Dokumen tersebut membahas upaya peningkatan kecakapan artikulasi anak tunarungu dengan menggunakan metode pendekatan maternal reflektif di SLB Negeri Semarang. Metode ini berfokus pada proses percakapan antara guru dengan siswa seperti antara ibu dengan anaknya. Metode ini meliputi tangkapan isyarat anak dan peran ganda guru untuk membantu anak berbicara. Pendekatan ini diharapkan dapat memotivasi an
2. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penulisan
ini
adalah
observasi,
dengan
mendasarkan
pengembangan
berdasarkan
pengamatan
langsung
terhadap
objek
dan
berdasarkan
pencatatan proses pemerolehan bahasa
pada anak tunarungu.
5. KESIMPULAN
MMR
merupakan
suatu
metode pengajaran bahasa
yang tumpuan dan jantungnya
ada pada proses percakapan
selayaknya seorang ibu yang
bercakap dengan bayinya
melalui metode tangkap dan
peran ganda, dimana sosok
ibu membahasakan ungkapan
bayinya yang belum bisa
berbicara dengan harapan
sang bayi akan meniru dan
mengerti ungkapan apa yang
dibahasakan oleh ibunya.
6. Percakapan dari Hati ke
Percakapan Hati
dari hati ke hati merupakan
percakapan yang spontan, fleksibel untuk
mengembangkan empati anak.
Metode dalam percakapan ini ada dua:
• Seizing method: ungkapan yang dimaksud
anak melalui kata-kata atau suara yang
kurang jelas, gesti atau gerakan-gerakan
lainnya dan isyarat ditangkap oleh guru.
• Play
a
double
part:
isyarat
tsb
dibahasakan sesuai dengan maksudnya
kemudian
meminta
anak
untuk
mengucapkannya kembali.
7. Langkah-Langkah Penerapan
MMR
1. Memvisualisasikan percakapan anak ke dalam bentuk wacana,
kemudian membaca wacana dengan bimbingan guru.
2. Peneliti duduk berhadapan dengan anak kemudian mengajukan
pertanyaan dengan suara yang jelas sehingga anak dapat
membaca gerak bibir dan dapat mendengar suara peneliti
dengan baik.
3. Anak menjawab pertanyaan peneliti, kemudian peneliti
memvisualisasikan jawaban anak dengan cara menuliskan
jawaban siswa di papan tulis.
4. Peneliti mengulangi pertanyaannya kemudian menjawab
pertanyaan tersebut sesuai dengan jawaban anak lalu
menuliskan jawaban tersebut di samping jawaban yang diberikan
anak sehingga anak dapat memahami kosa kata benda.
5. Peneliti menjelaskan kepada anak mengenai kosa kata benda.
6. Peneliti memberi penguatan kepada siswa apabila siswa dapat
menjawab pertanyaan tentang kosakata benda.
7. Peneliti menjelaskan materi secara berulang-ulang sehingga
anak dapat memahami materi yang diberikan peneliti.
8. Alat Pendidikan Khusus
 Audiometer
 Alat bantu mendengar (hearing aid)
 Cermin
 Alat bantu wicara (speech trainer)
 Alat Peraga, seperti:
 Miniatur binatang-binatang
 Miniatur manusia
 Gambar-gambar yang relevan
 Buku perpustakaan yang bergambar
 Alat-alat permainan anak
10. SIMPULAN
Berdasarkan pendapat disimpulkan bahwa
pendekatan dan pembelajaran anak tunarungu
dapat
berjalan
meningkat
dengan
memperhatikan komponen-kompoenen metode
maternal reflektif karena pengajaran akan
lebih menarik perhatian anak tunarungu
sehingga dapat memotivasi belajarnya. Bahan
pengajaran akan lebih membantu anak
sehingga dapat membantu anak dalam
menguasai materi pelajaran dengan lebih baik.
11. SARAN
Sebagai orangtua dan guru hendakanya harus sabar
dan telaten dalam mengajari anak yang mempunyai
kebutuhan khusus dalam berbahasa. Orangtua dan
guru harus berperan aktif dalam meningkatkan
kepercayaan diri dan perkembangan bahasa yang
dimiliki. Hendaknya anak yang mempunyai kebutuhan
khusus dalam pemerolehan bahasa tidak kita asingkan
dari lingkungan sekitarnya. Seringnya seorang anak
tunarungu
berkomunikasi
dengan
orang-orang
disekelilingnya
akan
berdampak
baik
pada
perkembangan bahasanya.