Seni Timur bersifat spiritual, menyatu dengan masyarakat, dan bernilai kolektif sedangkan Seni Barat lebih individualistik, bebas, dan berekspresi personal. Lekra menganut paham Seni untuk Rakyat dan mendominasi dunia kesenian Indonesia pada masa Orde Lama hingga jatuhnya PKI tahun 1965.
5. Seni TimurSeni Timur
bertujuan spiritualis
kesenian menyatu dengan kegiatan masyarakat
seni memiliki kerangka kolektivisme / konteks budaya
nilai tradisi, sejarah, dan keagamaan/kepercayaan
bersifat turun temurun / generasi / sejarah (pakem
khusus)
pemeliharaan nilai dalam masyarakat adat istiadat
proses penciptaan melalui pelatihan fisik dan mental
6. Terinspirasi yang dimulai Yunani lama, Seni Barat adalah kesenian yang cara
pembinaan kesadarannya dengan cara mamahami ilmu pengtahuan dan filsafat.
dan..
pendekatan filsafat dan ilmu pengetahuan juga diserap
pemikir dan seniman Lekra.
yang kemudian membentuk Lestra (Lembaga Sastra), LFI (Lembaga Film Indonesia), Lesrupa (Lembaga Seni Rupa),
LSDI (Lembaga Seni Drama Indonesia), LSTI (Lembaga Seni Tari Indonesia), LMI (Lembaga Musik Indonesia)
7. Gothic eropa abad 12-15 cikal bakal
Rennaisance
Renaissance, 'kelahiran kembali' 14-17, Neo-Klasik 1750 - 1830
Romanticism (1770
1830)
Realisme (1830
1905)
8. modern art
1860s to the 1970s
paris newyork: impresionis
melepaskan diri dari tradisi dan keharusan narasi.
clement greenberg: Seni mengkritik dirinya sendiri, diperlikan otoritas dunia seni.
Seni untuk seni.
9. Seni BaratSeni Barat
seni sebagai kegiatan khusus, semangat
kebebasan
seni sebagai ekspresi perasaan personal
dan pencapaian intelektual
lepas dari nilai tradisi dan sejarah
otoritas seni adalah ...
berorientasi penciptaan, inovasi, dan
kebaruan
berorientasi formalisme
10. Raden Saleh Sjarif Boestaman (1807 atau 1811 - 23 April 1880 )
prewar writers / Pujangga lama/ sastra melayu lama
(hikayat, cerita, kisah, syair): Hamzah Fansuri, Thio Tjin Boen, Hadji
Moekti, Gouw Peng Liang, F. Wiggers, F.D.J. Pangemanan, Kat
S.J, H.F.R Kommer, RMTAS
Balai Pustaka (1920) : Merari Siregar, Marah Roesli, Muhammad
Yamin, Nur Sutan Iskandar, Tulis Sutan Sati, Djamaluddin
Adinegoro, Abas Sutan Pamuntjak Nan Sati, Abdul Muis, Aman
Datuk Madjoindo
Pujangga Baru (tahun 1930 - 1942) romantik-idealistik
Sutan Takdir Alisjahbana, Hamka, Armijn Pane, Sanusi Pane,
Tengku Amir Hamzah, Roestam Effendi, Sariamin Ismail, Anak
Agung Pandji Tisna, J.E.Tatengkeng, Fatimah Hasan Delais, Said
Daeng Muntu, Karim Halim
Angkatan 1945 dalam gejolak sosial-politik-budaya
Chairil Anwar, Asrul Sani, Idrus, Achdiat K. Mihardja, Trisno
Sumardjo, Utuy Tatang, Suman Hs.
11. Polemik Kebudayaan,
Sutan Takdir Alisjahbana, 2 Agustus 1935:
...Karenanya tiba waktunya mengarahkan mata kita
ke Barat.
+ Amir Hamzah Armijn Pane
Sanusi Pane, Poerbatjaraka, 4 September 1935,
..persatuan Indonesia zaman sekarang ialah terusan
zaman dahulu
gagasan tentang perpaduan Timur dan Barat nilai baru dan modern
Angkatan 45, Surat Kepercayaan Gelanggang. 22 Oktober
1950.
.penghargaan orang-orang yang mengetahui adanya saling
pengaruh antara masyarakat dan seniman.
bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani, harapan kemajuan
budaya Indonesia pasca merdeka
12. Lekra dan PolitikLekra dan Politik
LEKRA (Lembaga Kebudayaan Rakyat) yang dideklarasikan D.N. Aidit, M.S. Ashar, A.S.
Dharta, dan Njoto pada 17 Agustus 1950.
Kesamaan PKI dan LEKRA, sama-sama menyatakan bahwa Revolusi Agustus (1945) telah
gagal:
Gagalnya Revolusi Agustus 1945 berarti djuga gagalnja perdjuangan pekerdja kebudajaan
untuk menghantjurkan kebudajaan kolonial dan menggantikannja dengan kebudjaan jang
demokratis, dengan kebudajaan Rakjat
14. LEKRALEKRA
menyebarkan dan membela azas Seni untuk Rakjat dan Ilmu untuk Rakyatmenyebarkan dan membela azas Seni untuk Rakjat dan Ilmu untuk Rakyat
1-5-1
1. politik sebagai penglima
5. asas dan basis dari lima kombinasi kerja, yaitu :
(1) meluas dan meninggi, (2) tinggi mutu ideologi dan tinggi mutu artistik,
(3) tradisi baik dan kekinian revolusioner, (4) kreativitas individual dan
kearifan massa, (5) realisme sosialis dan romantik revolusioner.
1. Asas kerjanya adalah turun ke bawah.
15. 17 Agustus 1963, Manifesto Kebudayaan dideklarasikan oleh HB Jassin, Wiratmo Soekito
dan Trisno Soemardjo, GM, Taufik Ismail, dan banyak kalangan penyair lain menolak
Lekra. Lekra dianggap mengancam supremasi prinsip-prinsip estetika dan menjerumuskan
karya seni pada alat propaganda politik yang sarat dengan slogan-slogan verbal belaka.
8 Mei 1964, Manifes Kebudayaan dinyatakan terlarang oleh Presiden Soekarno.
September 1964 Departemen P & K mengumumkan pelarangan karya Lentera S.
Takdir Alisjahbana, Hamka, Idrus, Mochtar Lubis, H.B. Jassin, Trisno Sumardjo, dan para
penanda tangan Manifes Kebudayaan yang lain.
30 September 1965, Hari kejatuhan PKI dan seniman Lekra.
12 Maret 1966, Surat Perintah Sebelas Maret menjadi legitimasi bagi Soeharto untuk
memulihkan keadaan. TAP MPRS no. XXV/MPRS/ tahun 1966, tentang pelarangan komunisme,
Leninisme, dan pembubaran organisasi PKI beserta organisasi massanya.