Seni anyaman adalah proses menyilangkan dan mengikat bahan alami seperti bambu dan rotan menjadi pola tertentu. Anyaman telah berkembang sejak ribuan tahun lalu dan kini masih dipraktikkan di beberapa daerah di Indonesia seperti Tasikmalaya. Daerah ini dikenal sebagai pusat penghasil anyaman yang menghasilkan berbagai produk mulai dari alat rumah tangga hingga hiasan.
2. DEFINISI
Anyaman merupakan proses merajut dan
menyilangkan dengan bahan dasar alam berserat
seperti bambu, rotan, daun-daunan (enceng
gondok, daun lontar, daun pandan) yang ditipiskan
terlebih dahulu kemudian dijalin membentuk ikatan
kuat dengan pola tertentu.
3. SEJARAH SENI ANYAMAN
Seni anyaman telah berkembang sejak
ribuan tahun, tepatnya pada masa
Neolitikum (masa bercocok tanam). Saat
itu masyarakat purba telah memanfaatkan
akar dan rotan yang telah dibasahi terlebih
dahulu agar lunak dan mudah dijalin
menjadi tali simpul sederhana yang
digunakan untuk mengikat hasil bumi dan
ternak mereka.
4. SEJARAH SENI ANYAMAN
Dahulu di Indonesia anyaman digunakan
oleh para raja. Anyaman tersebut
dinamakan Tikar Raja yang dibuat dari
pohon bemban. Sehingga kini beberapa
daerah di Indonesia khususnya di Jawa
Barat masih terus aktif menjalankan
kegiatan anyaman di tingkat kampung.
6. BAHAN MEMBUAT SENI ANYAMAN
Bahan Alami :
Bambu
Rotan
Daun panama, yakni sejenis pandan yang
kualitasnya paling baik.
Daun jaksi, sejenis pandan pula yang kwalitasnya
Daun pandan duri biasa, yang paling mudah didapat
tetapi, kualitasnya paling rendah.
Bahan Sintetis :
Kertas
Tali rafia
Karton
7. ALAT MEMBUAT SENI ANYAMAN
Pisau pemotong
Pisau penipis
Tang
Catut bersungut bundar
Cat vernis
8. BERDASARKAN CIRI FISIK
Anyaman datar.
Dibuat datar dan pipih dalam bentuk visual 2 dimensi. Contoh
anyaman datar : tikar, dinding rumah tradisional (dikenal sebagai
dinding bilik), partisi pembatas ruangan dan lainnya.
Anyaman tiga dimensi.
Kerajinan ini berbentuk benda visual yang terus berkembang jenis
produknya menjadi benda-benda yang lebih bernilai seperti sandal,
kursi, tas lampu lampion dan tempat wadah.
Makrame.
Merupakan jenis seni simpul menyimpul bahan dengan bantuan
alat pengait yang berfungsi seperti jarum. Kelihaian tangan dalam
menyimpul bahan merupakan teknik utama untuk menciptakan
sambungan menjadi sebuah karya kerajinan.
Contoh kerajinan yang menggunakan teknik Makrame : taplak meja,
mantel baju, keset kaki.
10. 3 TEKNIK DASAR INI DAPAT DIKEMBANGKAN MENJADI
BERBAGAI CORAK, SEPERTI BERIKUT :
13. DAERAH PENGHASIL
Daerah penghasil kerajinan anyaman yang
ada di Indonesia antara lain Tangerang,
Kedu, Kudus, Tasikmalaya, dan Bali.
Tapi yang paling utama adalah Tasikmalaya.
14. TASIKMALAYA
Nama Tasikmalaya terkenal dimana-mana berkat hasil
karya masyarakatnya berupa kerajinan anyaman.
Berbagai jenis keperluan perorangan atau rumah tangga
dengan daerah penyebarannya yang cukup luas, bahkan
sampai ke manca negara. Gerabah dari masa bercocok
tanam awal, beberapa ribu tahun sebelum tarikh Masehi
sudah banyak yang dihias dengan motif anyaman. Sejak
masa itu terus ditambah, dimotifikasi serta diperbaharui
secara kreatif oleh para seniman pengrajinannya sesuai
keperluan dan cita rasa zamannya. Seni kerajinan
anyaman Tasikmalaya pun mengalami proses serupa itu.
Tasikmalaya adalah sebuah Kota Administratip dan
Kabupaten di Jawa Barat bagian Timur. Di sebelah barat
berbatasan dengan Kabupaten Garut, sebelah utara
Kabupaten Majalengka, sebelah timur Kabupaten Ciamis
dan Samudera Hindia di sebelah selatan. Para pengrajin
itu terutama terdapat di kecamatan Rajapolah, 賊 17 km
dari Kota Tasikmalaya.
15. RIWAYAT
Salah satu cerita tentang awal kegiatan pengrajin di daerah
ini adalah demikian. Pada awal abad ini di Kecamatan
Rajapolah ada seorang mulik (kyai) bernama Haji Yasin.
Dalam waktu senggang di samping mengajar agama, Haji
Yasin mengajarkan kepandaian kerajinan anyaman kepada
para santri muridnya. Hasilnya berupa topi-topi anyaman
dijual di Stasiun kereta api Tasikmalaya. Seorang
penumpang kereta api bernama Tuan Vercizak dari Eropa
turun di Stasiun Tasik, setelah mengamati topi-topi yang
dijual kemudian menemui Haji Yasin si pembuat topi. Dalam
pembicaraan tercapai kata sepakat Haji Yasin akan
membuat topi sebanyak mungkin untuk dikirim ke tuan
Vercizonk, kemudian terjadilah hubungan dagang antara
kedua belah pihak.
Tertarik akan keberhasilan Haji Yasin, penduduk beramai-
ramai menjadi pangrajin topi yang selanjutnya berkembang
menjadi beraneka ragam, jenis anyaman. Masyarakat
semakin makmur berkat hasil anyaman.
16. Barang-barang yang Dihasilkan
Jenis produksinya mula-mula terbatas pada topi,
dompet dan tikar, tetapi makin lama makin bervariasi.
Benda-benda keperluan rumah tangga.
Perlengkapan makan dan minum (dinner set): alas
piring, alas gelas, alat penahan panas, dan lain-lain.
Berbagai wadah penyimpanan kue-kue.
Tempat sampah, dan lain-lain.
Benda-benda hiasan/pajangan.
Kap lampu dengan pelbagai hiasan.
Hiasan dinding.
Tudung-tudung hiasan.
17. Alat pelindung tubuh.
Berbagai macam topi.
Payung dengan bermacam-macam bentuk dan
fungsinya.
Berbagai barang untuk keperluan di lantai.
Sejenis tikar dalam pelbagai ukuran bentuk dan
hiasannya, untuk pelbagai keperluan seperti
tempat duduk, sembahyang, dan lain-lain.
Tas, dompet, sandal, dan lain-lain.
18. KENDALA SENI ANYAMAN
Kendala terbesar pengrajin adalah bahan
baku, sehingga mereka harus mencari ke
Jawa Tengah sampai Jawa Timur
19. PROSES PEMBUATAN ANYAMAN BAMBU
Dapat dilakukan jika bambu sudah berbentuk
lembaran seperti pita, tidak semua jenis bambu dapat
digunakan untuk anyaman. Bambu yang akan
digunakan untuk anyaman harus melalui tahap
pengolahan, sebagai berikut :
1) Memilih bambu
Bukan sembarang bambu yang dapat digunakan
untuk menganyam, terdapat beberapa syarat ;
antara lain :
Bambu harus memiliki serat yang halus, umumnya
jenis bambu tali.
Bambu berumur satu tahun agar memenuhi kualitas
anyaman yaitu tidak getas (cepat patah) dan liat
(alot).
20. 2) Memotong bambu
Bambu dipotong sepanjang dua samapi
tiga ruas, kemudian dibersihkan bagian dalamnya
dengan mengamplas.
3) Membelah tipis
Bambu selanjutnya diiris tipis-tipis dan
disamakan ukurannya.
21. 4) Menghaluskan
Bambu yang sudah
diiris kemudian
dihaluskan dan
dihilangkan bulu2
bambu dengan
membakarnya. Jika di
perlukan di rendam
terlebih dahulu
kemudian dijemur
hingga kering untuk
kemudian dicat.
22. 5) Mengecat
Langkah terakhir pada proses anyaman bambu adalah
memberi zat warna/pengkilat dengan menggunakan cat.
23. 6) Menganyam Bambu
Setelah dicat, maka bambu siap dianyam. Proses
pengecatan juga dapat dilakukan setelah penganyaman.
Hal ini tergantung kepada kebutuhan pengrajin.