際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
SEJARAH SINGKAT MUSEUM BIOLOGI UGM
Museum Biologi UGM dirintis semenjak terbentuknya Museum Zoologicum pada tahun 1964.
Pada waktu itu, museum ditempatkan di salah satu ruang kuliah Universitas Gadjah Mada di
Sekip, Sleman, Yogyakarta. Museum tersebut dipimpin oleh Prof. drg. R.G. Indroyono. Koleksi
herbarium ditempatkan di sebagian ruang gedung di Jl. Sultan Agung dan dipimpin oleh Prof. Ir.
Moeso Suryowinoto. Koleksi biologi dan koleksi herbarium dikelola oleh
Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, yang waktu itu masih bertempat di Ndalem
Mangkubumen, Ngasem, Yogyakarta, dan dikenal sebagai salah satu Fakultas-fakultas
Kompleks Ngasem. Koleksi binatang dan tumbuhan pada waktu itu berasal dari ilmuwan dan
karyawan terutama seksi zoologi, anatomi dan botani.
Kemudian atas prakarsa dekan Fakultas Biologi yang pada waktu itu, yaitu Ir. Suryono
Adisewoyo, pada tanggal 20 September 1969 diresmikanlah Museum Biologi Fakultas Biologi
Universitas Gadjah Mada yang merupakan gabungan dari Museum Zoologicum dan Herbarium.
Museum ini kemudian bertempat di Jl. Sultan Agung No. 22 Yogyakarta hingga sekarang.
Pada tanggal 1 Januari 1970 museum resmi dibuka untuk umum dan pada tahun 1972
bergabung dengan Barahmus DIY.
https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Biologi
PENGERTIAN MUSEUM BIOLOGI UGM
Museum Biologi UGM termasuk kategori museum khusus, yakni museum khusus pendidikan,
dengan fokus pendidikan hayati. Museum Biologi memiliki koleksi awetan hewan dan awetan
tumbuhan. Awetan hewan dan tumbuhan yang ada berupa awetan kering dan basah.
Museum Biologi UGM dikelola oleh Fakultas Biologi UGM. Kepala Museum Biologi UGM adalah
Tenaga Pendidik (Dosen) Fakultas Biologi UGM yang ditunjuk oleh Dekan Fakultas Biologi UGM
melalui Surat Keputusan Dekan. Staf Museum terdiri dari: Tenaga Kependidikan (Pegawai) Fakultas
Biologi, Tenaga Kontrak Fakultas Biologi dan Tenaga Edukator dari Dinas Kebudayaan Propinsi
DIY.
Koleksi Museum Biologi UGM merupakan wahana pendidikan bagi masyarakat. Pengetahuan
mengenai keanekaragaman flora dan fauna dapat diperoleh pengunjung melalui pengamatan
langsung terhadap koleksi beserta informasi yang menyertainya.
Beberapa koleksi fauna ditampilkan dalam sejumlah diorama tematik yang menggambarkan kondisi
habitat mereka di alam. Beragam koleksi kerangka fauna juga akan memperkaya khasanah
pengetahuan pengunjung. Kerangka gajah Nyi Bodro yang berasal dari Kraton Ngayogyakarta
Hadiningrat, Badak Jawa, Dugong, Kuda dan Walabi merupakan sebagian koleksi kerangka
unggulan Museum Biologi UGM.
Koleksi flora ditampilkan dalam bentuk awetan kering dan basah. Koleksi biji dan tanaman obat
yang mewakili tradisi dan budaya juga dimiliki oleh Museum Biologi UGM
http://biologi.museumjogja.org/id/page/8-Tentang-Museum
BAHAN BAHAN MUSEUM BIO
Museum sebagai objek pendidikan sekaligus objek wisata bukan hanya terdapat di
Jakarta, tetapi juga di kota-kota besar dan kecil di seluruh wilayah Indonesia. Ada
museum yang gedungnya besar dan megah, ada pula yang kecil macam kamar
tidur. Sebenarnya besar dan kecilnya museum tidak menjadi masalah. Yang
penting adalah bagaimana museum mampu memberikan segudang informasi bagi
kita, terutama para pelajar dan mahasiswa.
Umumnya orang awam menganggap museum merupakan gedung atau gudang
penyimpanan barang antik. Juga tempat memamerkan barang-barang antik itu.
Sesungguhnya definisi museum amat luas, sebagaimana dikemukakan oleh Dewan
Museum Internasional atau International Council of Museums (ICOM).
Menurut ICOM, yang disebut museum mencakup lembaga-lembaga konservasi,
ruang pamer, atau galeri yang secara tetap diadakan oleh perpustakaan dan pusat
kearsipan. Selain itu suaka alam, cagar alam, situs arkeologi, situs etnografi,
berikut peninggalan arkeologi atau peninggalan bersejarah.
Kebun binatang atau taman margasatwa juga dimasukkan ke dalam kategori
museum. Bahkan istilah museum melingkupi lembaga-lembaga yang memamerkan
spesimen-spesimen hidup, seperti suaka margasatwa, kebun raya, taman anggrek,
herbarium, akuarium, dan oseanorium.
Museum dalam wujudnya yang lain berupa planetarium dan observatorium.
Keduanya adalah tempat untuk melihat benda-benda angkasa. Apapun namanya,
pada prinsipnya museum memamerkan segala jenis benda mati dan benda hidup
untuk kepentingan masyarakat.
Ditinjau dari ilmu yang menaunginya, museum ditangani oleh bidang pengetahuan
alam, pengetahuan sosial, dan pengetahuan budaya. Dengan demikian museum
mencakup segala bidang kehidupan. Artinya, benda apa pun bisa dimasukkan ke
dalam museum.
Tertutup dan Terbuka
Umumnya museum berupa sebuah gedung atau bangunan, sebagai tempat
menyimpan dan memamerkan koleksi. Ini untuk melindungi seluruh koleksi dari
pengaruh panas, hujan, dan yang paling penting dari gangguan tangan-tangan jahil
manusia. Museum seperti ini diistilahkan museum tertutup.
Ada juga museum yang berada di luar ruangan. Namanya museum terbuka atau
museum lapangan. Nama kerennya open air museum atau site museum. Koleksi
dalam museum terbuka atau museum lapangan sangat besar, sehingga tidak bisa
dipindahkan. Karena itu tetap dilestarikan di halaman, dalam ujud benda cagar
budaya. Museum terbuka yang paling dikenal adalah Taman Wisata Candi
Borobudur dan Taman Purbakala Nasional Banten Lama.
Menurut jenis koleksinya museum terbagi dua, yakni museum umum dan museum
khusus. Museum umum adalah museum yang koleksinya terdiri atas berbagai jenis
objek ilmu pengetahuan dan kesenian. Contoh museum umum adalah Museum
Nasional yang koleksinya terdiri atas benda-benda prasejarah, arkeologi, relik
sejarah, etnografi, geografi, seni rupa, numismatik, heraldik, dan keramik.
Museum khusus adalah museum yang hanya menyajikan koleksi berupa satu jenis
objek ilmu pengetahuan atau kesenian. Contohnya Museum Wayang, Museum
Bahari, Museum Keramik, dan Museum Seni Rupa.
Dari segi pengelolaannya, museum juga terbagi dua, yaitu museum pemerintah
atau museum negeri dan museum swasta atau museum pribadi. Museum
pemerintah dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan lembaga-
lembaga milik pemerintah. Contohnya Museum Nasional (pemerintah pusat),
Museum Sejarah Jakarta (pemerintah daerah DKI Jakarta), dan Museum Satria
Mandala (TNI).
Museum swasta dikelola oleh yayasan atau keluarga, misalnya Museum Adam Malik
(kini sudah tutup), Museum Affandi, Museum Dullah, dan Museum Suteja Neka.
Ada lagi yang disebut museum keliling atau museum mobil. Biasanya museum ini
berkeliling dari satu tempat ke tempat lain menggunakan mobil yang didesain
secara khusus. Meskipun koleksi yang dipamerkan tidak banyak, museum mobil
dapat memberikan apresiasi kepada warga untuk mencintai peninggalan-
peninggalan masa lalu bangsanya.
Edukasi dan Rekreasi
Museum adalah sebuah lembaga yang memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Tugas utama museum adalah di bidang pengadaan, pengawetan, penelitian, dan
penyebaran informasi koleksi kepada masyarakat untuk tujuan pendidikan
(edukasi) dan kesenangan (rekreasi). Karena itu museum bersifat rekreatif
edukatif, dengan catatan faktor rekreatif lebih ditonjolkan namun tetap
memperhatikan faktor edukatif.
Meskipun dikatakan tidak mencari keuntungan, namun mengunjungi museum tetap
harus membayar. Biaya termurah untuk memasuki sebuah museum sekitar Rp 500.
Ada pula museum yang menggratiskan pengunjungnya, misalnya Museum Uang
Bank Indonesia dan Museum Bank Mandiri.
Pada dasarnya museum merupakan etalase ilmu pengetahuan dalam barisan
depan. Ibarat buku, museum adalah ensiklopedia. Namun bagi masyarakat awam
ada berbagai kendala untuk mengunjungi museum. Keadaan ekonomi, tidak pelak,
menjadi halangan utama mengapa masyarakat enggan mengunjungi museum.
Keengganan masyarakat, terutama para pelajar/mahasiswa, belum memanfaatkan
museum secara maksimal, disebabkan dunia pendidikan kita belum
memprioritaskan museum sebagai sarana belajar. Di pihak lain, banyak daerah
belum memiliki museum yang representatif, bahkan belum ada sama sekali.
Kalau kota Jakarta menjadi patokan, tampak sekali kota-kota kecil menjadi jauh
tertinggal. Boleh dikatakan Jakarta adalah barometer museum. Berbagai jenis
museum terdapat di sini. Namun mengunjungi museum masih terabaikan. Kalau
tidak ada kegiatan paksaan lewat program wajib kunjung museum berdasarkan
instruksi Gubernur DKI Jakarta R. Suprapto waktu itu, bisa jadi para pelajar dan
guru enggan mengunjungi museum. Keadaan di luar Jakarta, tentu lebih parah.
Banyak orang selalu memperbandingkan museum dengan tempat-tempat rekreasi
macam Ancol dan Taman Mini. Memang jumlah pengunjung museum boleh dibilang
belum ada apa-apanya. Hal ini mengingat kedua tempat rekreasi itu mampu
menyedot jutaan pengunjung per tahun, meskipun harga karcis masuknya jauh di
atas harga karcis masuk museum. Selain Museum Nasional yang menyedot
pengunjung terbesar, termasuk wisatawan mancanegara, museum-museum lain
berada jauh di bawah itu. Bahkan kabarnya ada sejumlah museum yang hanya
didatangi belasan hingga puluhan pengunjung per tahun.
Ada berbagai alasan mengapa masyarakat enggan mengunjungi museum dan lebih
mementingkan ke taman rekreasi. Pertama, untuk mengunjungi museum
masyarakat memerlukan bekal pengetahuan terlebih dulu jadi terasa berat,
misalnya harus mencari informasi koleksi. Sebaliknya kunjungan ke taman rekreasi
bersifat santai karena memang bersifat hura-hura, jadi terasa ringan.
Kedua, karena kondisi museum itu sendiri masih memprihatinkan. Misalnya saja
koleksi yang kotor, informasi label yang terlalu minim, ruangan yang temaram,
toilet yang jorok, dan berbagai fasilitas lain yang dianggap kurang memadai.
Sejak lama sejumlah museum di Indonesia dicanangkan berfungsi sebagai Museum
Pendidikan. Museum Pendidikan didefinisikan sebagai museum yang tujuan
utamanya untuk kepentingan studi atau riset para pelajar/mahasiswa. Juga
dimaksudkan sebagai alat peraga atau pembantu utama bagi pendidikan formal di
sekolah atau perguruan tinggi.
Salah satu museum pendidikan yang berperan mencerdaskan kehidupan bangsa
adalah Museum Anatomi. Museum ini milik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia (FKUI) sebagai laboratorium pendidikan bagi para mahasiswanya.
Berbeda dari umumnya museum yang kita kenal, koleksi Museum Anatomi FKUI
adalah barang-barang yang tergolong mengerikan dan menjijikan di mata orang
awam. Bahkan mungkin dapat membuat kita merinding atau tidak bisa tidur
semalaman. Koleksi otak besar, jantung, hati, ginjal, dan janin manusia tersimpan
di sini dalam stoples-stoples yang sudah diberi bahan pengawet. Ada lagi foto-foto
korban pembunuhan dan mutilasi.
Koleksi lain berupa reproduksi fosil manusia purba, wajah berbagai suku bangsa di
Indonesia, dan anatomi bagian-bagian tubuh manusia. Museum Anatomi hanya
dibuka untuk umum pada saat-saat tertentu, seperti dies natalis (perayaan ulang
tahun) UI atau FKUI saja.
Berbagai perguruan tinggi lain juga memiliki Museum Pendidikan. Misalnya
berjenis-jenis batuan bumi ada di Fakultas Geologi ITB, berjenis-jenis tumbuhan
ada di Fakultas Biologi IPB, dan berjenis-jenis peta ada di Fakultas Geografi UGM.
Museum tidak harus berbentuk lembaga formal. Siapa saja boleh mendirikan
museum, mengingat tujuan utama museum adalah mencerdaskan kehidupan
bangsa. Untuk memperkenalkan museum sedini mungkin, tentu harus didirikan
museum sekolah.
Kehadiran museum sekolah justru penting karena selama ini boleh dikatakan belum
ada sekolah-sekolah di Indonesia yang memiliki museum sendiri. Museum dalam
skala kecil merupakan semacam laboratorium pendidikan bagi para guru dan
murid.
Seberapa pun luasnya ruangan, keberadaan museum bisa disesuaikan di dalamnya.
Banyak hal bisa diisi dalam museum sekolah, misalnya foto kepala sekolah. Bisa
pula guru teladan dan pelajar teladan. Foto bersama para murid yang dilakukan
setiap tahun, bisa dijadikan koleksi museum dalam bentuk album.
Kalau sekolah tersebut berprestasi, seperti menjadi sekolah terbaik, tentu ada piala
atau piagam penghargaan. Nah, ini bisa disimpan di dalam museum sekolah. Begitu
juga piala-piala hasil berbagai perlombaan atau kejuaraan serta berbagai jenis
seragam sekolah, tentu lengkap dengan topi, dasi, dan badge.
Berbagai alat tulis, seperti pensil, penghapus, serutan, dan penggaris bisa pula
menjadi koleksi museum sekolah. Pokoknya segala hal yang berhubungan dengan
sekolah dan segala aktivitas belajar-mengajar, bisa mengisi museum sekolah.
Di berbagai negara maju, museum sekolah banyak berdiri untuk menunjang
kegiatan belajar-mengajar, misalnya Jepang. Sebagai perbandingan, murid sekolah
dengan bimbingan para guru secara periodik kerap mengunjungi museum-museum
lokal. Terbukti mereka menjadi bangsa yang pintar berkat keberadaan museum
dengan sarana pendukung guru dan buku. Di Jepang museum benar-benar
diprioritaskan sebagai sarana pendidikan. Ini terlihat dari label-label koleksi yang
hanya ditulis dalam huruf Kanji, tanpa terjemahan dalam bahasa Inggris. Bahkan
beberapa museum mobil dilengkapi dengan kecanggihan teknologi.
Anggaran
Banyak kendala yang dihadapi museum-museum di Indonesia karena sebagian
besar museum dikelola oleh instansi pemerintah. Jadi bukan terletak pada alih
fungsi bangunanyang kebanyakan merupakan bangunan-bangunan bergaya
kolonialmelainkan sumber daya manusianya. Etos kerja sebagai PNS (Pegawai
Negeri Sipil) mungkin menjadi penyebab mengapa museum-museum di Indonesia
belum semaju di mancanegara.
Begitu pula peranan kurator-kurator museum. Sampai kini pemerintah belum
memperhatikan keberadaan mereka. Akibatnya sampai kini kita belum memiliki
kurator yang bertaraf internasional. Padahal di mancanegara berbagai buku
ensiklopedia yang tergolong best seller, justru dihasilkan dari tangan dan pemikiran
kreatif para kurator museum.
Lagi-lagi kita harus membuat perbandingan, kini dengan British Museum di Inggris.
Hasil kebudayaan apa yang paling dikenal di Inggris? Kecuali Stonehenge, Inggris
nyaris tidak memiliki peninggalan budaya yang berarti. Namun British Museum
menjadi sangat populer karena mengoleksi benda-benda budaya berkelas dunia
asal Mesir, Irak, Yunani, Romawi, dan Indonesia.
Museum Sejarah Alam-nya begitu terkenal. Para pembuat film dokumenter seperti
Discovery Channel dan National Geographic Channel, hampir selalu mengambil
referensi dari British Museum. Bahkan British Museum memiliki anggaran untuk
melakukan ekskavasi arkeologi di Mesir, Irak, dan berbagai negara lain.
Berbagai ensiklopedia yang ditulis kurator British Museum sangat dipuji di mana-
mana. Manajemen pengelolaannya selalu menjadi inspirasi bagi pengelola museum
di negara-negara berkembang.
Pengelolaan British Museum memang sudah benar-benar profesional. Mereka
memperlakukan benda-benda budaya milik bangsa lain seperti milik bangsanya
sendiri. Mereka merawatnya dengan hati-hati dan mempelajarinya dengan
sungguh-sungguh. Begitu juga Lembaga Smithsonian yang memiliki beberapa
museum, selalu menjadi bahan acuan museum-museum di berbagai negara.
Contoh lain adalah Belanda dan Prancis. Di kedua negara itu tradisi mengunjungi
museum sudah membudaya hebat. Jangan heran kalau untuk masuk museum saja,
orang harus rela antre berpuluh-puluh meter panjangnya. Padahal harga tiket
masuk di sana mencapai Rp 100.000 jika dikurskan dengan rupiah. Minat untuk
melihat pameran temporer begitu tinggi karena para kurator jeli melihat peluang.
Negara tetangga kita, Singapura, juga sudah lama mengandalkan museum sebagai
daya tarik pariwisata. Singapura jelas tidak mempunyai sumber daya alam atau
sumber daya budaya yang hebat seperti Indonesia. Namun kelebihannya, mereka
memiliki sumber daya manusia yang handal sehingga mampu menjual potensi
museum.
Boleh dikatakan Museum Nasional Singapura kalah jauh dibandingkan kualitas dan
kuantitas Museum Nasional Indonesia. Namun penataannya mengagumkan,
pencahayaan display-nya bagus, promosinya luas, dan penyediaan berbagai
fasilitasnya meyakinkan. Selain telepon bersuara, museum dilengkapi komputer
layar sentuh dan perangkat audio-visual untuk membantu pengunjung. Dalam
setahun jumlah pengunjung Museum Nasional Singapura mencapai tujuh juta
orang, berkali-kali lipat dari Museum Nasional Indonesia. Sebagai perbandingan
tiket masuk di sana mencapai Rp 30.000, sementara di sini hanya Rp 750 untuk
dewasa.
Kita bisa belajar banyak juga dari Museum Etnologi Dahlem (Berlin), Jerman. Dari
50.000 objek yang berasal dari Asia, sekitar tiga per empatnya merupakan benda-
benda budaya dari Indonesia.
Sejak lama Museum Berlin sudah menjadi museum bertaraf internasional dan
merupakan tujuan kunjungan wisatawan mancanegara. Museum Berlin maju pesat
karena ditangani sumber daya manusia yang terampil, dibantu perkembangan
teknologi yang modern. Kondisi ruangannya begitu bersih dan terpelihara dengan
baik.
Penataan etalase di museum ini juga sangat rapi dan teratur. Koleksi asal Indonesia
yang dipamerkan di sini diperoleh dari hampir semua propinsi, pulau, dan daerah.
Di antara koleksi-koleksi itu terdapat wayang, seperti wayang golek, wayang kulit,
dan wayang klitik, berikut sejumlah besar topeng dan anyaman.
Koleksi-koleksi itu dikumpulkan oleh orang-orang Jerman yang sering berkeliling
Indonesia sejak abad ke-19. Karena terpesona akan pertunjukan wayang, mereka
banyak membeli boneka wayang dan topeng.
Pengelolaan
Jelas ada yang salah atau kurang dari segi pengelolaan museum di Indonesia. Sepi
pengunjung dan tiket murah merupakan kontradiksi yang sulit diterima akal sehat.
Namun bila dikaji, akar masalahnya sebenarnya bukan tiket murah. Biaya
transportasi, biaya makan, dan biaya-biaya tak terduga sering menjadi bahan
pertimbangan masyarakat, terutama mereka yang berpenghasilan rendah.
Kini di seluruh Indonesia terdapat kurang dari 400 museum. Itu pun 11 di
antaranya telah tutup tahun 2008 karena masalah dana. Berapa banyak
persentasenya dibandingkan dengan jumlah penduduk dan kekayaan budaya yang
kita miliki, tentu kita bisa menerka-nerkanya sendiri. Bandingkan dengan Belanda,
misalnya, yang mampu membangun ribuan museum. Bahkan becak yang dikenal
sebagai kendaraan tradisional di Indonesia, justru lebih gampang dijumpai di sana
daripada di negara asalnya.
Lemahnya mental pegawai museum dan aparat terkait sering disalahkan. Sampai-
sampai ketidakcakapan pemerintah tak luput dari gunjingan. Apalagi dana yang
dianggarkan tidak pernah sesuai dengan harapan. Alasan dana pemeliharaan yang
minim pula yang menyebabkan beberapa museum pernah kecolongan.
Metafora selalu mengatakan bahwa benda-benda arkeologi adalah harta yang tidak
ternilai harganya. Artinya, semua benda arkeologi tidak bisa diukur dengan uang
karena nilai ilmu pengetahuannya jauh lebih penting dari itu.
Tanpa bermaksud mendukung pencurian yang sering dialami museum itu, kita
tentu akan bertanya, Benarkah benda-benda arkeologis dalam keadaan yang lebih
baik dan aman jika berada di tangan museum dan pemerintah?
Seorang rekan arkeolog pernah merasa jengkel dan rada mengolok. Kalau
Museum Nasional dan Museum Sejarah Jakarta dijadikan patokan bagi kualitas
museum-museum di Indonesia, maka bisa dipastikan museum adalah tempat yang
mengerikan bagi warisan-warisan arkeologi. Betapa banyak koleksi museum berada
dalam kondisi yang aus dan berjamur, terlihat seperti tak terawat sama sekali,
katanya.
Jika demikian keadaannya, tentu saja akan lebih baik bila koleksi-koleksi tersebut
dicuri lalu dibeli oleh kolektor pribadi yang mampu merawat koleksi-koleksi itu
dengan lebih baik. Pencurian benda-benda masa lampau yang dilindungi hukum
memang salah. Namun menelantarkan benda tersebut dengan alasan apapun
adalah tindakan yang lebih salah.
Kembali ke soal kualitas museum, mungkin ada benarnya kalau orang mengatakan
banyak gedung museum di negeri kita ibarat kandang ayam. Selain kondisi
bangunannya yang terlihat gampang ambruk, situasi dalamnya pun tak ubahnya
peribahasa mati segan, hidup tak mau. Pencahayaan selalu redup, lemari
pajangan keropos di sana-sini, kotak-kotak informasi masih terlalu jadul, tembok
dan lantai sangat kusam. Bahkan ada beberapa museum berdinding gedek,
meskipun hanya bersifat sementara dan didirikan atas inisiatif warga yang peduli.
Ironis memang, kehidupan museum hanya tergantung dari karcis masuk yang
hanya sebesar ratusan rupiah per pengunjung. Sudah jelas untuk biaya operasional
sehari-hari saja tidak cukup.
Kalau kualitas museum di Jakarta saja masih banyak dipertanyakan, tentu kondisi
museum di daerah jauh lebih buruk. Padahal justru kekayaan budaya di daerah
jauh lebih banyak daripada di Jakarta.
Jadi sudah saatnya pemerintah memperhatikan kondisi museum. Museum harusnya
menjadi tempat yang paling aman untuk menyimpan harta karun bangsa. Kondisi
fisik harus benar-benar diperhatikan, misalnya melengkapi museum dengan
kamera pengintai, alarm, dan pintu otomatis. Kondisi non-fisik pun tidak boleh
ditinggalkan. Pegawai museum juga manusia, tentu memerlukan kehidupan yang
layak. Tunjangan fungsional sebagai pamong museum perlu ditingkatkan.
Kita harus yakin, museum yang baik pasti akan dicari orang. Karena apa? Museum
memiliki dua fungsi sekaligus, yakni sebagai objek pariwisata dan sebagai objek
pendidikan. Yang kini terlihat sungguh membuat hati miris, museum hanya sebagai
gudang peninggalan barang-barang kuno sehingga terkesan angker.
Marilah kita mulai membenahi museum. Bangsa yang besar adalah bangsa yang
memperhatikan sejarahnya, tentu lewat museum. Lewat museum kita bisa berkaca
tentang kecemerlangan bangsa Indonesia di masa lampau.
Mudah-mudahan masyarakat dan pemerintah akan segera mampu memperlakukan
museum kita, termasuk benda-benda koleksinya, secara lebih manusiawi. Jika
sudah demikian, itulah saat yang paling pantas untuk mengutuk pencurian dan
transaksi ilegal benda-benda cagar budaya milik negara.
Pengelolaan museum tentu saja memerlukan pengetahuan tersendiri.
Pengelompokan materi pameran, penataan, pencahayaan, pelabelan, dan
sebagainya sudah jelas harus ditangani dengan metode dan teknik tertentu agar
menimbulkan daya tarik. Sejak 1980-an di Indonesia mulai berkembang
pengetahuan Museologi, yang menjadi bagian dari subdisiplin Arkeologi. Pada
awalnya mata kuliah Museologi diajarkan di program S-1. Namun sejak 1990-an
dikembangkan menjadi beberapa mata kuliah. Bahkan sejak 2000-an menjadi
bagian dari program S-2.
Dari segi ilmu museologi, museum bukan hanya tempat penyimpanan barang kuno,
namun juga menjadi laboratorium penelitian sejarah budaya. Karena itu
seharusnya pengetahuan para kurator museum perlu ditingkatkan. Selain bagi
dirinya sendiri, masyarakat pun bisa memetik manfaat dari kurator yang handal.
Promosi
Salah satu hal yang menyebabkan kurang terkenalnya museum-museum di
Indonesia adalah karena kurang promosi. Informasi yang lengkap mengenai
permuseuman bisa meniru kaidah-kaidah dalam jurnalistik, yakni mengacu pada 5
W + 1 H (What, Why, Where, When, Who, dan How).
Untuk melakukan hal demikian tentu saja pihak museum harus bekerja sama
dengan media massa. Ini termasuk sulit karena museum masih dikategorikan
kurang atau belum layak jual. Terbukti tulisan-tulisan mengenai museum dan/atau
koleksi museum masih sangat jarang dijumpai. Kecuali kalau ada kasus-kasus
tertentu, umumnya pencurian, barulah tulisan mengenai museum gencar
terpublikasi. Bahkan sering kali pengelola museum dikejar-kejar pers.
Membuat karcis masuk museum semenarik mungkin, dilengkapi gambar bangunan
museum dan koleksi, agaknya perlu dipertimbangkan. Ini mengingat komunitas
kolektor sudah banyak bermunculan. Benda-benda memorabilia seperti ini banyak
digandrungi kolektor-kolektor di seluruh dunia.
Promosi dapat dilakukan juga lewat penjualan benda-benda cenderamata. Benda-
benda ini harus dibuat unik dan khas sehingga mengundang kenangan tersendiri.
Tidak tertutup kemungkinan, hal demikian akan mendongkrak popularitas museum.
Menanamkan kesadaran pada masyarakat akan arti dan makna museum, perlu
ditingkatkan. Sebenarnya hal ini merupakan bagian dari Arkeologi Publik. Sarana
yang paling efektif adalah media massa. Pemanfaatan media massa untuk
kepentingan Arkeologi Publik pada prinsipnya dapat dibagi menjadi beberapa hal,
terutama sekali melalui tulisan atau siaran dengan maksud memberikan
penerangan (informatif), mempengaruhi dengan jalan membujuk (persuasif),
mendidik (edukatif), dan hiburan (rekreatif).
Sekadar gambaran, di Italia siaran mengenai museum lewat acara Museo selalu
ditayangkan televisi Italia RAI secara periodik dan mendapat sambutan hangat dari
masyarakat. Selain wawancara dengan pejabat museum, juga diketengahkan
berbagai koleksi yang tergolong masterpiece.
Selain itu kita perlu meniru promosi gencar yang dilakukan pemerintah Inggris
lewat langkah inovatif, yakni dengan membangun museum hidup untuk
memperlihatkan pengalaman interaktif tentang masa lampau. Museum terbuka itu
mempunyai koleksi 40 bangunan bersejarah yang diselamatkan dari pengrusakan.
Masing-masing bangunan adalah bongkaran dari lokasi aslinya, yang diawetkan dan
dibangun lagi di museum, sesuai dengan gaya waktu itu. Museum hidup ini
dilengkapi kebun-kebun berdasarkan bukti-bukti tertulis dan contoh-contoh
tanaman yang berhasil diidentifikasi oleh para arkeolog (Arkeologi, 2003).
Museum hidup itu juga dilengkapi kincir dan peternakan. Pengrajin dan penjual
miniatur bangunan tradisional, ikut diperkenalkan di sana. Jadilah ajang itu menjadi
promosi gratis sehingga jumlah pengunjung meningkat dari tahun ke tahun.
Zaman terus berubah. Sarana modern, seperti internet, seharusnya dimanfaatkan
semaksimal mungkin. Di era digital, pembuatan website museum tentu saja mutlak
dan perlu. Sebenarnya beberapa website museum pernah ada. Namun, seperti
halnya pengelolaan museum, pengelolaan website pun terabaikan. Mungkin karena
faktor pekerjaan atau tidak ada yang mengurus.
Museum Nasional, sebagai museum terbesar dan terlengkap, misalnya, pernah
memiliki website, yakni museum-nasional.org. Namun karena ditangani pihak
ketiga, maka website ini kemudian hilang. Sekarang memang masih ada,
yaitu museum-nasional.com. Disayangkan, website ini jalan di tempat, juga karena
ditangani pihak ketiga. Kekurangan lain adalah pegawai dan kurator museum
memiliki kesibukan sendiri, karenanya tidak pernah menambah atau memperbarui
materi atau tulisan pada website.
Yang masih eksis adalah website yang saya tangani sendiri, yakni museum-
nasional.blogspot.com dan museum-jakarta.blogspot.com. Kedua website ini dibuat
pada Mei 2009. Sebulan terakhir ini jumlah pengunjung masing-masing website
berkisar 10-30 orang per hari. Diharapkan untuk masa-masa selanjutnya materi
website lebih bervariasi sehingga jumlah pengunjung semakin banyak.
Kita memang masih tertinggal dibandingkan beberapa negara maju yang
mempunyai website bagus karena benar-benar ditangani tenaga-tenaga profesional
di bidangnya. Tidak dimungkiri, masalah dana selalu menjadi alasan klasik di
negara kita. Memang, yang namanya promosi membutuhkan dana relatif besar.
Selain website yang berisi tulisan dan foto, beberapa negara bahkan telah
mengembangkan semacam gambar tiga dimensi. Dengan memakai perangkat
lunak Computer Aided Design (CAD) pengguna internet dapat melihat-lihat koleksi
museum. Museum modern telah diubah oleh sains menjadi lebih hidup. Banyak
orang segera terpikat karena dapat langsung menyaksikan koleksi museum dari
rumah selama 24 jam terus-menerus. Memang ada kelebihan dan kekurangannya
dibandingkan melihat secara langsung. Adanya website seperti ini ikut mendukung
promosi museum.
Teknologi dalam bentuk animasi visual yang menampilkan koleksi museum bukan
merupakan hal yang mustahil. Teknologi modern khususnya teknologi komputer
grafis bisa melakukan hal itu. Di tangan para seniman komputer grafis dan rekaan,
gambaran koleksi dan masa lalunya yang dikumpulkan sejarawan, arkeolog, dan
arsitek, bisa hidup kembali.
Di Italia teknologi demikian sudah maju. Bukan hanya museum, situs-situs masa
Romawi pun bisa dibuatkan programnya. Terlebih dulu para pakar mengumpulkan
data, kemudian dibuatkan gambar rekaan. Teknologi ini didukung oleh sebuah
perusahaan dengan spesialisasi di bidang pembuatan program interaksi budaya dan
rekonstruksi arkeologi maya.
Mengembangkan museum digital di Indonesia tentu bukanlah pekerjaan mudah.
Perlu dana yang besar dan tenaga yang handal. Belajar dari keberadaan website,
sudah jelas keberadaan museum digital sulit terlaksana dalam waktu dekat.
Ironis, di dunia nyata perhatian kepada museum belum menunjukkan hasil yang
menggembirakan. Padahal kalau kita lihat dunia fiksi, betapa dahsyatnya koleksi
museum, sehingga mampu menyedot kekaguman masyarakat. Mungkin kita masih
ingat film Hollywood berjudul Night at the Museum. Dua seri film ini telah menjadi
box office di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Memang karya-karya tersebut cukup menaikkan derajat dunia permuseuman
kepada masyarakat. Sayang dalam keadaan sesungguhnya, museum bukanlah hal
yang populer. Ilmunya sering kali dijauhi, baik oleh masyarakat maupun oleh
pemerintah. Ini terlihat dari anggaran tahunan yang diterima jauh dari mencukupi.
Justru koleksi museum yang semakin gencar diburu karena memiliki nilai komersial
atau investasi tinggi. Banyaknya pemalsuan arca di Museum Radya Pustaka
beberapa waktu lalu, jelas menunjukkan bahwa nilai benda-benda kuno amat
fantastis. Semakin banyaknya barang yang ditawarkan balai-balai lelang
internasional, memberi gambaran bahwa bisnis benda-benda kuno selalu
menggeliat dan museum hampir selalu menjadi sasaran.
Di negara kita ada berbagai organisasi permuseuman, seperti Paramita Jaya
(Perhimpunan Antar Museum Jakarta Raya) dan AMI (Asosiasi Museum Indonesia).
Ada juga organisasi Remaja Pencinta Museum, Sahabat Museum, Ganesha Society,
dan Komunitas Museum Indonesia. Kita harapkan organisasi seperti ini bisa
berperan lebih jauh untuk meningkatkan harkat dan derajat museum di Indonesia.
Di sejumlah negara kemajuan suatu museum tergantung pada keprofesionalan
direktur museum. Dia dituntut aktif, inovatif, dan kreatif. Mudah-mudahan di
Indonesia ada SDM seperti itu, sehingga museum-museum tidak lagi mengeluh sepi
pengunjung. Justru semakin dihargai oleh masyarakat karena perannya sebagai
etalase ilmu pengetahuan.
https://museumku.wordpress.com/2012/03/11/museum-dalam-persepsi-jurnalistik/
Tentang Museum Biologi Yogyakarta
Untuk mengenal dunia flora dan fauna secara mendalam, Anda dapat mengunjungi
museum ini. Anda dapat menjumpai beragam flora-fauna yang ada di Indonesia. Komodo,
ular pyton, harimau, kaswari, beragam jenis unggas, dan binatang lain dapat Anda saksikan
di museum ini. Selain binatang yang diawetkan, koleksi tumbuhan yang diawetkan juga
dipamerkan.
Museum Biologi UGM ingin mengajak Anda untuk turut dalam konservasi alam sehingga
sumber daya alam dapat dipergunakan semaksimal mungkin sampai generasi mendatang.
Anda juga diajak untuk lebih mencintai alam Indonesia yang kaya.
Museum Biologi UGM mulai dibuka untuk umum sejak 1 Januari 1970. Tahun 1969 - 2001,
pengelolaan Museum Biologi ini berada di bawah tanggung jawab Drs. Anthon Sukahar
sebagai ketua tim pelaksana sekaligus Direktur Museum yang pertama.
Koleksi Museum Biologi UGM ini adalah berbagai macam flora dan fauna yang diawetkan.
Koleksi tersebut adalah sebagai berikut :
 3.752 buah koleksi herbarium (awetan) dalam bentuk herbarium kering, herbarium
basah, kerangka, serta fosil.
 70% merupakan preparat tanaman
 30% lainnya berupa preparat hewan.
Koleksi yang didapat museum ini sebagian besar berasal dari Indonesia, sedangkan
sisanya berasal dari luar negeri yang merupakan sumbangan dari para peneliti, dosen,
maupun masyarakat. Beberapa koleksi merupakan koleksi binatang langka yang wajib
dilindungi, misalnya komodo, harimau, beruang madu, trenggiling, burung cendrawasih, dan
buaya putih. Untuk koleksi tumbuhannya meliputi koleksi tumbuhan
rendah (Cryptogamae) sampai dengan koleksi tumbuhan tinggi (Spermatophyta) yang
diawetkan dalam bentuk herbarium kering (1672 species dari 180 familia) dan herbarium
basah (350 buah).
Perawatan yang dilakukan terhadap koleksi museum ini, khususnya untuk koleksi fauna,
adalah dengan memasukkan awetan fauna-fauna tersebut ke dalam freezer selama dua
kali dalam satu kali perawatan. Tujuannya adalah untuk membunuh telur serangga yang
kemungkinan menempel pada awetan tersebut. Bisa juga perawatan tersebut dilakukan
dengan melakukan radiasi terhadap awetan untuk membunuh telur serangga yang
menempel pada awetan. Perawatan ini biasanya dilakukan satu kali dalam setahun.
Di museum Biologi dapat dijumpai pula beberapa kotak diorama. Di dalam setiap kotak
diorama terdapat satu jenis atau sekelompok hewan yang berlatar belakang habitat mereka
yang diilustrasikan pada gambar tiga dimensi. Dengan melihat diorama ini maka dapat
dibayangkan kehidupan nyata dan habitat hewan-hewan tersebut.
Selain koleksi awetan hewan dan tumbuhan, terdapat pula ruang display untuk pengamatan
mikroskopis. Sebagai sebuah museum yang mengkhususkan dalam bidang ilmu
pengetahuan dan pendidikan, serta merupakan salah satu tujuan wisata, maka Museum
Biologi UGM bertujuan untuk :
 menyimpan koleksi hayati untuk keperluan pendidikan
 menyelenggarakan peragaan ilmiah
 mengadakan pameran untuk umum sebagai sarana pengabdian masyarakat
 sebagai sumber informasi keanekaragaman hayati
 sebagai media pembelajaran keanekaragaman hayati dan konservasi
Spesisfikasi Museum Biologi :
 Museum Biologi ini masuk ke dalam kategori museum Pendidikan dan Ilmu
Pengetahuan.
Jam Buka Museum
 Senin - Kamis : 07.30 - 16.00
 Jumat : 07.30 - 15.00
 Sabtu - Minggu & hari Libur Nasional : Tutup
Harga Tiket Masuk
 Pelajar: Rp. 5.000,-
 Umum: Rp. 7.000,-
 Wisatawan Asing: Rp. 15.000,-
Kontak
 Alamat: Jl. Sultan Agung No. 22 Yogyakarta
 Telp.: (0274) 376740
 Email: mus_bio@ugm.ac.id biologymuseum@gmail.com
 Website: www.biologi.ugm.ac.id/museum
 Facebook: Museum Biologi UGM
https://gudeg.net/direktori/1445/museum-biologi-yogyakarta.html

More Related Content

Sejarah singkat museum biologi ugm

  • 1. SEJARAH SINGKAT MUSEUM BIOLOGI UGM Museum Biologi UGM dirintis semenjak terbentuknya Museum Zoologicum pada tahun 1964. Pada waktu itu, museum ditempatkan di salah satu ruang kuliah Universitas Gadjah Mada di Sekip, Sleman, Yogyakarta. Museum tersebut dipimpin oleh Prof. drg. R.G. Indroyono. Koleksi herbarium ditempatkan di sebagian ruang gedung di Jl. Sultan Agung dan dipimpin oleh Prof. Ir. Moeso Suryowinoto. Koleksi biologi dan koleksi herbarium dikelola oleh Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, yang waktu itu masih bertempat di Ndalem Mangkubumen, Ngasem, Yogyakarta, dan dikenal sebagai salah satu Fakultas-fakultas Kompleks Ngasem. Koleksi binatang dan tumbuhan pada waktu itu berasal dari ilmuwan dan karyawan terutama seksi zoologi, anatomi dan botani. Kemudian atas prakarsa dekan Fakultas Biologi yang pada waktu itu, yaitu Ir. Suryono Adisewoyo, pada tanggal 20 September 1969 diresmikanlah Museum Biologi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada yang merupakan gabungan dari Museum Zoologicum dan Herbarium. Museum ini kemudian bertempat di Jl. Sultan Agung No. 22 Yogyakarta hingga sekarang. Pada tanggal 1 Januari 1970 museum resmi dibuka untuk umum dan pada tahun 1972 bergabung dengan Barahmus DIY. https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Biologi PENGERTIAN MUSEUM BIOLOGI UGM Museum Biologi UGM termasuk kategori museum khusus, yakni museum khusus pendidikan, dengan fokus pendidikan hayati. Museum Biologi memiliki koleksi awetan hewan dan awetan tumbuhan. Awetan hewan dan tumbuhan yang ada berupa awetan kering dan basah. Museum Biologi UGM dikelola oleh Fakultas Biologi UGM. Kepala Museum Biologi UGM adalah Tenaga Pendidik (Dosen) Fakultas Biologi UGM yang ditunjuk oleh Dekan Fakultas Biologi UGM melalui Surat Keputusan Dekan. Staf Museum terdiri dari: Tenaga Kependidikan (Pegawai) Fakultas Biologi, Tenaga Kontrak Fakultas Biologi dan Tenaga Edukator dari Dinas Kebudayaan Propinsi DIY. Koleksi Museum Biologi UGM merupakan wahana pendidikan bagi masyarakat. Pengetahuan mengenai keanekaragaman flora dan fauna dapat diperoleh pengunjung melalui pengamatan langsung terhadap koleksi beserta informasi yang menyertainya. Beberapa koleksi fauna ditampilkan dalam sejumlah diorama tematik yang menggambarkan kondisi habitat mereka di alam. Beragam koleksi kerangka fauna juga akan memperkaya khasanah pengetahuan pengunjung. Kerangka gajah Nyi Bodro yang berasal dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Badak Jawa, Dugong, Kuda dan Walabi merupakan sebagian koleksi kerangka unggulan Museum Biologi UGM. Koleksi flora ditampilkan dalam bentuk awetan kering dan basah. Koleksi biji dan tanaman obat yang mewakili tradisi dan budaya juga dimiliki oleh Museum Biologi UGM http://biologi.museumjogja.org/id/page/8-Tentang-Museum
  • 2. BAHAN BAHAN MUSEUM BIO Museum sebagai objek pendidikan sekaligus objek wisata bukan hanya terdapat di Jakarta, tetapi juga di kota-kota besar dan kecil di seluruh wilayah Indonesia. Ada museum yang gedungnya besar dan megah, ada pula yang kecil macam kamar tidur. Sebenarnya besar dan kecilnya museum tidak menjadi masalah. Yang penting adalah bagaimana museum mampu memberikan segudang informasi bagi kita, terutama para pelajar dan mahasiswa. Umumnya orang awam menganggap museum merupakan gedung atau gudang penyimpanan barang antik. Juga tempat memamerkan barang-barang antik itu. Sesungguhnya definisi museum amat luas, sebagaimana dikemukakan oleh Dewan Museum Internasional atau International Council of Museums (ICOM). Menurut ICOM, yang disebut museum mencakup lembaga-lembaga konservasi, ruang pamer, atau galeri yang secara tetap diadakan oleh perpustakaan dan pusat kearsipan. Selain itu suaka alam, cagar alam, situs arkeologi, situs etnografi, berikut peninggalan arkeologi atau peninggalan bersejarah. Kebun binatang atau taman margasatwa juga dimasukkan ke dalam kategori museum. Bahkan istilah museum melingkupi lembaga-lembaga yang memamerkan spesimen-spesimen hidup, seperti suaka margasatwa, kebun raya, taman anggrek, herbarium, akuarium, dan oseanorium. Museum dalam wujudnya yang lain berupa planetarium dan observatorium. Keduanya adalah tempat untuk melihat benda-benda angkasa. Apapun namanya, pada prinsipnya museum memamerkan segala jenis benda mati dan benda hidup untuk kepentingan masyarakat. Ditinjau dari ilmu yang menaunginya, museum ditangani oleh bidang pengetahuan alam, pengetahuan sosial, dan pengetahuan budaya. Dengan demikian museum mencakup segala bidang kehidupan. Artinya, benda apa pun bisa dimasukkan ke dalam museum. Tertutup dan Terbuka Umumnya museum berupa sebuah gedung atau bangunan, sebagai tempat menyimpan dan memamerkan koleksi. Ini untuk melindungi seluruh koleksi dari
  • 3. pengaruh panas, hujan, dan yang paling penting dari gangguan tangan-tangan jahil manusia. Museum seperti ini diistilahkan museum tertutup. Ada juga museum yang berada di luar ruangan. Namanya museum terbuka atau museum lapangan. Nama kerennya open air museum atau site museum. Koleksi dalam museum terbuka atau museum lapangan sangat besar, sehingga tidak bisa dipindahkan. Karena itu tetap dilestarikan di halaman, dalam ujud benda cagar budaya. Museum terbuka yang paling dikenal adalah Taman Wisata Candi Borobudur dan Taman Purbakala Nasional Banten Lama. Menurut jenis koleksinya museum terbagi dua, yakni museum umum dan museum khusus. Museum umum adalah museum yang koleksinya terdiri atas berbagai jenis objek ilmu pengetahuan dan kesenian. Contoh museum umum adalah Museum Nasional yang koleksinya terdiri atas benda-benda prasejarah, arkeologi, relik sejarah, etnografi, geografi, seni rupa, numismatik, heraldik, dan keramik. Museum khusus adalah museum yang hanya menyajikan koleksi berupa satu jenis objek ilmu pengetahuan atau kesenian. Contohnya Museum Wayang, Museum Bahari, Museum Keramik, dan Museum Seni Rupa. Dari segi pengelolaannya, museum juga terbagi dua, yaitu museum pemerintah atau museum negeri dan museum swasta atau museum pribadi. Museum pemerintah dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan lembaga- lembaga milik pemerintah. Contohnya Museum Nasional (pemerintah pusat), Museum Sejarah Jakarta (pemerintah daerah DKI Jakarta), dan Museum Satria Mandala (TNI). Museum swasta dikelola oleh yayasan atau keluarga, misalnya Museum Adam Malik (kini sudah tutup), Museum Affandi, Museum Dullah, dan Museum Suteja Neka. Ada lagi yang disebut museum keliling atau museum mobil. Biasanya museum ini berkeliling dari satu tempat ke tempat lain menggunakan mobil yang didesain secara khusus. Meskipun koleksi yang dipamerkan tidak banyak, museum mobil dapat memberikan apresiasi kepada warga untuk mencintai peninggalan- peninggalan masa lalu bangsanya. Edukasi dan Rekreasi
  • 4. Museum adalah sebuah lembaga yang memberikan pelayanan kepada masyarakat. Tugas utama museum adalah di bidang pengadaan, pengawetan, penelitian, dan penyebaran informasi koleksi kepada masyarakat untuk tujuan pendidikan (edukasi) dan kesenangan (rekreasi). Karena itu museum bersifat rekreatif edukatif, dengan catatan faktor rekreatif lebih ditonjolkan namun tetap memperhatikan faktor edukatif. Meskipun dikatakan tidak mencari keuntungan, namun mengunjungi museum tetap harus membayar. Biaya termurah untuk memasuki sebuah museum sekitar Rp 500. Ada pula museum yang menggratiskan pengunjungnya, misalnya Museum Uang Bank Indonesia dan Museum Bank Mandiri. Pada dasarnya museum merupakan etalase ilmu pengetahuan dalam barisan depan. Ibarat buku, museum adalah ensiklopedia. Namun bagi masyarakat awam ada berbagai kendala untuk mengunjungi museum. Keadaan ekonomi, tidak pelak, menjadi halangan utama mengapa masyarakat enggan mengunjungi museum. Keengganan masyarakat, terutama para pelajar/mahasiswa, belum memanfaatkan museum secara maksimal, disebabkan dunia pendidikan kita belum memprioritaskan museum sebagai sarana belajar. Di pihak lain, banyak daerah belum memiliki museum yang representatif, bahkan belum ada sama sekali. Kalau kota Jakarta menjadi patokan, tampak sekali kota-kota kecil menjadi jauh tertinggal. Boleh dikatakan Jakarta adalah barometer museum. Berbagai jenis museum terdapat di sini. Namun mengunjungi museum masih terabaikan. Kalau tidak ada kegiatan paksaan lewat program wajib kunjung museum berdasarkan instruksi Gubernur DKI Jakarta R. Suprapto waktu itu, bisa jadi para pelajar dan guru enggan mengunjungi museum. Keadaan di luar Jakarta, tentu lebih parah. Banyak orang selalu memperbandingkan museum dengan tempat-tempat rekreasi macam Ancol dan Taman Mini. Memang jumlah pengunjung museum boleh dibilang belum ada apa-apanya. Hal ini mengingat kedua tempat rekreasi itu mampu menyedot jutaan pengunjung per tahun, meskipun harga karcis masuknya jauh di atas harga karcis masuk museum. Selain Museum Nasional yang menyedot pengunjung terbesar, termasuk wisatawan mancanegara, museum-museum lain berada jauh di bawah itu. Bahkan kabarnya ada sejumlah museum yang hanya didatangi belasan hingga puluhan pengunjung per tahun.
  • 5. Ada berbagai alasan mengapa masyarakat enggan mengunjungi museum dan lebih mementingkan ke taman rekreasi. Pertama, untuk mengunjungi museum masyarakat memerlukan bekal pengetahuan terlebih dulu jadi terasa berat, misalnya harus mencari informasi koleksi. Sebaliknya kunjungan ke taman rekreasi bersifat santai karena memang bersifat hura-hura, jadi terasa ringan. Kedua, karena kondisi museum itu sendiri masih memprihatinkan. Misalnya saja koleksi yang kotor, informasi label yang terlalu minim, ruangan yang temaram, toilet yang jorok, dan berbagai fasilitas lain yang dianggap kurang memadai. Sejak lama sejumlah museum di Indonesia dicanangkan berfungsi sebagai Museum Pendidikan. Museum Pendidikan didefinisikan sebagai museum yang tujuan utamanya untuk kepentingan studi atau riset para pelajar/mahasiswa. Juga dimaksudkan sebagai alat peraga atau pembantu utama bagi pendidikan formal di sekolah atau perguruan tinggi. Salah satu museum pendidikan yang berperan mencerdaskan kehidupan bangsa adalah Museum Anatomi. Museum ini milik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) sebagai laboratorium pendidikan bagi para mahasiswanya. Berbeda dari umumnya museum yang kita kenal, koleksi Museum Anatomi FKUI adalah barang-barang yang tergolong mengerikan dan menjijikan di mata orang awam. Bahkan mungkin dapat membuat kita merinding atau tidak bisa tidur semalaman. Koleksi otak besar, jantung, hati, ginjal, dan janin manusia tersimpan di sini dalam stoples-stoples yang sudah diberi bahan pengawet. Ada lagi foto-foto korban pembunuhan dan mutilasi. Koleksi lain berupa reproduksi fosil manusia purba, wajah berbagai suku bangsa di Indonesia, dan anatomi bagian-bagian tubuh manusia. Museum Anatomi hanya dibuka untuk umum pada saat-saat tertentu, seperti dies natalis (perayaan ulang tahun) UI atau FKUI saja. Berbagai perguruan tinggi lain juga memiliki Museum Pendidikan. Misalnya berjenis-jenis batuan bumi ada di Fakultas Geologi ITB, berjenis-jenis tumbuhan ada di Fakultas Biologi IPB, dan berjenis-jenis peta ada di Fakultas Geografi UGM. Museum tidak harus berbentuk lembaga formal. Siapa saja boleh mendirikan museum, mengingat tujuan utama museum adalah mencerdaskan kehidupan
  • 6. bangsa. Untuk memperkenalkan museum sedini mungkin, tentu harus didirikan museum sekolah. Kehadiran museum sekolah justru penting karena selama ini boleh dikatakan belum ada sekolah-sekolah di Indonesia yang memiliki museum sendiri. Museum dalam skala kecil merupakan semacam laboratorium pendidikan bagi para guru dan murid. Seberapa pun luasnya ruangan, keberadaan museum bisa disesuaikan di dalamnya. Banyak hal bisa diisi dalam museum sekolah, misalnya foto kepala sekolah. Bisa pula guru teladan dan pelajar teladan. Foto bersama para murid yang dilakukan setiap tahun, bisa dijadikan koleksi museum dalam bentuk album. Kalau sekolah tersebut berprestasi, seperti menjadi sekolah terbaik, tentu ada piala atau piagam penghargaan. Nah, ini bisa disimpan di dalam museum sekolah. Begitu juga piala-piala hasil berbagai perlombaan atau kejuaraan serta berbagai jenis seragam sekolah, tentu lengkap dengan topi, dasi, dan badge. Berbagai alat tulis, seperti pensil, penghapus, serutan, dan penggaris bisa pula menjadi koleksi museum sekolah. Pokoknya segala hal yang berhubungan dengan sekolah dan segala aktivitas belajar-mengajar, bisa mengisi museum sekolah. Di berbagai negara maju, museum sekolah banyak berdiri untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar, misalnya Jepang. Sebagai perbandingan, murid sekolah dengan bimbingan para guru secara periodik kerap mengunjungi museum-museum lokal. Terbukti mereka menjadi bangsa yang pintar berkat keberadaan museum dengan sarana pendukung guru dan buku. Di Jepang museum benar-benar diprioritaskan sebagai sarana pendidikan. Ini terlihat dari label-label koleksi yang hanya ditulis dalam huruf Kanji, tanpa terjemahan dalam bahasa Inggris. Bahkan beberapa museum mobil dilengkapi dengan kecanggihan teknologi. Anggaran Banyak kendala yang dihadapi museum-museum di Indonesia karena sebagian besar museum dikelola oleh instansi pemerintah. Jadi bukan terletak pada alih fungsi bangunanyang kebanyakan merupakan bangunan-bangunan bergaya kolonialmelainkan sumber daya manusianya. Etos kerja sebagai PNS (Pegawai
  • 7. Negeri Sipil) mungkin menjadi penyebab mengapa museum-museum di Indonesia belum semaju di mancanegara. Begitu pula peranan kurator-kurator museum. Sampai kini pemerintah belum memperhatikan keberadaan mereka. Akibatnya sampai kini kita belum memiliki kurator yang bertaraf internasional. Padahal di mancanegara berbagai buku ensiklopedia yang tergolong best seller, justru dihasilkan dari tangan dan pemikiran kreatif para kurator museum. Lagi-lagi kita harus membuat perbandingan, kini dengan British Museum di Inggris. Hasil kebudayaan apa yang paling dikenal di Inggris? Kecuali Stonehenge, Inggris nyaris tidak memiliki peninggalan budaya yang berarti. Namun British Museum menjadi sangat populer karena mengoleksi benda-benda budaya berkelas dunia asal Mesir, Irak, Yunani, Romawi, dan Indonesia. Museum Sejarah Alam-nya begitu terkenal. Para pembuat film dokumenter seperti Discovery Channel dan National Geographic Channel, hampir selalu mengambil referensi dari British Museum. Bahkan British Museum memiliki anggaran untuk melakukan ekskavasi arkeologi di Mesir, Irak, dan berbagai negara lain. Berbagai ensiklopedia yang ditulis kurator British Museum sangat dipuji di mana- mana. Manajemen pengelolaannya selalu menjadi inspirasi bagi pengelola museum di negara-negara berkembang. Pengelolaan British Museum memang sudah benar-benar profesional. Mereka memperlakukan benda-benda budaya milik bangsa lain seperti milik bangsanya sendiri. Mereka merawatnya dengan hati-hati dan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. Begitu juga Lembaga Smithsonian yang memiliki beberapa museum, selalu menjadi bahan acuan museum-museum di berbagai negara. Contoh lain adalah Belanda dan Prancis. Di kedua negara itu tradisi mengunjungi museum sudah membudaya hebat. Jangan heran kalau untuk masuk museum saja, orang harus rela antre berpuluh-puluh meter panjangnya. Padahal harga tiket masuk di sana mencapai Rp 100.000 jika dikurskan dengan rupiah. Minat untuk melihat pameran temporer begitu tinggi karena para kurator jeli melihat peluang. Negara tetangga kita, Singapura, juga sudah lama mengandalkan museum sebagai daya tarik pariwisata. Singapura jelas tidak mempunyai sumber daya alam atau sumber daya budaya yang hebat seperti Indonesia. Namun kelebihannya, mereka
  • 8. memiliki sumber daya manusia yang handal sehingga mampu menjual potensi museum. Boleh dikatakan Museum Nasional Singapura kalah jauh dibandingkan kualitas dan kuantitas Museum Nasional Indonesia. Namun penataannya mengagumkan, pencahayaan display-nya bagus, promosinya luas, dan penyediaan berbagai fasilitasnya meyakinkan. Selain telepon bersuara, museum dilengkapi komputer layar sentuh dan perangkat audio-visual untuk membantu pengunjung. Dalam setahun jumlah pengunjung Museum Nasional Singapura mencapai tujuh juta orang, berkali-kali lipat dari Museum Nasional Indonesia. Sebagai perbandingan tiket masuk di sana mencapai Rp 30.000, sementara di sini hanya Rp 750 untuk dewasa. Kita bisa belajar banyak juga dari Museum Etnologi Dahlem (Berlin), Jerman. Dari 50.000 objek yang berasal dari Asia, sekitar tiga per empatnya merupakan benda- benda budaya dari Indonesia. Sejak lama Museum Berlin sudah menjadi museum bertaraf internasional dan merupakan tujuan kunjungan wisatawan mancanegara. Museum Berlin maju pesat karena ditangani sumber daya manusia yang terampil, dibantu perkembangan teknologi yang modern. Kondisi ruangannya begitu bersih dan terpelihara dengan baik. Penataan etalase di museum ini juga sangat rapi dan teratur. Koleksi asal Indonesia yang dipamerkan di sini diperoleh dari hampir semua propinsi, pulau, dan daerah. Di antara koleksi-koleksi itu terdapat wayang, seperti wayang golek, wayang kulit, dan wayang klitik, berikut sejumlah besar topeng dan anyaman. Koleksi-koleksi itu dikumpulkan oleh orang-orang Jerman yang sering berkeliling Indonesia sejak abad ke-19. Karena terpesona akan pertunjukan wayang, mereka banyak membeli boneka wayang dan topeng. Pengelolaan Jelas ada yang salah atau kurang dari segi pengelolaan museum di Indonesia. Sepi pengunjung dan tiket murah merupakan kontradiksi yang sulit diterima akal sehat. Namun bila dikaji, akar masalahnya sebenarnya bukan tiket murah. Biaya
  • 9. transportasi, biaya makan, dan biaya-biaya tak terduga sering menjadi bahan pertimbangan masyarakat, terutama mereka yang berpenghasilan rendah. Kini di seluruh Indonesia terdapat kurang dari 400 museum. Itu pun 11 di antaranya telah tutup tahun 2008 karena masalah dana. Berapa banyak persentasenya dibandingkan dengan jumlah penduduk dan kekayaan budaya yang kita miliki, tentu kita bisa menerka-nerkanya sendiri. Bandingkan dengan Belanda, misalnya, yang mampu membangun ribuan museum. Bahkan becak yang dikenal sebagai kendaraan tradisional di Indonesia, justru lebih gampang dijumpai di sana daripada di negara asalnya. Lemahnya mental pegawai museum dan aparat terkait sering disalahkan. Sampai- sampai ketidakcakapan pemerintah tak luput dari gunjingan. Apalagi dana yang dianggarkan tidak pernah sesuai dengan harapan. Alasan dana pemeliharaan yang minim pula yang menyebabkan beberapa museum pernah kecolongan. Metafora selalu mengatakan bahwa benda-benda arkeologi adalah harta yang tidak ternilai harganya. Artinya, semua benda arkeologi tidak bisa diukur dengan uang karena nilai ilmu pengetahuannya jauh lebih penting dari itu. Tanpa bermaksud mendukung pencurian yang sering dialami museum itu, kita tentu akan bertanya, Benarkah benda-benda arkeologis dalam keadaan yang lebih baik dan aman jika berada di tangan museum dan pemerintah? Seorang rekan arkeolog pernah merasa jengkel dan rada mengolok. Kalau Museum Nasional dan Museum Sejarah Jakarta dijadikan patokan bagi kualitas museum-museum di Indonesia, maka bisa dipastikan museum adalah tempat yang mengerikan bagi warisan-warisan arkeologi. Betapa banyak koleksi museum berada dalam kondisi yang aus dan berjamur, terlihat seperti tak terawat sama sekali, katanya. Jika demikian keadaannya, tentu saja akan lebih baik bila koleksi-koleksi tersebut dicuri lalu dibeli oleh kolektor pribadi yang mampu merawat koleksi-koleksi itu dengan lebih baik. Pencurian benda-benda masa lampau yang dilindungi hukum memang salah. Namun menelantarkan benda tersebut dengan alasan apapun adalah tindakan yang lebih salah. Kembali ke soal kualitas museum, mungkin ada benarnya kalau orang mengatakan banyak gedung museum di negeri kita ibarat kandang ayam. Selain kondisi
  • 10. bangunannya yang terlihat gampang ambruk, situasi dalamnya pun tak ubahnya peribahasa mati segan, hidup tak mau. Pencahayaan selalu redup, lemari pajangan keropos di sana-sini, kotak-kotak informasi masih terlalu jadul, tembok dan lantai sangat kusam. Bahkan ada beberapa museum berdinding gedek, meskipun hanya bersifat sementara dan didirikan atas inisiatif warga yang peduli. Ironis memang, kehidupan museum hanya tergantung dari karcis masuk yang hanya sebesar ratusan rupiah per pengunjung. Sudah jelas untuk biaya operasional sehari-hari saja tidak cukup. Kalau kualitas museum di Jakarta saja masih banyak dipertanyakan, tentu kondisi museum di daerah jauh lebih buruk. Padahal justru kekayaan budaya di daerah jauh lebih banyak daripada di Jakarta. Jadi sudah saatnya pemerintah memperhatikan kondisi museum. Museum harusnya menjadi tempat yang paling aman untuk menyimpan harta karun bangsa. Kondisi fisik harus benar-benar diperhatikan, misalnya melengkapi museum dengan kamera pengintai, alarm, dan pintu otomatis. Kondisi non-fisik pun tidak boleh ditinggalkan. Pegawai museum juga manusia, tentu memerlukan kehidupan yang layak. Tunjangan fungsional sebagai pamong museum perlu ditingkatkan. Kita harus yakin, museum yang baik pasti akan dicari orang. Karena apa? Museum memiliki dua fungsi sekaligus, yakni sebagai objek pariwisata dan sebagai objek pendidikan. Yang kini terlihat sungguh membuat hati miris, museum hanya sebagai gudang peninggalan barang-barang kuno sehingga terkesan angker. Marilah kita mulai membenahi museum. Bangsa yang besar adalah bangsa yang memperhatikan sejarahnya, tentu lewat museum. Lewat museum kita bisa berkaca tentang kecemerlangan bangsa Indonesia di masa lampau. Mudah-mudahan masyarakat dan pemerintah akan segera mampu memperlakukan museum kita, termasuk benda-benda koleksinya, secara lebih manusiawi. Jika sudah demikian, itulah saat yang paling pantas untuk mengutuk pencurian dan transaksi ilegal benda-benda cagar budaya milik negara. Pengelolaan museum tentu saja memerlukan pengetahuan tersendiri. Pengelompokan materi pameran, penataan, pencahayaan, pelabelan, dan sebagainya sudah jelas harus ditangani dengan metode dan teknik tertentu agar menimbulkan daya tarik. Sejak 1980-an di Indonesia mulai berkembang
  • 11. pengetahuan Museologi, yang menjadi bagian dari subdisiplin Arkeologi. Pada awalnya mata kuliah Museologi diajarkan di program S-1. Namun sejak 1990-an dikembangkan menjadi beberapa mata kuliah. Bahkan sejak 2000-an menjadi bagian dari program S-2. Dari segi ilmu museologi, museum bukan hanya tempat penyimpanan barang kuno, namun juga menjadi laboratorium penelitian sejarah budaya. Karena itu seharusnya pengetahuan para kurator museum perlu ditingkatkan. Selain bagi dirinya sendiri, masyarakat pun bisa memetik manfaat dari kurator yang handal. Promosi Salah satu hal yang menyebabkan kurang terkenalnya museum-museum di Indonesia adalah karena kurang promosi. Informasi yang lengkap mengenai permuseuman bisa meniru kaidah-kaidah dalam jurnalistik, yakni mengacu pada 5 W + 1 H (What, Why, Where, When, Who, dan How). Untuk melakukan hal demikian tentu saja pihak museum harus bekerja sama dengan media massa. Ini termasuk sulit karena museum masih dikategorikan kurang atau belum layak jual. Terbukti tulisan-tulisan mengenai museum dan/atau koleksi museum masih sangat jarang dijumpai. Kecuali kalau ada kasus-kasus tertentu, umumnya pencurian, barulah tulisan mengenai museum gencar terpublikasi. Bahkan sering kali pengelola museum dikejar-kejar pers. Membuat karcis masuk museum semenarik mungkin, dilengkapi gambar bangunan museum dan koleksi, agaknya perlu dipertimbangkan. Ini mengingat komunitas kolektor sudah banyak bermunculan. Benda-benda memorabilia seperti ini banyak digandrungi kolektor-kolektor di seluruh dunia. Promosi dapat dilakukan juga lewat penjualan benda-benda cenderamata. Benda- benda ini harus dibuat unik dan khas sehingga mengundang kenangan tersendiri. Tidak tertutup kemungkinan, hal demikian akan mendongkrak popularitas museum. Menanamkan kesadaran pada masyarakat akan arti dan makna museum, perlu ditingkatkan. Sebenarnya hal ini merupakan bagian dari Arkeologi Publik. Sarana yang paling efektif adalah media massa. Pemanfaatan media massa untuk kepentingan Arkeologi Publik pada prinsipnya dapat dibagi menjadi beberapa hal,
  • 12. terutama sekali melalui tulisan atau siaran dengan maksud memberikan penerangan (informatif), mempengaruhi dengan jalan membujuk (persuasif), mendidik (edukatif), dan hiburan (rekreatif). Sekadar gambaran, di Italia siaran mengenai museum lewat acara Museo selalu ditayangkan televisi Italia RAI secara periodik dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Selain wawancara dengan pejabat museum, juga diketengahkan berbagai koleksi yang tergolong masterpiece. Selain itu kita perlu meniru promosi gencar yang dilakukan pemerintah Inggris lewat langkah inovatif, yakni dengan membangun museum hidup untuk memperlihatkan pengalaman interaktif tentang masa lampau. Museum terbuka itu mempunyai koleksi 40 bangunan bersejarah yang diselamatkan dari pengrusakan. Masing-masing bangunan adalah bongkaran dari lokasi aslinya, yang diawetkan dan dibangun lagi di museum, sesuai dengan gaya waktu itu. Museum hidup ini dilengkapi kebun-kebun berdasarkan bukti-bukti tertulis dan contoh-contoh tanaman yang berhasil diidentifikasi oleh para arkeolog (Arkeologi, 2003). Museum hidup itu juga dilengkapi kincir dan peternakan. Pengrajin dan penjual miniatur bangunan tradisional, ikut diperkenalkan di sana. Jadilah ajang itu menjadi promosi gratis sehingga jumlah pengunjung meningkat dari tahun ke tahun. Zaman terus berubah. Sarana modern, seperti internet, seharusnya dimanfaatkan semaksimal mungkin. Di era digital, pembuatan website museum tentu saja mutlak dan perlu. Sebenarnya beberapa website museum pernah ada. Namun, seperti halnya pengelolaan museum, pengelolaan website pun terabaikan. Mungkin karena faktor pekerjaan atau tidak ada yang mengurus. Museum Nasional, sebagai museum terbesar dan terlengkap, misalnya, pernah memiliki website, yakni museum-nasional.org. Namun karena ditangani pihak ketiga, maka website ini kemudian hilang. Sekarang memang masih ada, yaitu museum-nasional.com. Disayangkan, website ini jalan di tempat, juga karena ditangani pihak ketiga. Kekurangan lain adalah pegawai dan kurator museum memiliki kesibukan sendiri, karenanya tidak pernah menambah atau memperbarui materi atau tulisan pada website. Yang masih eksis adalah website yang saya tangani sendiri, yakni museum- nasional.blogspot.com dan museum-jakarta.blogspot.com. Kedua website ini dibuat
  • 13. pada Mei 2009. Sebulan terakhir ini jumlah pengunjung masing-masing website berkisar 10-30 orang per hari. Diharapkan untuk masa-masa selanjutnya materi website lebih bervariasi sehingga jumlah pengunjung semakin banyak. Kita memang masih tertinggal dibandingkan beberapa negara maju yang mempunyai website bagus karena benar-benar ditangani tenaga-tenaga profesional di bidangnya. Tidak dimungkiri, masalah dana selalu menjadi alasan klasik di negara kita. Memang, yang namanya promosi membutuhkan dana relatif besar. Selain website yang berisi tulisan dan foto, beberapa negara bahkan telah mengembangkan semacam gambar tiga dimensi. Dengan memakai perangkat lunak Computer Aided Design (CAD) pengguna internet dapat melihat-lihat koleksi museum. Museum modern telah diubah oleh sains menjadi lebih hidup. Banyak orang segera terpikat karena dapat langsung menyaksikan koleksi museum dari rumah selama 24 jam terus-menerus. Memang ada kelebihan dan kekurangannya dibandingkan melihat secara langsung. Adanya website seperti ini ikut mendukung promosi museum. Teknologi dalam bentuk animasi visual yang menampilkan koleksi museum bukan merupakan hal yang mustahil. Teknologi modern khususnya teknologi komputer grafis bisa melakukan hal itu. Di tangan para seniman komputer grafis dan rekaan, gambaran koleksi dan masa lalunya yang dikumpulkan sejarawan, arkeolog, dan arsitek, bisa hidup kembali. Di Italia teknologi demikian sudah maju. Bukan hanya museum, situs-situs masa Romawi pun bisa dibuatkan programnya. Terlebih dulu para pakar mengumpulkan data, kemudian dibuatkan gambar rekaan. Teknologi ini didukung oleh sebuah perusahaan dengan spesialisasi di bidang pembuatan program interaksi budaya dan rekonstruksi arkeologi maya. Mengembangkan museum digital di Indonesia tentu bukanlah pekerjaan mudah. Perlu dana yang besar dan tenaga yang handal. Belajar dari keberadaan website, sudah jelas keberadaan museum digital sulit terlaksana dalam waktu dekat. Ironis, di dunia nyata perhatian kepada museum belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Padahal kalau kita lihat dunia fiksi, betapa dahsyatnya koleksi museum, sehingga mampu menyedot kekaguman masyarakat. Mungkin kita masih
  • 14. ingat film Hollywood berjudul Night at the Museum. Dua seri film ini telah menjadi box office di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Memang karya-karya tersebut cukup menaikkan derajat dunia permuseuman kepada masyarakat. Sayang dalam keadaan sesungguhnya, museum bukanlah hal yang populer. Ilmunya sering kali dijauhi, baik oleh masyarakat maupun oleh pemerintah. Ini terlihat dari anggaran tahunan yang diterima jauh dari mencukupi. Justru koleksi museum yang semakin gencar diburu karena memiliki nilai komersial atau investasi tinggi. Banyaknya pemalsuan arca di Museum Radya Pustaka beberapa waktu lalu, jelas menunjukkan bahwa nilai benda-benda kuno amat fantastis. Semakin banyaknya barang yang ditawarkan balai-balai lelang internasional, memberi gambaran bahwa bisnis benda-benda kuno selalu menggeliat dan museum hampir selalu menjadi sasaran. Di negara kita ada berbagai organisasi permuseuman, seperti Paramita Jaya (Perhimpunan Antar Museum Jakarta Raya) dan AMI (Asosiasi Museum Indonesia). Ada juga organisasi Remaja Pencinta Museum, Sahabat Museum, Ganesha Society, dan Komunitas Museum Indonesia. Kita harapkan organisasi seperti ini bisa berperan lebih jauh untuk meningkatkan harkat dan derajat museum di Indonesia. Di sejumlah negara kemajuan suatu museum tergantung pada keprofesionalan direktur museum. Dia dituntut aktif, inovatif, dan kreatif. Mudah-mudahan di Indonesia ada SDM seperti itu, sehingga museum-museum tidak lagi mengeluh sepi pengunjung. Justru semakin dihargai oleh masyarakat karena perannya sebagai etalase ilmu pengetahuan. https://museumku.wordpress.com/2012/03/11/museum-dalam-persepsi-jurnalistik/ Tentang Museum Biologi Yogyakarta Untuk mengenal dunia flora dan fauna secara mendalam, Anda dapat mengunjungi museum ini. Anda dapat menjumpai beragam flora-fauna yang ada di Indonesia. Komodo, ular pyton, harimau, kaswari, beragam jenis unggas, dan binatang lain dapat Anda saksikan di museum ini. Selain binatang yang diawetkan, koleksi tumbuhan yang diawetkan juga dipamerkan. Museum Biologi UGM ingin mengajak Anda untuk turut dalam konservasi alam sehingga sumber daya alam dapat dipergunakan semaksimal mungkin sampai generasi mendatang. Anda juga diajak untuk lebih mencintai alam Indonesia yang kaya.
  • 15. Museum Biologi UGM mulai dibuka untuk umum sejak 1 Januari 1970. Tahun 1969 - 2001, pengelolaan Museum Biologi ini berada di bawah tanggung jawab Drs. Anthon Sukahar sebagai ketua tim pelaksana sekaligus Direktur Museum yang pertama. Koleksi Museum Biologi UGM ini adalah berbagai macam flora dan fauna yang diawetkan. Koleksi tersebut adalah sebagai berikut : 3.752 buah koleksi herbarium (awetan) dalam bentuk herbarium kering, herbarium basah, kerangka, serta fosil. 70% merupakan preparat tanaman 30% lainnya berupa preparat hewan. Koleksi yang didapat museum ini sebagian besar berasal dari Indonesia, sedangkan sisanya berasal dari luar negeri yang merupakan sumbangan dari para peneliti, dosen, maupun masyarakat. Beberapa koleksi merupakan koleksi binatang langka yang wajib dilindungi, misalnya komodo, harimau, beruang madu, trenggiling, burung cendrawasih, dan buaya putih. Untuk koleksi tumbuhannya meliputi koleksi tumbuhan rendah (Cryptogamae) sampai dengan koleksi tumbuhan tinggi (Spermatophyta) yang diawetkan dalam bentuk herbarium kering (1672 species dari 180 familia) dan herbarium basah (350 buah). Perawatan yang dilakukan terhadap koleksi museum ini, khususnya untuk koleksi fauna, adalah dengan memasukkan awetan fauna-fauna tersebut ke dalam freezer selama dua kali dalam satu kali perawatan. Tujuannya adalah untuk membunuh telur serangga yang kemungkinan menempel pada awetan tersebut. Bisa juga perawatan tersebut dilakukan dengan melakukan radiasi terhadap awetan untuk membunuh telur serangga yang menempel pada awetan. Perawatan ini biasanya dilakukan satu kali dalam setahun. Di museum Biologi dapat dijumpai pula beberapa kotak diorama. Di dalam setiap kotak diorama terdapat satu jenis atau sekelompok hewan yang berlatar belakang habitat mereka yang diilustrasikan pada gambar tiga dimensi. Dengan melihat diorama ini maka dapat dibayangkan kehidupan nyata dan habitat hewan-hewan tersebut. Selain koleksi awetan hewan dan tumbuhan, terdapat pula ruang display untuk pengamatan mikroskopis. Sebagai sebuah museum yang mengkhususkan dalam bidang ilmu pengetahuan dan pendidikan, serta merupakan salah satu tujuan wisata, maka Museum Biologi UGM bertujuan untuk : menyimpan koleksi hayati untuk keperluan pendidikan menyelenggarakan peragaan ilmiah mengadakan pameran untuk umum sebagai sarana pengabdian masyarakat sebagai sumber informasi keanekaragaman hayati sebagai media pembelajaran keanekaragaman hayati dan konservasi Spesisfikasi Museum Biologi : Museum Biologi ini masuk ke dalam kategori museum Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan.
  • 16. Jam Buka Museum Senin - Kamis : 07.30 - 16.00 Jumat : 07.30 - 15.00 Sabtu - Minggu & hari Libur Nasional : Tutup Harga Tiket Masuk Pelajar: Rp. 5.000,- Umum: Rp. 7.000,- Wisatawan Asing: Rp. 15.000,- Kontak Alamat: Jl. Sultan Agung No. 22 Yogyakarta Telp.: (0274) 376740 Email: mus_bio@ugm.ac.id biologymuseum@gmail.com Website: www.biologi.ugm.ac.id/museum Facebook: Museum Biologi UGM https://gudeg.net/direktori/1445/museum-biologi-yogyakarta.html