahan tambal komposit. Pemasangan rubber dam dilakukan untuk mengisolasi dan pemasangan matriks menggunakan matriks toeflmeyer dan bantuan wedges (Gambar 8).
  • 9. Gambar 8. Gambaran gigi 26 setelah dipasang rubberdam dan matriks. Selanjutnya dilakukan tindakan etching dengan waktu 15 detik dan dibilas (Gambar 9), lalu pengaplikasi bonding serta diratakan dengan angin ringan selama 15-20 detik (Gambar 10) dan dilakukan light cure selama 20 detik. Gambar 9. Gambaran tindakan etching dengan teknik total etch. Gambar 10. Gambaran tindakan bonding.
  • 10. Selanjutnya tindakan aplikasi komposit, pertama tama pemilihan warna terlebih dahulu untuk warna dentin menggunakan warna A4 dan email menggunakan warna A3, setelah itu diaplikasikan komposit dengan teknik layering dari dentin terlebih dahulu hingga email (Gambar 11). Gambar 11. Gambaran setelah pengaplilasian komposit hingga bagian email Selanjutnya yaitu tindakan polishing menggunakan bur enhance dan tetap memperhatikan bentuk anatomis gigi 26, dimulai dengan warna merah terlebih dahulu yang permukaanya lebih kasar dan selanjutnya dilanjutkan warna hijau yang lebih halus. Selanjutnya diganti menggunakan bur poles komposit yaitu bur putih dan bur rubber. Gambaran setelah dilakukan polishing. (Gambaran 12 dan 13) Gambar 12. Gambaran gigi 26 setelah dilakukan polishing dan finishing
  • 11. Gambar 13. Gambaran gigi 26 setelah dilakukan polishing dan finishing PEMBAHASAN Pertimbangan perawatan pada kasus ini dipilih salah satunya mempertimbangkan kondisi saat pemeriksaan dan keinginan dari pasien, ada beberapa rencana perawatan pada kasus diatas, salah satunya yaitu ekstraksi/pencabutan gigi 26 tersebut, tetapi mempertimbangkan umur pasien yang masih sangat muda dan keinginan pasien untuk mempertahankan giginya. Kondisi polip gingiva pada pasien terjadi dikarenakan iritasi akibat gesekan dengan tepi permukaan gigi yang tajam dan dengan ketinggian hampir sama atau dibawah crest gingiva, kondisi ini berasal dari karies yang besar diproksimal bagian mesial, sehingga memungkinkan terbentukmya polip gingiva. Polip gingiva sendiri memiliki karakteristik warna kemerahan dan mudah berdarah namun tidak sakit jika ditekan.4,6 Menurut literatur polip biasanya asimtomatik dan terlihat sebagai benjolan jaringan ikat seperti kol yang berwarna kemerah-merahan mengisi kavitas karies. Polip membutuhkan waktu yang cukup lama sampai terbentuk. Semakin lama waktu maka semakin dapat cepat membesar.4
  • 12. Pada kasus ini ketika letak lubang gigi di dekat area gusi (karies kelas 2), kadang memunculkan adanya pembengkakan gusi berwarna merah muda pucat, yang dapat membesar hingga mengisi area dalam lubang gigi. Umumnya terjadi pada kasus gigi berlubang di area batas sang gigi dengan gigi tetangganya (kavitas kelas II). Ini merupakan jenis Polip Gingiva. Pada lain seperti ini umumnya gigi telah mati/nekrosis. Pembesaran gusi tersebut dapat dikurangi/ diinsisi melalui tindakan bedah minor perio. Ginggivektomi adalah tindakan perio untuk mengeliminasi hyperplasia gingiva. Ginggivektomi menggunakan umumnya menggunakan pisau orban dan Kirkland (Gambar 14). Tindakan ginggivektomi untuk kasus polip ginggiva pada kasus termasuk ginggivektomi yang tidak terlalu rumit karena hanya sedikit jaringan yang harus di eliminasi dan tidak terlalu memprioritaskan aspek estetis.7 Gambar 14. Gambaran pisau bedah ginggivektomi (A) Orban , (B) Kirkland Pada kasus ini operator mempertimbangkan pula kedalaman dari kavitas sehingga memutuskan untuk dilakukannya aplikasi kalsium hindroksida pada dasar
  • 13. kavitas gigi 26, hal ini bertujuan untuk merangsang terbentuknya dentin reperatif sehingga kondisi gigi tersebut akan semakin optimal. Pilihan tindakan lainnya adalah menggunakan GIC sebagai alas dari kavitas agar dapat melepaskan kandungan flournya pada gigi tersebut. Pertimbangan pemilihan bahan restorasi pun dilakukan operator ada beberapa pilihan bahan tambal salah satunya menggunakan GIC yaitu menimbang OH pasien yang cenderung buruk. Operator memilih komposit karena mempertimbangkan gigi yang akan ditambal adalah gigi posterior/Molar1 sehingga dibutuhkan bahan tambal yang kuat dan juga estetis. Menurut literatur bahan tambal komposit memiliki kekuatan yang lebih dibandingkan dengan GIC, Komposit pula disebutkan lebih mudah pengaplikasiannya. SIMPULAN Kondisi karies kelas II dengan adanya polip ginggiva membutuhkan perhatian khusus. Karena jika tidak segera dilakukan tindakan akan menyebabkan gigi yang masih vital akan menjadi nekrosis karena proses karies yang terus berlanjut dan daerah yang sulit dibersihkan akibat adanya polip. Pada kasus ini telah dilakukan restorasi kelas II pasca ginggivektomi dengan baik dan sesuai apa yang diinginkan pasien.
  • 14. DAFTAR PUSTAKA 1. Burt, B.A. & Eklund, S. A. Dentistry, Dental Practice and The Community. 6th ed. Philadelphia : Saunders Company. P (2005)194-195 2. Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. Sturdevant’s art & science of operative dentistry. 4th ed. United States of America: Mosby; 2002: 3. Mufliha, Hanifah N. 2012. Polip Gigi Diakses 11 Maret 2014 4. Gamma F N, Qolbiyah F, Dewi. Penatalaksanaan Polip Pulpa dan Polip Gingiva. FKG Universitas Jember. 2014 5. Baum, Philips, Lund. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi. Jakarta. EGC. 2012 6. Suci, E. S. T. Pulpa Polip Dan Gingival Polip. Psikobuana Vol.1 (2009). 7. Carranza, Fermin. Carranza’s clinical Periodontology 9th Ed Philadelphia: Saunders company