Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya gizi dan nutrisi bagi ibu hamil untuk menjaga kesehatan janin dan ibu. Nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil antara lain asam folat, protein, kalsium, vitamin A, zat besi, vitamin C, dan vitamin D karena memiliki peran penting dalam pertumbuhan janin. Makanan yang disarankan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil adalah nasi, sayuran, buah-buahan, daging,
Dokumen tersebut membahas tentang status gizi, termasuk definisi status gizi, jenis-jenis malnutrisi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi. Dokumen ini juga menjelaskan berbagai pengukuran dan penilaian status gizi secara langsung maupun tidak langsung.
Dokumen tersebut berisi pedoman dan contoh-contoh program gizi untuk ibu hamil, termasuk rekomendasi asupan gizi, contoh pola makan, materi konseling gizi, dan contoh-contoh pangan tambahan berbasis sumber daya lokal.
Dokumen ini memberikan panduan tentang pentingnya sarapan pagi untuk anak sekolah, termasuk memberikan sarapan secara bertahap untuk anak yang belum terbiasa, contoh menu sarapan seimbang, dan manfaat sarapan bagi konsentrasi belajar dan kesehatan anak.
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis diet dan hubungannya dengan penyakit. Terdapat diet biasa untuk pasien tanpa gangguan sistem tubuh, diet lunak untuk pasien dengan kesulitan mengunyah dan menelan, serta diet cair untuk pasien yang sulit makan."
Dokumen tersebut membahas tentang gizi seimbang untuk ibu nifas dan menyusui, mencakup kebutuhan gizi tambahan ibu selama masa ini, sumber makanan penting untuk memperbaiki kesehatan ibu dan memproduksi ASI yang berkualitas, serta syarat makanan yang dianjurkan.
GIZI DEWASAdan LANSIA
USIA DEWASA
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(Permenkes RI) nomor 41 Tahun 2014 tentang pedoman gizi seimbang  usia dewasa dalam status gizi menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) bagi usia >18 tahun
Klasifikasi Indeks Masa Tubuh untuk INDONESIA menurut DEPKES:
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KONSUMSI PANGAN
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBUTUHAN GIZI USIA DEWASA(1) Usia Tahap Perkembangan
Langkah-langkah Penyusunan Menu Gizi Seimbang
Penyebab, kerugian, dan Solusi Masalah Berat Badan
Permasalahan Gizi dan Penyakit Tidak MenularUsia Dewasa
PENUAAN
Efek Penuaan TerhadapFungsi Fisiologis
Teori Penuaan danPembatasan Energi
10 Penyakit Terbanyak pada Lansia Tahun 2013
Kelompok Lansia BERISIKO yang rentan dalam hal Gizi
Zat Gizi dengan Risiko Asupan tidak Adekuat
Pengkajian Gizi pada Lansia
Kapasitas Fungsional
Grafik Hipotesis dari Kapasitas Fungsional
Grafik Kapasitas Fungsional dan Kapasitas Intrinsik
Dokumen tersebut membahas tentang anemia pada ibu hamil, termasuk penjelasan tentang definisi anemia, gejala-gejalanya, penyebabnya, bahayanya bagi ibu dan bayi, serta cara mencegah dan mengatur gizi yang tepat untuk ibu hamil.
Dokumen tersebut membahas tentang standar makanan rumah sakit yang terdiri dari makanan umum, khusus, dan diet pemeriksaan. Jenis makanan umum meliputi makanan biasa, lunak, saring, dan cair yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Diet khusus misalnya TETP, rendah garam, dan diabetes bertujuan memenuhi kebutuhan gizi pasien. Diet pemeriksaan seperti benzidine, kecap, dan bowl digunakan untuk mempersiapkan p
Perencanaan Menu untuk Remaja Anemia selama 7 hariFakhriyah Elita
Ìý
Remaja yang mengalami anemia harus diberi perhatian khusus terhadap menu makannya. Terutama remaja putri. Berikut contoh perencanaan menu selama 7 hari
continous versus intermittent RRT in the ICU Salwa Ibrahim
Ìý
This document discusses different modalities of continuous renal replacement therapy (CRRT) for critically ill patients with acute kidney injury, including CVVH, CVVHDF and CVVHD. It summarizes evidence from randomized controlled trials and systematic reviews showing no significant differences in mortality or renal recovery rates between CRRT and intermittent hemodialysis. Slow low efficiency daily dialysis (SLED) is presented as a hybrid therapy that combines benefits of CRRT and economics of intermittent hemodialysis. A cost analysis shows CRRT is more expensive than SLED due to additional consumables and fluids required. The conclusion is that while CRRT may provide higher blood pressure, there is no evidence it improves survival over intermittent
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis diet dan hubungannya dengan penyakit. Terdapat diet biasa untuk pasien tanpa gangguan sistem tubuh, diet lunak untuk pasien dengan kesulitan mengunyah dan menelan, serta diet cair untuk pasien yang sulit makan."
Dokumen tersebut membahas tentang gizi seimbang untuk ibu nifas dan menyusui, mencakup kebutuhan gizi tambahan ibu selama masa ini, sumber makanan penting untuk memperbaiki kesehatan ibu dan memproduksi ASI yang berkualitas, serta syarat makanan yang dianjurkan.
GIZI DEWASAdan LANSIA
USIA DEWASA
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(Permenkes RI) nomor 41 Tahun 2014 tentang pedoman gizi seimbang  usia dewasa dalam status gizi menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) bagi usia >18 tahun
Klasifikasi Indeks Masa Tubuh untuk INDONESIA menurut DEPKES:
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KONSUMSI PANGAN
FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBUTUHAN GIZI USIA DEWASA(1) Usia Tahap Perkembangan
Langkah-langkah Penyusunan Menu Gizi Seimbang
Penyebab, kerugian, dan Solusi Masalah Berat Badan
Permasalahan Gizi dan Penyakit Tidak MenularUsia Dewasa
PENUAAN
Efek Penuaan TerhadapFungsi Fisiologis
Teori Penuaan danPembatasan Energi
10 Penyakit Terbanyak pada Lansia Tahun 2013
Kelompok Lansia BERISIKO yang rentan dalam hal Gizi
Zat Gizi dengan Risiko Asupan tidak Adekuat
Pengkajian Gizi pada Lansia
Kapasitas Fungsional
Grafik Hipotesis dari Kapasitas Fungsional
Grafik Kapasitas Fungsional dan Kapasitas Intrinsik
Dokumen tersebut membahas tentang anemia pada ibu hamil, termasuk penjelasan tentang definisi anemia, gejala-gejalanya, penyebabnya, bahayanya bagi ibu dan bayi, serta cara mencegah dan mengatur gizi yang tepat untuk ibu hamil.
Dokumen tersebut membahas tentang standar makanan rumah sakit yang terdiri dari makanan umum, khusus, dan diet pemeriksaan. Jenis makanan umum meliputi makanan biasa, lunak, saring, dan cair yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Diet khusus misalnya TETP, rendah garam, dan diabetes bertujuan memenuhi kebutuhan gizi pasien. Diet pemeriksaan seperti benzidine, kecap, dan bowl digunakan untuk mempersiapkan p
Perencanaan Menu untuk Remaja Anemia selama 7 hariFakhriyah Elita
Ìý
Remaja yang mengalami anemia harus diberi perhatian khusus terhadap menu makannya. Terutama remaja putri. Berikut contoh perencanaan menu selama 7 hari
continous versus intermittent RRT in the ICU Salwa Ibrahim
Ìý
This document discusses different modalities of continuous renal replacement therapy (CRRT) for critically ill patients with acute kidney injury, including CVVH, CVVHDF and CVVHD. It summarizes evidence from randomized controlled trials and systematic reviews showing no significant differences in mortality or renal recovery rates between CRRT and intermittent hemodialysis. Slow low efficiency daily dialysis (SLED) is presented as a hybrid therapy that combines benefits of CRRT and economics of intermittent hemodialysis. A cost analysis shows CRRT is more expensive than SLED due to additional consumables and fluids required. The conclusion is that while CRRT may provide higher blood pressure, there is no evidence it improves survival over intermittent
This document provides an overview of glomerulonephritis (GN), including its classification, pathology, clinical features, investigations, and management. GN can be classified as primary or secondary and pathologically. It causes nephritic or nephrotic syndrome clinically. Investigations include urine analysis, serum tests, and renal biopsy. Management depends on the type and severity of GN but may include medications, diet modifications, dialysis, or transplant. Prognosis varies between types of GN.
This document discusses uremic toxins, which are waste products that accumulate in the body when the kidneys are not functioning properly. It is divided into sections on:
- Symptoms of uremia caused by toxin buildup, such as fatigue, loss of concentration, and neuropathy.
- Bergstrom's criteria for identifying uremic toxins.
- Classification of toxins into small water-soluble compounds like urea and creatinine, and protein-bound compounds like phenols and indoles.
- Specific toxins like urea, guanidines, phosphorus, and phenols are discussed in more detail, outlining their effects and relationship to uremic
Chapter 13 And 15 Fluid Electrolytes BasicsBrandon Cooper
Ìý
This document discusses fluid compartments and movement in the body, including intracellular and extracellular fluid, filtration, diffusion, osmosis, and active transport. It also summarizes key electrolytes like sodium, calcium, phosphorus, magnesium, and chloride, outlining their normal levels and functions in the body. Maintaining fluid and electrolyte balance is important for various physiological processes and requires regulation by multiple organ systems.
The document presents the case of a 63-year-old male patient with end-stage renal disease secondary to diabetes who has been on dialysis for three years. He was recently hospitalized multiple times for various issues and experienced significant weight loss and decreased nutritional status. The case examines his medical history and diet during hospitalizations in order to assess his current protein-energy wasting status and recommend treatment.
Proses pembentukan urine di ginjal terdiri dari tiga tahap yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan augmentasi. Filtrasi adalah penyaringan darah di glomerulus, reabsorpsi adalah penyerapan kembali zat yang terfilter, sedangkan augmentasi adalah penambahan ion dan senyawa kimia ke dalam urine sekunder.
Review (ca 2007) of Uremic Toxins Accumulating in Patients with Chronic and End Stage Renal Disease modified from a presentation I gave in Fellow's Grand rounds.
Relied heavily on publications from the EU Toxin Work Group Work, which provides more up to date information:
http://www.uremic-toxins.org/
This document discusses dry weight, which is the ideal post-dialysis weight that allows a patient to maintain normal blood pressure without medication until their next dialysis session. It explains that extracellular volume overload is a main cause of hypertension in dialysis patients. Achieving the correct dry weight through clinical assessment and trial and error allows blood pressure to be controlled in most patients. Dry weight can be difficult to determine accurately and must be regularly adjusted as patient factors like appetite and nutrition change over time.
This document discusses anemia management in chronic kidney disease (CKD). It covers the mechanisms of anemia in CKD, including erythropoietin deficiency and iron deficiency. It reviews guidelines for hemoglobin targets and the use of erythropoiesis-stimulating agents (ESAs) to treat anemia. Larger studies on hemoglobin targets in both dialysis and non-dialysis CKD patients, such as the CHOIR and CREATE trials, found higher risks with higher hemoglobin targets and no benefits to quality of life. Iron deficiency is a major cause of ESA treatment failure in CKD patients.
This document provides information on medical nutrition therapy for a patient with end-stage renal disease undergoing hemodialysis. The patient has a GFR of 12 mL/min and receives hemodialysis twice a week. The goals of medical nutrition therapy are to prevent deficiencies, control fluid balance and electrolytes, and prevent complications related to calcium and phosphorus levels. The dietitian provides calculations to determine the patient's energy, protein, fluid and electrolyte needs and prescribes an appropriate diet.
The document discusses fluid and electrolyte homeostasis in the human body. It covers the different fluid compartments, electrolytes, and mechanisms that control fluid and electrolyte movement. Common fluid and electrolyte imbalances like dehydration, edema, and electrolyte disorders are explained along with their causes, signs and symptoms, and nursing management.
Uremia refers to the pathological manifestations that occur with severe azotemia or kidney failure. Symptoms of uremia develop as kidney function declines and waste products accumulate in the blood. Chronic kidney disease is defined as kidney damage or decreased kidney function lasting at least 3 months. It is staged based on glomerular filtration rate. Common complications in later stages include fluid and electrolyte abnormalities like hyperkalemia and metabolic acidosis, endocrine disorders like mineral bone disease, and neurological and cardiovascular issues. Dialysis can improve some manifestations of uremia but others may persist or progress despite treatment.
Nutrition is important for patients undergoing peritoneal dialysis due to high risk of protein-energy malnutrition. The kidney regulates various body functions and end stage renal disease results in metabolic and nutritional abnormalities. Protein-energy malnutrition is highly prevalent in peritoneal dialysis and associated with increased mortality. Early nutritional assessment is important to diagnose and treat malnutrition through dietary modifications. Assessment involves measurements of serum albumin, weight changes, dietary intake and anthropometric measurements. The nutritional management focuses on adequate protein, energy, fluid and electrolyte intake tailored to the individual needs.
Fungsi ginjal meliputi filtrasi darah, reabsorpsi selektif zat-zat terfiltrasi, dan sekresi produk metabolisme. Proses ini mempertahankan homeostasis cairan, elektrolit, dan status asam basa tubuh.
Fluid and electrolyte management is important for perioperative care. Key points include:
1. Body water is divided into intracellular fluid and extracellular fluid. Common IV fluids contain different electrolyte concentrations and osmolarities.
2. Crystalloids expand plasma volume but leave the intravascular space quickly, while colloids remain intravascular longer but do not correct electrolyte deficiencies.
3. Perioperative fluid management aims to replace pre-existing deficits, normal maintenance needs, and abnormal surgical losses like blood loss, third spacing, and insensible losses. Close monitoring of fluid status is important.
Basic Intravenous Therapy 3: Fluids And Electrolytes, Balance and Imbalance, ...Ronald Magbitang
Ìý
Lecture Presentation in Basic Intravenous Therapy Seminar, discussion on Body Fluids and Electrolytes, Normal Values and the Imbalances, the symptomatology and treatment and precautions, and, finally the different types of commonly available, utilized IVF in clinics
This document discusses types of intravenous (IV) fluids and their uses. It defines IV fluids as solutions administered directly into the venous circulation to provide fluids, electrolytes, medications, or blood products. The document outlines the main types of IV fluids as colloids, which remain in blood vessels, and crystalloids, which disperse more widely. Isotonic, hypotonic, and hypertonic crystalloid solutions are described based on their concentration relative to body fluids. Common indications for IV therapy and nursing considerations like assessment, administration, and monitoring are summarized. Potential complications of IV therapy including infection, infiltration, and electrolyte imbalances are also reviewed.
Dokumen tersebut merupakan satuan acara penyuluhan tentang gizi seimbang bagi ibu menyusui. Penyuluhan ini bertujuan agar ibu menyusui dapat memahami kebutuhan gizinya dan dampak buruk jika gizinya tidak seimbang sehingga dapat memberikan ASI yang berkualitas bagi bayinya. Materi penyuluhan mencakup pengertian gizi ibu menyusui, manfaat, karakteristik makanan, dampak kur
Dokumen tersebut merangkum tentang satuan acara penyuluhan (SAP) dan materi penyuluhan gizi seimbang untuk ibu hamil. SAP ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada ibu hamil tentang pentingnya gizi seimbang selama kehamilan, yang mencakup pengertian, manfaat, akibat kekurangan gizi, jenis makanan bergizi, dan pola makan yang sesuai.
ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja tanpa tambahan makanan atau minuman lainnya sampai bayi berusia enam bulan. Memberikan ASI Eksklusif memiliki berbagai manfaat seperti meningkatkan daya tahan tubuh, kecerdasan, dan jalinan kasih sayang ibu-bayi. Ibu juga memperoleh manfaat seperti mengurangi resiko kanker payudara. Idealnya, bayi hanya diberi ASI saja sampai usia enam
Dokumen tersebut merangkum tentang satuan acara penyuluhan gizi yang baik untuk ibu hamil. Mencakup tujuan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan tentang gizi, materi penyuluhan seperti pengertian gizi, manfaat, kebutuhan gizi, dan dampak kekurangan gizi. Juga menjelaskan metode penyuluhan melalui ceramah dan diskusi.
1. Dokumen tersebut merupakan rancangan satuan acara penyuluhan tentang ASI eksklusif yang akan diselenggarakan di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin. Acara akan membahas manfaat ASI eksklusif bagi ibu dan bayi serta teknik menyusui yang benar.
Dokumen tersebut merupakan contoh satuan acara penyuluhan (SAP) tentang gizi seimbang bagi ibu hamil yang mencakup tujuan, pokok bahasan, metode, dan tahapan kegiatan penyuluhan."
Makalah ini membahas tentang pentingnya gizi seimbang bagi ibu hamil dengan menjelaskan beberapa poin utama seperti pengertian gizi, makanan dan gizi seimbang untuk ibu hamil, nutrisi penting bagi ibu hamil seperti protein, vitamin, mineral, serta faktor yang mempengaruhi dan dampak kekurangan gizi pada ibu hamil.
Posyandu bertujuan meningkatkan kesehatan masyarakat termasuk ibu dan anak. Posyandu melakukan pendaftaran, penimbangan, penyuluhan gizi, dan pelayanan kesehatan. PMT menyediakan makanan bergizi tambahan berbasis lokal untuk memenuhi kebutuhan gizi balita. Makanan tambahan harus beragam, sesuai kebutuhan zat gizi, dan disesuaikan bentuknya dengan balita.
Kehamilan, Gizi Ibu Hamil dan Menyusui MJM Networks
Ìý
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai penyuluhan tentang kehamilan, gizi ibu hamil dan menyusui yang akan dilaksanakan di Puskesmas Kamp. Dalam pada hari Senin, 18 Februari 2013. Penyuluhan akan membahas tentang pentingnya gizi bagi ibu hamil dan menyusui, komplikasi yang dapat timbul dari kekurangan gizi, serta makanan yang dianjurkan untuk ibu hamil dan menyusui.
Satuan acara penyuluhan membahas pentingnya pemenuhan nutrisi bagi anak, terutama untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan pertumbuhan. Nutrisi mencakup karbohidrat, protein, lemak, dan air yang dibutuhkan tubuh. Nutrisi dapat dipenuhi dengan makan teratur dan bergizi serta istirahat yang cukup. Kurangnya nutrisi berisiko menurunkan berat badan, perkembangan, dan kinerja berfikir pada anak.
Dokumen tersebut merupakan satuan acara penyuluhan tentang jajanan sehat yang akan diselenggarakan di SD Negeri 1 Banyuroto. Penyuluhan akan membahas pengertian jajanan sehat, fungsi jajanan, jenis jajanan sehat dan tidak sehat, cara memilih jajanan sehat, dan pencegahan agar tidak jajan sembarangan. Tujuannya adalah meningkatkan pengetahuan siswa tentang pentingnya memilih jajanan sehat.
RAPAT KOORDINASI DAN EVALUASI PENANGGULANGAN RABIES DI PROVINSI BALI 11 Juni ...Wahid Husein
Ìý
Strategi penanggulangan rabies secara terintegrasi
Peraturan mengenai pengendalian rabies
Pengendalian rabies pada saat Pandemi COVID19
Kasus rabies pada hewan
Hasil vaksinasi rabies
Kendala yang dihadapi
Dukungan FAO ECTAD terhadap Program Pengendalian dan Pemberantasan Rabies di ...Wahid Husein
Ìý
Situasi rabies di dunia
Situasi rabies di Indonesia
Program rabies di Indonesia
Apa yang dilakukan ECTAD Indonesia
Tantangan utama
Rekomendasi ke depan
#TANGKI4D PLATFOM TRANDING MASA KINI KARNA TINGKAT KEMENANGAN YANG SANGAT TINGGITANGKI4D
Ìý
Bagi kalian yang ingin mendapatkan kemenangan situs slot bonus kami merupakan saran terbaik buat kalian, hanya mengunakan modal rendah & penyedia bonus terbaik sepanjang masa
follow semua dan claim bonus dari kami #Tangki4dexclusive #tangki4dlink #tangki4dvip #bandarsbobet #idpro2025 #stargamingasia #situsjitu #jppragmaticplay #scatternagahitam
1. SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Gizi seimbang pada ibu menyusui
Tempat :
Sasaran :
Waktu :
Pelaksana :
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit, diharapkan ibu (sasaran) dapat
memahami tentang kebutuhan gizi ibu menyusui.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan ibu (sasaran) dapat :
1. Menjelaskan pengertian gizi ibu menyusui
2. Menyebutkan manfaat gizi bagi ibu menyusui
3. Menyebutkan karakteristik makanan bagi ibu menyusui
4. Menyebutkan dampak apabila ibu menyusui kurang gizi
5. Menyebutkan bahan makanan yang dapat merangsang ASI
6. Menyebutkan hal-hal yang harus dihindari pada ibu yang menyusui
C. Materi
1. Pengertian gizi ibu menyusui
2. Manfaat gizi bagi ibu menyusui
3. Karakteristik makanan bagi ibu menyusui
4. Dampak apabila ibu menyusui kurang gizi
5. Bahan makanan yang dapat merangsang ASI
6. Hal-hal yang harus dihindari pada ibu yang menyusui
D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
E. Media
1. Leaflat
F. Jadwal Kegiatan
No. Waktu Kegiatan Respon
1. 2 Menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan dengan mengucapkan
salam
2. Memperkenalkan diri
3. Kontrak waktu
4. Menyebutkan materi yang akan diberikan.
5. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
- Menjawab salam
- Mendengarkan
- Memperhatikan
2. 3. 10 Menit Penyampaikan materi :
1. Pengertian gizi ibu menyusui
2. Manfaat gizi bagi ibu menyusui
3. Karakteristik makanan bagi ibu menyusui
4. Dampak apabila ibu menyusui kurang gizi
5. Bahan makanan yang dapat merangsang ASI
6. Hal-hal yang harus dihindari pada ibu yang
menyusui
- Memperhatikan dan
mendengarkan
4. 3 Menit Evaluasi:
1. Memberikan Pertanyaan
2. Penyuluh dan sasaran menyimpulkan materi
Penutup:
1. Mengucapkan salam penutup
- Mendengarkan
- Menjawab pertanyaan
- Menjawab salam
G. Sumber
http://pusspitaa27.blogspot.com/2011/07/satuan-acara-penyuluhan-sap-asi.html diakses 15
Juni 2014, 20:00 WIB
Soetjiningsih. 1997. ASI : Petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta : EGC.
H. Evaluasi
Jenis Soal : Lisan
Butir Soal :
1. Jelaskan pengertian gizi ibu menyusui
2. Sebutkan manfaat gizi bagi ibu menyusui
3. Sebutkan karakteristik makanan bagi ibu menyusui
4. Sebutkan dampak apabila ibu menyusui kurang gizi
5. Sebutkan contoh bahan makanan yang dapat merangsang ASI
6. Sebutkan hal-hal yang harus dihindari pada ibu yang menyusui
3. Lampiran
GIZI IBU MENYUSUI
A. Pengertian
Gizi seimbang pada ibu menyusui adalah makanan yang mengandung zat – zat gizi
yang seimbang dibutuhkan oleh tubuh selama masa menyusui dalam meningkatkan
produksi ASI sebagai makanan bayi.
B. Manfaat gizi bagi ibu menyusui
1. Pembentukan ASI yang diperlukan sebagai makanan bagi bayi
2. Untuk pemulihan kesehatan ibu setelah melahirkan
3. Mempertahankan sirkulasi yang adekuat bagi ibu selama prosese pemulihan
4. Meningkatkan pertahanan tubuh selama proses pemulihan
5. Menyeimbangkan kebutuhan energi dalam aktivitas ibu dengan peningkatan
metabolism (pembakaran) dalam tubuh
C. Karakteristik makanan bagi ibu menyusui
1. Makanan seimbang: kalori, protein dan karbohidrat
2. Jumlahnya lebih banyak dari makanan ibu hamil
3. Kebutuhan air lebih banyakk setiap hariblebih dari 6 gelas
4. Makanan tidak mengandung bumbu yang merangsang: cabe
5. Makanan mengandung banyak sayuran hijau untuk meningkatkan progduksi ASI dan
proses BAB
D. Dampak apabila ibu menyusui kurang gizi
1. Produksi ASI menurun
2. Gizi yang didapat bayi tidak optimal
3. Kadar lemak dan vitamin dalam ASI cenderung kurang
4. Keadaan umum dan kesehatan berat badan bayi kurang
E. Bahan makanan yang dapat merangsang ASI
Contoh beberapa jenis makanan yang dapat merangsang ASI, diantaranya :
1. Bayam
2. Kedelai
3. Daun singkong
4. Pepaya
4. 5. Daun katuk
6. Mangga
7. Daun pepaya
8. Jeruk
9. Kacang tanah
10. Pisang
11. Kacang merah
12. Jambu air
13. Kacang hijau
F. Hal-Hal yang harus dihindari pada ibu menyusui
1. Makan yang terlalu pedas
2. Makanan yang terlalu asam
3. Makanan yang banyak mengandung MSG
4. Jangan minum kopi yang berlebihan, karena dapat merangsang ginjal berkerja lebih
kuat yang menyebabakan sering buang air kecil padahal selama menyusui
memerlukan banyank cairan.
5. Merokok juga dilarang, selain akibat pasif dari efek rokok yang dihisap paru- paru
bayi, nikotin yang ada dalam tembakau mengalir melalui ASI ketubuh bayi, akibatnya
bayi keracunan nikotin.
6. Makanan yang menyebabkan alergi bagi ibu dan bayinya alergi