際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
SKENARIO 1
        RUANG 8




FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT
            2012
Kasus 1
Seorang laki-laki 27 tahun dibawa ke ruang gawat darurat dengan
penurunan kesadaran disertai kejang sejak 2 hari sebelum MRS.
Penurunan kesadaran bersifat progresif dalam satu hari. Setelah
penderita terlihat seperti mengantuk dan mulai berbicara
kacau, penderita mengalami kejang kelonjotan seluruh tubuh
dengan mata mendelik ke atas. Sampai saat MRS kesadaran tidak
pernah pulih sempurna dan kejang sudah dialami tiga kali dengan
pola yang sama.
Ada riwayat demam tinggi empat hari dan nyeri kepala yang
menghebat sekitar tiga hari disertai muntah.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 110/80
mmhf, nadi 92x/menit, penafasan 24 x/menit dan suhu badan
39,2oC. Terdapat otore di telinga kiri. Hasil pemeriksaan fisik umum
lain tidak ada yang penting.
Pada pemerikssaan neurologis ditemukan GCS E3M5V4 = 12.
Pupil isokor, diameter 3,5 mm/3,5 mm, reflex cahaya langsung
dan tidak langsung, baik di kedua mata, tanda rangsangan
meningeal positif tidak ditemukan kesan paresis saraf-saraf
otak, tidak ditemukan kesan hemiparesis pada pemeriksaan
status motorik refleks, refleks fisiologis masih ++ tanpa refleks
patologis.
Hasil pemeriksaan laboratorium awal ditemukan hemoglobin
11     gr/dl,    leukosit    18.700/mm3,       dan     trombosit
257.000/mm3, tes fungsi ginjal, tes fungsi liver, elektrolit
serum dan glukosa darah sewaktu masih dalam batas normal.
Pemeriksaan foto toraks PA tidak memperlihatkan kelainan.
Kalimat Kunci
 Wanita, 27 tahun
 Penurunan kesadaran disertai kejang sejak 2
  hari sebelum masuk Rumah Sakit
 Ada riwayat demam tinggi dan nyeri kepala
  hebat
PEMBAHASAN
 Anamnesis 
 Identitas pasien
 Keluhan utama
 Nyeri Kepala :
   Sejak kapan?
   Dibagian kepala sebelah mana?
   Bagaimana sifat nyeri?
   Frekuensinya?
   Timbul mendadak atau bertahap?
 Anamnesis 
 Kejang
   Sejak kapan?
   Apakah pernah mengalami kejang sebelumnya?
   Apakah kejang di bagian tubuh tertentu atau
    seluruhnya?
   Bagaimana frekuensinya? Lamanya kejang ?
   Bagaimana kesadaran pasien saat kejang?
   Apakah kejang saat ada aktivitas atau pada saat
    istirahat?
   Apakah kejangnya pada saat pasien dalam keadaan
    demam atau tidak?
 Anamnesis 
 Penurunan kesadaran pasien
   Apakah pasien mengalami penurunan kesadaran
    secara cepat atau perlahan? Apakah sebelumnya
    pernah mengalami penurunan kesadaran serupa?
 Demam
   Sejak kapan?
   Suhu tubuh yang mendadak tinggi atau perlahan?
   Adakah keluhan penyerta seperti : menggigil?
    berkeringat, dll?
 Anamnesis 
 Keluhan penyerta
   Adakah gejala penyerta  Fotofobia, kaku
    kuduk, mual, muntah, mengantuk, atau bingung?
   Saat kapan saja terjadi muntah? Frekuensinya
    bagaimana? Bercampur darah atau tidak?
   Otore sejak kapan? Apakah hilang timbul ataukah
    terus menerus?
   Ada batuk atau tanda-tanda ISPA lainnya?
   Adakah bagian tubuh yang tiba-tiba melemah?
 Anamnesis 
 Riwayat penyakit terdahulu
   Apakah pasien pernah mengalami keluhan yang
    serupa sebelumnya?
   Trauma kepala berat, infeksi telinga, atau
    sinusitis?
 Riwayat penggunaan obat-obatan dan alergi
 Pemeriksaan Fisik 

 Tanda Vital          Inspeksi             Auskultasi
                Pupil  isokor atau
                 anisokor
                Konjunctiva  anemis
Tensi           (ada/tdk)               Bunyi napas
                Sklera  ikterik
Nadi            (ada/tdk)                tambahan 
                Otore  ada/tdk
Respirasi      Oedem  ada/tdk
                                          ada/tdk
Suhu           Kulit  kemerahan ;
                 kulit kering ;
                 berkeringat  ada/tdk
 Pemeriksaan Fisik 

                       Observasi
                      penampilan


aktivitas                                   Tingkah laku
motorik               Pengkajian
                        Fungsi
                       Serebral


     Ekspresi wajah            Nilai gaya bicara
Pemeriksaan Neurologis 
                     Kesadaran

                          Mata
Glasgow Coma Scale        Respons Verbal (Bicara)
      (Kuantitaif)
                          Respons Motorik (Gerakan)


                          Kaku kuduk     Brudzinski sign
Rangsang Meningeal
                          Kernig sign    Lasegue


                 Saraf Kranialis
 Kesadaran 

 Tingkat
Kesadaran
Kompos Mentis
   Somnolen
                     Kasus:
    Stupor      Kesadaran tidak
  Semi koma     pulih sempurna

     Koma
Glasgow Coma Scale 

 Mata -Eye (E)        Motorik (M)                 Verbal (V)

                   Sesuai perintah: 6
                  Terhadap rangsang nyeri
 Spontan: 4                                   Orientasi baik: 5
                  Gerakan normal: 5
 Dengan diajak                                Jawaban kacau:
                   Fleksi cepat , abduksi
  bicara: 3         bahu (reaksi): 4            4
 Dengan           Fleksi lengan dengan       Berkata tidak
  rangsangan        adduksi bahu: 3             sesuai: 3
  nyeri: 2         Ekstensi                   Hanya
                    lengan, adduksi, endoro
 Tidak                                         mengerang: 2
                    tasi bahu, pronasi
  membuka: 1        lengan bawah: 2            Tak ada suara: 1
                   Tidak ada gerakan: 1
 Rangsang Meningeal 
 Kaku Kuduk  kepala ditekuk, tangan yang lain diletakkan di
      atas dada, perhatikan adanya tahanan. Tahanan  +

Kernig  Paha fleksi sampai
membuat sudut 90 . Tungkai bawah
diekstensikan sampai membentuk
sudut>135 . Tahanan dan rasa nyeri
pada sudut sudut<135  +

Lasegue  Salah satu tungkai diangkat lurus dengan fleksi di
persendian panggul. Tungkai lain lurus. Normal : Dapat
mencapai sudut 70 sebelum timbul rasa sakit dan tahanan.
Bila rasa sakit dan tahanan pada <70 +
 Rangsang Meningeal 
Brudzinski I  Tanda    Brudzinski II  Tungkai
        Leher               Kontralateral

                        Tungkai      yang      akan
                         dirangsang difleksikan pada
                         sendi lutut.
                        Tungkai atas diekstensikan
                         pada sendi panggul.
                        Gerakan reflektorik berupa
                         fleksi tungkai kontralateral
                         pada sendi lutut dan
                         panggul  +
 Saraf Kranial 
NERVUS OLFAKTORIUS ( N I)  Penghidu

NERVUS OPTIKUS ( N II )  tajam
penglihatan, warna, lapang pengelihatan, fundus
(funduskopi)

NERVUS III, IV, VI  Kedudukan bola mata, gerakan
mata sesuai perintah, fungsi & reaksi pupil

NERVUS TRIGEMINUS (N V)  fungsi motorik
(menggigit, membuka mulut) dan sensorik
(nyeri, suhu, raba)
 Saraf Kranial 
NERVUS FASIALIS ( N VII)  motorik dan sensorik




NERVUS VESTIBULOKOKLEARIS ( N VIII)
bisik, garputala, schwabach, weber, romberg

Nervus Glosofaringeus (IX) & Nervus Vagus (X)  motorik
(menelan, fonasi suara, sekresi kelenjar ludah), sensorik
(reflek muntah, pengecapan)
Saraf Kranial

Nervus Aksesorius (N XI) 
Fungsi sternokleidomastoideus
Fungsi trapezius




Nervus Hipoglosus (N XII) 
inspeksi lidah (deviasi)
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan darah
   Sel-sel darah, kadar elektrolit, LED
 Pungsi Lumbal
   Dilakukan untuk menilai CSS biasanya pada
    segmen L4-L5. Tidak dilakukan pada pasien
    dengan tekanan tinggi intrakranial (TTIK)
 Analisis Cairan Serebrospinal (CSS)
   Menilai tekanan CSS, kekeruhan CSS (infeksi
    bakterial), leukosit, protein, dan glukosa.
Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan mikrobiologi
   Untuk mengidentifikasi etiologi. Bisa dilakukan
    kultur darah/hidung/telinga ataupun urin.
 CT-scan
   Untuk melihat lokasi lesi intrakranial.
 Kekeruhan CSS terjadi
  karena infeksi bakteri di
  meningen.
 Peningkatan konsentrasi
  protein (1-5 gr/dl)
 Mengidentifikasi
  etiologi
Ruang 8- Kasus 1 Modul Penurunan Kesadaran
Diagnosis Banding
 Menigitis
 Abses Serebri
 Malaria serebral
Etiologi
   Streptococcus pnemoniae
   Neissera meningitidis
   Staphilococcus aureus
   Haemophilus influenza
Faktor Resiko
   Usia
   Lingkungan
   Infeksi Sistemik
   Trauma Kepala / Pembedahan
Epidemiologi
Insidens :
 Bervariasi sesuai etiologi yang spesifik.
 Diperkirakan lebih tinggi dinegara berkembang karena
  rendahnya layanan pencegahan, seperti vaksinasi.
 Di negara berkembang terjadi 10 kali lipat
 Tertinggi pada anak < 5 thn & dewasa >60 thn
 Pria -> 3.3/100,000 populasi dan wanita ->
  2.6/100,000 populasi
Patofisiologi
                            CSS mengalami         Eksudat yang purulen
   Agen penyebab
                             kekeruhan dan           akan terkumpul
      (bakteri)
                           terbentuk eksudat        dalam cairan otak




  Masuk SSP melalui       Respon inflamasi di     Inflamasi dan edema
p.darah & Blood Brain     piameter, arakhnoid         lebih lanjut sel
       Barrier                 dan CSS                  meningeal



                              Menyerang
  Migrasi ke lapisan          mekanisme             Terjadi perubahan
   subarakhnoid           petahanan tubuh dan     fisiologis intrakranial
                          bereplikasi dalam CSS
Penatalaksanaan

Pemberian Antibiotik


Kortikosteroid


Terapi Operatif


Pengobatan Simptomatik
I. Antibiotik
Usia         Bakteri         Antibiotika
             Penyebab
7-50 TAHUN   S. pneumoniae   * Cefotaxime/
                             ceftriaxone + Ampicilin
             N. meningitides * Chloramfenicol +
             L.monocytogenes Trimethoprim/
                                 sulfamethoxazole.
                                 Bila prevalensi
                                 S.pneumonia resisten
                                 cephalosporin > 2%
                                 diberikan: * Cefotaxim/
                                 ceftriaxone +
                                 Vancomycin
                                 * Chloramfenicol/
                                 Clindamycin/
                                 meropenem
II. Kortikosteroid
Efek anti inflamasi dari terapi steroid dapat
 Menurunkan edema serebri
 Mengurangi tekanan intrakranial
Pemberian steroid dapat menurunkan penetrasi
antibiotika ke dalam abses.
III. Terapi Operatif
 Pendekatan mastoidektomi harus dapat
  menjamin eradikasi seluruh jaringan patologik
  di mastoid. Maka sering diperlukan
  mastoidektomi radikal.
IV. Pengobatan Simptomatik

                IV : 0.2  0.5 mg/kg/dosis
 Diazepam       Rectal 0.4  0.6/mg/kg/dosis


  Fenitoin     5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.


Parasetamol
               10 mg/kg/dosis.
atau salisilat
Pengobatan Simptomatik

   Manitol


                 Menurunkan
                    TIK

Hiperventilasi
Komplikasi
Edema Serebri


Ventrikulitis


Hidrosefalus


DIC


Meningitis Berulang
Prognosis

Jika segera diberikan pengobatan, maka
jumlah penderita yang meninggal mencapai
kurang dari 10%. Tetapi jika diagnosis
maupun pengobatannya tertunda, maka
bisa terjadi kerusakan otak yang menetap
atau kematian, terutama pada anak yang
sangat kecil dan usia lanjut.
Prognosis bergantung pada :

                                     Lama sakit
                                      sebelum
     Usia           Penyebab
                                     mendapat
                                    pengobatan


Jenis dan dosis                     Adanya dan
                  Berat ringannya
antibiotik yang                     penanganan
                      infeksi
   diberikan                          penyakit
FOLLOW UP

    1. Kontrol keadaan
umum, nadi, respirasi, tekanan    2. Pantau pemberian obat
    darah, dan kejang.




3. Cegah jangan sampai terjadi
        kerusakan lebih
                                 4. Konsul ke spesialis saraf &
      lanjut/mengurangi
                                         rehab medik
   komplikasi/jangan sampai
            rekuren
 Pencegahan

  Primer           Sekunder          Tersier

 Vaksinasi &                     Mengurangi
Kemoprofilaksis     Diagnosis
                                   kelemahan
 Kurangi kontak   dini dan
                                   dan kecacatan
langsung dengan    pengobatan
penderita                          akibat
                   segera
Tingkatkan                        meningosnsefa
                    Kenali
kebersihan                         litis.
perorangan
                   gejala awal
 Arigatou Gozaimasu

More Related Content

Ruang 8- Kasus 1 Modul Penurunan Kesadaran

  • 1. SKENARIO 1 RUANG 8 FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT 2012
  • 2. Kasus 1 Seorang laki-laki 27 tahun dibawa ke ruang gawat darurat dengan penurunan kesadaran disertai kejang sejak 2 hari sebelum MRS. Penurunan kesadaran bersifat progresif dalam satu hari. Setelah penderita terlihat seperti mengantuk dan mulai berbicara kacau, penderita mengalami kejang kelonjotan seluruh tubuh dengan mata mendelik ke atas. Sampai saat MRS kesadaran tidak pernah pulih sempurna dan kejang sudah dialami tiga kali dengan pola yang sama. Ada riwayat demam tinggi empat hari dan nyeri kepala yang menghebat sekitar tiga hari disertai muntah. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 110/80 mmhf, nadi 92x/menit, penafasan 24 x/menit dan suhu badan 39,2oC. Terdapat otore di telinga kiri. Hasil pemeriksaan fisik umum lain tidak ada yang penting.
  • 3. Pada pemerikssaan neurologis ditemukan GCS E3M5V4 = 12. Pupil isokor, diameter 3,5 mm/3,5 mm, reflex cahaya langsung dan tidak langsung, baik di kedua mata, tanda rangsangan meningeal positif tidak ditemukan kesan paresis saraf-saraf otak, tidak ditemukan kesan hemiparesis pada pemeriksaan status motorik refleks, refleks fisiologis masih ++ tanpa refleks patologis. Hasil pemeriksaan laboratorium awal ditemukan hemoglobin 11 gr/dl, leukosit 18.700/mm3, dan trombosit 257.000/mm3, tes fungsi ginjal, tes fungsi liver, elektrolit serum dan glukosa darah sewaktu masih dalam batas normal. Pemeriksaan foto toraks PA tidak memperlihatkan kelainan.
  • 4. Kalimat Kunci Wanita, 27 tahun Penurunan kesadaran disertai kejang sejak 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit Ada riwayat demam tinggi dan nyeri kepala hebat
  • 6. Anamnesis Identitas pasien Keluhan utama Nyeri Kepala : Sejak kapan? Dibagian kepala sebelah mana? Bagaimana sifat nyeri? Frekuensinya? Timbul mendadak atau bertahap?
  • 7. Anamnesis Kejang Sejak kapan? Apakah pernah mengalami kejang sebelumnya? Apakah kejang di bagian tubuh tertentu atau seluruhnya? Bagaimana frekuensinya? Lamanya kejang ? Bagaimana kesadaran pasien saat kejang? Apakah kejang saat ada aktivitas atau pada saat istirahat? Apakah kejangnya pada saat pasien dalam keadaan demam atau tidak?
  • 8. Anamnesis Penurunan kesadaran pasien Apakah pasien mengalami penurunan kesadaran secara cepat atau perlahan? Apakah sebelumnya pernah mengalami penurunan kesadaran serupa? Demam Sejak kapan? Suhu tubuh yang mendadak tinggi atau perlahan? Adakah keluhan penyerta seperti : menggigil? berkeringat, dll?
  • 9. Anamnesis Keluhan penyerta Adakah gejala penyerta Fotofobia, kaku kuduk, mual, muntah, mengantuk, atau bingung? Saat kapan saja terjadi muntah? Frekuensinya bagaimana? Bercampur darah atau tidak? Otore sejak kapan? Apakah hilang timbul ataukah terus menerus? Ada batuk atau tanda-tanda ISPA lainnya? Adakah bagian tubuh yang tiba-tiba melemah?
  • 10. Anamnesis Riwayat penyakit terdahulu Apakah pasien pernah mengalami keluhan yang serupa sebelumnya? Trauma kepala berat, infeksi telinga, atau sinusitis? Riwayat penggunaan obat-obatan dan alergi
  • 11. Pemeriksaan Fisik Tanda Vital Inspeksi Auskultasi Pupil isokor atau anisokor Konjunctiva anemis Tensi (ada/tdk) Bunyi napas Sklera ikterik Nadi (ada/tdk) tambahan Otore ada/tdk Respirasi Oedem ada/tdk ada/tdk Suhu Kulit kemerahan ; kulit kering ; berkeringat ada/tdk
  • 12. Pemeriksaan Fisik Observasi penampilan aktivitas Tingkah laku motorik Pengkajian Fungsi Serebral Ekspresi wajah Nilai gaya bicara
  • 13. Pemeriksaan Neurologis Kesadaran Mata Glasgow Coma Scale Respons Verbal (Bicara) (Kuantitaif) Respons Motorik (Gerakan) Kaku kuduk Brudzinski sign Rangsang Meningeal Kernig sign Lasegue Saraf Kranialis
  • 14. Kesadaran Tingkat Kesadaran Kompos Mentis Somnolen Kasus: Stupor Kesadaran tidak Semi koma pulih sempurna Koma
  • 15. Glasgow Coma Scale Mata -Eye (E) Motorik (M) Verbal (V) Sesuai perintah: 6 Terhadap rangsang nyeri Spontan: 4 Orientasi baik: 5 Gerakan normal: 5 Dengan diajak Jawaban kacau: Fleksi cepat , abduksi bicara: 3 bahu (reaksi): 4 4 Dengan Fleksi lengan dengan Berkata tidak rangsangan adduksi bahu: 3 sesuai: 3 nyeri: 2 Ekstensi Hanya lengan, adduksi, endoro Tidak mengerang: 2 tasi bahu, pronasi membuka: 1 lengan bawah: 2 Tak ada suara: 1 Tidak ada gerakan: 1
  • 16. Rangsang Meningeal Kaku Kuduk kepala ditekuk, tangan yang lain diletakkan di atas dada, perhatikan adanya tahanan. Tahanan + Kernig Paha fleksi sampai membuat sudut 90 . Tungkai bawah diekstensikan sampai membentuk sudut>135 . Tahanan dan rasa nyeri pada sudut sudut<135 + Lasegue Salah satu tungkai diangkat lurus dengan fleksi di persendian panggul. Tungkai lain lurus. Normal : Dapat mencapai sudut 70 sebelum timbul rasa sakit dan tahanan. Bila rasa sakit dan tahanan pada <70 +
  • 17. Rangsang Meningeal Brudzinski I Tanda Brudzinski II Tungkai Leher Kontralateral Tungkai yang akan dirangsang difleksikan pada sendi lutut. Tungkai atas diekstensikan pada sendi panggul. Gerakan reflektorik berupa fleksi tungkai kontralateral pada sendi lutut dan panggul +
  • 18. Saraf Kranial NERVUS OLFAKTORIUS ( N I) Penghidu NERVUS OPTIKUS ( N II ) tajam penglihatan, warna, lapang pengelihatan, fundus (funduskopi) NERVUS III, IV, VI Kedudukan bola mata, gerakan mata sesuai perintah, fungsi & reaksi pupil NERVUS TRIGEMINUS (N V) fungsi motorik (menggigit, membuka mulut) dan sensorik (nyeri, suhu, raba)
  • 19. Saraf Kranial NERVUS FASIALIS ( N VII) motorik dan sensorik NERVUS VESTIBULOKOKLEARIS ( N VIII) bisik, garputala, schwabach, weber, romberg Nervus Glosofaringeus (IX) & Nervus Vagus (X) motorik (menelan, fonasi suara, sekresi kelenjar ludah), sensorik (reflek muntah, pengecapan)
  • 20. Saraf Kranial Nervus Aksesorius (N XI) Fungsi sternokleidomastoideus Fungsi trapezius Nervus Hipoglosus (N XII) inspeksi lidah (deviasi)
  • 21. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan darah Sel-sel darah, kadar elektrolit, LED Pungsi Lumbal Dilakukan untuk menilai CSS biasanya pada segmen L4-L5. Tidak dilakukan pada pasien dengan tekanan tinggi intrakranial (TTIK) Analisis Cairan Serebrospinal (CSS) Menilai tekanan CSS, kekeruhan CSS (infeksi bakterial), leukosit, protein, dan glukosa.
  • 22. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan mikrobiologi Untuk mengidentifikasi etiologi. Bisa dilakukan kultur darah/hidung/telinga ataupun urin. CT-scan Untuk melihat lokasi lesi intrakranial.
  • 23. Kekeruhan CSS terjadi karena infeksi bakteri di meningen. Peningkatan konsentrasi protein (1-5 gr/dl) Mengidentifikasi etiologi
  • 25. Diagnosis Banding Menigitis Abses Serebri Malaria serebral
  • 26. Etiologi Streptococcus pnemoniae Neissera meningitidis Staphilococcus aureus Haemophilus influenza
  • 27. Faktor Resiko Usia Lingkungan Infeksi Sistemik Trauma Kepala / Pembedahan
  • 28. Epidemiologi Insidens : Bervariasi sesuai etiologi yang spesifik. Diperkirakan lebih tinggi dinegara berkembang karena rendahnya layanan pencegahan, seperti vaksinasi. Di negara berkembang terjadi 10 kali lipat Tertinggi pada anak < 5 thn & dewasa >60 thn Pria -> 3.3/100,000 populasi dan wanita -> 2.6/100,000 populasi
  • 29. Patofisiologi CSS mengalami Eksudat yang purulen Agen penyebab kekeruhan dan akan terkumpul (bakteri) terbentuk eksudat dalam cairan otak Masuk SSP melalui Respon inflamasi di Inflamasi dan edema p.darah & Blood Brain piameter, arakhnoid lebih lanjut sel Barrier dan CSS meningeal Menyerang Migrasi ke lapisan mekanisme Terjadi perubahan subarakhnoid petahanan tubuh dan fisiologis intrakranial bereplikasi dalam CSS
  • 31. I. Antibiotik Usia Bakteri Antibiotika Penyebab 7-50 TAHUN S. pneumoniae * Cefotaxime/ ceftriaxone + Ampicilin N. meningitides * Chloramfenicol + L.monocytogenes Trimethoprim/ sulfamethoxazole. Bila prevalensi S.pneumonia resisten cephalosporin > 2% diberikan: * Cefotaxim/ ceftriaxone + Vancomycin * Chloramfenicol/ Clindamycin/ meropenem
  • 32. II. Kortikosteroid Efek anti inflamasi dari terapi steroid dapat Menurunkan edema serebri Mengurangi tekanan intrakranial Pemberian steroid dapat menurunkan penetrasi antibiotika ke dalam abses.
  • 33. III. Terapi Operatif Pendekatan mastoidektomi harus dapat menjamin eradikasi seluruh jaringan patologik di mastoid. Maka sering diperlukan mastoidektomi radikal.
  • 34. IV. Pengobatan Simptomatik IV : 0.2 0.5 mg/kg/dosis Diazepam Rectal 0.4 0.6/mg/kg/dosis Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari. Parasetamol 10 mg/kg/dosis. atau salisilat
  • 35. Pengobatan Simptomatik Manitol Menurunkan TIK Hiperventilasi
  • 37. Prognosis Jika segera diberikan pengobatan, maka jumlah penderita yang meninggal mencapai kurang dari 10%. Tetapi jika diagnosis maupun pengobatannya tertunda, maka bisa terjadi kerusakan otak yang menetap atau kematian, terutama pada anak yang sangat kecil dan usia lanjut.
  • 38. Prognosis bergantung pada : Lama sakit sebelum Usia Penyebab mendapat pengobatan Jenis dan dosis Adanya dan Berat ringannya antibiotik yang penanganan infeksi diberikan penyakit
  • 39. FOLLOW UP 1. Kontrol keadaan umum, nadi, respirasi, tekanan 2. Pantau pemberian obat darah, dan kejang. 3. Cegah jangan sampai terjadi kerusakan lebih 4. Konsul ke spesialis saraf & lanjut/mengurangi rehab medik komplikasi/jangan sampai rekuren
  • 40. Pencegahan Primer Sekunder Tersier Vaksinasi & Mengurangi Kemoprofilaksis Diagnosis kelemahan Kurangi kontak dini dan dan kecacatan langsung dengan pengobatan penderita akibat segera Tingkatkan meningosnsefa Kenali kebersihan litis. perorangan gejala awal