Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) mendesak Presiden Jokowi untuk segera membentuk Satuan Tugas Masyarakat Adat dan merealisasikan Nawacita terkait pemenuhan hak-hak masyarakat adat. AMAN juga akan mengadakan Hari Kebangkitan Masyarakat Adat pada 15-19 Maret 2015 di Sorong, Papua Barat untuk mendorong terwujudnya rekonsiliasi antara negara dan masyarakat adat. Pel
1 of 2
Download to read offline
More Related Content
Siaran pers konpers rakernas aman ypb 10-maret2015_rukka
1. SIARAN PERS Dapat Disiarkan Segera
Presiden Jokowi Harus Segera Bentuk Satgas Masyarakat Adat
Presiden Jokowi juga diharapkan segera melaksanakan Nawacita terkait pemenuhan hak-hak
masyarakat adat yang selama ini dipinggirkan
Jakarta, 10 Maret 2015 Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) mendesak pemerintah segera membentuk
satuan tugas (Satgas) untuk menyusun kerangka kerja proses pengakuan, perlindungan, dan pemulihan hak-hak
masyarakat adat. Pembentukan Satgas Masyarakat Adat sebagai wujud itikad baik pemerintahan Joko Widodo
(Jokowi) melakukan rekonsiliasi antara negara dan masyarakat adat sesuai dengan yang tertuang dalam
Nawacita.
Mendorong terwujudnya Rrekonsiliasi antara negara dan masyarakat adat menjadi tema utama Hari
Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara 2015 dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke IV AMAN di Sorong,
Papua Barat, pada 15 19 Maret 2015. Puncak acara dilaksanakan pada 17 Maret 2015 yang rencananya akan
dihadiri Presiden Jokowi.
Pemaparan mengenai hal tersebut disampakan dalam konferensi pers Hari Kebangkitan Masyarakat Adat
Nusantara dan Peluncuran Roadshow Film Siapa Lagi Kalau Bukan Kita If Not Us then Who di Jakarta,
Selasa (10/3). Hadir sebagai pembicara Abdon Nababan, Sekretaris Jenderal AMAN, Jaleswari
Pramodhawardhani, Staf Khusus Sekretaris Kabinet, Paul Redman, Direktur Handcrafted Films, dan Candido
Mezua, Masyarakat Adat Amerika Latin COONAPIP.
Abdon Nababan mengatakan pemerintahan Jokowi tidak boleh mengulang lagi kesalahan pemerintahan
sebelumnya yang menggusur masyarakat adat dengan mengatasnamakan pembangunan dan kepentingan
umum. Terkait dengan itulah, pemerintahan Presiden Jokowi harus segera memulai rekonsiliasi antara
masyarakat adat dan negara dengan membentuk Satgas Masyarakat Adat dalam implementasi dari Nawacita
sesuai dengan Nawacita.
Nawacita yang erat kaitannya dengan kepentingan masyarakat adat terdapat dalam poin tiga, yaitu tekad
membangun Indonesia dari pinggiran. Membangun dari pinggiran ini juga berarti pemenuhan hak-hak
masyarakat adat yang ada di daerahtersebar di berbagai pelosok Nusantara.
Menurut Abdon, saat ini hampir 75% wilayah adat terbebani izin seperti HPH, tambang, dan lain-lain. Pemberian
izin merupakan perampasan wilayah adat, bahkan kerusakan lingkungan, pelanggaran HAM dan kriminalisasi
masyarakat adat juga terjadi. dan pencemaran juga terjadi. Karena itu pembangunan tanpa pengakuan dan
perlindungan hak-hak masyarakat adat sama saja denganberarti melanggengkan penindasan seperti yang telah
dilakukan rezim sebelumnya, kata dia.
Jaleswari Pramodhawardhani mengatakan bahwa
...
dalam pembangunan infrastruktur lima tahun ke depan yang merupakan salah satu program prioritas Presiden
Joko Widodo, dibutuhkan pembebasan lahan yang sangat luas. Ini pasti akan beririsan atau bersinggungan
dengan tanah ulayat atau tanah masyarakat adat. Presiden Joko Widodo telah memerintahkan semua
aparaturnya agar persoalan ini dihadapi dengan hati-hati dan bijak. Jangan sampai kepentingan kelompok
masyarakat adat diabaikan karena perlindungan hak-hak mereka penting dilakukan. Isu ini dibahas secara
khusus dengan intensif oleh satgas khusus tentang pengakuan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat.
2. Paul Redman mengatakan fFoto dan film yang ditampilkan di rRoadshow mendatang merupakan kumpulan
kerja keras selama lebih dari dua tahun. Mulai dari Indonesia hingga Peru, kegiatan , program ini telah
bekerjasama dengan melibatkan partner lokal untuk dalam menceritakan kisah orang-orang yang berjuang
menjaga hutan. Dikemas dalam sebuah rangkaian pesan visual yang kuat, tim Siapa Lagi Kalau Bukan Kita kini
menyelenggarakan kini menyelenggarakan rangkaian kegiatan di seluruh dunia menuju COP (Call Of Parties)
ke-21 di Paris. Kegiatan-kegiatan yang tersebut bertujuan untuk menarik perhatian publik pada isu kerusakan
hutan yang semakin meluas, memberikan solusi berbasis masyarakat, dan yang akhirnya dapat mendorong
komitmen pemerintah untuk memperlambat laju perubahan iklim.
Setelah menyelenggarakan kegiatan ini di New York (AS) dan Lima (Peru) padatahun 2014 lalu, kami tim kini
hadir di Indonesia bekerja sama dengan Indonesian Nature Film Society (INFIS), dan Aliansi Masyarakat Adat
Nusantara (AMAN),. bBersama rekan dari Amerika Tengah yang akan hadir dalam ruang diskusi terbuka
mengenai gerakan masyarakat adat dunia...
.......
..
Sebagai awal dari Mengawali rangkaian acara Hari Kebangkitan Masyarakat Adat Nusantara, AMAN
bekerjasama bersama dengan INFIS juga meluncurkan Roadshow Siapa Lagi Kalau Bukan Kita. If not Us
then Who. Film pendek tersebut tentang pergerakan peran masyarakat adat melindungi hutan di Indonesia dan
di beberapa Negara lain. di dunia. Roadshow Film Siapa Lagi Kalau Bukan Kita If not Us then Who akan
digelar pada 102 29 Maret 2015 yang dimulai di Jakarta, Sorong, Toraja, dan ditutup di Bogor, Jawa Barat.
Bagian dari acara ini adalah dDiskusi, pPameran fFoto yang juga Selain menampilkan film-film mengenai
masyarakat adat, rangkaian acara tersebut juga akan dihadiri oleh utusan masyarakat adat dari seluruh
Indonesia dan juga Latin Amerika. internasional.
--- S e l e s a i ---
Keterangan tentang Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dapat dilihat di www.aman.or.id
Kontak Media
Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN)
Rukka Sombolinggi
HP : 08121060794
Email : rsombolinggi@aman.or.id .