ݺߣ

ݺߣShare a Scribd company logo
Ju Panggola adalah sebuah gelar atau julukan. Ju berarti ‘ya’, sedangkan Panggola berati ‘tua’. 
Jadi, Ju Panggola artinya Ya Pak Tua. Konon nama Pak Tua tersebut adalah Ilato, yang artinya kilat. 
Karena kesaktian dan sifat keramatnya Ilato, mempunyai kemampuan untuk menghilang dan muncul 
jika negeri dalam keadaan gawat.
Pak Tua atau “Ju Panggola” gelar ini muncul dari masyarakat karena setiap beliau tampil, dengan 
profil Kakek Tua yang mengenakan jubah putih. Ia mempunyai jenggot putih yang sangat panjang 
yang melewati lutut. Ia juga dijuluki sebagai “Awuliya” karena beliau adalah penyebar agama Islam 
sejak tahun 1400, sebelum para Wali Songo berada di Pulau Jawa.
Makam tersebut memiliki banyak keajaiban,antara lain, tanah di atas bukit itu berbau harum
Tempat pendaratan soekarno terletak di Kecamatan Batudaa,
Awalnya, bangunan musem ini merupakan rumah yang dibangun semasa pemerintahan kolonial 
Belanda menguasai Gorontalo dengan ukuran 5 x 15 meter, dan diperkirakan dibangun pada tahun 
1936. 
Dahulu kala, Soekarno pernah menjejakkan kaki di Bumi Gorontalo pada tahun 1950 dan tahun 
1956.   Soekarno   datang   ke  Gorontalo   melalui   jalur   udara   yang  mendarat   di   Danau   Limboto. 
Kedatangan pertamanya, menggunakan pesawat Ampibi. Lalu, kedatangannya yg keduan di tahun 
1956 ia memakai pesawat Catalina. Soekarno datang bersama ajudannya dengan pilot bernama 
Wiweko Supono. Kala itu, pesawat Ampibi masih bisa mendarat dan berlabuh di Danau Limboto 
karena ketika itu, debit airnya masih memungkinkan pesawat untuk mendarat di danau liboto.
edatangan Soekarno ke Gorontalo saat itu adalah untuk melakukan inspeksi guna meyakinkan 
bahwa Gorontalo masih tetap setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 
Kantor pos
Dideapannya terdapat Tugu Prasasti Komite 12 yang konon katanya sebagai wadah perjuangan
yang sangat rahasia.
 Dibawah Tugu tersebus terdapat sepetak keramik yang tertuliskan “Pidato Bapak Nani Wartabone
Pada Saat Upacara Penyambutan Kemerdekaan Gorontalo”
mesjid hunto
            Di dalam masjid ini terdapat sumur tua yang terbuat dari kapur dan putih telur Maleo
dengan diameter lebih dari satu meter dan ketinggian mencapai tujuh meter. Sumur tua ini tidak
akan kering walau musim panas yang berkepanjangan dan masyarakat setempat meyakini bahwa air
sumur tua Mesjid Hunto Sultan Amay keramat dan juga sering digunakan untuk mengobati berbagai
penyakit
kelenteng
usia yang sudah dimiliki klenteng ini sejak sebelum adanya penjajahan Jepang. Era perang
dunia pertama, kelenteng sudah berdiri sebagai tempat kegiatan kebudyaaan warga tionghoa di
Gorontalo.
Bagian dalam kelenteng ada beberapa bagian penyembahan yang terdapat tiga lantai. Satu di 
antaranya adalah Thian Siang Bo, yang diartikan sebagai Dewi Kelautan yang menjadi penolong 
bagi para nelayan kala ingin pergi melaut mencari ikan. 
Juga ada Kwan Seng Te Kun yang merupakan nama jendral perang yang melindungi tiga kerajaan. 
Ini bagi mereka dipercaya sebagai simbol kesetiaan. Dan di lantai dua klenteng ada altar pemujaan 
kepada Tri Nabi Agung. Ketiganya ini adalah Lao Tze (Lo Cu), Kong Tze (Kong Hu Cu) dan 
Buddha. 
Patung nani wartabone
Gerakan patriotisme Rakyat Gorontalo di bawah pimpinan Nani
Wartabone, dengan menggunakan taktik dan strategi perjuangan mampu
mengusir bangsa penjajah, Belanda, dari Bumi Kerawang, Gorontalo.
Perjuangan rakyat Gorontalo yang patriotik mencapai klimasnya pada tanggal
23 Januari 1942, menjadi satu-satunya daerah di Indonesia yang mampu
memproklamasikan kemerdekaan RI dari Bumi Gorontalo, lepas dari
cengkeraman penjajahan Belanda.

More Related Content

Sejarah kalender