1. Sesudah suatu Kegagalan
Pulang dari rumah Nano, hati Ipong berbunga-bunga. Tak kusangka aku berhasil
mengalahkan Nano, sang juara catur, begitu batin Ipong. Setiba di rumah, Ipong langsung
menelepon Paman Danu. Besok ada lomba catur tingkat SD di mal. Paman Danu termasuk
anggota panitia perlombaan. Sabtu lalu, Paman Danu memberitahu tentang lomba catur
tersebut. Pendaftaran paling lambat hari Senin. Sekarang sudah hari Sabtu dan Ipong belum
mendaftar.
Halo Paman, jam berapa acara lomba catur besok? Paman jemput aku, tidak? tanya
Ipong. Pong, kamu tidak bisa ikut. Pendaftaran sudah ditutup!jawab Paman Danu. Kupikir
Paman sudah mendaftarkan! kata Ipong dengan kecewa. Paman kan tidak tahu kalau kamu
berminat! Kamu tidak pernah bilang kalau mau ikut! Maaf, ya! Paman Danu mengakhiri
percakapan. Tubuh Ipong langsung lemas. Ipong lalai tidak mendaftar lomba dan mengira
Pamannya sudah mendaftarkan.
Keesokan harinya, Ipong malas bangun. Ia masih kecewa. Jam 8.30 telepon berdering.
Tak lama kemudian ibu masuk ke kamar. Pong, ada telepon dari Paman Danu! ibu
memberitahu. Ipong menerima telepon dengan segan. Pong, sebetulnya Paman sudah
daftarkan kamu. Kemarin Paman cuma mendidikmu agar lain kali jangan lalai! kata Paman
Danu. Kamu bisa datang ke sini dalam waktu setengah jam? tanya Paman Danu. Eh, bisa!
Aku akan naik taksi! kata Ipong. Ipong segera berlari ke kamar mandi. Selesai mandi dan
bersiap-siap, Ipong pamit pada ibunya. Sarapan dulu, Pong! ibu mengingatkan. Tidak bisa,
Bu. Jam 9.00 aku harus sudah sampai di mal! Aku akan naik taksi saja! kata Ipong.
Jam 9.00 tepat, Ipong tiba di tempat lomba di mal lantai 3. Ipong lalu menemui
pamannya. Duduk di meja nomor 4, Pong! kata Paman Danu. Ipong duduk
berhadapan dengan seorang anak laki-laki yang tampan. Anak itu tersenyum
dan memperkenalkan diri. Ia bernama Ian. Tak lama kemudian, lomba catur
pun dimulai. Lawan Ipong ternyata sangat pandai. Dalam waktu 8 menit, Ipong
kalah.
Ipong lalu mendekati pamannya dengan kecewa. Paman, aku pulang saja
ya! kata Ipong. Nonton pertandingan saja dulu! Kamu, kan, bisa belajar dari
para calon juara! Paman Danu mencegah. Atau kamu makan saja dulu di
lantai 2, nanti baru kamu ambil keputusan! Paman Danu memberikan uang
Rp10.000,00 pada Ipong.
Ketika Ipong sedang memesan makanan, ia bertemu Aris. Aris tinggal satu
komplek dengannya. Ternyata, Aris juga ikut lomba catur. Mereka lalu duduk
satu meja. Bagaimana kalau kita pulang sama-sama? kata Ipong. Tapi aku
mau lihat pertandingan dulu. Kata ibu, kegagalan adalah awal keberhasilan.
Karena itu, kita harus bangkit! kata Aris. Benar juga ya, ayo kita kembali ke
lantai 3! ajak Ipong. (Sumber: Bobo No.16/XXVIII dengan beberapa perubahan)