Our family spend three days to reflect and redesign our family goal, vision, mission.
We do it yearly, as a/our family retreat.
Usually we choose a place, out of town, to meet the real, humble, simple... to get more inspiration from their way of life, their full heart life n love.
2. Merefleksi hidup berkeluarga, sejak retret
tahun sebelumnya
Mengevaluasi hidup berkeluarga: misi dan
aksi
Merevisi, mereformulasi mimpi keluarga
Menetapkan rencana mewujudkan mimpi
Memformulasi rencana aksi misi keluarga
3. Kami melihat kembali pengalaman keluarga
kami selama ini.
Seberapaja jauh kami humble dan simple?
Seberapa sudah kami mewujudkan mimpi
dalam aksi melalui yayasan kami Wulangreh
Foundation, melalui Taman Asih Anak (taman
pengasuhan anak kristiani) yang kami
jalankan setahun ini?
4. Sersan: serius tapi santai
Dialog partisipatif
Ekspresif dan inspiratif
Meditatif dan kontemplatif
5. Ketika anak-anak kami mulai bosan dengan
sharing di kapel, kami pindah ke taman di
depan patung Yesus
Lewat dialog partisipatif, terungkaplah
sharing anak kami, apa yang dilakukannya
ketika dimarah-marahi mamanya. Ia bilang
ke Yesus, Lihat itu Yesus, mamaku marah-
marah terus padaku!
6. Selama Trihari Suci, Trihari Kasih: Kamis
Putih, Jumat Agung, Sabtu Paska
Di RR PBHK, Parakan, Jawa Tengah (2015), di
Susteran OP, Rawaseneng (2014)
7. Selama trihari suci kami mengulangi dan
menginternalisasi kasih ilahi yang amat insani
Paling nyata dalam Kamis Putih: Yesus
bertindak bak seorang budak yang mencuci
kaki tuannya. Ia membasuh kaki para
muridNya.
Tak sampai di situ, kasih itu memuncak
dalam kematiannya secara hina, bak
penjahat kakap: disalibkan.
Yesus menjadi seperti itu adalah didikan
Bunda Maria, Yosef (Keluarga Kudus): iman
dan kasih pada Bapa Nya.
8. 1. Syukur atas kasih, iman dan harapan
2. Syukur atas hidup dan kehidupan
3. Kendala untuk beryukur
4. Penegasan kehendakNya
5. Pengalaman berelasi
6. Pengalaman berdiskresi
7. Memaknai missi ilahi
8. Merencanakan aksi
9. Kontemplasi demi aksi mencintai
10. Cara hidup keluarga kami
11. Cara aksi keluarga kami
9. Kami membahas dan mengupas pengalaman
kami dalam kasih, iman dan harapan sebagai
anggota keluarga kami.
Seberapa jauh kami merasa dikasihi oleh
pribadi (anggota keluarga) dan yang ilahi
Seberapa jauh iman kami makin tumbuh
dalam rentetan peristiwa hidup keluarga?
Seberapa besar harapan tumbuh dan
berperan dalam mengembangkan hidup
keluarga?
10. Masing-2 dari kami membuat daftar alasan
untuk bersyukur atas hidup dan kehidupan di
dalam hidup berkeluarga selama ini?
Ini mencakup: syukur atas saudara dan
persaudaraan, syukur atas berkat dan tekat,
syukur atas mimpi dan semangat keluarga,
syukur atas panggilan dan pengutusan
keluarga kami.
11. Kami membuat daftar nama para sahabat,
Kami menghitung berkat yang kami terima
Kami mengingat pengalaman manis pahit
dalam mewujudkan mimpi;
Kami mencatat kekeliruan dan gesekan
dalam aksi mewujudkan aksi/karya keluarga
kami
12. Kami berusaha menelaah dan menganalisa
kendala kami untuk mensyukuri cinta dan
rahmat ilahi bagi keluarga kami.
Berbagai potensi jadi penyebab kendala yang
ada misalnya:
Tidak ketemunya harapan dan kenyataan:
dalam diri sendiri, dalam suami, istri, anak
Adanya mindset yang keliru, atau mindset belum
terbaharui dalam masing-masing pribadi
Adanya mispersepsi diri,
Adanya sikap dan perilaku yang mengganggu
13. Bagaimana kami memaknai friksi yang pernah
terjadi dalam keluarga kami: antara suami
istri antara anak dan orangtua
Bagaimana menarik kembali ke fokus tujuan
hidup berkeluarga, missi dan aksi/karya
keluarga selama ini, lewat Taman Asih
maupun lewat Wulangreh, atau dalam
aktualisasi diri.
14. Kekurangan dalam penegasan kehendakNya
Kurang optimalnya dalam jalinan dan relasi
anggota keluarga
Kurang penghayatan dalam semangat
entrepreneurship keluarga
15. Kami mulai dengan merefleksi sejauh mana
kami berelasi dengan yang ilahi dan yang
insani
Bagaimana kami berkomunikasi dengan
Tuhan: doa pribadi, doa bersama keluarga?
Sejauh mana kami menyediakan ruang doa
bagi hati dan ruang doa bagi pribadi-pribadi
dalam keluarga
Seberapa aktif kami berdiskresi atas
kehendak dan panggilan Tuhan atas keluarga
kami?
Diskresi pribadi dan diskresi sebagai keluarga
16. Sharing istri yang merasa terbantu dengan
melakukan brevir atau ibadat harian.
Sharing suami yang merasa tenggelam dan
tertelan dalam karya di Taman Asih
Ungkapan betapa positifnya doa dan sharing
singkat sebelum tidur malam. Misalnya apa
baiknya mama/papa/anak yang kulihat hari
ini? atau Saya belajar apa dari anak, mama,
papa hari ini?
17. Membangun habit/kebiasaan mengadakan
examen, penelusuran gerak roh, sekali di
malam hari
Menyimpan dalam hati dan merenungkannya
bila tak dapat memahami anak dan peristiwa
yang terjadi dalam keluarga kami
18. Merefleksi relasi yang selama ini terjadi:
relasi dengan diri sendiri, relasi dengan
keluarga kudus Nazareth, relasi dengan yang
ilahi
Relasi dialektif: jatuh bangun, tawa
tangis, lahir batin, jiwa raga (body n soul)
Relasi hati dan iman dengan yang empunya
kehidupan: kesanggupan menemukan Tuhan
dalam segala, kesanggupan menangkap
panggilan Roh atas keluarga.
19. Wujud kesatuan hati dan budi dalam
kehidupan seseharinya
Bagaimana relasi dengan The Holy Family :
normatif, nominatif, atau sampai pada
inspiratif, innovatif, alternatif?
Membangun relasi pribadi dengan Yesus,
Maria, Yosef.
20. Kami melihat kembali tonggak-tonggak
peristiwa hidup dan karya yang kami
lakukan.
Kami refleksi bagaimana proses kami
memutuskan agar kehendakNya yang kami
lakukan
Kami cek kembali bagaimana kami
menanggapi undangan Tuhan bagi keluarga
kami
21. Kami bernovena untuk menguji keinginan
kami atau kehendak Tuhan (sebe;u,
membuka Taman Asih Anak)
Kami tanya kembali pada diri sendiri apakah
cara kami mendidik anak sesui cara Keluarga
Kudus Nazareth
Kami uji dengan renungan, doa dan sharing
di antara kami, suami istri apakah motivasi
dasar di balik keinginan kami
22. Dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke
bulan kami berusaha menegaskan apa dan mana
panggilan Tuhan untuk keluarga kami.
Pengalaman saya di kasana spiritualitas kristiani
dan karya untuk orang muda. Pengalaman istri
saya di dunia finansial. Keduanya kami yakini
dipersatukan dan dikehendakiNya untuk
membantu sesama, dalam spiritualitas keuangan
demi kemandirian agar optimal dalam memuji
dan memuliakan Tuhan dalam hidup dan
karyanya.
Wujudnya: kami memberikan Spiritualitas
Keuangan, diikuti dengan Audit dan Perencanaan
Keuangan Kongregasi Religius.
23. Kami aktif membantu menfasilitasi
kongregasi religius dalam mengupayakan
kemandirian, lewat Spiritualitas Keuangan
diikuti dengan Audit dan Perencanaan
Keuangan Kongregasi Religius
Kami aktif membantu menfasilitasi keluarga
dan anak-anak nya dalam membangun
kemandirian anak, lewat taman pengasuhan
anak kristiani: Taman Asih Anak
24. Setelah pengalaman selama ini, kami mulai
menemukan pokok-pokok rahmat dan cinta
dalam hidup dan karya kami.
Kami mulai dengan merevisi mimpi kami
Kami menata ulang dan merevisi rencana aksi
keluarga kami sebagai wujud tanggapan kami
atas panggilan dan missi keluarga kami
25. Rencana kami untuk lebih fokus dalam
mengembangkan Taman Asih
Rencana kami untuk mendampingi dan
menfasilitasi pendidikan kemandirian bagi
kedua anak kami sendiri. Kami yakin bahwa
keduanya adalah first goal n mission
keluarga kami
26. Kami berkontemplasi untuk menegaskan
panggilan dan pengutusan keluarga kami
Kami bertanya pada ketiga pribadi ilahi dan
Keluarga Kudus Nazareth
Kami sharing dan diskusi buah kontemplasi
demi rencana aksi keluarga kami
27. Kami merefleksi bagaimana kami selama ini
merespon undanganNya lewat interaksi
dengan mereka yang kami layani: suster,
bruder dan anak-anak yang dipercayakan
kepada kami.
Kami merencanakan aksi agar pelayanan
kami lebih sesuai lagi dengan kehendakNya.
Jangan sampai diganggu atau terganggu oleh
dosa atau oleh kelemahan maupun kekuatan
kami.
28. Kami merefleksi diri adakah cara hidup keluarga
kami sudah reflektif, inspiratif bagi sesama yang
menjumpai kami?
Kami sharing dan berdoa untuk dengan rendah
hati mengevaluasi cara hidup keluarga kami
selama ini. Sudahkah kami simple, humble but
real in serving Him n others?
Dalam interaksi hidup di tengah masyarakat kami
sering jumpai, dan diisnpirasi oleh saudari-
saudari Muslim yang berjilbab: mereka, humble,
gentle, n full of faith n love. Sulit menemukan
lagi padanannya dalam orang-orang
Katolik/Kristiani.
29. Kami berdoa dan berefleksi untuk
menemukan kembali panggilan asli dari
Tuhan atas keluarga kami. Semuanya untuk
memurnikan motivasi dan aksi keluarga kami.
Tujuannya agar kami ini tetap menjadi alat di
tanganNya, alat yang bermanfaat, syukur
membawa berkat bagi sesama kami, di mana
pun mereka menjumpai kami sekeluarga atau
pribadi-pribadi.
Semoga Tuhan memberkati kami dan rencana
kami.
30. Gabrielle Aubrey Wikaningtyas
Michelle Amanda Weningtyas
Elizabeth Dianawati
Yohanes Rasul Widadaprayitna
Semarang, Paska 2015