Satuan acara pengajaran ini membahas pyoderma gangrenosum yang merupakan kondisi yang menyebabkan jaringan menjadi nekrotik dan menimbulkan luka kronis. Materi ini menjelaskan pengertian, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, klasifikasi, dan penatalaksanaan pyoderma gangrenosum.
1 of 11
Download to read offline
More Related Content
Sap yiyik
1. MIKROTEACHING
PYODERMA GANGGRENOSUM
DISUSUN OLEH:
NAMA :YIYIK ZILAYDA FITRI
NIM :11100107
MATA KULIAH :PENDIDIKAN KESEHATAN
DOSEN :NS.SRI DEWI AFSARI, S.Kep
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
CITRA DELIMA BAGKA BELITUNG
2014
2. SATUAN ACARA PENGAJARAN
(SAP)
MATA KULIAH : PENKES
KODE MATA KULIAH : PSIK 11111P
SKS : 3 SKS
WAKTU PERTEMUAN : 1 x 15 menit
PERTEMUAN KE : I
A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa mampu memahami pengertian
pada klien dengan pyoderma ganggrenosum.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian pyoderma ganggrenosum
2. Menyebutkan etiologi pyoderma ganggrenosum
3. Menyebutkan tanda dan gejala pyoderma ganggrenosum
C. POKOK BAHASAN : Pyoderma Ganggrenosum
D. SUB POKOK BAHASAN
1. Pengertian Pyoderma Ganggrenosum
2. Etiologi Pyoderma Ganggrenosum
3. Tanda dan gejala Pyoderma Ganggrenosum
3. E. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan
Mahasiswa
Media dan
Alat
Pendahuluan
( 3 menit)
Menjelaskan secara singkat mata
kuliah yang akan diajarkan.
Memperhatikan
Mendengarkan
White board
Spidol
Laptop
LCD
Penyajian
(10 menit)
Menjelaskan:
1. Pengertian pyoderma
ganggrenosum
2. Etiologi pyoderma
ganggrenosum
3. Tanda dan gejala pyoderma
ganggrenosum
Menyimak
Memperhatikan
Mencatat
White board
Spidol
Laptop
LCD
Penutup
( 2 menit)
Merangkum mata kuliah dan
mengadakan tanya jawab
Mendengar
Mengadakan
tanya jawab
White board
Spidol
Laptop
LCD
F. EVALUASI : memberikan penilaian secara langsung berdasarkan tanya jawab yang
berkaitan dengan materi kuliah
G. REFERENSI
http://keluargacemara.com/kesehatan//infeksi-karena-Pyoderma.html
http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2011/05/makalah-pyoderma-ganggrenosum.html
http://www.totalkesehatananda.com/makalah-pada-pyoderma.html
http://www.vet-indo.com/Kasus-Medis/Pengertian-Pyoderma-Ganggrenosum.html
4. MATERI
PYODERMA GANGGRENOSUM
I. Masalah Utama
A. Defenisi
Pioderma adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus,
Streptococcus B Hemoliticus, atau oleh kedua-duanya.
Pioderma adalah terminologi umum untuk penyakit-penyakit infeksi kulit yang
disebabkan oleh kuman (bakteri), terutama Streptococcus beta hemolyticus atau
Staphylococcus aureus.
Pioderma gangrenosum adalah suatu kondisi yang menyebabkan jaringan menjadi
nekrotik , menyebabkan dalam borok yang biasanya terjadi pada kaki. Ketika
mereka terjadi, mereka dapat menyebabkan luka kronis . Ulkus biasanya awalnya
terlihat seperti bug gigitan kecil atau papula , dan mereka maju ke bisul yang lebih
besar. Meskipun luka jarang menyebabkan kematian, mereka dapat menyebabkan
rasa sakit dan jaringan parut .
B. ETIOLOGI
1. Bakteri Stapylococcus Aureus, yaitu :
Impetigo bulosa
Folikulitis
Furunkel dll
2. Bakteri Streptococcus B, yaitu:
Impetigo Krustosa
Ekstima
Selulitis dll
5. C. PATOFISIOLOGI
Banyak hal yang mempengaruhi seseorang sampai terjadinya pioderma antara lain
faktor host, agent dan lingkungan seperti yang telah dipaparkan sebelumnya dimana
adanya ketidakseimbangan antara ketiga faktor tersebut.
Staphylococcus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigen yang
merupakan substansi penting didalam struktur dinding sel. Peptidoglikan, suatu
polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang terangkai, merupakan
eksoskeleton kaku pada dinding sel. Peptidoglikan dihancurkan oleh asam kuat atau
lisozim. Hal ini merupakan penting dalam patogenesis infeksi : zat ini menyebabkan
monosit membuat interleukin-1 (pirogen endogen) dan antibodi opsonik dan zat ini
juga menjadi zat kimia penarik (kemotraktan) untuk leukosit polimorfonuklear,
mempunyai aktifitas mirip endotoksin mengaktifkan komplemen.
6. D. PATHWAY
Ketidakseimbangan Host, Agent dan Lingkungan
Furunkel oleh staphylococcus dan strepthococcus
PYODERMA GANGGRENOSUM
Bakteri masuk S. Aureus tinggal didalam folikel Kelainan pada
kulit
Folikelitis dan perifolikulitis Nekrosis jaringan
Abses Pecah
Nyeri Koagulasi fibrin sekitar lesi
Dan getah bening Lesi pada mulut
Penumpukan sel radang Kesulitan untuk
mengunyah
Kerusakan Integritas
kulit Gangguan
Kebutuhan nutrisi
Kurang dari
Kebutuhan tubuh
7. E. TANDA DAN GEJALA
1. Benjolan merah dikulit yang membesar dan menjadi bernanah.
2. Nyeri berdenyut-denyut.
3. Demam/panas.
4. Adanya nodul.
5. Mual-muntah.
6. Krusta
7. Gatal-gatal
8. Radang dan
9. Papul dan prustul
II. Proses Terjadinya Masalah
Faktor predisposisi
a. Higiene yang kurang.
b. Menurunnya daya tahan Misalnya: kekurangan gizi, anemia, penyakit kronik,
neoplasma ganas, diabetes mellitus.
c. Telah ada penyakit lain di kulit.Karena terjadi kerusakan di epidermis, maka
fungsi kulit sebagai pelindung akan terganggu sehingga memudahkan terjadinya
infeksi.
III.KLASIFIKASI
1. Pyoderma Primer
Merupakan Infeksi pada kulit normal, gambaran klinis tertentu disebabkan 1
macam organisme.
2. Pyoderma sekunder
Merupakan infeksi pada kulit yang telah ada penyakit kulit lain, gambaran klinis
tidak khas, mengikuti penyakit yang telah ada.
IV. Bentuk Pyoderma Ganggrenosum
Berbagai bentuk pioderma :
1. Impetigo
Impetigo ialah pioderma superfisialis ( terbatas pada epidermis ). Terdapat 2
bentuk ialah impetigo krustosa dan impetigo bulosa.
8. 2. Folikulitis
Merupakan radang folikel rambut yang biasanya disebabkan Staphylococcus
aureus.
3. Furunkel/Karbunkel
Merupakan radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih dari pada sebuah
disebut Furunkulosis, Karbunkel merupakan kumpulan Furunkel. Biasanya
disebabkan oleh Stapyhlococcus aureus, keluhan biasanya nyeri.
4. Ektima
Ektima ialah ulkus superfisial dengan krusta di atasnya disebabkan infeksi oleh
Streptococcus.
5. Pionika
Radang disekitar kuku oleh piokokus, disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan
streptococcus B hemolyticus, biasanya didahului dengan trauma atau infeksi.
6. Erisipelas
Ialah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh Streptococcus, gejala
utamanya ialah eritema berwarna merah cerah, biasanya disebabkan oleh
Streptococcus B hemolyticus.
7. Selulitis
Etiologi, gejala konstitusi, tempat predileksi, kelainan pemeriksaan
laboratoriksama dengan erisipelas. Kelainan kulit berupa infiltrate yang difus di
subkutan dengan tanda-tanda radang akut.
8. Flegmon
Merupakan selulitisyang mengalami supurasi. Terapinya sama dengan selulitis
hanya ditambah insisi.
9. Ulkus Piogenik
Berbentuk ulkus yang gambaran klinisnya tidak khas disertai pus di atasnya.
Dibedakan dengan ulkus lain yang disebabkan oleh kuman negative-Gram, oleh
karena itu perlu dilakukan kultur.
9. V. PENATALAKSANAAN
1. Pada pengobatan umum kasus pioderma , factor hygiene perorangan dan lingkungan
harus diperhatikan.
2. Sistemik
Berbagai obat dapat digunakan sebagai pengobatan pioderma, yaitu :
a. Penisilin G prokain dan semisintetiknya
1. Penisilin G prokain
Dosisnya 1,2 juta/ hari, I.M. Dosis anak 10000 unit/kgBB/hari. Penisilin
merupakan obat pilihan (drug of choice), walaupun di rumah sakit kota-kota
besar perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya resistensi. Obat ini tidak
dipakai lagi karena tidak praktis, diberikan IM dengan dosis tinggi, dan
semakin sering terjadi syok anafilaktik.
2. Ampisilin
Dosisnya 4x500 mg, diberikan 1 jam sebelum makan. Dosis anak 50-
100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
3. Amoksisilin
Dosisnya sama dengan ampsilin, dosis anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi
dalam 3 dosis. Kelebihannya lebih praktis karena dapat diberikan setelah
makan. Juga cepat absorbsi dibandingkan dengan ampisilin sehingga
konsentrasi dalam plasma lebih tinggi.
4. Golongan obat penisilin resisten-penisilinase
Yang termasuk golongan obat ini, contohnya: oksasilin, dikloksasilin,
flukloksasilin. Dosis kloksasilin 3 x 250 mg/hari sebelum makan. Dosis
flukloksasilin untuk anak-anak adalah 6,25-11,25 mg/kgBB/hari dibagidalam 4
dosis.
b. Linkomisin dan Klindamisin
Dosis linkomisin 3 x 500 mg sehari. Klindamisin diabsorbsi lebih baik karena
itu dosisnya lebih kecil, yakni 4 x 300-450 mg sehari. Dosis linkomisin untuk anak
yaitu 30-60 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis, sedangkan klindamisin 8-16
mg/kgBB/hari atau sapai 20 mg/kgBB/hari pada infeksi berat, dibagi dalam 3-4
dosis. Obat ini efektif untuk pioderma disamping golongan obat penisilin resisten-
10. penisilinase. Efek samping yang disebut di kepustakaan berupa colitis
pseudomembranosa, belum pernah ditemukan. Linkomisin gar tidak dipakai lagi
dan diganti dengan klindamisin karena potensi antibakterialnya lebih besar, efek
sampingnya lebih sedikit, pada pemberian pe oral tidak terlalu dihambat oleh
adanya makanan dalam lambung.
c. Eritromisin
Dosisnya 4x 500 mg sehari per os. Efektivitasnya kurang dibandingkan
dengan linkomisin/klindamisin dan obat golongan resisten-penisilinase. Sering
member rasa tak enak dilambung. Dosis linkomisin untuk anak yaitu 30-
5mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis.
d. Sefalosporin
Pada pioderma yang berat atau yang tidak member respon dengan obat-obatan
tersebut diatas, dapat dipakai sefalosporin. Ada 4 generasi yang berkhasiat untuk
kuman positif-gram ialah generasi I, juga generasi IV. Contohya sefadroksil dari
generasi I dengan dosis untuk orang dewasa2 x 500 m sehari atau 2 x 1000 mg
sehari (per oral), sedangkan dosis untuk anak 25-50 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2
dosis.
3. Topikal
Bermacam-macam obat topikal dapat digunakan untuk pengboatan pioderma. Obat
topical anti mikrobial hendaknya yang tidak dipakai secara sistemik agar kelak tidak
terjadi resistensi dan hipersensitivitas, contohnya ialah basitrasin, neomisin, dan
mupirosin. Neomisin juga berkhasiat untuk kuman negatif-gram.Neomisin, yang di
negeri barat dikatakan sering menyebabkan sensitisasi, jarang ditemukan. Teramisin
dan kloramfenikol tidak begitu efektif, banyak digunakan karena harganya murah.
Obat-obat tersebut digunakan sebagai salap atau krim. Sebagai obat topical juga
kompres terbuka, contohnya: larutan permangas kalikus 1/5000, larutan rivanol 1%
dan yodium povidon 7,5 % yangndilarutkan 10 x. yang terakhir ini lebih efektif,
hanya pada sebagian kecil mengalami sensitisasi karena yodium. Rivanol mempunyai
kekurangan karena mengotori sprei dan mengiritasi kulit.