際際滷

際際滷Share a Scribd company logo
Seminar wound revise
Seminar wound revise
Seminar wound revise
Dr. HERRY SETYA YUDHA UTAMA,SpB,
                     FInaCS, MHKes, ICS

-   LAHIR DI SUMEDANG 6 NOV 1962 . SD S/D SMA DI SUMEDANG

-   LULUS FK UNPAD TH 87

-   KA PUSKESMAS LINGE,BINTANG,BUKIT, ACEH TENGAH TH 87-90

-   ASISTEN AHLI BEDAH RS HASAN SADIKIN TH 90-95

-   SPESIALIS BEDAH UNPAD/RSHS TH 95

-   KA BAG/SMF BEDAH RS ARJAWINANGUN CIREBON S/D-SEKARANG

-   DIREKTUR MEDIS RS AL ISLAM BANDUNG PERIODE 2000-2003 DAN 2003-
    2006

-   SEKRETARIS I PERSI JABAR 2001-2004
- WAKIL KETUA MUKISI JABAR 2002-2005
- HUMAS IKABI JABAR S/D SEKARANG
- TIM PEMBINA /SURVEYOR AKREDITASI RUMAH SAKIT DI
  DINKES JABAR S/D SEKARANG
- KOMISI ETIKA DAN HUKUM IDI CAB CIREBON S/D SEKARANG
- LULUS MAGISTER HUKUM KESEHATAN Soegija pranata 2007
- TIM MEDIASI PERKARA PERDATA PENGADILAN NEGERI
  BANDUNG / SALAH SEORANG PENDIRI BANDUNG MEDIATION
  CENTER (BMC)
- DOSEN MAGISTER HUKUM KESEHATAN FAKULTAS HUKUM
  UNSWAGATI CIREBON
- KETUA P3D (KEPANITRAAN PENDIDIKAN DOKTER, PEMBIMBING,
  PENGUJI FK YARSI DI RSUD ARJAWINANGUN)
- ANGGOTA DEPARTEMEN PEMBELAAN ANGGOTA IKATAN
  SARJANA HUKUM INDONESIA (ISHI) CABANG CIREBON
- DOSEN TAMU DI STIKES CIREBON DAN FK UNSWAGATI CIREBON
- KETUA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) KOMISARIAT
  WILAYAH III CIREBON
- MEMBER : INTERNATIONAL COLEGE SURGEON ( ICS)
- KELUARGA : DRG . SUSILAWATI , MM (ISTRI), ARIDHA DAN
  AURIELLIO MUH ATHALLAH (ANAK)
Seminar wound revise
Seminar wound revise
Seminar wound revise
Ketika luka timbul, beberapa efek
          akan muncul :
JENIS JENIS LUKA
 Berdasarkan tingkat kontaminasi
   1.   Clean Wounds (Luka bersih)
   2.   Clean-contamined Wounds
   3.   Contamined Wounds (Luka terkontaminasi)
   4.   Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi)

 Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
   1.   Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema)
   2.   Stadium II : Luka Partial Thickness
   3.   Stadium III : Luka Full Thickness
   4.   Stadium IV : Luka Full Thickness
Berdasarkan tingkat
              kontaminasi :
1.   Clean Wounds (Luka bersih) : yaitu luka bedah tak terinfeksi
     yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan
     infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan
     urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka
     yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup.
     Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1%  5%.



2.   Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi) :
     merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi,
     pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi
     terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan
     timbulnya infeksi luka adalah 3%  11%.
3. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi) :
   termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat
   kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar
   dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari
   saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi
   akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi
   luka 10%  17%.


4. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi)
   : yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.
Berdasarkan kedalaman dan
            luasnya luka
1.    Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching
      Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan
      epidermis kulit.



2. Stadium II : Luka Partial Thickness : yaitu
   hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan
   bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial
   dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau
   lubang yang dangkal.
3.   Stadium III : Luka Full Thickness : yaitu hilangnya kulit
     keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan
     subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak
     melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai
     pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak
     mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu
     lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan
     sekitarnya.



4.   Stadium IV : Luka Full Thickness yang telah mencapai
     lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya
     destruksi/kerusakan yang luas.
Seminar wound revise
Jenis luka berdasarkan waktu
     penyembuhan luka
1. Luka akut
yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai
dengan konsep penyembuhan yang telah
disepakati.
2. Luka kronis

yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses
penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan
endogen
MEKANISME TERJADINYA
        LUKA
1.   Luka insisi (Incised Wound)
2. Luka memar (Contusion Wound)

3. Luka lecet (Abraded Wound)

4. Luka tusuk (Punctured Wound)

5. Luka gores (Lacerated Wound)
6. Luka tembus (Penetrating Wound )

7. Luka bakar (Combustio)




     Korban Luka bakar
Seminar wound revise
Seminar wound revise
1.   Luka insisi (Incised Wound), terjadi karena teriris
     oleh instrument yang tajam. Missal yang terjadi
     akibat pembedahan.

2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat
   benturan oleh suatu tekanan dan
   dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak,
   perdarahan dan bengkak.

3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit
   bergesekan dengan benda lain yang biasanya
   dengan benda yang tidak tajam
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya
   benda, seperti pisau yang masuk ke dalam kulit dengan
   diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang
   tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang
   menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka
   masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung
   biasanya lukanya akan melebar.
7. Luka bakar (Combustio), yaitu luka akibat terkena suhu
   panas seperti api, matahari, listrik, maupun bahan kimia.
Penyembuhan luka yang
dapat dibagi dalam tiga fase
           yaitu
Seminar wound revise
Seminar wound revise
Seminar wound revise
Seminar wound revise
Seminar wound revise
Lamanya penyembuhan:
1.   Hemostatis : Perkiraan menit sampai beberapa jam

2. Inflamasi : Hitungan jam sampai dengan beberapa
   hari



3. Proliferasi: 4 s/d 14 hari



4. Remodeling: minggu sampai dengan beberapa bulan
PERANAN GROWTH FACTOR

- Growth factor dan sitokin adalah produk polipeptida
  pada luka dan juga jaringan normal yang
  menstimulasi migrasi dan proliferasi seluler.
- Mereka sering dinamakan untuk sel yang dari tempat
  mereka dihasilkan (contoh: platelet-derived growth
  factor, PDGF) atau untuk fungsi awal mereka
  ditemukan (contoh: fibroblast growth factor, FGF)
- Growth factor dapat bersifat sebagai:
  - Autokrin (dimana GF berperan pada sel yang
    menghasilkannya)
  - Parakrin (dengan dilepaskan ke lingkungan ekstra
    seluler, yang berperan segera pada sel sebelahnya)
  - Endokrin (yang memberikan efek ketempat yang jauh
    dimana GF diekskresikan dan dibawa ketempat efektor
    oleh aliran darah).
KLASIFIKASI
           PENYEMBUHAN
1. Penyembuhan sekunder (sanatio per secundam
   intentionem):
   Luka akan terisi jaringan granulasi dan kemudian
    ditutup jaringan epitel.
   Proses ini biasanya makan waktu cukup lama dan
    meninggalkan parut yang kurang baik, terutama kalau
    lukanya menganga lebar.
2. Penyembuhan primer (sanatio per primam intentionem):


   Terjadi bila luka segera diusahakan bertaut, biasanya dengan
    bantuan jahitan.
   Parutan yang terjadi biasanya lebih halus dan kecil.
   Penjahitan luka tidak dapat langsung dilakukan pada luka yang
    terkontaminasi berat dan /atau tidak berbatas tegas.
   Luka yang compang-camping atau luka tembak, misalnya,
    sering meninggalkan jaringan yang tidak dapat hidup. Keadaan
    ini diperkirakan akan menyebabkan infeksi bila luka langsung
    dijahit.
 Luka yang demikian akan dibersihkan dan dieksisi
  (debridement) dahulu dan kemudian dibiarkan selama
  4-7 hari. Baru selanjutnya dijahit dan dibiarkan sembuh
 secara primer. Cara ini umumnya disebut
  penyembuhan primer tertunda. Jika, setelah dilakukan
  debridement, luka langsung dijahit, dapat diharapkan
  penyembuhan primer.
 penambahan tekanan balutan luka steril mungkin
  diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi
  pembedahan mungkin diperlukan.
Dehiscence dan Eviscerasi


 Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi
  yang paling serius.
 Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial
  atau total.
 Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah
  irisan.
Faktor terjadinya Dehiscence dan
            Eviscerasi

kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma, gagal
untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan
dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami
dehiscence luka.
 Dehiscence luka dapat terjadi 4  5 hari setelah
  operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka.
 Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus
  segera ditutup dengan balutan steril yang lebar,
  kompres dengan normal saline. Klien disiapkan
  untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.
Seminar wound revise
Komplikasi Lanjut

 Keloid dan jaringan parut hipertrofik timbul karena
  reaksi serat kolagen yang berlebihan dalam proses
  penyembuhan luka. Serat kolagen disini teranyam
  teratur.
 Keloid yang tumbuh berlebihan melampaui batas
  luka, sebelumnya menimbulkan gatal dan cenderung
  kambuh bila dilakukan intervensi bedah.
 Parut hipertrofik hanya berupa parut luka yang
  menonjol, nodular, dan kemerahan, yang
  menimbulkan rasa gatal dan kadang  kadang nyeri.
 Parut hipertrofik akan menyusut pada fase akhir
  penyembuhan luka setelah sekitar satu tahun,
  sedangkan keloid tidak.
 Keloid dapat ditemukan di seluruh permukaan
  tubuh. Tempat predileksi merupakan kulit, toraks
  terutama di muka sternum, pinggang, daerah rahang
  bawah, leher, wajah, telinga, dan dahi. Keloid agak
  jarang dilihat di bagian sentral wajah pada mata,
  cuping hidung, atau mulut.
 Pengobatan keloid pada umumnya tidak
  memuaskan. Biasanya dilakukan penyuntikan
  kortikosteroid intrakeloid, bebat tekan, radiasi
  ringan dan salep madekasol (2 kali sehari selama 3-6
  bulan).
 Untuk mencegah terjadinya keloid, sebaiknya
  pembedahan dilakukan secara halus, diberikan bebat
  tekan dan dihindari kemungkinan timbulnya
  komplikasi pada proses penyembuhan luka.
Simple         Vertical

           Interrupted     Matress        Horizontal

                           Sub Cuticuller ( burried)

Suturing

                         Simple

           Continous      Locking

                          Sub Cuticuller (burried)
Seminar wound revise
Seminar wound revise
Seminar wound revise
Seminar wound revise
Interlocking stitch, knotted at each end




Two strands knotted ay each end and
knotted in the middle
Looped suture tied to itself
Simple interrupted




   Interrupted Vertical mattress
Interrupted horizontal mattress




     Purse-string sutures
Burried Sutures
Interrupted Technique




Subcuticular Sutures
Retention Sutures




 Burried Coaptation
Seminar wound revise
Seminar wound revise
Seminar wound revise
PUSTAKA

1   Brigham narin : the Gale Encyclopedia of Surgery and
    medical tests , Gale Cengage Learning, Detroit, 2009.
2   EC Elison, R Zollinger : Atlas of Surgical Operations, ninth
    edition, Mc Graw Hills medical, New York , 2011.
3   R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong : Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC,
    2009
4   Grabb and smiths , Plastic Surgery , 6 th ed . wolters Kluwer,
    Philadelphia,2007.
5   J Tjandra,Gordon. Textbook of Surgery . 3 ed. Blackwell
    Publishing.2006
6   Lowry SF, Learning Surgery, Springer,2005
7   Schwartzs, ,Principles of Surgery : nineth
    edition,Mc Graw-Hills, 2010.
8 sabiston DC : BukuAjar Bedah, Bagian 2, EGC, 1994
9 Suwardi, Dasar dasar Ilmu Bedah: penyembuhan
  luka,2OO9
10 Wiesel , Delahay,Essentials of orthopedic Surgery, 4
   ed, springer,2007
11 Herry setya yudha utama, Wound Healing :
   www.herryyudha.com
Seminar wound revise
Seminar wound revise

More Related Content

Seminar wound revise

  • 4. Dr. HERRY SETYA YUDHA UTAMA,SpB, FInaCS, MHKes, ICS - LAHIR DI SUMEDANG 6 NOV 1962 . SD S/D SMA DI SUMEDANG - LULUS FK UNPAD TH 87 - KA PUSKESMAS LINGE,BINTANG,BUKIT, ACEH TENGAH TH 87-90 - ASISTEN AHLI BEDAH RS HASAN SADIKIN TH 90-95 - SPESIALIS BEDAH UNPAD/RSHS TH 95 - KA BAG/SMF BEDAH RS ARJAWINANGUN CIREBON S/D-SEKARANG - DIREKTUR MEDIS RS AL ISLAM BANDUNG PERIODE 2000-2003 DAN 2003- 2006 - SEKRETARIS I PERSI JABAR 2001-2004
  • 5. - WAKIL KETUA MUKISI JABAR 2002-2005 - HUMAS IKABI JABAR S/D SEKARANG - TIM PEMBINA /SURVEYOR AKREDITASI RUMAH SAKIT DI DINKES JABAR S/D SEKARANG - KOMISI ETIKA DAN HUKUM IDI CAB CIREBON S/D SEKARANG - LULUS MAGISTER HUKUM KESEHATAN Soegija pranata 2007 - TIM MEDIASI PERKARA PERDATA PENGADILAN NEGERI BANDUNG / SALAH SEORANG PENDIRI BANDUNG MEDIATION CENTER (BMC) - DOSEN MAGISTER HUKUM KESEHATAN FAKULTAS HUKUM UNSWAGATI CIREBON
  • 6. - KETUA P3D (KEPANITRAAN PENDIDIKAN DOKTER, PEMBIMBING, PENGUJI FK YARSI DI RSUD ARJAWINANGUN) - ANGGOTA DEPARTEMEN PEMBELAAN ANGGOTA IKATAN SARJANA HUKUM INDONESIA (ISHI) CABANG CIREBON - DOSEN TAMU DI STIKES CIREBON DAN FK UNSWAGATI CIREBON - KETUA PABI (PERSATUAN AHLI BEDAH INDONESIA) KOMISARIAT WILAYAH III CIREBON - MEMBER : INTERNATIONAL COLEGE SURGEON ( ICS) - KELUARGA : DRG . SUSILAWATI , MM (ISTRI), ARIDHA DAN AURIELLIO MUH ATHALLAH (ANAK)
  • 10. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul :
  • 11. JENIS JENIS LUKA Berdasarkan tingkat kontaminasi 1. Clean Wounds (Luka bersih) 2. Clean-contamined Wounds 3. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi) 4. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi) Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka 1. Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) 2. Stadium II : Luka Partial Thickness 3. Stadium III : Luka Full Thickness 4. Stadium IV : Luka Full Thickness
  • 12. Berdasarkan tingkat kontaminasi : 1. Clean Wounds (Luka bersih) : yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup. Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% 5%. 2. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi) : merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% 11%.
  • 13. 3. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi) : termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% 17%. 4. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi) : yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.
  • 14. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka 1. Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit. 2. Stadium II : Luka Partial Thickness : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
  • 15. 3. Stadium III : Luka Full Thickness : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya. 4. Stadium IV : Luka Full Thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
  • 17. Jenis luka berdasarkan waktu penyembuhan luka
  • 18. 1. Luka akut yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.
  • 19. 2. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen
  • 20. MEKANISME TERJADINYA LUKA 1. Luka insisi (Incised Wound)
  • 21. 2. Luka memar (Contusion Wound) 3. Luka lecet (Abraded Wound) 4. Luka tusuk (Punctured Wound) 5. Luka gores (Lacerated Wound)
  • 22. 6. Luka tembus (Penetrating Wound ) 7. Luka bakar (Combustio) Korban Luka bakar
  • 25. 1. Luka insisi (Incised Wound), terjadi karena teriris oleh instrument yang tajam. Missal yang terjadi akibat pembedahan. 2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak. 3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam
  • 26. 4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti pisau yang masuk ke dalam kulit dengan diameter yang kecil. 5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat. 6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar. 7. Luka bakar (Combustio), yaitu luka akibat terkena suhu panas seperti api, matahari, listrik, maupun bahan kimia.
  • 27. Penyembuhan luka yang dapat dibagi dalam tiga fase yaitu
  • 33. Lamanya penyembuhan: 1. Hemostatis : Perkiraan menit sampai beberapa jam 2. Inflamasi : Hitungan jam sampai dengan beberapa hari 3. Proliferasi: 4 s/d 14 hari 4. Remodeling: minggu sampai dengan beberapa bulan
  • 34. PERANAN GROWTH FACTOR - Growth factor dan sitokin adalah produk polipeptida pada luka dan juga jaringan normal yang menstimulasi migrasi dan proliferasi seluler. - Mereka sering dinamakan untuk sel yang dari tempat mereka dihasilkan (contoh: platelet-derived growth factor, PDGF) atau untuk fungsi awal mereka ditemukan (contoh: fibroblast growth factor, FGF)
  • 35. - Growth factor dapat bersifat sebagai: - Autokrin (dimana GF berperan pada sel yang menghasilkannya) - Parakrin (dengan dilepaskan ke lingkungan ekstra seluler, yang berperan segera pada sel sebelahnya) - Endokrin (yang memberikan efek ketempat yang jauh dimana GF diekskresikan dan dibawa ketempat efektor oleh aliran darah).
  • 36. KLASIFIKASI PENYEMBUHAN 1. Penyembuhan sekunder (sanatio per secundam intentionem): Luka akan terisi jaringan granulasi dan kemudian ditutup jaringan epitel. Proses ini biasanya makan waktu cukup lama dan meninggalkan parut yang kurang baik, terutama kalau lukanya menganga lebar.
  • 37. 2. Penyembuhan primer (sanatio per primam intentionem): Terjadi bila luka segera diusahakan bertaut, biasanya dengan bantuan jahitan. Parutan yang terjadi biasanya lebih halus dan kecil. Penjahitan luka tidak dapat langsung dilakukan pada luka yang terkontaminasi berat dan /atau tidak berbatas tegas. Luka yang compang-camping atau luka tembak, misalnya, sering meninggalkan jaringan yang tidak dapat hidup. Keadaan ini diperkirakan akan menyebabkan infeksi bila luka langsung dijahit.
  • 38. Luka yang demikian akan dibersihkan dan dieksisi (debridement) dahulu dan kemudian dibiarkan selama 4-7 hari. Baru selanjutnya dijahit dan dibiarkan sembuh secara primer. Cara ini umumnya disebut penyembuhan primer tertunda. Jika, setelah dilakukan debridement, luka langsung dijahit, dapat diharapkan penyembuhan primer. penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan intervensi pembedahan mungkin diperlukan.
  • 39. Dehiscence dan Eviscerasi Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan.
  • 40. Faktor terjadinya Dehiscence dan Eviscerasi kegemukan, kurang nutrisi, multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka.
  • 41. Dehiscence luka dapat terjadi 4 5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.
  • 43. Komplikasi Lanjut Keloid dan jaringan parut hipertrofik timbul karena reaksi serat kolagen yang berlebihan dalam proses penyembuhan luka. Serat kolagen disini teranyam teratur. Keloid yang tumbuh berlebihan melampaui batas luka, sebelumnya menimbulkan gatal dan cenderung kambuh bila dilakukan intervensi bedah.
  • 44. Parut hipertrofik hanya berupa parut luka yang menonjol, nodular, dan kemerahan, yang menimbulkan rasa gatal dan kadang kadang nyeri. Parut hipertrofik akan menyusut pada fase akhir penyembuhan luka setelah sekitar satu tahun, sedangkan keloid tidak.
  • 45. Keloid dapat ditemukan di seluruh permukaan tubuh. Tempat predileksi merupakan kulit, toraks terutama di muka sternum, pinggang, daerah rahang bawah, leher, wajah, telinga, dan dahi. Keloid agak jarang dilihat di bagian sentral wajah pada mata, cuping hidung, atau mulut.
  • 46. Pengobatan keloid pada umumnya tidak memuaskan. Biasanya dilakukan penyuntikan kortikosteroid intrakeloid, bebat tekan, radiasi ringan dan salep madekasol (2 kali sehari selama 3-6 bulan). Untuk mencegah terjadinya keloid, sebaiknya pembedahan dilakukan secara halus, diberikan bebat tekan dan dihindari kemungkinan timbulnya komplikasi pada proses penyembuhan luka.
  • 47. Simple Vertical Interrupted Matress Horizontal Sub Cuticuller ( burried) Suturing Simple Continous Locking Sub Cuticuller (burried)
  • 52. Interlocking stitch, knotted at each end Two strands knotted ay each end and knotted in the middle
  • 53. Looped suture tied to itself
  • 54. Simple interrupted Interrupted Vertical mattress
  • 55. Interrupted horizontal mattress Purse-string sutures
  • 61. PUSTAKA 1 Brigham narin : the Gale Encyclopedia of Surgery and medical tests , Gale Cengage Learning, Detroit, 2009. 2 EC Elison, R Zollinger : Atlas of Surgical Operations, ninth edition, Mc Graw Hills medical, New York , 2011. 3 R. Sjamsuhidajat & Wim de Jong : Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, 2009 4 Grabb and smiths , Plastic Surgery , 6 th ed . wolters Kluwer, Philadelphia,2007. 5 J Tjandra,Gordon. Textbook of Surgery . 3 ed. Blackwell Publishing.2006 6 Lowry SF, Learning Surgery, Springer,2005
  • 62. 7 Schwartzs, ,Principles of Surgery : nineth edition,Mc Graw-Hills, 2010. 8 sabiston DC : BukuAjar Bedah, Bagian 2, EGC, 1994 9 Suwardi, Dasar dasar Ilmu Bedah: penyembuhan luka,2OO9 10 Wiesel , Delahay,Essentials of orthopedic Surgery, 4 ed, springer,2007 11 Herry setya yudha utama, Wound Healing : www.herryyudha.com