2. KEBUDAYAAN BADUY
Baduy terletak 138 km dari Jakarta, Lebak, Banten Selatan. Nama Baduy berasal dari
Laporan Belanda yaitu badoei, badoei, dan badoewi (Hoevell 1845, Jacob dan Mejer 1891,
Pleyte 1909). Sebutan bagi masyarakat Baduy sendiri adalah Urang Kanekes, Urang Cibeo,
Urang Tangtu (sebutan bagi masyarakat Baduy dalam), atau Urang Panamping (sebutan bagi
masyarakat Baduy luar). Bagi masyarakat sekitar Gunung Baduy dan Sungai Cibaduy disebut
Urang Baduy. Urang Baduy kerap kali keluar dari daerah Baduy.
Sistem sosial yang ada di masyarakat Baduy terbagi menjadi dua sistem yaitu sistem
nasional dan sistem tradisional. Sistem nasional termasuk dalam wilayah Desa Kanekes,
Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten. Desa Kanekes dipimpin oleh
kepala desa yang disebut Jaro Pamarentah. Yang bisa mengangkat dan memecat Jaro adalah
Puun. Secara tradisional masyarakat Baduy bercorak kesukuan yang disebut Kapuunan. Puun
merupakan pemimpin tertinggi. Puun terbagi menjadi tiga yaitu Puun Cikeusik yang
mengurusi agama dan adat, Puun Cibeo yang mengurusi komunikasi dengan masyarakat luar,
dan Puun Cikartawana yang mengurusi keamanan. Terdapat pula Jaro yang merupakan
pelaksana harian urusan pemerintahan, Palawari yang merupakan petugas upacara adat, dan
Tangkesan yang merupakan kepala dari para dukun di Baduy.
Mata pencaharian utama masyarakat Baduy adalah berladang. Mereka menanam padi
dengan cara berpindah pindah. Selain itu, mereka juga melakukan kegiatan menenun untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka. Padi merupakan jelmaan dari Nyi Pohaci Sanghyang
Asri. Kegiatan menanam padi disebut juga ngararemokeun yaitu mengawinkan padi dengan
bumi. Padi harus ditanam menurut ketentuan Karuhun (leluhur). Padi hanya boleh ditanam di
lahan kering (huma) untuk keperluan adat dan sehari-hari. Padi harus disimpan di dalam
lumbung.
Kalender Bercocok Tanam Masyarakat Baduy
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
BULAN
Kapat
Kalima
Kanem
Katujuh
Kadalapan
Kasalapan
Kasapuluh
Hapit Kayu
Hapit Lemah
Kasa
Karo
Katiga
NGAHUMA
Narawas, mencari calon huma
Nyacar, menebas hutan
Nukuh, mengeringkan
Ngaduruk, membakar
Ngaseuk, menanam benih di huma puun
Ngaseuk di huma tangtu
Ngasuk di huma tuladan dan huma panamping
Ngirab sawan, membersihkan dan bermalam
Mipit, memetik padi pertama
Kawalu, panen, kembalinya padi ke lumbung
Kawalu, panen, kembalinya padi ke lumbung
Kawalu, panen, kembalinya padi ke lumbung
3. Kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Baduy adalah Sunda Wiwitan. Dasar
kepercayaan masyarakat Baduy adalah pada roh nenek moyang. Hanya sekarang telah
dipengaruhi unsur agama Hindu dan Islam. Pusat pemujaan mereka berada di puncak gunung
yang disebut Sasaka Domas atau Sasaka Pusaka. Masyarakat Baduy menganggap Baduy
sebagai inti bumi. Mereka menganggap Baduy harus tetap harmonis agar bumi harmonis
sehingga tidak boleh diganggu perkembangan zaman.
Konsep keagamaan dan pikukuh (ketentuan adat)
1 Gunung teu meunang dilebur
2 Lebak teu meunang diruksak
3 Larangan teu meunang dirempak
4 Buyut teu meunang dirobah
5 Lojor teu meunang dipotong
6 Pondok teu meunang disambungkan
7 Nu ulah kudu diulahkeun
8 Nu enya kudu dienyahkan
9 Nu lain kudu dilainkeun
Gunung tidak boleh dirusak
Ladang tidak boleh dirusak
Larangan yang sudah ada tidak boleh diubah
Pantangan tidak boleh diubah
Panjang tidak boleh dipotong
Pendek jangan disambung
Yang harus dilakukan, harus dilakukan
Yang tidak ada haruslah tidak ada
Yang beda biar berbeda