1. Si Luncai hampir dibunuh karena menyamakan raja dengan ayahnya, tetapi berhasil meloloskan diri dengan tipu muslihat menggunakan labu dan nyanyian.
2. Si Luncai kemudian menipu pertanda yang hendak membunuhnya dengan berpura-pura menjadi saudagar India.
3. Si Luncai berhasil meloloskan diri dan merencanakan tipu daya untuk membalas dendam terhadap raja.
1. Kaisar Kian Liong jatuh cinta pada Fu Heng, isteri kakak tirinya Pangeran Kian Tong.
2. Pelayan setia Kian Liong, Siauw Hok Cu, merencanakan agar Kian Liong bisa bertemu dan bercinta dengan Fu Heng.
3. Fu Heng setuju untuk menemui Kian Liong sewaktu-waktu jika dipanggil demi menjaga rahasia pertemuan mereka.
Cerita ini menceritakan perjalanan seorang anak muda bernama Buyuang yang mencari ayahnya, Anggang, seorang raja lanun yang terkenal. Buyuang mengalami berbagai pengalaman dan rintangan dalam pencariannya, termasuk ditangkap oleh Syahbandar karena diduga mengetahui keberadaan Anggang. Akhirnya Buyuang bertemu dengan ayahnya dalam mimpi, di mana Anggang mengatakan takdir Buyuang adalah menjadi ra
Cerita ini menceritakan tentang Hang Tuah, seorang pemuda yang membela diri dari pemberontak dengan kapaknya. Ia kemudian menjadi pahlawan setelah membunuh pemberontak tersebut. Namun Tumenggung dan pegawai lain merasa iri dan menghasut raja dengan mengatakan Hang Tuah berkhianat. Akhirnya Hang Tuah diusir dari istana.
Cerita ini menceritakan tentang seorang pria tua bungkuk dan istrinya yang berusaha menyeberang sungai. Mereka bertemu dengan seorang Bedawi yang berniat menipu istri pria tua tersebut dengan mengatakan air sungai dalam. Akhirnya kisah ini dipecahkan oleh Masyhudulhakk yang mengetahui siapa pelaku pengkhianatan sebenarnya."
Dongeng Putri Salju menceritakan tentang Putri Salju yang dibenci ibunya, Ratu, karena kecantikannya. Ratu berusaha membunuh Putri Salju beberapa kali namun gagal. Akhirnya Ratu berhasil membunuh Putri Salju dengan memberinya apel beracun.
Dokumen tersebut membahas tentang Subagio, seorang sastrawan Indonesia. Ia lahir di Madiun pada 1924 dan meninggal di Jakarta pada 1995. Subagio merupakan dosen, penyair, penulis cerpen dan esai, serta kritikus sastra. Karya-karyanya meliputi cerpen dan puisi yang menggambarkan manusia dan nafsu mereka. [/ringkasan]
Cerita rakyat Jawa Timur tentang Pangeran Raden Putra yang menikahi Putri Dewi Limaran. Suatu hari Dewi Limaran diubah menjadi keong emas oleh penyihir karena mengusir siput. Keong emas itu ditemukan oleh janda miskin. Ternyata keong emas itu adalah Dewi Limaran yang sedang terkutuk. Suatu hari Pangeran Raden Putra bertemu kembali dengan Dewi Limaran dan mengenalinya, membuat mantra penyih
Cerita asal usul Kota Banyuwangi menceritakan tentang Raden Banterang yang menemukan seorang gadis bernama Surati di hutan. Mereka menikah namun kemudian terjadi kesalahpahaman yang membuat Raden Banterang hendak menceburkan istrinya ke sungai. Melalui keajaiban air sungai menjadi harum, barulah Raden Banterang menyadari istrinya tidak bersalah. Kota Banyuwangi kemudian diambil dari nama S
Sin Liong dan Swat Hong kembali ke Pulau Es untuk mencari ibu Swat Hong, tetapi mereka disambut dengan kemarahan Raja Han Ti Ong yang menuduh mereka berzinah. Raja pun memukuli Sin Liong dan Swat Hong, sementara Permaisuri The Kwat Lin semakin menyulut amarah Raja dengan fitnah dan tuduhan. Sin Liong berusaha membela Swat Hong namun pukulan Raja semakin menjadi.
Cerita ini menceritakan tentang rombongan penduduk yang dipimpin oleh Datuk Sipasan yang sedang dalam perjalanan untuk pindah ke Luhak Tanah Datar. Mereka harus melewati Bukit Tambun Tulang yang terkenal berbahaya karena dihuni oleh penyamun. Saat melewati bukit itu, mereka diserang oleh penyamun yang dipimpin oleh seorang lelaki besar. Terjadi perkelahian antara rombongan Datuk Sipasan melawan
Cerita dongeng Putri Tidur menceritakan tentang seorang putri yang tertidur pulas selama seratus tahun setelah tertusuk jarum jahit, dan akhirnya bangun dari tidur panjangnya setelah dicium oleh seorang pangeran gagah.
92% of smartphone users perform local searches. A mobile website and advertising can help engage new customers and help them find a business's services. Tracking leads from ads allows seeing where customers come from and listening to calls to learn about them. Mobile ads can link to a mobile-friendly website to stop waiting and bring new patients directly.
This document discusses music videos that influenced the planning for a final project music video. It summarizes two videos: [1] Marina and the Diamonds' "Oh No!" provided inspiration through its frequent pop art and vibrant colors, which fit the funky style of AlunaGeorge. [2] Rizzle Kicks' "Lost Generation" influenced the technical filming through its use of jump cuts, which give it an energetic music video feel. The document analyzes elements from these videos that could inspire costume, setting, and editing techniques for the final project video.
How does your media product represent different social groups?Hope McAdams'
Ìý
The document discusses representations of social groups in media. It focuses on representations of male teenagers, noting that most films portray them as reckless and engaging in criminal activities. However, the media product described in the document aims to represent male teenagers differently by portraying the main character as well-dressed and responsible, challenging stereotypes of teenagers hanging around doing drugs. The document argues for presenting alternative and positive representations of social groups rather than relying on common stereotypes.
Candi Studios was chosen to produce the film after initially considering Miramax. Miramax was too high-budget for the film, whereas Candi Studios is a low-budget student production company better suited to the film's budget. Candi Studios produces similar low-budget films and was able to produce the thriller "Pusher" within the filmmakers' budget constraints.
Our Thriller opening 'Clean Cut' challenges conventions by presenting religious themes and supernatural wounds without showing an antagonist. It adapts Thriller conventions like showing the protagonist in peril and including crime-related sounds to isolate her. Manipulating perspectives through mirrors and TV effects adds to the supernatural theme. The sequence fits the Supernatural Thriller subgenre through its inclusion of religion and themes of physical pain. The protagonist Anna follows conventions as a weak victim who will overcome challenges. The plain white bathroom location and polaroids used in credits maintain a cold, hostile atmosphere in line with genre conventions. Unusual camera techniques like stop motion bleeding create an unsettling tone.
Cerita ini menceritakan tentang seorang pria tua bungkuk dan istrinya yang berusaha menyeberang sungai. Mereka bertemu dengan seorang Bedawi yang berniat menipu istri pria tua tersebut dengan mengatakan air sungai dalam. Akhirnya kisah ini dipecahkan oleh Masyhudulhakk yang mengetahui siapa pelaku pengkhianatan sebenarnya."
Dongeng Putri Salju menceritakan tentang Putri Salju yang dibenci ibunya, Ratu, karena kecantikannya. Ratu berusaha membunuh Putri Salju beberapa kali namun gagal. Akhirnya Ratu berhasil membunuh Putri Salju dengan memberinya apel beracun.
Dokumen tersebut membahas tentang Subagio, seorang sastrawan Indonesia. Ia lahir di Madiun pada 1924 dan meninggal di Jakarta pada 1995. Subagio merupakan dosen, penyair, penulis cerpen dan esai, serta kritikus sastra. Karya-karyanya meliputi cerpen dan puisi yang menggambarkan manusia dan nafsu mereka. [/ringkasan]
Cerita rakyat Jawa Timur tentang Pangeran Raden Putra yang menikahi Putri Dewi Limaran. Suatu hari Dewi Limaran diubah menjadi keong emas oleh penyihir karena mengusir siput. Keong emas itu ditemukan oleh janda miskin. Ternyata keong emas itu adalah Dewi Limaran yang sedang terkutuk. Suatu hari Pangeran Raden Putra bertemu kembali dengan Dewi Limaran dan mengenalinya, membuat mantra penyih
Cerita asal usul Kota Banyuwangi menceritakan tentang Raden Banterang yang menemukan seorang gadis bernama Surati di hutan. Mereka menikah namun kemudian terjadi kesalahpahaman yang membuat Raden Banterang hendak menceburkan istrinya ke sungai. Melalui keajaiban air sungai menjadi harum, barulah Raden Banterang menyadari istrinya tidak bersalah. Kota Banyuwangi kemudian diambil dari nama S
Sin Liong dan Swat Hong kembali ke Pulau Es untuk mencari ibu Swat Hong, tetapi mereka disambut dengan kemarahan Raja Han Ti Ong yang menuduh mereka berzinah. Raja pun memukuli Sin Liong dan Swat Hong, sementara Permaisuri The Kwat Lin semakin menyulut amarah Raja dengan fitnah dan tuduhan. Sin Liong berusaha membela Swat Hong namun pukulan Raja semakin menjadi.
Cerita ini menceritakan tentang rombongan penduduk yang dipimpin oleh Datuk Sipasan yang sedang dalam perjalanan untuk pindah ke Luhak Tanah Datar. Mereka harus melewati Bukit Tambun Tulang yang terkenal berbahaya karena dihuni oleh penyamun. Saat melewati bukit itu, mereka diserang oleh penyamun yang dipimpin oleh seorang lelaki besar. Terjadi perkelahian antara rombongan Datuk Sipasan melawan
Cerita dongeng Putri Tidur menceritakan tentang seorang putri yang tertidur pulas selama seratus tahun setelah tertusuk jarum jahit, dan akhirnya bangun dari tidur panjangnya setelah dicium oleh seorang pangeran gagah.
92% of smartphone users perform local searches. A mobile website and advertising can help engage new customers and help them find a business's services. Tracking leads from ads allows seeing where customers come from and listening to calls to learn about them. Mobile ads can link to a mobile-friendly website to stop waiting and bring new patients directly.
This document discusses music videos that influenced the planning for a final project music video. It summarizes two videos: [1] Marina and the Diamonds' "Oh No!" provided inspiration through its frequent pop art and vibrant colors, which fit the funky style of AlunaGeorge. [2] Rizzle Kicks' "Lost Generation" influenced the technical filming through its use of jump cuts, which give it an energetic music video feel. The document analyzes elements from these videos that could inspire costume, setting, and editing techniques for the final project video.
How does your media product represent different social groups?Hope McAdams'
Ìý
The document discusses representations of social groups in media. It focuses on representations of male teenagers, noting that most films portray them as reckless and engaging in criminal activities. However, the media product described in the document aims to represent male teenagers differently by portraying the main character as well-dressed and responsible, challenging stereotypes of teenagers hanging around doing drugs. The document argues for presenting alternative and positive representations of social groups rather than relying on common stereotypes.
Candi Studios was chosen to produce the film after initially considering Miramax. Miramax was too high-budget for the film, whereas Candi Studios is a low-budget student production company better suited to the film's budget. Candi Studios produces similar low-budget films and was able to produce the thriller "Pusher" within the filmmakers' budget constraints.
Our Thriller opening 'Clean Cut' challenges conventions by presenting religious themes and supernatural wounds without showing an antagonist. It adapts Thriller conventions like showing the protagonist in peril and including crime-related sounds to isolate her. Manipulating perspectives through mirrors and TV effects adds to the supernatural theme. The sequence fits the Supernatural Thriller subgenre through its inclusion of religion and themes of physical pain. The protagonist Anna follows conventions as a weak victim who will overcome challenges. The plain white bathroom location and polaroids used in credits maintain a cold, hostile atmosphere in line with genre conventions. Unusual camera techniques like stop motion bleeding create an unsettling tone.
This document compares the planning process for a video project from last year to this year. Planning this year was much more intense, requiring preparation in many additional areas like an animatic, social media incorporation, costume design, and research. While last year's planning involved fewer elements and was less intense, the document indicates more blog posts have already been created this year compared to the total for last year's project. Overall, the document discusses finding this year's music video project more fulfilling and enjoyable to work on compared to last year's opening for a thriller film.
AlunaGeorge's official website primarily promotes their music and tour dates rather than providing personal information about the duo. The homepage directs visitors to purchase their songs on iTunes and learn about upcoming shows. While the color scheme and font give the page a professional look, it lacks vibrant colors and images of the duo. Links on the site, including clicking their name at the top, redirect to iTunes rather than providing biographical details, further demonstrating the site's commercial focus on promoting music sales and tours over artist profiles.
This document provides information about a towing service called The Best NY Towing located in New York City. The towing service offers 24/7 emergency car service, towing to all 5 boroughs of NYC, friendly customer service, honest and reliable service, and great prices. Contact information is provided to call or visit their website for a friendly and fast quote.
The document is an advertisement for Capitol Hill Handyman, a handyman service located in Capitol Hill with a website of www.CapitolHillHandyman.com. The advertisement repeats the business name and website multiple times and also provides a phone number and states that the business is licensed and bonded.
Capitol Hill Handyman is a residential and commercial handyman service covering the Seattle area. They offer a wide range of services including assembly, installation, repair, demolition, painting, and more. With over 50 years of combined experience, they aim to be a one stop solution for homeowners and businesses needing assistance with various tasks and projects. They pride themselves on quality workmanship and excellent customer service.
The document summarizes the origins and defining characteristics of the British Mod subculture from the 1950s-1960s. It emerged out of working class London after WWII, inspired by American jazz artists. Mods valued tailored clothing, brands like Fred Perry and Ben Sherman, and motor scooters for transportation. While perceived rivals of Rockers, the media exaggerated conflicts between the groups for publicity, paying Mods and Rockers to fight and portraying them negatively.
Llg corporate presentation may 2016 francais onlinemasongraphite
Ìý
Llg corporate presentation may 2016 francais online
Le Contenu Marketing pour valoriser votre entreprise sur InternetWordMedia
Cerita rakyat Simeulue, Aceh menceritakan kisah seorang pangeran bernama Rohib yang diusir dari istana karena tidak pandai berdagang. Ia diberi uang oleh ayahnya untuk berdagang tetapi uang itu habis karena ia menolong binatang. Suatu hari, ular raja memberinya Batu Mustika Bertuah yang memenuhi segala permintaannya. Batu itu membantu Rohib mengembalikan kepercayaan ayahnya. Namun batu itu
Pada jaman dahulu kala, di Negeri Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia, hiduplah seorang Raja yang adil dan bijaksana. Sang Raja mempunyai seorang permaisuri yang sedang hamil tua. Suatu ketika, sang Raja pergi berburu binatang ke hutan. Ketika itulah permaisurinya melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan di istana, dan diberinya nama Banta Seudang. Namun, malang nasib bagi sang Raja, karena ia tidak bisa melihat wajah tampan putranya. Kedua matanya buta terkena ranting kayu saat berburu di hutan. Sejak saat itu, ia tidak dapat melaksanakan tugas-tugas kerajaan lagi.
Cerita ini menceritakan perjalanan seorang anak muda bernama Buyuang yang mencari ayahnya, Anggang, seorang raja lanun yang terkenal. Buyuang pergi ke Malaka dan bertemu dengan seorang kuli angkut. Ia kemudian ditangkap oleh Syahbandar karena diduga mengetahui keberadaan Anggang. Setelah itu, Buyuang terbangun dan menyadari bahwa semua yang dialaminya hanyalah mimpi.
1. Seorang putri suka berendam di telaga dan lupa tujuan awalnya mengambil bunga teratai untuk menyembuhkan ibunya. 2. Raja marah dan mengutuk putrinya menjadi bunga teratai. 3. Bunga teratai diambil dan disebarkan, menyembuhkan penyakit di kerajaan.
Seorang anak bernama Buyuang mencari ayahnya yang bernama Anggang, raja lanun yang terkenal. Ia pergi ke Malaka dan bertemu seorang kuli yang membawanya bertemu dengan seorang tua. Namun, mereka ditangkap oleh Syahbandar karena dicurigai mengetahui keberadaan Anggang. Buyuang terluka dan bermimpi bertemu Anggang, tetapi tersadar ia hanya bermimpi dan masih berada di rumahnya.
Delapan belas pendekar Bu-tong-pai mendapat bantuan dari dua orang sakti, Liu Bwee dan Ouw Sian Kok, untuk menyelidiki markas rahasia An Lu Shan di Telaga Utara. Kedua belah pihak sepakat bekerja sama, dengan Bu-tong-pai akan membantu Liu Bwee dan Ouw Sian Kok menemukan The Kwat Lin di Rawa Bangkai setelah menyelesaikan misi di Telaga Utara. Mereka pun berangkat
Novel ini menceritakan tentang keruntuhan sebuah surau di desa. Surau itu telah lama dijaga oleh seorang kakek tua bernama Kakek. Namun setelah Kakek meninggal, surau itu tidak lagi dijaga dan mulai runtuh. Episode pertama menceritakan tentang Kakek yang murung karena dongeng yang diceritakan Ajo Sidi yang menyebut Kakek sebagai manusia terkutuk.
Cerita rakyat mengisahkan tentang Pak Lebai, seorang lebai yang taat beribadah. Suatu hari, Pak Lebai diminta mengunjungi tiga orang yang sedang sakit, mengadakan kenduri khataman, dan kenduri maulud. Pak Lebai bingung harus mengunjungi siapa terlebih dahulu. Akhirnya, barang yang dibawanya untuk kenduri dimakan anjing liar dan Pak Lebai pulang dalam keadaan telanjang bulat. Cerita ini menga
1. SI LUNCAI DAN LABU-LABU NYA
Al kisah, maka adalah sebuah negeri bernama Indera Pat, rajanya bernama Maharaja
Isin. Maka negeri itu cukup lengkap seperti adapt istiadat negeri yang lain-lain
juga, tetapi baginda itu baru sahaja ditabalkan menggantikan paduka ayahanda dan
bondanya, kerana baginda itu telah hilang keduanya. Maka isteri baginda itu
bernama Tuan Puteri Bongsu, ada berputera seorang, namanya Tuan Puteri Lela
Kendi, telah berumur sepuluh tahun.
Arakian, maka adalah dihujung negeri itu seorang anak miskin, yatim piatu,
namanya disebut oleh sekalian kanak-kanak dengan gelaran Si Luncai, kerana
perutnya besar dan punggungnya tonggek serta pula apabila ia berjalan itu
menjemur dada. Ada pun hal kehidupan Si Luncai itu mengambil upah menumbuk dan
menjemur padi serta menjual katu api, itulah sahaja kerjanya.
Sekali peristiwa Si Luncai terlalu amat ingin hendak masuk mengadap baginda.
Maka ia pun pergilah dengan rupanya yang terlalu buruk itu. Maka tiadalah
diterima oleh baginda akan masuk Si Luncai itu, hingga beberapa kali pun
demikian juga. Hatta, kepada suatu hari Si Luncai pun bersiaplah memakai
pakaiannya yang lain, iaitu berseluar ganjam puth sudah koyak-koyak, dan berbaju
hitam buruk menggerebeng seperti sarang petola, serta memakai kain hitam
bermancung cobak-cabik, dan bertengkolok batik seperti tali ayam. Setelah sudah
memakai itu, Si Luncai pun pergilah mengadap, dan pada masa itu baginda pun
hadir sedang bercukur hendak pergi sembahyang Jumaat. Maka Si Luncai pun naiklah
kebalai penghadapan di bawah rembat balai itu, lalu ia menyembah pada baginda,
seraya ditegur oleh baginda. Katanya Hai Luncai, apa maksudmu datang ini? Maka
sembah si luncai, ampun Tuanku beribu-ribu ampun, tiadalah apa-apa hasrat patik,
hanya hendak mengadap kebawah dulu yang maha mulia sahaja.
Telah itu baginda pun diamlah. Maka baginda bercukur itu sudahlah. Apabila
dilihat oleh Si Luncai ulu baginda itu bergundul tentang tengkuknya, maka ia pun
menangislah dengan teramat sangat, tersenak-senak dan terisak-isak sehingga
bercucuran air matanya. Maka titah baginda, Hai Luncai, apa engkau tangiskan
ini? Maka sembah Si Luncai, ampun Tuanku beribu-ribu ampun, tersangatlah besar
dukacita bagi kalbu patik tanyakan, dan hendak pun patik sembahkan telah Tuan
patik tanyakan, dan hendak pun patik sembahkan menakuti sangat-sangat dihati
patik, siapa mengetahui kalau-kalau menjadi kemurkaan kebawah dulu tuanku.
Maka titah baginda, kabarkanlah olehmu tiada aku marah. Maka sembah Si Luncai,
ampun tuanku beribu-ribu ampun, ada pun sebabnya patik menangis ini kerana patik
lihat ulu Tuanku itu. Ampun-ampun daulatnya barang bertambah-tambah daulat,
serupalah betul-betul dengan kepala pachal tua kebawah duli yang telah hilang
itu, daripada dogol-dogol dan sulahnya itu sedikit pun tiada bersalahan lagi.
Maka itulah sebabnya hiba dan rawan dihati patik. Pada perasaan pati, tambahan
pila susuk gaya bayanya pun haruslah sebaya dengan tuanku juga.
Hatta, setelah baginda mendengarkan sembah Si Luncai, maka baginda pun murkalah
terlalu amat, merah padam warna mukanya seraya bertitah, hai Luncai, sampailah
engkau ini kanak-kanak lagi miskin, patutlah tiada mempunyai akal dan fikiran.
Adakah sampai hemat engkau menyamakan sifat aku dengan bapa engkau yang sudah
mampus itu? Ceh! Ceh! Tidak kusangka sekali-kali demikian berani engkau. Maka
sekarang engkau ini derhaka kepada aku, tentulah engkau kubunuh.
Maka baginda pun memberi isyarat pada hulubalangnya menyuruh tangkap Si Luncai,
serta diikat dan dimasukkan kedalam guni. Titah baginda kepada seorang pertanda
menyuruh bunuh akan Si Luncai dan campakkan kedalam air dikuala sungai itu. Maka
segeralah dikerjakan oleh petanda itu, dibawanya Si Luncai turun kesampan serta
berkayuh kehilir.
Maka kata Si Luncai, wahai encik pertanda, mintalah hamba sebiji labu air hendak
hamba peloki, seolah-olah ganti ibu hamba, kerana hamba hendak mati ini,
bolehlah hamba marifatkan hamba mati bersama-sama dengan ibu hamba. Maka jawab
pertanda itu, baiklah. Kerana ia pun belas juga melihatkan orang yang telah
2. tentu mati itu, lalu disuruhnya ambil labu air tempat bekalan mereka didalam
perahu itu, yang besar sekali, seraya dikeluarkan dan diuraikan ikatnya lalu
diberikan labu itu kepada Si Luncai.
Maka dipeluk oleh Si Luncai, lalu menangislah ia dengan amat sangatnya di
tengah-tengah perahu itu. Kemudian lalu ia berkata kepada segala pertanda itu,
katanya ya mamak pertanda, hamba melihat tuan hamba berkayuh itu terlalulah
kasihan di hati hamba oleh terlampau penatnya. Jika begitu, ada suatu nyanyi
supaya boleh membuat pelalai berkayuh itu, kita perbuat beramai-ramai. Maka
jawab pertanda itu, apa dia? Luncai, pelalai itu? Maka kata Si Luncai, buatlah
demikian. Si luncai terjun dengan labu-labunya, jawabnya biarkan, biarkan. Maka
pertanda itu semuanya membuatlah seperti yang diajarkan oleh Si Luncai itu
beramai-ramai. Si Luncai terjun dengan labu-labunya! Biarkan, biarkan. Si Luncai
terjun dengan labu-labunya. Biarkan, biarkan.
Maka dengan hal yang demikian bernyanyi itu bersahut-sahut, Si Luncai pun
terjunlah sungguh kedalam sungai seraya menyelam. Maka pertanda jurumudi itu
beberapa kali telah menyatakan, Si Luncai sudag terjun dengan labu-labunya
kedalam air, tetapi oleh sabor dengan nyanyinya itu tiadalah siapa yang
menghiraukan. Kemudia lalu berkatalah pula jurumudi dengan bengisnya, hai kamu
sekalian anak perahu, cubalah lihat kebelakang, Si Luncai sudah terjun.
Maka barulah masing-masing menoleh keburitan perahu. Sesungguhnya campaklah Si
Luncai sudah terdiri ditepi tebing sebelah kiri sungai. Wah apatah lagi.
Bergopogopohlah masing-masing mengayuh perahu mendapatkan Si Luncai kedarat,
lalu ditangkapnya. Telah dapat, dimasukkan kedalam guni itu juga serta diikat,
langsung berkayuh pula. Tidak berapa lamanya, dengan kuasa Allah, kedengarlah
bunyi suara rusa bertempek di darat bertalu-talu. Maka kata Si Luncai, dari
dalam guni itu, Ya Allah, sayangnya rezeki terbuanglah sahaja.
Maka kata pertanda itu, apa engkau kata Luncai? Maka jawab Si Luncai. Tidak ada.
Itu bunyi rusa bertempek, sudah mengena agaknya jerat yang hamba tahan disitu
dahulu, tetapi apalah daya hendak mengambilnya? Sahajalah binatang itu mati oleh
kena jerat, tiada siapa mengambilnya. Maka kata pertanda itu sama sendiri. Mari
kita singgah mengambil rusa yang telah kena jerat Si Luncai itu. Telah bersetuju
muafakatnya, maka perahu itu pun disinggahkanlah lalu kedarat, sekalian pertanda
itu mencari tempat jerat Si Luncai itu merata-rata hutan, dan dimana-mana
kedengaran bunyi rusa bertempek, kesitulah dikejar oleh segala pertanda itu
dengan tempek soraknya. Demi rusa itu mendengar suara manusia, ia pun makinlah
jauh larinya.
Kelakian, tersebutlah perkataan Si Luncai tinggal diperahunya di dalam guni
seorang dirinya. Dengan kuasa Allah ta`ala, lalulah seorang India menjual
dagangan. Maka dilihat oleh Si Luncai tampak baying-bayangnya kilau-kilau dari
dalam guni itu. Maka ia pun berseru-seru dengan nyaring suara, katanya, Ampun
Tuanku beribu-ribu ampun, mohonlah patik, sekali-kali patik ta` mahu kahwin
dengan paduka anakanda itu. Remaklah patik mati dibuangkan kedalam air ini.
Hatta, setelah didengar oleh saudagar India itu akan rungut Si Luncai, maka ia
pun datang mendekati keperahu itu, seraya bertanya. Katanya, hai orang dalam
guni, apa tuang ini macam? Siapa punya kerja ini? Maka sahut Si Luncai dengan
tangisnya, Ada pun sebab hamba ini menjadi demikian kerana raja negeri ini
hendak mengahwinkan hamba dengan puterinya, hamba tiada mahu. Inilah hendak
dibunuhnya.
Setelah didengar oleh saidagar India akan kata Si Luncai itu, ia pun terlalu
sukacita hendak kawin itu. Lalu katanya, apa? Kahwinkah? Saya banyak suka! Raja
mahukah ganti sama saya kasi kahwin dia punya anak? Maka kata Si Luncai, kalau
mamak mahu, raja tentu banyak suka. Sahaya yang miskin lalgi ia mahu, ini pula
mamak orang kaya. Jika begitu, marilah bukakan saya, mamak menjadi ganti saya.
Maka mamak India itu pun naiklah kedalam perahu lalu mengorakkan tali guni dan
tali si Luncai. Setelah Si Luncai keluar mamak itu pun masuklah kedalam guni itu
lalu diikat pula oleh Luncai akan tangan mamak dan mulut guni itu. Kemudian
diajarnya mamak itu. Katanya, apabila, apabila datang hamba raja itu sekarang,
3. mamak bilanglah kepada dia orang, saya mahu kawin dengan anak raja. Maka kata
mamak India itu, baiklah.
Setelah sudah, Si Luncai pun menggalas bungkus kain mamak itu, lalu lari pulang
kenegerinya. Arakian, tersebutlah perkataan sekalian pertanda yang pergi mencari
bekas jerat Si Luncai itu. Telah tiada bertemu masing-masing oun pulanglah
keperahu. Maka didengar oleh mereka itu Si Luncai berkata. Saya mau kawin sama
raja punya anak, saya mau kawin sama raja punya anak. Berpuluh-puluh kali
demikian juga katanya. Maka mereka sekalian pun heran seraya berkata, kena apa
Si Luncai ini bermacam-macam pula lakunya? Ini doperbuatnya seperti suara orang
India , dan katanya ia hendak kahwin dengan anak raja. Siapalah yang mahukan dia
itu agaknya? Hai, hai Luncai, tadi sudah terjun dengan labu-labunya. Sekarang
pun engkau hendak menipu kamikah juga? Walau macam mana sekali pun tidakkan kami
lepaskan lagi. Matilah engkau sekali ini.
Maka kata mamak India itu, saya bukan Luncailah, saya orang India jual barang-
barang kain baju. Luncai sudah pergilah, sekarang sayalah mahu kahwin sama raja
punya anak. Maka kata pertanda itu, ya baiklah, Luncai. walau engkau jadi India
sekali pun engkau mati juga. Lagi pun sekarang engkau sudah menjadi gila. Adakah
patut layak macam engkau hendak kahwin dengan anak raja? Ceh, ceh tak malu.
Demi didengar oleh mamak India itu akan perkataan pertanda yang demikan, ia pun
makinlah menangis tetapi tiadalah barangsiapa yang peduli akan dia, masing-
masing berkayuh juga. Telah sampailah kekuala lalu dicampakkanlah guni India itu
langsung tenggelam dan matilah ia. Maka pertanda itu pun kembalilah persembahkan
segala hal ehwal itu kepada baginda. Maka baginda pun terlalu sukacitanya.
Sebermula, maka tersebutlah perkataan Si Luncai berjalan itu. Hari pun sudah
malam, ia pun sampailah kerumahnya lalu tidur dan tiadalah ia berjalan dalam
tujuh hari lamanya, kerana ia mencari akal tipu daya hendak membinasakan raja
itu. Maka pada suatu hari Si Luncai pun memakailah segala serban jubah saudagar
India yang ditipunya itu, serta sebuah tasbih panjangnya sedepa dan sebatang
tongkat pula dibawanya. Maka ia pun berjalanlah dekat-dekat dengan balairung
seri baginda itu. Dan kepada ketika itu baginda pun sedang dihadap oleh orang
terlalu banyak, penuh sesak balai penghadapan itu. Maka baginda pun
terpandanglah akan Si Luncai memakai pakaian cara haji itu. Maka diamat-amati
oleh baginda, sahlah rupa Si Luncai.
Maka titah baginda, hai sekalian orang besar-besar, siapa itu? Beta lihat
seakan-akan rupa Si Luncai. Maka sembah mereka itu sekalian, sebenarnyalah
seperti titah dulu itu. Pada penglihatan patik-patik sekalian pun demikian juga.
Maka titah baginda, cuba juga panggil Tuan Haji itu, bertanya dari mana
datangnya. Maka menteri pun berserulah dengan nyaring suaranya, katanya wahai
tuan hamba Tuan Haji mari juga singgah, titah di panggil. Hatta telah didengar
oleh Si Luncai, maka ia pun singgahlah mengadap baginda serta memberi salam,
katanya, Assalamu`alaikum, ya khalifatul mu`minin. Maka disahut oleh baginda,
Wa`alaikumussalam, hai muslim, siapa engkau ini?
Maka sembah Si Luncai, ampun tuanku beribu-ribu ampun, barang bertambah-tambah
daulat shah alam, bahawa patik inilah malaikat Si Luncai yang telah Tuanku bunuh
dahulu. Ada pun patik ini sekarang sudah menjadi orang negeri akhirat, bukannya
patik orang didalam dunia ini lagi. Setelah didengar oleh baginda dan segala
orang besar-besar itu, masing-masing pun, sebenarnyakah sungguh engkau ini
malaikat Si Luncai yang mati. Dan lihatlah oleh Tuanku rupa dan pakaian patik
ini semuanya sudah berubah diberi oleh malaikat orang tua patik, kerana orang
tua patik kedua-duanya dikurniai Allah ta`ala tempat kesenangan di negeri
akhirat.
Maka titah baginda, jika demikian, adakah engkau mendengar kabar ayahanda dan
bondaku yang telah mangat itu? Maka sembah Si Luncai, bukannya mendengar lagi
tuanku, patik sendiri dibawa oleh malaikat orang tua patik itu mengadap ayahanda
dan bonda itu. Patik lihat istana dan mahligai paduka ayahanda itu terlalu
indahnya daripada tempat semayam tuanku ini.
4. Maka titah baginda, adakah ayahanda bonda bertanyakan aku in? maka sembah Si
Luncai, adalah sangat, tuanku. Patik ceritakanlah kepada baginda itu dari awal
hingga akhirnya serta pasal kematian patik itu. Maka demi didengarnya sebab
kematian patik tuanku bunuh itu, wah baginda laki isteri pun terlalu murka akan
tuanku. Titahnya, tiada patut sekali-kali diperbuat oleh anakku itu, sebab
kesalahan engkau yang begitusedikit disurunya bunuh. Kemudian lalu disuruhnya
hantarkan patik pada malaikat orang tua patik balik kedalam dunia in, kerana
ajal patik belum sampai lagi katanya. Dan lagi titah paduka ayahanda bonda itu
kepada patik minta persilakan tuanku pula berangkat bemain-main melihat negeri
akhirat, kerana terlalu rindu paduka ayahanda dan bonda itu akan tuanku, dan
jika tuanku berangkat kesana, pada fikiran patik telah tetaplah yang tuanku
tiada sekali-kali berniat hendak balik kedunia ini oleh tersangat indah-indahnya
negeri akhirat itu. Ada pun patik ini tiada berdaya lagi oleh terlampau digagahi
paduka ayahanda kedua menyuruh sampaikan pesannya kebawah duli tuanku.
Dari sebab itulah patik balik juga persembahkan titah paduka ayahanda itu, takut
kalau-kalau menjadi keberatan pula keatas patik kemudian hari. Akan tetapi jika
sekiranya tuanku hendak melihat apa-apa hal paduka ayahanda dan bonda itu,
bolehlah juga tuanku kita lihat dari atas dunia ini. Perbuatlah suatu bangun-
bangunan yang tinggi boleh patik ajarkan. Ada suatu doa diamalkan, nescaya
tampaklah apa-apa hal paduka ayahanda bonda itu dengan kemudahannya.
Tetapi jikalau barangsiapa tiada tampak, harapkan diampuni kebawah duli, alamat
besarlah padahnya mereka itu, iaitu telah terjunamlah mereka bukannya daripada
anak halal. Maka doa itu pun patik dapat dengan berkat pengajaran paduka
ayahanda juga mengajar patik. Maka ada pun hal patik apabila patik rindua akan
orang tua patik, maka patik bacakankanlah doa itu, nescaya tampaklah apa-apa
halnya didalam kubur, serta sekalian isi negeri akhirat itu.
Hatta, setelah didengar oleh baginda serta sekalian yang mengadap itu masing-
masing pun menerimalah pada akalnya serta dengan percayanya. Maka sabda baginda,
hai malaikat Si Luncai, aku bertempohlah tujuh hari hendak membuat bangunan itu.
Maka sembah Si Luncai, tuanku, daulat beribu-ribu daulat, seperti titah itu
patik junjunglah. Maka Si Luncai pun menyembah baginda, mohon ampun pulang
kerumah berdiam dirinya.
Arakian, maka baginda pun menitahkan perdana menteri perbuat bangun-bangunan itu
dengan segeranya. Maka dikerjakan oranglah seperti titah baginda itu. Selang
tiada berapa lamanya bangun-bangunan itu pun siaplah sekaliannya. Maka
perjanjian Si Luncai pun genaplah. Ia pun lalu datang mengadap baginda. Telag
itu baginda pun berangkatlah diiringkan oleh segala orang besar-besar dan
menteri, hulubalang, rakyat sekalian serta dengan Si Luncai naik keatas bangun-
bangunan itu.
Telah duduklah sekaliannya maka Si Luncai pun mengajarlah akan baginda serta
dengan orang-orang besar akan doa pertunjukkan itu. Maka sembah Si Luncai, ampun
tuanku beribu-ribu ampun, apabila sudah tuanku sekalian baca doa ini, jikalau
tiada nampak akan paduka ayahanda bonda sekalian isi negeri akhirat, bahawa pada
masa itu telah tentulah tuanku sekalian haram zadah.
Demikianlah sekali padahnya berkat titah ayahanda kedua-duanya juga mengajar
akan patik doa ini. Maka titah baginda, mana-mana takdir daripada Allah, aku
menerima syukur sahaja. Setelah baginda menerima pengajaran daripada Si Luncai
maka sembah Si Luncai, persilakanlah tuanku ayahanda bonda itu.
Maka baginda serta dengan sekalian mereka yang belajar itu pun mendongak
kelangit. Maka Si Luncai pun pura-puralah memandang sama-sama kelangit. Hatta
sembah Si Luncai apa kabar tuanku? Adakah tampak ayahanda kedua-dua duduk diatas
takhta kerajaan dengan aman sentosanya dihadapi oleh sekalian anak bidadari?
Cubalah tuanku nyatakan kepada patik dengan sebenarnya.
Maka demi baginda mendengarkan sembah Si Luncai, termenunglah baginda sejurus
panjang sambil berfikir didalam hatinya, hendak aku katakana tampak, tiada suatu
apa pun yang ada, hanya awan saja yang aku lihat, tetapi kalau aku katakana
5. tiada nampak, tetaplah aku dikatakan oleh si Luncai ini anak haram. Jika begitu,
biarlah aku berdusta, asalkan jangan terkena nista oleh Si Luncai.
Maka baginda pun mengakulah mengatakan nampaklah sekalian hak ehwal. Sesudah
titah baginda demikian itu maka masing-masing pun menurutlah seperti titah itu,
semuanya mengatakan nampak belaka. Telah itu, maka sembah Si Luncai, sekiranya
jika tiada puas lagi rasanya dikalbu tuanku, persilakanlah esok harinya patik
bawa mengadap ayaganda bonda itu supaya lenyap rindu dendam tuanku yang selama
ini akan dia dan boleh pula tuanku melihat sekalian perkara yang terlebih ajaib-
ajaib serta indah-indah pula daripada yang tuanku lihat tadi. Maka titah
baginda, baiklah esok bawalah aku pergi sendiri kepada ayahanda bondaku. Maka
sekalian orang besar-besar itu pun berkehendak juga pergi masing-masing. Maka
ujar Si Luncai kepada mereka itu, biarlah tuanku sahaja pergi dahulu, diperhamba
bawa. Kemudian setelah diperhamba balik kedunia ini dengan baginda, barulah dato
sekalian diperhamba bawa kesana.
Arakian, setelah sudah berkata-kata itu, maka baginda pun berangkat turun dari
atas bangun-bangunan itu serta diiringikan oleh segala orang besar-besar dan Si
Luncai kembali ke balai penghadapan, seraya baginda bertitah kepada Si Luncai,
pagi-pagi besok pergilah kita Luncai dengan segeranya.
Maka sembah Si Luncai, silakan tuanku, tetapi hendaklah tuanku titahkan perbuat
suatu mongkor kaca, serta perbuati berkisi-kisi luarnya, kemudian diberi bertali
dan muatkanlah sekalian perkakasan tuanku serta berkelana sekali. Maka titah
baginda, baiklah Luncai. Maka baginda pun segeralah menitahkan beberapa orang
pandai dan utas perbuati mongkar seperti yang dikatakan oleh Si Luncai itu,
hendak sudah pada malam itu juga dengan tiada boleh tidak. Maka dikerjakanlah
oleh segala tukang itu pada malam itu juga. Telah baginda bertitah demikian,
baginda pun berangkat masuk keistana mendapatkan adinda dan anakanda baginda,
dan Si Luncai dengan segala orang besar-besar itu tidurlah dibalai, tiada
kembali lagi.
Hatta, telah datang keesokan hari, baginda pun bangun bersiram ketiga puteranya.
Sudah selesai lalu santap nasi dan peganan juadah. Setelah sudah, maka baginda
pun bermohon kepada adinda baginda dan memeluk mencium puterinya itu, lalu
berangkat kebalai penghadapan. Didapati baginda sekalian orang besar-besar dan
menteri, hulubalang, rakyat semuanya telah hadir, dan mongkar itu pun sudah
musta`id sekaliannya.
Maka baginda pun memandang kepada Si Luncai seraya bertitah, apa lagi kita
Luncai? Maka sembah Si Luncai, silakanlah, Tuanku. Maka baginda pun berangkatlah
diiringkan oleh segala menteri, hulubalang dan rakyat sekalian, dibawa oleh Si
Luncai kepintu lubang suatu gua yang terlalu dalam, melainkan Allah jugalah yang
mengetahuinya. Seketika berjalan sampailah ketempat itu. Maka Si Luncai pun
mendatangkan sembah. Katanya ampun tuanku beribu-ribu ampun, bahawa inilah jalan
patik keluar kedunia dahulu.
Maka titah baginda, jikalau begitu, turunlah kita segera, biar orang besar-besar
tinggal menanti kita disini. Maka sembah Si Luncai, silakanlah tuanku masuk
kedalam mongkor kaca ini dan biarlah patik duduk pada kisi-kisi diluar mongkor,
kerana patik hendak membawa jalan keakhirat, iaitu sesudah dihilurkan oleh
mereka ini sekalian kebawah.
Telah itu baginda pun masuklah dan Si Luncai berdiri diluar mongkor itu. Setelah
musta`id, lalu dihulurkanlah sekalian menteri, hulubalang dan orang besar-besar
akan baginda dengan Si Luncai kedalam lubang itu. Maka pada waktu hendak turun
mongkor itu, Si Luncai pun bersedia sahajalah hendak berlepas dirinya. Dengan
takdir Allah ta`ala, adalah pula suatu lubang yang lain, boleh naik kedunia
balik. Apabila terpandang sahaja olehnya, makaa ia pun melompatlah keatas suatu
batu ditepi lubang itu dengan pantasnya. Maka baginda tiadalah sempat hendak
keluar lagi, oleh meraka yang diatas lubang itu dengan pantasnya. Maka baginda
tiadalah sempat hendak keluar lagi, oleh tali mongkor itu terlalulah amat deras
dihulurkan oleh mereka yang diatas lubang itu. Maka dilihat baginda makin lama
makin gelap gulitalah, sehingga lemaslah baginda tak boleh bernafas lagi.
6. Maka dengan kudrat dan iradat allah ta`ala, mongkor itu pun terjatuh betul
kedalam mulut seekor naga yang terlalu besarnya. Maka demi dirasanya sahaja,
apatah lagi, langsung ditelannyalah. Maka baginda pun mangkatlah. Kelakian,
tersebutlah perkataan Si Luncai. Telah dilihatnya baginda itu tiada dapat keluar
dari dalam mongkor itu, dan langsung terus kebawah sahaja serta telah ghaiblah,
maka ia pun berserulah dengan nyaring suaranya, katanya, hai sekalian menteri
dan orang besar-besar serta hulubalangku, putuslah tali ini., kerana aku telah
bertemu dengan ayahanda bonda, dan tiadalah diberinya aku berbalik lagi kedunia.
Si Luncai sahaja aku titahkan balik akan ganti aku menjadi raja dinegeri, serta
kahwinkan dia dengan puteriku Tuan Puteri Lela Kendi itu.
Setelah didengar oleh mereka itu masing-masing pun pulanglah keistana baginda,
persembahkan seperti titah baginda itu kepada Puteri Bongsu dan anakanda
baginda. Aduhai. Demi terdengar sahaja kepada Tuan Puteri keduanya perkabaran
dan titah baginda demikian itu, hancur luhur, remuk rendamlah hati Tuan Puteri
kedua, lalu menangis menghempaskan dirinya serta pula dengan segala dayang-
dayang dan inang pengasuh, bagaikan bunyi orang beramuk didalam istana itu. Maka
Tuan Puteri kedua pun lalu pengsan tiada sedarkan dirinya lalu, disirami oleh
dayang-dayang sekalian dengan air mawar. Telah Tuan Puteri sedar daripada
pengsannya itu, maka ia pun bertitah menyuruh berbuat kenduri akan baginda itu.
Demikianlah perkabungan Tuan Puteri keduanya.
Shahdan maka tersebutlah perkataan Si Luncai. Telah tujuh hari tujuh malam ia
didalam gua itu, dengan beberapa sengsaranya hendak mencari jalan keluar, dengan
takdir Allah ta`ala, diikutnya juga pada jalan yang bercahayanya terang itu.
Maka dapatlah selamat sempurnanya.
Hatta, pada keesokan harinya Si Luncai pun pura-pura berjalan kebalai
penghadapan baginda. Telah dilihat oleh menteri, huluibalang dan orang besar-
besar sekalian akan Si Luncai, masing-masing memberi hormat dan memimpin
tangannya, dibawa naik keatas balai, didudukan dikerusi kerajaan baginda dan
sekalian wazir, orang besar-besar pun duduklah dibawah mengadapnya.
Maka perdana menteri pun berserulah dengan nyaring suara, katanya ayuhai
sekalian encik-encik dan taun-tuan, besar kecil, tua muda, laki-laki perempuan,
hina mulia, ya`ni seisi negeri ini. Bahawa sekarang dengan titah Yang DiPertuan
yang telah berangkat kenegeri akhirat itu, pada masa ini encik Luncai dengan
anakanda baginda Tuan Puteri Lela Kendi itu.
Demi didengar oleh yang oleh yang hadir itu, maka terlalulah ta`jub mereka itu
masing-masing, tetapi berdiam diri sahajalah, tiada berkata-kata. Maka Si Luncai
bedebah itu pun berbuat pura-pura terkejut seraya mengucap, Astaghfiru`llah, apa
sebabnya dato berkata demikian? Hamba taj` rela sekali-kali, kerana hamba tiada
besarkan kebesaran dunia ini lagi, oleh hamba telah menjadi orang negeri akhirat
sana .
Maka kata Perdana Menteri. Hamba tiada berani melalui titah baginda itu. Telah
itu Si Luncai pun diamlah. Maka sabda Perdana Menteri, sekarang juga hendak beta
kahwinkan raja dengan Tuan Puteri itu. Maka kadi pun tampillah menikahkan Si
Luncai dengan Tuan Puteri Lela Kendi itu, tiada bekerja, hanya mengambil selamat
sahaja.
Hatta, setelah sampai waktunya, maka Si Luncai pun masuklah keperaduan dengan
Tuan Puteri. Maka Tuan Puteri Lela Kendi pun menangis oleh terlalu meluat ia
melihat rupa Si Luncai itu. Beberapa pun dipujuk oleh inang pengasuhnya tiada ia
mahu beradu oleh terkenangkan ayahandanya itu. Maka hari pun hampirlah dinihari.
Si Luncai pun terlelaplah lalu tidur.
Maka fikir hati Tuan Puteri, sebab Si Luncai bedebah celaka ini, maka aku
bercerai dengan bapaku. Jika begitu, baiklah aku bunuh akan dia. Maka Tuan
Puteri mengambil sebilah keris ayahnya lalu menikam kerongkong Si Luncai. Maka
ia pun mengeruhlah lalu mati. Maka Tuan Puteri pun larilah keluar mendapatkan
bondanya berkabarkan hal ehwal itu. Maka Tuan Puteri Bongsu pun sangatlah
7. ketakutan serta memanggil Perdana Menteri. Ia pun masuk kedalam istana.
Sabdanya, apakah sebabnya tuan hamba bunuh akan suami tuan hamba ini?
Maka titah Tuan Puteri Lela Kendi, bahawasanya dari sebab Si Luncai celaka
itulah beta bercerai dengan paduka ayahanda beta, entahkan ayahanda itu
dibunuhnya, dikatakan pergi kenegeri akhirat. Yang beta sekali-kali tiada
percaya akan kata Si Luncai itu. Jika sekiranya ia hidup lagi, tentulah mamak
pun dibunuhnya juga, jangan syak lagi.
Setelah Perdana Menteri dan Permaisuri mendengarkan sabda anakanda itu terlalu
sebal dan sesal keduanya akan segala perkara yang telah lalu itu, semuanya sudah
terkena tipu oleh si Luncai. Masing-masing pun menangislah terkenangkan baginda,
kerana kebodohan ia sekalian menurutkan kata Si Luncai bedebah itu. Maka mayat
Si Luncai pun disuruh tanamkan dengan sepertinya.
Maka bermesyuaratlah sekalian menurutkan sekalian orang besar-besar menabalkan
Tuan Puteri Lela Kendi ganti ayahandanya memerintahkan negeri, dipandu oleh
memakanda Perdana Menteri menjalankan hukuman seperti istiadat yang dijalankan
oleh ayahanda baginda dahulu dengan adilnya. Maka tersangatlah sukacita Tuan
Puteri Bongsu oleh puterinya menjadi maharani itu. Maka keduanya pun berbuat
amal ibadat akan Allah ta`ala pada setiap waktu serta tiadalah mahu keduanya
bersuami lagi. Demikianlah diceritakan oleh orang yang empunya cerita ini.